BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya. Manusia diciptakan memiliki akal, pikiran, perasaan, yang dapat digunakan untuk melakukan interaksi secara personal dengan sesamanya, maupun membangun hubungan sosial dengan masyarakat dalam lingkungan interaksi masing-masing. Setiap manusia selalu membutuhkan komunikasi dalam berinteraksi, agar bisa menyampaikan maksud dan keinginannya kepada orang lain. Tanpa melakukan komunikasi, maka seseorang akan mengalami kesulitan untuk melangsungkan hidupnya. Oleh karena itu, manusia di anggap sebagai makhluk yang paling unik dengan kemampuan yang dimilikinya dalam menyampaikan gagasan, ide, serta pendapat dalam proses komunikasi antar pribadi.
Komunikasi merupakan medium penting dalam membentuk perilaku seorang individu dan untuk membangun kontak sosial. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio, yang bersumber dari kata communis artinya “sama” dan communico atau communication, yang berarti “membuat sama” (Effendi, 2003:30). Melalui proses komunikasi kita tumbuh dan belajar mengenal lingkungan sekitar. Sebab itu, komunikasi merupakan kebutuhan bagi setiap manusia dalam rangka pertukaran informasi. Salah satu cara pertukaran informasi yaitu secara pribadi, baik itu berupa gagasan ataupun pendapat pribadi.
Universitas Sumatera Utara
Tujuan dari komunikasi antar pribadi yaitu membangun kesamaan persepsi secara pribadi sebagai pemenuhan kebutuhan dalam menciptakan kepuasan komunikasi secara langsung dan lebih bersifat pribadi antar individu yang melakukan komunikasi.
Secara umum, komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses pertukaran makna diantara orang-orang yang melakukan komunikasi. Pengertian proses mengacu pada perubahan dan tindakan yang berlangsung secara terus menerus. Komunikasi antarpribadi juga merupakan suatu bentuk pertukaran, yang mana pertukaran ini menghasilkan suatu bentuk tindakan penyampaian dan penerimaan pesan secara timbal balik serta menghasilkan makna dan juga pemahaman di antara orang-orang yang berkomunikasi terhadap pesan yang digunakan dalam proses komunikasi (Liliweri, 1991:12). Lebih lanjut Joseph DeVito dalam (Liliweri, 1991:13), menyatakan ada 5 ciri-ciri komunikasi antarpribadi yaitu openees (keterbukaan), emphaty (empati), supportiveness (dukungan), positiveness (rasa positif), dan equality (kesamaan).
Proses penyampaian gagasan antar individu sebagai kebutuhan antarpribadi, bukanlah bentuk pengalihan ide yang terbebas dari suatu hambatan komunikasi. Latar belakang pribadi, kebiasaan, serta pembentukan kepribadian antara seorang individu dengan individu lainnya merupakan beberapa hal yang mungkin bisa saja menjadi suatu hambatan komunikasi yang dialami setiap individu dalam melakukan proses komunikasi. Oleh karena itu, proses komunikasi akan jauh lebih efektif bila berlansung secara tatap muka, sebab masing-masing individu dapat saling mengenal karakter pribadi lawan bicaranya.
Hambatan komunikasi bisa dialami oleh siapa saja. Bahkan, bisa menjadi salah satu faktor utama bagi sekelompok ataupun sebagian orang. Hal ini bisa terlihat pada masalah yang dialami dan dihadapi oleh anak yang terlahir dengan keterbatasan. Anak yang lahir dengan suatu keterbatasan dalam dirinya dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus. Derektorat Pendidikan Luar Biasa secara singkat mendefinisikan anak berkebutuhan khusus sebagai anak yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya mengalami penyimpangan fisik, mental intelektual, sosial dan emosional sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.1
1. http://www.anak_berkebutuhankhusus.com/2011/anak-berkebutuhan-khusus.htm. Diakses pada 16 Januari 2011 pukul 01.07.
