BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Di zaman globalisasi ini peranan komunikasi sangat lah penting, hampir
seluruh kegiatan manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, baik itu komunikasi verbal maupun non verbal. Perkembangan komunikasi itu sendiri dapat kita rasakan dengan begitu cepat dari waktu ke waktu, ini semua disebabkan perangkat penunjang komunikasi terus bermunculan, proses komunikasi dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, langkah maju komunikasi di era globalisasi ini harus semakin cekatan dalam cara atau taktik yang disodorkan kepada masyarakat, sehingga pesan yang disampaikan dapt diterima dengan baik oleh masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin cepat khususnya di bidang komunikasi dan informasi, membuat semakin cepat akses informasi yang bias diperoleh manusia. Maka dari itu, saat ini sudah menjadi kebutuhan yang primer bagi kehidupan masyarakat. Pesatnya teknologi dan informasi membujuk kita untuk mengenal berbagai macam media, termasuk didalamnya media massa yang merupakan sebuah bentuk alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima), media massa merupakan salah satu bagian yang terpenting bagi terbentuknya akses informasi. Karena dengan media massa inilah maka masyarakat dapat mengkomsumsi informasi dari berbagai pelosok dunia, semakin pesatnya perkembangan informasi diseluruh dunia memaksa
1
2
berbagai media massa untuk lebih cepat dan lugas dalam menyajikan informasi. Hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan bagi media massa. Era globalisasi yang merupakan peradaban yang maju, masing-masing pemikiran khususnya pemukiran dibidang komunikasi tentunya mencari bagaimana komunikasi dalam menyampaikan pesan supaya menyentuh pada sasaran yang disesuaikan dengan kebutuhannya, dengan mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat. Media massa merupakan alat control dalam masyarakat yang dapat didaya gunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya, media juga merupakan forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, sehingga peran media massa pada zaman modern sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan sehari-hari. Kemudahan dan kebebasan media massa yang dirasakan saat ini, menjadi motivasi untuk memenuhi peran fungsi media massa pada masyarakat. Peran media massa begitu penting dalam kehidupan manusia. Semakin tinggi bobot informasi bagi manusia, maka semakin tinggi perhatian media massa terhadap informasi tersebut. Peran utama media massa adalah menyalurkan informasi maka masyarakat bias melakukan respon terhadap apa yang terjadi disekitarnya. Tanpa informasi maka masyarakat tidak sempat melakukan repon atau antisipasi secaraa tepat. Semakin banyak media komunikasi massa, semakin banyak pula cara media menyampaikan informasi atau pesan. Informasi yang bersumber dari manusia atau peristiwa dapat diproduksi ( diolah ) menjadi suatu karya artistic
3
yang mengutamakan keindahan. Di era ini proses komunikasi bukan hanya dapat dikembangkan melalui media audio visual saja, media tulisan juga dapat dikemas secara popular, dan dikirim lalu dimuat dimedia massa seperti Koran, majalah, artikel, novel, syair, lagu, radio dan televisi. Sehingga pesan dapat tersebar dan diterima oleh banyak kalangan. Informasi telah menjadi kebutuhan primer masyarakat modern saat ini tanpa kecuali. Teknologi informasi yang semakin modern membawa konsekuensi, kebutuhan-kebutuhan informasi tersebut kedalam relasi-relasi social dalam masyarakat. Kecepatan informasi untuk menjangkau penerima informasi tersebut terbawa oleh berbagai macam medium informasi yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat modern, karena melalui berbagai media massa tersebut itulah, nilai-nilai sosial dan budaya terisolasikan, yang didalamnya terdapat tanda-tanda dan simbol-simbol. Tidak dapat dipungkiri media massa memberi pengaruh melalui pesan-pesan yang disampaikannya. Untuk memenuhi kebutuhan itu mereka mencari informasi tersebut di media massa, sehingga media massa dan industri menciptakan demi kepentingan pasar. Kemasan media massa yang menarik dapat membuat khalayak tertarik untuk melihat atau membaca informasi tersebut, penggambaran yang terdapat di sebuah media massa menimbulkan rasa tertarik khal;ayak untuk mengetahui lebih jauh tentang informasi yang sedang berkembang saat ini. Bagaimana media massa menampilkan sebuah gambar, warna, lambang, dan tanda-tanda sebagai kontruksi realitas yang ada. Sebagai media massa cetak, yakni media dalam penyajiannya pesannya sangat bergantung pada tata cara penulisan dan lembaran kertas yang memerlukan proses lama dan memerlukan perncangan, tetapi pada zaman
