BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2004 : 2) laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan menguraikan berbagai informasi akuntansi suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Laporan keuangan digunakan oleh para investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemerintah dan masyarakat. Laporan keuangan disusun dan dilaporkan oleh manajemen perusahaan sebagai hasil kinerja perusahaan pada periode tertentu. Adanya laporan keuangan tersebut dapat mengukur keefektifan dan keefisienan kinerja dari aktivitas operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat untuk periode berikutnya. Media komunikasi yang umum digunakan untuk menghubungkan pihak internal dengan pihak eksternal adalah laporan keuangan yang disusun oleh pihak internal perusahaan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya perusahaannya kepada pihak eksternal. Dalam hal ini yang dimaksud pihak internal adalah manajemen perusahaan yang berkewajiban menyusun laporan keuangan. Pihak eksternal adalah pemegang saham, kreditur dan pemerintah sebagai pihak yang menanamkan modalnya, memberi pinjaman serta memiliki kepentingan dalam kaitannya untuk memperoleh dana pembangunan dalam bentuk pajak.
1
Sejarah perkembangan akuntansi yang pesat setelah terjadi revolusi industri, menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggungjawaban
kepada
pemilik
modal
(kaum
kapitalis)
sehingga
mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Dengan keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Kapitalisme yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran tetapi justru menjadikan manusia mengalami penurunan kondisi sosial (Galtung & Ikeda, 1995 dalam Anggraini, 2006). Dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), pusat perhatian yang dilayani perusahaan adalah stockholders dan bondholders sedangkan pihak yang lain sering diabaikan (Retno Anggraini, 2006). Dewasa ini tuntutan terhadap perusahaan semakin besar. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen serta masyarakat. Perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial terhadap pihak-pihak diluar manajemen dan pemilik modal. Akan tetapi perusahaan kadang kala melalaikannya dengan alasan bahwa pihak-pihak diluar manajemen dan pemilik modal tersebut tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan hubungan perusahaan dengan
2
lingkungannya bersifat non-reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik. Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan semakin bagus (good corporate governance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup nyaman, aman dan tentram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi. Oleh karena itu dalam perkembangan sekarang ini akuntansi konvensional yang hanya memusatkan perhatian pada stockholders dan bondholders telah banyak dikritik karena tidak dapat mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga kemudian muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA) atau akuntansi pertanggungjawaban sosial (Anggraini, 2006). Standar Akuntansi Keuangan (SAK) di Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai tanggungjawab perusahaan terhadap lingkungan, akibatnya yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapnnya. Perusahaan akan mempertimbangkan biaya dan manfaat yang akan diperoleh ketika mereka memutuskan untuk mengungkapkan informasi sosial. Bila manfaat yang akan diperoleh dengan pengungkapan informasi tersebut lebih besar dibandingkan
3
biaya yang dikeluarkan untuk mengungkapnya maka perusahaan akan dengan sukarela mengungkapkan informasi tersebut (Anggraini, 2006). Manfaat yang akan diperoleh suatu perusahaan dengan mengungkapkan informasi pertanggungjawaban sosial dalam laporan keuangannya adalah untuk membangun image baik perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat di sekitarnya. Pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial juga berdampak positif bagi karyawan perusahaan misalnya melalui pemberian kompensasi berupa biaya kesejahteraan karyawan. Disamping itu pihak luar (investor dan kreditur) akan mendapatkan informasi yang lengkap dan simetri dengan informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan, sehingga pihak investor maupun kreditur tidak akan ragu-ragu atau takut untuk menginvestasikan modalnya pada suatu perusahaan. Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat leverage. Leverage ini juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan. Berdasarkan teori agensi tingkat leverage mempunyai pengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders (Sembiring 2005). Pendapat lain mengatakan bahwa perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai kreditur ( Marwata dalam Anggraini,2006).
4
Menurut Kokubu et.al (2001) terdapat hubungan positif antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Sebaliknya seperti dinyatakan oleh Donovan dan Gibson (2000) dari sisi teori legitimasi profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hal ini didukung dengan argumentasi bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan perusahaan, sebaliknya pada saat tingkat profitabilitas rendah mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam lingkup sosial sehingga investor akan tetap berinvestasi di perusahaan tersebut (Sembiring 2005). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Anggraini (2006) ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil maka konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingannya dibandingkan kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Gray,et al, 1998 dalam Anggraini, 2006).
5
Dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk melakukan pengujian kembali sebagai dukungan terhadap teori dan penelitian tentang pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial dan melihat bagaimana pengaruh tingkat leverage, profitabilitas dan kepemilikan manajeral dengan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, dan untuk dapat mengkonfirmasikan hasil penelitian terdahulu dengan sampel dan periode berbeda. Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah tingkat leverage, profitabilitas dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris apakah tingkat leverage, profitabilitas dan kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. 1.2.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan maka kegunaan dari penelitian ini adalah:
6
1. Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi dan pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan kurikulum mahasiswa akuntansi untuk memperluas pengetahuan di bidang pasar modal khususnya mengenai pengungkapan informasi pertanggung jawaban sosial dan sebagai tambahan dokumentasi dan referensi di lingkungan akademis sehingga dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi perusahaan tentang pengaruh tingkat leverage, profitabilitas dan kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sehingga dengan melihat hasil penelitian ini nanti perusahaan dapat mempertimbangkan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial diperusahaannya. 1.3 Sistematika Penulisan BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan,
tujuan
dan
kegunaan
penelitian,
serta
sistematika penulisan. BAB II
:
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Bab ini menguraikan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang dapat dipakai sebagai dasar
7
acuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta rumusan hipotesis penelitian. BAB III
:
METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam pembahasan masalah.
BAB IV
:
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai deskripsi hasil penelitian, serta hasil pengujian masing-masing hipotesis yang terdapat dalam penelitian.
BAB V
:
SIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup yang memuat simpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya serta saran yang diharapkan
dapat
bermanfaat
berkepentingan.
8
bagi
pihak-pihak
yang