Universitas Sumatera Utara
Penyimpangan yang dialami anak berkebutuhan khusus ini, dalam masyarakat sekarang banyak dikenal beberapa jenis kategori yang umum yaitu diantaranya termasuk anak autis, down syndrome, tunarungu, tunadaksa dan lain sebagainya. Down syndrome merupakan bentuk kelainan genetik namun bukan merupakan penyakit keturunan, disebut penyakit genetik karena cacat penyakit ini terdapat pada materi genetik dalam tubuh manusia. Hingga saat ini belum ditemukan obat bagi penderita down syndrome, karena penyebabnya berasal dari sel benih yang dibawa sejak dalam kandungan sudah cacat. Anak down syndrome merupakan salah satu kategori dalam anak berkebutuhan khusus, yang terlahir dengan kelainan kromosom di dalam dirinya. Setiap manusia normal yang lahir ke dunia umumnya memiliki 23 pasang kembaran kromosom tetapi lain halnya yang terjadi pada anak down syndrome, salah satu kromosomnya terutama kromosom 21 memiliki 3 kembaran. Jumlah ini berbeda dengan jumlah kromosom pada kondisi normal yaitu masing-masing kromosom harusnya memiliki 2 kembaran. Kesalahan penggandaan kromosom inilah yang menyebabkan munculnya keterlambatan serta kerterbelakangan perkembangan mental dan fisik, hal ini juga yang menjadi ciri utama penderita down syndrom.2 Gejala utama yang dialami oleh penderita down syndrome yang biasanya dikeluhkan adalah berbentuk retardasi mental atau keterbelakangan mental yang dialami penderitanya. IQ yang dimiliki para penderita antara 50-70 tetapi tidak jarang penderita bisa memiliki IQ sampai 90 terutama pada anak down syndrome yang diberikan latihan. Berdasarkan IQ yang dimiliki oleh para penderita down syndrome pula, penderita dapat digolongkan kedalam down syndrome ringan, sedang, dan berat, yang mana memiliki tingkatan IQ tersendiri yang tidak dapat ditukartukar. Selain itu, anak down syndrome juga memiliki beberapa kategori berdasarkan perkembanagan yang dialami yaitu down syndrome yang terlatih, terdidik, serta terlatih dan terdidik (Somantri, 2007:104). Penderita down syndrome pada umumnya menghadapi masalah yang relatif sama yaitu bermasalah dengan cara berkomuniasi serta juga mengalami masalah dalam perilaku dan emosi yang labil. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, biasanya anak down syndrome juga mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan bina diri, seperti memakai baju, makan, mandi dan lain sebagainya. (Armayati, 2007:93) 2. http://www.priyes-buahhati.blogspot.com/2010/10/artikelanakketerbelakanganmental.html. Diakses pada 16 januari 2011 pukul 22.20.
Universitas Sumatera Utara
Peranan orangtua sangat penting dalam hal ini untuk dapat membantu dan memotivasi anaknya. Memang pada masa awal, perkembangan anak down syndrome hampir tidak ada perbedaan dengan anak normal, tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangannya semakin terlihat jelas. Meskipun begitu, penderita down syndrome memiliki kelebihannya tersendiri yaitu lebih penurut, periang, ulet, dan tepat waktu. Bagi anak down syndrome yang sudah mendapat pendidikan atau terapi, mereka sangat menyenangi hal-hal yang rutin. Jadi, mereka lebih disiplin dari anak-anak biasa. Down syndrome menimpa satu diantara 700 kelahiran bayi dan terdapat 300 ribu kasus mengenai down syndrome di Indonesia (Somantri, 2007:112), Down syndrome pertama kali diperkenalkan oleh Jhon Langdom Down pada tahun 1986, namun baru sekitar tahun 1960-an ditemukan kepastian atas hal itu, setelah dilakukannya penelitian pada kromosom penderita yang diduga mengalami down syndrome. Jika diamati, penderita down syndrome memiliki bentuk wajah yang hampir sama, mata sipit membujur keatas, bagian belakang kepala rata, jarak kedua mata jauh dengan hidung kecil rata, mulut kecil dengan lidah yang besar, telinga yang terletak lebih rendah, dan memiliki jari, lengan serta tubuh pendek cendrung gemuk. Oleh karena itu, anak down syndrome dikenal juga dengan sebutan anak kembar dunia karena cirinya yang relatif sama pada setiap penderita.3 Ciri yang terdapat pada penderita down syndrome ini, sering kali membuat mereka dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya dan karena ciri itu pula penderita down syndrome sulit untuk berinteraksi dengan lingkungan. Disinilah peranan keluarga terutama orangtua sangat penting agar anak down syndrome tetap bisa merasakan yang namanya hidup bermasyarakat seperti memiliki teman. Melalui keluargalah seseorang mulai belajar, bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya melalui suatu pola tertentu. 3. http://www.anak_berkebutuhankhusus.com/2011/anak-berkebutuhan-khusus.htm. Diakses pada 16 Januari 2011 pukul 01.07.