4
sekarang buku menjadi media massa yang popular, karena buku berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peritiwa, dan menyebarkan berbagai informasi atau pesan yang dinilai bermanfaat bagi masyarakat, dan berbagai sajian lainnya kepada masyarakat umum. Buku adalah salah satu media komunikasi massa yang merupakan perpaduan dari seni, proses kreatifitas, pengolahan pesan dan penyajian informasi. Sastra merupakan hasil karya cipta atau karyamanusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra juga merupakan hasil karya seseorang yang diekspresikan melalui tulisan
yang indah, sehingga karya yang dinikmati
mempunyai nilai estetika dan dapat menarik para pembaca untuk menikmatinya. Karya-karya yang indah ini dalam sastra berupa cerpen, puisi, novel dan drama. Novel merupakan sebuah karya sastra, sebuah cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu yang melukislkan para tokoh, gerak serta sdegan kisah kehidupan nyata yang reprensetatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau dan kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat. Karya-karya yang menarik itu dapat mempengaruhi jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalm cerita tersebut. Novel merupakan karya sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral dan pendidikan dan merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra paling banyak beredar, karna daya komunikasi yang luas pada masyarakat, sebagai bahan bacaan. Novel dapat dibagi menjadi dua
5
golongan yaitu karya sastra serius dan karya hiburan, tidak semua yang mampu memberikan hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius, sebuah novel serius bukan saja dituntut agar dia merupakan karya yang indah, menarik dan dengan demikian juga memberikan hiburan pada pembaca, tetapi juga dituntut lebih dari itu. Syarat utama novel bahwa harus menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang membacanya. Novel yang baik dibaca untuk menyempurnakan diri. novel yang baik adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya, sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai saja, yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan terikat dengan pola-pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedangkan novel hiburan hanya berfungsi personal. Karya sastra novel tidak hanya berputar-putar dalam masalah cinta asmara muda-mudi saja, ia membuka diri terhadap semua masalah yang penting untuk menyempurnakan hidup manusia. Masalah cinta dalam sastra kadang hanya penting untuk sekedar menyusun plot cerita saja, masalah yang sebenarnya sedang berkembang diluar. Kejadian atau pengalaman yang diceritakan dalam karya sastra novel biasa dialami atau sudah dialami oleh manusia mana saja dan kapan saja, karya sastra novel membicarakan hal-hal yang universal dan nyata, tidak membicarakan kejadian artificial ( yang dibikin- bikin ) dan bersifat kebetulan. Dalam dunia sastra, novel adalah medium sejarah. Pramodya adalah salah satu contoh dari orang yang merekam sejarah dengan novel. Dengan novel-novel pulau biru
(Bumi manusia, Anak semu bangsa, jejak langkah, dan Rumah kaca),
6
sastrawan kebanggaan Indonesia ini mengenal kepada kita mengenai masa penjajahan dan mengisahkan juga bagaimana adapt jawa saat itu begitu kental melingkari masyarakat. Selain pramodya, kita bias melihat perkembanganperkembangan waktu oleh novel-novelnya langit kresna hariadi yakni novel gajah mada, achiat k. miharja dengan atheis-nya yang mengantarkan bandung tempo dulu, dan yang terakhir novel Laskar pelangi yang akhirnya dirilis menjadi sebuah film layar lebar. Mengingat sejarah hadir dari perfektif penulisnya, maka sejarah dalam novel juga menjadi sebuah situasi, dari sisi social, ekonomi, politik, dan sebagainya. Maka dari itu, sejarah yaitu berisikan fakta, maka novel sejarah adalah sebuah rekontruksi dari fakta-fakta dalam peristiwa yang terjadi dimasa lalu sepenuhnya atau sebagian. PT Gramedia Widiasarana Indonesia yang lebih dikenal dengan Grasindo merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penerbitan yang berdiri pada tahun 1990, dimana pada awalnya, grasindo bergerak dibidang perbitan buku-buku teks atau pelajaran, seiring dengan kebutuhan dari berbagai kalangan, maka grasindo juga mengembangkan sayapnya ke buku-buku diluar buku teks atau buku pelajaran. Diawali dengan terbitnya buku-buku cerita-cerita rakyat, lagu anakanak dll dan novel 9 Matahari ini merupakan salah satu hasil terbitan grasindo, bercerita tentang realitas kehidupan seorang mahasiswi, dan memiliki nilai pesan yang baik serta penghargaan terhadap pentingnya sebuah pendidikan. 9 Matahari adalah novel pertama Adenita, yang bercerita tentang sebuah impian gadis muda bernama “Matari Anas”. Seorang gadis dai keluarga miskin