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi interpersonal yang terjalin diantara anggota keluarga menjadi sangat penting dan sangat mempengaruhi karena merupakan suatu bentuk komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya. Menurut George Herbert Mead dalam psikologi komunikasi mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal diantara anggota keluarga melibatkan mereka yang particular others atau significant others yaitu orang lain yang sangat penting dan juga dapat mempengaruhi. Mereka diantaranya adalah orangtua, saudara, dan orang yang tinggal satu rumah (Rakhmat, 2001:114). Selain lingkungan yang membuat penderita down syndrome sulit bersosialisasi, tidak bisa dipungkiri terkadang reaksi pertama yang paling mungkin ditimbulkan orangtua saat mengetahui anaknya menderita down syndrome adalah kekecewaan dan kesedihan yang kemudian diikuti rasa malu. Perasaan malu memiliki anak yang mempunyai keterbatasan, membuat para orangtua memilih untuk menyembunyikan kondisi buah hatinya dari lingkungan sekitar. Sebab selain bermasalah dengan cara berkomunikasi, perilaku dan emosi, ternyata kemampuan kognitif atau inteligensi yang terbatas pada anak juga membuat orangtua merasa sangat malu melahirkan anak yang memiliki keterbatasan seperti penderita down syndrome. Oleh karena itu, untuk dapat menghadapi dan mengatasi kondisi agar tidak terus-menerus terbelenggu dalam rasa malu dan kecewa, orangtua dapat memilih program umum yang ditawarkan pemerintah maupun pihak swasta untuk anak berkebutuhan khusus melalui sekolah khusus ataupun terapi serta bisa juga mencari informasi yang lebih dalam mengenai kelainan dan keterbatasan yang dialami sang buah hati dari berbagai sumber yang terpercaya.
Universitas Sumatera Utara
Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat (SLB YPAC) Medan merupakan salah satu solusi yang mungkin dapat dipilih para orangtua yang berada di kawasan kota Medan sebagai wadah untuk mendapatkan informasi yang benar mengenai kelainan dan keterbatasan yang dialami oleh buah hatinya. Sekolah ini memberikan layanan pendidikan khusus agar anak berkebutuhan khusus dapat mengembangkan potensi walaupun didalam dirinya memiliki keterbatasan. Anak-anak yang bersekolah di sekolah ini kebanyakan dikategorikan kedalam anak yang memiliki kelainan yang disebut tunadaksa dan tunagrahita.
Pelayanan rehabilitasi pendidikan yang disediakan oleh Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat (SLB YPAC) Medan untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus diantaranya terdiri dari SLB C yaitu bentuk pendidikan yang disediakan bagi anak penderita tunagrahita seperti autis dan down syndrome serta SLB D yaitu pendidikan yang disediakan bagi anak penderita tunadaksa, yaitu anak-anak yang memiliki kelainan fisik seperti bisu, lumpuh dan sebagainya. Selain pelayanan rehabilitasi pendidikan, YPAC Medan juga menyediakan pelayanan rehabilitasi medis yang terdiri dari terapi wicara, fisioterapi, dan hydro terapi. Sementara itu, untuk pengembangan potensi anak, YPAC Medan memiliki pelayanan pravokasional yang terdiri dari kegiatan menjahit, menyulam, perkebunan, pertukangan dan salon. Serta untuk menumbuhkan sikap kepedulian dan interaksi anak, YPAC Medan memiliki pelayanan rehabilitasi sosial berupa sosialisasi lingkungan dan masyarakat. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri peranan orangtua tetap memiliki andil pada perkembangan anak, karena orangtua sangat dibutuhkan dalam membantu persoalan yang dihadapi anak. Sehingga tidak melebihi kenyataan jika peranan orangtua ikut mewarnai perkembangan dan kemampuan anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Setiap kejadian di dunia ini bersifat netral dan memiliki akibatnya tersendiri. Dampak positif atau negatif dari sebuah kejadian, sangat bergantung pada cara seseorang melihat dan memberikan makna dari suatu kejadian tersebut. Sebuah kejadian bisa menjadi pintu untuk suatu hal yang luar biasa. Misalnya, hal yang dialami oleh seorang anak down syndrome yang bernama Michael Rosihan Yacub. Meskipun memiliki keterbatasan tetapi ia mampu menjadi seorang pegolf muda Indonesia yang berhasil memecahkan record Muri sebagai pe-golf penyandang down syndrome satu-satunya di Asia. Ini semua berkat peranan orangtuanya yang selalu memberikan perhatian dan dukungan penuh. Orangtua Michael selalu berpandangan positif pada kemampuan anaknya dan berpendapat orangtua harus berperan aktif dan ingin anaknya berubah.
Peneliti memilih lokasi penelitian di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat (SLB YPAC) Medan yang berlokasi di jalan Adinegoro Medan karena berdasarkan pengamatan sementara, peneliti melihat disekolah ini komunikasi antarpribadi yang dilakukan orangtua pada anak down syndrome-nya memiliki pengaruh dan berdampak positif terhadap keseharian dan perilaku anak. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai interaksi yang dilakukan orangtua pada anak down syndrome melalui komunikasi antarpribadi yang terjadi karena seperti yang sudah dipaparkan diatas kebanyakan anak down syndrome memiliki masalah dengan cara berkomunikasi, perilaku dan emosi yang labil.
4. http://hoonra29.wordpress.com/category/down-syndrome/.Diakses pada 25 Oktober 2011 pukul 22.45.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana proses komunikasi antarpribadi orangtua pada anak down syndrome dapat mempengaruhi anak down syndrome yang berada di Sekolah Luar Biasa Yayasan Pembinaan Anak Cacat Medan?” 1.3 Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup dalam penelitian dan permasalahan yang diteliti menjadi jelas, terarah dan lebih spesifik maka peneliti memberikan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perspektif yang dimiliki orangtua terhadap kondisi anak down syndrome. 2. Bagaimana proses interaksi antara orangtua dengan anak down syndrome. 3. Bagaimana bentuk motivasi yang diberikan orangtua terhadap kondisi anak down syndrome 4. Bagaimana sikap particular other pada anak down syndrome. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah hasil akhir yang ingin dicapai melalui penelitian yang dilaksanakan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Untuk mengetahui gambaran mengenai perspektif yang dimiliki orangtua terhadap kondisi anak down syndrome. b) Untuk mengetahui proses interaksi antara orangtua dengan anak down syndrome. c) Untuk mengetahui bentuk motivasi yang diberikan orangtua terhadap kondisi anak down syndrome. d) Untuk mengetahui sikap particular others pada anak down syndrome.