7
yang mempunyai mimpi dan cita-cita besar untuk menjadi seorang sarjana, meski untuk hal itu dia harus bekerja membanting tulang di perantauan, bekerja untuk hidup dan kuliahnya karma orangtuanya tidak mampu membiayai. Semangat matari yang tinggi membawa pada suatu keyakinan bahwa impian itu pasti akan dapat dicapai, walau realitanya banyak tantangan dan kesulitan yang harus dihadapinya, hutang yang semakin menumpuk, kelelahan fisik dan mental akibat keharusan berbagi antara kuliah dan mencari uang, serta tidak adanya dukungan positif dari keluarga. Tidak hanya 9 Matahari yang ada dalam novel ini begitu banyak energi matari untuk bertahan hidup, tetap tersadar dan bersyukut, tidak terhalang bermimpi, berlari dan berlari lagi untuk mencapainya. Banyak sekali lika-liku kehidupan yang berat dalam cerita ini. Bagaimana perjuangan matari untuk mengejar impiannya itu, yang mempunyai tekad mewujudkan menjadi seorang sarjana dan berguna bagi diri sendiri, keluarga, dan orang-orang sekitarnya. Walau keluarganya gagal membiayai kuliahnya karena terlalu miskin dan secara emosional sedang labil, dia berusaha mandiri, bertahan dengan energi positif yang luar biasa. Penelitian ini mengunakan analisis semiotika, dengan meneliti realitas kehidupan yang terdapat dalam novel 9 Matahari. Semiotika adalah ilmu atau metode untuk mengkaji tanda. Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, gagasan, dan lain-lain. Melalui analisis semiotika, kita tidak hanya mengetahiu bagaimana isi pesan yang ingin disampaikan melainkan bagaimana pesan itu dibuat, symbol-simbol apa yang
8
digunakan untuk mewakili pesan-pesan dan realitas melalui novel yang disusun dan disampaikan kepada khalayak. Semiotika merupakan rujukan ilmu yang mengkaji tentang tanda dan bentuk-bentuk symbol yang dihasilkan oleh manusia, untuk memecahkan suatu kode dalam kehidupan manusia dalam menyampaikan suatu pesan. Semiotika berguna utnuk menganalisis makna teks. Teks adalah bentuk pelukisan realitas, baik benda (material), peristiwa, atau tindakan. Realitas dan teks merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki hubungan yang saling menguntungkan, sebuah teks pada awalnya mengambil bahan bakunya dari realitas dan dunia tindakan, akan tetapi dengan kemampuan manusia dalam mengimajinasikan dunia fiksi melalui kreatifitasnya, maka dunia fiksi tersebut dapat mempengaruhi atau membentuk manusia tentang realitas. Menganalisis novel 9 Matahari dengan metode semiotika merupakanhal yang sangat menarik, dan penting untuk dianalisis. Untuk dijadikan kajian sebagai bahan atau metode dalam menyampaikan pesan, yang berpengaruh dalam mengendalikan pikiran, sikap dan prilaku manusia yang membuahkan kesadaran akan pentingnya dan berharganya arti sebuah pendidikan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti mengangkat
permasalahan
tersebut
dalam
judul
skipsi,
“ANALISIS
SEMIOTIKA REALITAS DALAM NOVEL 9 MATAHARI KARYA ADENITA”.
9
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas,
maka peneliti mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut : 1.
Bagaimana seorang mahasiswa meraih impiannya dan mengkonstruksikan realitas kehidupan sosialnya ke dalam analisis semiotika.
2.
Bagaimana proses penyampaian novel 9 matahari ke dalam kehidupan realitas.
3.
Realitas apa saja yang terkandung dalam novel 9 Matahari.
1.3
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui konstruksi realitas yang ada dalam novel 9 matahari.
2.
Untuk mengetahui proses penyampaian realitas dalam cerita novel 9 matahari.
3.
Untuk mengetahui realitas yang terdapat dalam novel 9 matahari.
1.4
Kegunaan Penelitian Penulisan skripsi ini terdapat dua kegunaan penelitian yang diperoleh :
1.4.1
Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti sendiri adalah untuk menambah pengetahuan dalam melihat realitas yang ada, memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai kegiatan komunikasi melalui sebuah novel 9 matahari, serta dapat menelaah pesan yang ingin diungkapkan dalam setiap cerita yang ada didalamnya.
10
b. Hasil penelitian ini mudah-mudahan dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2
Kegunaan teoritis
a. Hasil penelitian ini adalah untuk melihat analisis ini sebagai bentuk pragmatis dan proses serta memberikan bentuk uraian penelitian yang berbeda dalam perkembangan ilmu komunikasi umumnya, jurnalistik khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kepustakaan dalam bidang komunikasi khususnya yang berhubungan dengan jurnalis serta menjadi bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan dengan masalah yang diteliti.