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan Fisip USU, khususnya di Departemen Ilmu Komunikasi. b) Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai Ilmu komunikasi khususnya tentang Komunikasi Antar pribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. c) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan masukan yang positif bagi pihak yang terkait dalam penelitian ini. 1.6 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan landasan berpikir dalam menyoroti permasalahan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa ancangan mikro dalam teori-teori sosial sebenarnya merupakan suatu awal yang baik dalam melakukan kegiatan ilmiah sesungguhnya, sebab peneliti dapat berhati-hati terlebih dahulu secara terperinci. Oleh karena itu, teori digunakan peneliti untuk memandu penelitian, sehingga perlu disusun suatu kerangka teori yang memuat pokokpokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39-40). Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah : 1.6.1 Komunikasi Antar Pribadi Pada masing-masing individu, dalam pergaulan hidupnya tidak bisa dipungkiri pastilah selalu terjadi interaksi dengan orang lain disekitarnya serta saling mempengaruhi demi kepentingan dan keuntungan pribadi masing-masing. Hal ini memungkinkan terjadinya saling mengungkapan pikiran dan perasaan dalam bentuk percakapan antar pribadi diantara individu yang saling berinteraksi tersebut. Komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi antara dua
Universitas Sumatera Utara
orang atau lebih secara tatap muka, yang memungkinkan adanya reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal (Mulyana, 2002:73). Situasi komunikasi antar pribadi bisa kita temui dalam konteks kehidupan sehari-hari dimana saja, baik antara dua orang, anggota keluarga, kelompok, maupun organisasi. Komunikasi antar pribadi sering disebut dengan “dyadic communication” maksudnya yaitu “komunikasi antara dua orang”, dimana terjadi kontak secara langsung diantara individu dalam bentuk percakapan. Ciri khas dari komunikasi antar pribadi adalah sifatnya yang dua arah atau timbal balik (two ways communication). Komunikasi antar pribadi dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan. Adapun tujuan komunikasi antar pribadi antara lain (Supratiknya, 2002:35) : 1. Mengenal diri sendiri dan memelihara hubungan. 2. Mengetahui dunia luar dan memelihara hubungan. 3. Mengubah sikap, prilaku dan membantu orang lain Apabila dua orang individu atau lebih terlihat dalam suatu percakapan, terdapat kesamaan makna dari apa yang mereka bicarakan. Maka dapat dikatakan bahwa komunikasi antar pribadi yang terjadi cukup efektif untuk mengubah perilaku orang lain. Segi efektifnya terlihat dari adanya arus balik yang bersifat langsung yang dapat ditangkap komunikator, baik secara verbal maupun secara non verbal dalam bentuk gerak-gerik seperti anggukan, gelengan kepala, dan sebagainya. Komunikasi antar pribadi yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan antar pribadi yang paling utama. Makin baik hubungan antar pribadi, makin terbuka seseorang untuk mengungkapkan siapa dirinya, makin cermat persepsi dirinya, serta makin efektiflah komunikasi yang berlangsung. Asumsi dasar dari sebuah komunikasi antar pribadi adalah setiap orang yang berkomunikasi akan membuat prediksi pada data psikologis tentang efek ataupun perilaku komunikasinya yaitu bagaimana pihak yang menerima pesan memberikan reaksinya secara langsung.
Universitas Sumatera Utara
1.6.2 Down Syndrome Down syndrome berasal dari bahasa inggris, yang merupakan suatu kelainan yang terjadi pada kromosom, akibat terbentuknya kromosom 21. Kromosom ini terbentuk karena kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Hal ini dapat dikenal dengan cara melihat manifestasi klinis yang cukup khas pada penderitanya.5
Diperkirakan kebanyakan penderita down syndrome lahir dari ibu yang telah berumur 30 tahunan, namun hal ini bukan menjadi suatu penyebab mutlak terjadinya down syndrome pada anak, sebab banyak juga ibu yang berumur dibawah 30 tahun melahirkan anak yang terkena down syndrome. Gejala atau tanda-tanda yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas.
Gejala yang paling khas pada penderita down syndrome adalah adanya keterbelakangan perkembangan mental serta ciri fisik yang dapat terlihat jelas. Meskipun demikian, anak down syndrome umumnya memiliki karakteristik psikologis yang cenderung ramah, mudah bergaul, hangat dan memiliki sifat yang menyenangkan.
Pada umumnya kebanyakan anak down
syndrome sering mempunyai gangguan dalam bidang perilaku, komunikasi, emosi, fungsi mental intelektual, interaksi sosial, dan gangguan sensoris.
5. http://www.akuanindia.blogspot.com/2010/08/anak-down-syndrome-keterbelakangan.html.
Diakses pada 16 Januari 2011 pukul 00.35.