1.5
Kerangka Pemikiran Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontruksi
social atas realitas. Kontruksi social atas realitas memandang pekerjaan media pada hakikatnya adalah menkontruksikan realitas, isi media adalah hasil para pekerja media mengkontruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Teori kontruksi sosial yang dipopulerkan oleh Peter Ludwig Berger dan Thomas Luckman, mereka menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya. Dalam hal ini, individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan diamati bersama secara subjektif. Kontruksi sosial atas realitas oleh media masa tentang suatu fenomena tentu sja memberi pengaruh besar terhadap pemaknaan masyarakat terhadap pemaknaan masyarakat terhadap realitas. Realitas sosial tidak dapat berdiri tanpa kehadiran individu, baik didalam atau diluar realitas. Realitas sosial memiliki
11
makna, jika realitas sosial dikontruksi dan dimaknakan secara objektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Kemudian, individu mengkontruksiki realitas sosial, dan mengkontruksikannya kembali dalam dunia realitas. Setiap upaya yang dilakukan media dalam menceritakan suatu peristiwa, keadaan benda, ataupun, merupakan usaha mengkontruksikan realitas. Dalam hal ini, media memiliki peluang besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikontruksikan terhadap pembaca. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Ferdinand De Saussure, dimana model ini menjelaskan struktur dan proses terbentuknya komunikasi melalui tanda, karena tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar mereflesikan realitas yang ada, serta mengungkap makna-makna yang tersembunyi dibalik tanda. Pada hakikatnya isi media adalah hasil kontruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasar’nya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat mereflesikan realitas, namun juga bisa menentukan relif seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikontruksikan. Saussure dalam buku Alex Sobur yang berjudul Analisis Teks Media mengatakan
bahwa:
“Persepsi
pandangan
kita
tentang
realitas,
dikontruksikan untuk kata-kata dan tanda-tanda dalam konteks social” (2006:87)
12
Disebabkan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh media adalah realitas yang dikontruksikan, manakala kontruksi realitas media berbeda dengan realitas yang ada dimasyarakat, maka hakikatnya telah terjadi kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik bisa berwujud melalui penggunaan bahasa penghalusan, pengaburan atau bahkan pengasaran fakta. Kekerasan simbolik tidak hanya beroprasi melalui bahasa, namun juga terjadi pada isi media itu sendiri, yakni pada apa yang diucapkan, disampaikan atau diekspresikan. Manusia memiliki keterbatasan dalam mengungkap realitas, penangkapan manusia terhadap realitas sangat dibatasi ruang dan waktu. Manusia tidak dapat mengalami dua realitas yang berbeda didalam ruang dan waktu yang simultan dan dalam waktu yang bersamaan. Media memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Peran media sangat penting karena menampilkan sebuah cara dalam memandang realitas. Para produser mengendalikan isi medianya melalui cara-cara tertentu untuk menyandiakan pesan-pesan. Peristiwa tidak bisa menunjang agar bisa dipahami, peristiwa harus dijadikan bentuk-bentuk simbol. Komunikator mempunyai pilihan kode-kode atau kumpulan simbol, pilihan tersebut akan mempengaruhi makna peristiwa bagi penerimanya. Pusat perhatian semiotika pada kajian komunikasi adalah menggali apa yang tersembunyi dibalik bahasa, pemikiran saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda.
13
Menurut pandangan Saussure, bahwa elemen dasar bahasa adalah tandatanda lingustik atau tanda-tanda kebahasaan, yang biasa disebut “kata-kata”. Tanda merupakan kesatuan dari signifier (penanda), dan signified (petanda). Walaupun penanda dan petanda tampak sebagai etintas yang terpisah namun keduanya hanya sebagai komponen dari tanda. Hubungan keduanya dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu, ikon, indeks, dan symbol. Dalam pandangan saussure, makna sebuah tanda sangat dipenuhi oleh tanda yang lain. Tanda mengekspresikan gagasan sebagai kejadian mental yang berhubungan dengan pikiran manusia. Jadi, secara implicit tanda dianggap sebagai alat komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan bertujuan mengatakan maksud. Metode semiotika memungkinkan peneliti untuk mengembangkan penafsiran subjektif terhadap teks yang diteliti dengan cara memecahkan dan menjabarkan teks menjadi komponen-komponen unit makna. Metode semiotika ini dapat memasok sejumlah penafsiran, terhadap makna suatu teks. Saussure meyakini bahwa semiotika dapat digunakan untuk menganalisis sejumlah besar “sistem tanda”, dan bahwa tidak ada alasan bahwa semiotika tidak dapat diterapkan pada bentuk media atau bentuk kultur apapun. Semiotika adalah sebentuk hermeneutika (yaitu nama klasik untuk studi mengenai penafsiran sastra). Pada dasarnya saat ini semiotika menjadi alat pengkaji tanda yang kaya akan pendekatan-pendekatan dari berbagai macam pemikiran. Metode semiotik tidak dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran makna. Penekanan disini bukan pada tahap proses,
14
melainkan teks dan interaksinya dalam memproduksi dan menerima suatu kultur atau budaya. Semiotik telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Analisis semiotika tidak dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran makna. Penekanan disini bukan pada tahapan proses, melainkan teks dan interaksinya dalam memproduksi dan menerima suatu kultur atau budaya. Semiotika telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Karya sastra dianggap sebagai tanda-tanda yang dibentuk untuk relasi dengan tanda yang lain. Tandaini menimbulkan reaksi pembaca untuk menafsirkannya, proses penafsiran terjadi karena tanda yang bersangkutan mengacu pada realita.
15
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika Realitas dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita
Analisis Semiotika Realitas dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita
Konstruksi Sosial atas Realitas
Model Ferdinand de Saussure
Analisis Semiotika
Signifier
Signified
( Penanda)
(Petanda)
Ikon
Tokoh Matari Anas Tokoh Biran Anas Keluarga Titipan Keluarga Seruling Empat Serangkai
Indeks
Utang Kemiskinan Depresi Emosional
Simbol
Matahari Tulang Punggung Persahabatan Persaudaraan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lainbaik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga, ditempat pekerjaan, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi. Komunikasi pada hakikatnya adalah proses pernyataan antar manusia. Orang yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang yang menerima pernyataan disebut komunikan (communicatiee). Effendy dalam bukunya yang berjudul Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, mengemukakan bahwa pengertian komunikasi yaitu : “Komunikasi adalah
proses
penyampaian
pesan
oleh
komunikator
kepada
komunikan”(2003:28). Pada
dasarnya
proses
komunikasi
tersebut
berfungsi
untuk
menginformasikan pesan yang hendak disampaikan, mendidik kepada sasaran komunikasi (komunikan) dari pesan yang disampaikan, menghibur dan mempengaruhi komunikan melalui pesan yang disampaikan. Sengaja atau tidak disengaja bentuk interaksi manusia saling mempengaruhi satu sama lainnya dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal ataupun non verbal. Salah satu prinsip komunikasi adalah komunikasi merupakan suatu proses simbolik. Penggunaan lambang dan simbolisasi adalah salah satu kebutuhan pokok manusia.
16
17
2.2
Pengertian Komunikasi Massa Komunikasi berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama disini berarti sama makna. Saat dua atau lebih manusia terlibat dalam komunikasi, maka komunikasi itu berlangsung selama ada kesamaan makna diantara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Dilihat dari proses terjadinya komunikasi, onong dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek membagi proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap: 1. Proses komunikasi secara primer adalah hasil proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambing (simbol) sebagai media. Lambing sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahsa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komuniukan. 2. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambing sebagai media pertama. Penggunaan media kedua dalam melancarkan komunikasi karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relif jauh atau jumlahnya banyak (Effendy, 2000:11-16) Dalam kehidupan sehari-hari, yang disebut sebagai media komunikasi adalah media kedua, sebab jarang sekali orang menggagap bahasa sebagai media komunikasi. Hal tersebut disebabkan bahasa sebagai lambing beserta isi dari pikiran dan atau perasaan merupakan satu kesatuan pesan yang tidak dapat dipisahkan. Salah satu bentuk komunikasi diantaranya yaitu komunikasi massa. Komunikasi massa ini diartikan sebagai komunikasi yang menggunakan media
18
massa sebagai medianya. Kebutuhan akan informasi diperlukan oleh setiap manusia, dapat bersumber dari media massa cetak maupun ekektronik. Apapun bentuk penyerapan informasi tersebut yang bersumber dari media massa cetak maupun elektronik tanpa disadari manusia semakin tak dapat dipisahkan dari pengaruh media massa. Media massa merupakan sebuah bentuk komunikasi massa. Definisi komunikasi massa dalam pandangan Bittner yang dikutip oleh Ardianto dan Erdinaya dalam buku yang berjudul Komunikasi Suatu Pengantar yaitu “Pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (2004:3)
Sebuah pesan atau informasi yang disajikan atau dikomunikasikan kepada khalayak luas melalui media massa, itulah yang disebut dengan komunikasi massa. Jika pesan atau informasi tersebut disajikan atau dikomunikasikan melalui media massa maka tidak dapat disebut sebagai komunikasi massa. Jadi komunikasi massa selalu berhubungan dengan sebuah pesan yang disajikan melalui media massa. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci, dikemukakan oleh seorang ahli komunikasi yaitu Gerbner
dalam buku Komunikasi Massa Suatu
Pengantar, komunikasi massa adalah “Produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri”. (2004:4) Dari definisi diatas menjelaskan bahwa komunikasi massa menghasilkan sebuah produk. Berupa pesan-pesan komunikasi yang disebarkan kepada khalayak
19
luas secara teratur atau terus-menerus misalnya, dalam surat kabar harian, mingguan, bulanan, atu buku yang berperiode. Kegiatan tersebut tidak bisa dilakukan secara individu atau perorangan tetapi oleh sebuah lembaga yang membutuhkan teknologi dalam profesinya
2.2.1
Fungsi Komunikasi Massa Komunikasi memiliki peranan atau fungsi yang sangat penting. Sebab
cakupan komunikasi massa lebih luas dari pada jenis komunikasi yang lain sebab komunikasi massa menggunakan media massa dalam penyebarannya. Fungsi komunikasi massa yang dikemukakan Karlina yang dikutip oleh Ardianto dan Erdinaya dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar yaitu : a. Fungsi Informasi Fungsi memeberikan informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak. b. Fungsi Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (massa education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. c. Fungsi Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implicit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi ataupun surat kabar. d. Fungsi Proses Pengembangan Mental Pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.