Universitas Sumatera Utara
Anak down syndrome termasuk dalam kelompok anak tunagrahita yaitu istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Pada kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardations atau mental deficiency. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama tentang penjelasan mengenai kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Banyak cara untuk memahami anak down syndrome, tetapi ada baiknya memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA), yaitu cara untuk memahami dan melihat mental yang dimiliki oleh seorang anak pada usia tertentu. Selain itu, seseorang individu juga harus memahami cara penyesuaian perilaku pada anak, maksudnya yaitu seorang anak dikatakan down syndrome atau tunagrahita tidak hanya dilihat dari IQ-nya, akan tetapi perlu dilihat juga sampai sejauh mana anak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya serta kemampuan dirinya bersosialisasi. Menurut American Association of Mental eficiency (AAMD), keterbelakangan mental yang dialami seorang anak akan menunjukkan fungsi intelektualnya berada dibawah rata-rata dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan (Somantri, 2007:104). 1.6.3 Teori Interaksi Simbolik (George Herbert Mead) Perspektif interaksi simbolik sebenarnya berada dibawah payung perspektif yang lebih besar yaitu perspektif fenomenologis. Maurice Natanson mengatakan dalam Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, bahwa penggunaan istilah fenomenologis sebagai suatu istilah generik, untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Selanjutnya, pandangan fenomenologis atas realitas sosial menganggap dunia intersubjektif terbentuk dalam aktivitas kesadaran yang salah satu hasilnya adalah ilmu alam (West dan Turner, 2008:96)
Universitas Sumatera Utara
Interaksi simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan kegiatan sosial dinamis manusia. Bagi perspektif ini, individu bersifat aktif, reflektif, dan kreatif, menafsirkan dan menampilkan perilaku yang rumit serta sulit diramalkan. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan atau struktur yang ada di luar dirinya. Individu terus berubah maka masyarakat pun berubah melalui interaksi, jadi interaksi merupakan variabel penting yang menentukan perilaku manusia bukan struktur masyarakat. Struktur tercipta dan berubah karena interaksi yang dilakukan manusia serta ketika individu berpikir dan bertindak secara stabil terhadap seperangkat objek yang sama. Esensi dasar dari sebuah teori interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Pada intinya teori ini adalah teori mengenai kerangka refensi untuk memahami bagaimana manusia, bersama orang lainnya menciptakan dunia simbolik dan bagaimana dunia ini sebaliknya membentuk perilaku manusia. Oleh karena itu, bisa dikatakan interaksi simbolik sebenarnya terbentuk atas dasar ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Menurut teori ini pula, kehidupan sosial pada dasarnya terbentuk dari interaksi manusia dengan menggunakan suatu simbol diantara masyarakatnya. Seorang individu tergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikannya pada orang, benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang, baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas.
Universitas Sumatera Utara
1.6.4 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga Keluarga dewasa ini mengalami metamorfosis dan begitu pula dengan pola komunikasinya. Selain itu, sekarang ini orangtua menghadapi harapan masyarakat yang berbeda soal tata cara membesarkan seorang anak. Pada masa lalu kerja sama dan interaksi dalam keluarga sangat penting untuk kelangsungan hidup keluarga, namun sekarang hal ini telah berubah, peningkatan mobilitas sangat mempengaruhi pola komunikasi dalam keluarga dan dengan kerabat. Sekarang anggota keluarga tinggal dikota-kota yang berjauhan dari keluarga asalnya sehingga mereka menjalin persahabatan dengan orang lain yang berkembang menjadi sebuah keluarga pengganti. Meskipun kondisi budaya dan sosial berubah bagaimana pun komunikasi interpersonal diantara anggota keluarga seharusnya tetap memainkan peranan penting dalam keluarga. Studi tentang komunikasi interpersonal dalam keluarga merupakan studi mengenai pengiriman, penerimaan dan cara menafsirkan sebuah pesan dalam konteks sistem keluarga. Selain itu, komunikasi interpersonal dalam keluarga juga mempelajari bagaimana perilaku anggota keluarga mempengaruhi arti kata, tindakan serta bagaimana mengirim dan menerima pesan yang dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya. Peristiwa disfungsional dalam keluarga biasanya memiliki penyebab yang saling terkait karena sistem itu sendiri sangat kompleks. Menghadapi hal ini para peneliti komunikasi interpersonal keluarga mengembangkan model yang disebut model interaksi keluraga circumplex. Hal ini menjelaskan dinamika berfungsi efektif serta dapat juga disfungsi dalam suatu sistem keluarga. Tiga model dimensi tersebut adalah kemampuan adaptasi, kohesi dan komunikasi. Jika peranan seorang anggota keluarga dan para mitranya konsisten dengan ekspektasi peran sendiri serta pasangan, maka
Universitas Sumatera Utara
anggota keluarga tersebut akan merasa puas dan terpenuhi, begitu pula sebaliknya. Suatu keluarga yang sehat, anggota keluarganya memiliki rasa harga diri yang tinggi dan komunikasi yang berlangsung mendalam, jelas, spesifik, jujur serta memiliki aturan yang bersifat fleksibel dan dapat berubah. Keluarga sehat menghubungkan keluarga untuk masyarakat yang terbuka dan penuh harapan. Hubungan interpersonal yang baik akan menumbuhkan derajat keterbukaan antara anggota keluarga untuk saling mengungkapkan dirinya. Makin cermat persepsi seorang anggota keluarga tentang anggota keluarganya yang lain dan persepsi tentang dirinya sendiri, maka makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara anggota keluarga tersebut. Memahami proses komunikasi interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan perkembangan relasional sehingga pada gilirannya perkembangan relasional tersebut mempengaruhi sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Terdapat tiga faktor dalam menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik dalam sebuah keluarga yaitu (Soelaeman dan Isa Muhammad, 1994:55) : •
Percaya Faktor percaya ini memiliki beberapa keuntungan bagi hubungan interpersonal diantara anggota keluarga, yaitu dapat meningkatkan komunikasi interperpersonal diantara anggota keluarga karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi diantara anggota keluarga. Harga diri dan otoritariansime ternyata juga dapat mempengaruhi faktor percaya ini. Selain itu pula, ada tiga faktor utama yang dapat mengembangkan komunikasi interpersonal yang didasarkan pada sikap saling percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran. • Sikap suportif Sikap ini mengurangi sikap defensif dalam komunikasi interpersonal. Orang yang bersikap defensif biasanya tidak bisa menerima sesuatu yang berasal dari orang lain, tidak jujur dan tidak empatis. Bila seseorang bersikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal, karena orang yang bersifat demikian lebih banyak melindungi dirinya dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memenuhi pesan orang lain. Hal ini terjadi karena faktorfaktor personal seperti ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah ataupun faktor situasional seperti perilaku komunikasi orang lain.
Universitas Sumatera Utara
•
Sikap Terbuka Sikap terbuka memiliki pengaruh besar dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif dalam sebuah keluarga, karena sikap ini bisa menjadi salah satu solusi untuk pemecahan masalah yang terdapat dalam sebuah keluarga. Agar dapat memahami sikap terbuka terlebih dahulu harus mengidentifikasi karakteristik yang ada pada sikap dogmatisme yang menjadi lawan dari sikap terbuka yaitu, - Sesorang yang memiliki sikap dogmatisme atau tertutup menilai pesan berdasarkan motif pribadi. - Berpikir simplistik. - Berorientasi pada sumber. - Mencari informasi dari sumber sendiri. - Secara kaku mempertahankan dan membela sitem kepercayaannya. Berdasarkan karakteristik dogmatis diatas dapat disimpulkan karakteristik sikap terbuka. Pada dasarnya sikap terbuka dapat mempengaruhi hubungan diantara anggota keluraga, sehingga tercipta sebuah komunikasi interpersonal yang efektif dalam keluarga.
1.7 Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran dikuatkan oleh teori atau penelitian sebelumnya. Konsep-konsep yang telah dijelaskansebelumnya tergambar dalam kerangka pemikiran sebagai berikut : Kerangka Berpikir
Orangtua
Anak Down Syndrome
Hubungan
Interaksi Simbolik
Komunikasi Antar Pribadi
(George Herbert Mead) - Pikiran - Diri - Masyarakat
•
Perspektif orangtua terhadap kondisi anak. • Proses interaksi orangtua dengan anak. • Bentuk motivasi orangtua terhadap kondisi anak. • Sikap particular others
Universitas Sumatera Utara