20
e. Fungsi Adaptasi Setiap manusia berusaha untuk menyesuaikan diri dengan dunianya untuk dapat bertahan hidup. Proses komunikasi membantu manusia dalam proses penyesuaian tersebut. f. Fungsi Manipulasi Lingkungan Memanipulasi lingkungan artinya berusaha untuk mempengaruhi. Setiap orang berusaha untuk saling mempengaruhi dunia dan orang-orang yang berada disekitarnya. Dalam fungsi memanipulasi, komunikan digunakan sebagai alat control utama dan pengaturan lingkungan. (2004:19-22) Fungsi komunikasi massa sebenarnya lebih efektif jika dilihat dari jumlah orang yang menerimanya atau dari segi kuantitas, tetapi jika dilihat dari segi kualitas masih kurang dengan jenis komunikasi lain, sebab komunikasi massa bersifat satu arah dan feed back dari komunikasi tidak dapat langsung diterima atau delayed. Namun sayangnya perkembangan fungsi komunikasi massa saat ini semakin melenceng dan tidak terlaksana dengan adil. Fungsi pendidikan yang memiliki porsi jauh dari cukup dari tayangan-tayangan yang disajikan oleh televisi swasta. Fungsi informasi pun semakin bergeser menuju pada informasi yang lebih bersifat entertainment, atau yang lebih popular dengan kata infotainment.
2.2.2
Hambatan-Hambatan Komunikasi Massa Dalam pelaksanaannya komunikasi massa tidak sepenuhnya berjalan dengan
lancar tanpa hambatan. Hambatan dalam komunikasi massa terjadi karena berbagai sebab. Hambatan ini dapat menyebabkan terhentinya arus informasi kepada khalayak luas.
21
Ardianto dan Erdinaya dalam bukunya Komunikasi Massa Suatu Pengantar membagi tiga jenis hambatan dalam komunikasi massa, hambatanhambatan tersebut adalah : 1.
2.
Hambatan Psikologis a. Kepentingan (interest) : Kepentingan atau interest akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Seseorang akan mengkomsumsi pesan dengan kepentingannya. b. Prasangka (prejudice) Berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain dan sikap serta prilakunya terhadap mereka. c. Setereotip (stereotype) Gambaran atau tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan lain yang bercorak negative. d. Motivasi (motivation) Dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu. Hambatan Sosiokultural a. Aneka Etnik : Perbedaan etnik di Indonesia yang berbeda-beda karakter, menyebabkan salah satu hambatan dalam berkomunikasi, b. Perbedaan norma sosial : dalam menyusun pesan, komunikator perlu mengkaji apakah pesan tidak melanggar norma sosial tertentu. c. Kurang mampu berbahasa Indonesia : masalah akan timbul jika komunikan tidak dapat menerima pesan yang berbahasa Indonesia. Ini berarti pesan tidak akan sampai. d. Faktor sematik : komunikator salah mengucap katakata atau istilah sebagai akibat berbicara terlalu cepat dan adanya perbedaan makna dan pengertian untuk kata atau istilah yang sama sebagai akibat psikologis. e. Pendidikan belum merata : masalah akan timbul jika komunikan yang berpendidikan rendah tidak dapat menerima pesan secara benar karena keterbatas daya nalarnya. f. Hambatan mekanis : hambatan secara teknis maupun akibat cuaca buruk sehingga gambar atau informasi yang diterima tidak jelas.
22
3.
Hambatan Interaksi Verbal a. Polarisasi : kecenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk eksterm, seperti positf negative. b. Orientasi Intensional : kecenderungan kita untuk melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan cirri yang melekat pada mereka. c. Evaluasi statis : persepsi atau penilaian komunikan terhadap komunikator yang tetap atau statis. d. Indiskriminasi : komunikan mengkategorikan komunikator menurut kebangsaan, agama, atau disiplin ilmu. (2004:83-93)
Berbagai hambatan diatas perlu diketahui dan dipahami oleh komunikator, sebagai penyampaian pesan. Baik lembaga institusi, media maupun individu. Agar pesan yang disampaikan akan tetap efektif dan sesuai dengan tujuan. Dengan adanya pemahaman tersebut mengenai jenis-jenis hambatan tersebut komunikator dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
2.3 Pengertian jurnalistik dan Pers Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap har. Dengan demikian jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik Menurut Adinegoro dalam buku Baksin yang berjudul Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek, menegaskan bahwa : “Jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk memberi perkabaran pada masyarakat lekaslekas agar tersiar seluas-luasnya”. (2006:16)
23
Pengertian diatas menggambarkan bahwa kegiatan bahwa kegiatan jurnalistik
merupakan
suatu
kegiatan
mencari,
memperoleh,
memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data, dan grafik maupun dalam bentuk media cetak (buku, surat kabar, dan majalah), media elektronik (televisi, dan radio), dan segala jenis saluran yang tersedia. Sedangkan
pengertian
menurut
Roland
E.
Worseley
dalam
Understanding Magazin (1969), dalam Mapatoto, seperti dikutip oleh Sumandiria dalam Jurnalistik Indonesia, menyebutkan : Jurnalistik adalah pengumpulan, penulisan, penafsiran, pemrosesan, dan penyebaran informasi umum, pendapat pemerhati, hiburan secara umum secara sistematis dan dapat dipercaya untuk diterbitkan pada surat kabar, majalah, dan disiarkan di stasiun siaran. (2006:3) Pada dasarnya ilmu jurnalistik merupakan salah satu bagian dari ilmu komunikasi hingga pada akhirnya jurnalistik dapat dikatakan sebagai ilmu terapan yang didalamnya mencangkup keterampilan dalam menghasilkan sebuah karya di bidang jurnalistik seperti yang diungkapkan oleh Wahyudi dalam buku DasarDasar Jurnalistik Radio dan Televisi, sebagai berikut : karya jurnalistik adalah uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan penjelasan masalah hangat yang sudah disajikan kepada khalayak melalui media massa periodik, baik cetak maupun elektronik. (1991:1) sangat jelas tertulis mengenai karya jurnalistik lebih mengedepankan nilai berita yang setelah diproses oleh media akan disajikan pada khalayak, secara berkala, sehingga menjadi sebuah kebutuhan informasi bagi khalayak.
24
Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers, bukan pula media massa. Tetap memiliki hubungan yang saling berkaitan antara ketiga istilah tersebut. Di mana jurnalistik merupakan kegiatan yang berada dalam suatu lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yaitu pers, dan melalui atau menggunakan media massa dalam menyampaikan pesan yang menghubungkan kepada khalyak banyak. Dan kegiatan jurnalistika lah yang memungkinkan pers dan media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Pers da jurnalistik merupakan dwitunggal . pers tidak mungkin bekerja sendiri tanpa jurnalistik, sebaliknya jurnalistik tanpa pers tidak akan mungkin mewujudkan suatu karya yang bernama berita. Nurudin dalam Sistem Komunikasi Indonesia, mengutip pendapat Wilbur Schramm (1973) yakni: “Pers bisa dianggap sebagai pengamat, forum, dan guru (watcher, forum, dan techer) (2004:70).” Undang-undang No 11 tahun 1966, tentang ketentuan pokok pers, sebagaimana ditambahkan dalam UU No. 4 tahun 1967 dan diubah lagi dalam UU No 21 tahun 1982, yang dikutip oleh Djuroto dalam buku Manajemen Penerbitan Pers, yaitu : Pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat perjuangan nasional yang mempunyai karya sebagai salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum, berupa penerbitan yang teratur waktu terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat milik sendiri berupa percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil atau alatalat tehnik lainnya. (2000:4)
Pers dituntut untuk memberikan laporan dan ulasan mengenai suatu peristiwa yang baru terjadi kepada public setiap hari, serta mampu menyediakan tempat (forum) bagi khalayak untuk mengeluarkan pendapat secara tertulis. Pers
25
menjadi “wadah diskusi” dalam mengeluarkan ide atau gagasan, lalu menggapainya. Selain itu, pers juga mendidik masyarakat ke arah kemajuan. Pers hidup ditengah-tengah masyarakat, tetapi bukan bagian dari masyarakat karena pers hidup dan dikenal sebagai lembaga kemasyarakatan. Kebebasan pers dalam jurnalistik modern tidak hanya kebebasan menyiarkan berita akan tetapi juga secara jauh kebebasan tadi menyangkut kebabasan untuk mendapatkan fakta-fakta dari sumber-sumber berita. Kebebasan pers tidak berarti bahwa wartawan didalam menjalankan tugasnya dapat berbuat semaunya, karena wartawan didalam menjalankan profesinya juga terikat dengan aturan-aturan perundang-undangan yang menyagkut delik pers dan untuk mencegah masyarakat dirugikan oleh pers, maka diatur pila ketentuan-ketentuan mengenai etika pers atau kode etik pers.
2.4
Ruang Lingkup Analisis Semiotika
2.4.1
Pengertian Semiotika Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani, semeion
yang berarti “tanda”, tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lainnya. Secara terminologis semiotika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Pokok perhatian semiotika adalah tanda. Tanda itu sendiri adalah sesuatu yang memiliki ciri khusus yang penting. Pertama, tanda harus dapat diamati,
26
dalam arti tanda itu dapat ditangkap. Kedua, tanda harus menunjuk pada sesuatu yang lain. Artinya bisa menggantikan, mewakili, dan menyajikan. Dimana relasi tersebut kemudian memunculkan makna. ‘tanda’ dan ‘hubungan’ kemudian menjadi kata-kata kunci dalam analisis semiotik. Semiotika modern memiliki dua tokoh, yaitu Fedinand de Saussure (18571913), dan Charles Sander Peirce (1839-1914). Saussure merupakan ahli linguistic, sedangkan Peirce ahli filsafat dan logika. Saussure mewakili semiotika continental,
sementara
Pierce
mewakili
semiotika
Amerika.
Saussure
mengembangkan ilmunya di Eropa, sementara Pierce di Amerika Serikat. Sobur dalam bukunya berjudul Analisis Teks Media, menjelaskan semiotika sebagai : Ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimanya oleh mereka yang menggunakannya (2006:96)
Lebih jelas dikemukakan oleh Preminger, yang dikutip Alex Sobur dalam bukunya, Analisis Teks Media bahwa : Semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotika itu mempelajari system-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. (2006:96) Semiotika menaruh perhatian pada stuktur pesan komunikasi dalam hubungannya dengan stuktur masyarakat dimana stuktur komunikasi itu bekerja, dan memperhitungkan proses decoding atau pembaca berdasarkan kemungkinan pengalaman cultural dari pembaca.
27
Fiske dalam bukunya Communication and Cultural Studies, menjelaskan tiga bidang studi utama yaitu : 1. Tanda itu sendiri. Hal ini tediri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah kontruksi manusia yang hanya bisa dipahami dalam artian manusia dan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya. 2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencangkup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengekplorasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya. 3. kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri. (2007:60)
Manusia dalam hidupnya tidak bisa lepas dari tanda, karena tanda membantu manusia dalam melakukan komunikasi dengan sesamanya, juga merupakan dasar dari seluruh komunikasi yang adadi muka bumi. Tanda tidak hanya terbatas pada benda. Ada atau tidak adanya suatu peristiwa, sebuah kebiasaan, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, disebut juga sebagai tanda. Tanda bekerja berdasarkan konvensi atau kesepakatan yang telah diputuskan bersama sebelumnya. Segala sesuatu yang bisa diamati dan dibuat teramati, dapat juga disebut juga tanda. Sebuah kata, isyarat lambaian tangan, suatu keheningan, berbicara gugup, nada bicara merupakan sebuah tanda. Metode analisis semiotik pada dasarnya lebih menekankan perhatian mengenai apa yang disebut lambang-lambang yang mengalami “retak teks”. Maksud dari “retak teks” disini adalah (kata, istilah, kalimat, paragraph) dari teks yang ingin dipertanyakan lebih lanjut dicari tahu artinya atau makna-maknanya.
28
Dengan mengamati tanda-tanda (signs) yang terdapat dalam sebuah teks (pesan) kita dapat mengetahui ekspresi emosi dan kognisi si pembuat teks atau pembuat pesan itu. Metode semiotik tidak dipusatkan pada transmisi pesan, melainkan pada penurunan dan pertukaran makna. Penekanan disini bukan pada tahap proses, melainkan teks dan interaksinya dalam memproduksi dan menerima suatu kultur atau budaya. Semiotik telah digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam menelaah sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Misalnya karya sastra dan teks berita dalam media, karya sastra yang ditelaah dari segi semiotik. Teks dalam karya sastra dianggap sebagai tanda-tanda yang dibentuk oleh relasi dengan tanda yang lain. Tanda ini menimbulkan reaksi pembaca untuk menafsirkannya. Proses penafsiran terjadi karena tanda yang bersangkutan mengacu pada suatu kenyataan. Saussure, sebagai ahli linguistic identik dengan ‘semiotika signifikasi’ (semiotics of signification) atau ‘semiotika strukturalis’. Sedangkan pierce mengembangkan
‘semiotika
komunikasi’
(semiotics
of
communication).
Perbedaan pandangan diantara keduanya, bukan suatu perseturuan dalam dunia semiotika. Melainkan, sebuah totalitas yang saling melengkapi satu sama lainnya.
2.4.2
Semiotika Struktural Secara umum, strukturalisme memandang dunia sebgaqi realitas atau
kenyataan yang berstruktur. Teori ini lahir dari pemikiran Ferdinand De Saussure. Semiotika struktural lebih menekankan pada teori tanda dan pemahamannya
29
dalam suatu konteks tertentu, serta memperhatikan cara tanda sebagai sebuah sistem dan struktur. Sobur dalam Analisis Teks Media, menjelaskan bahwa : Strukturalisme tidak hanya menaruh perhatian pada bahasa verbal, tetapi juga pada setiap system tanda yang mengandung sifat seperti bahasa, dan strukturalisme kurang mengarahkan perhatian pada system tanda itu sendiri dan lebih memusatkan perhatian pada upaya memilih teks dan artinya dalam hubungan dengan kebudayaan ‘tuan rumah’ (2008:108). Strukturalisme berasumsi bahwa teks adalah fungsi dari isi dan kode, sedangkan makna adalah produk dari sistem hubungan.semiotika struktural tidak hanya berkaitan dengan tanda sebelumnya, melainkan mencakup tanda lain yang dipahami manusia seperti peristiwa fisik yang berasal dari alam, dan tingkah laku manusia yang tidak disengaja, seperti isyarat tangan. Dalam semiotika struktural, pemaknaan tanda bersifat searah dengan individual. Strukturalisme pada dasarnya brasumsi bahwa karya sastra merupakan suatu kontruksi dari unsure tanda-tanda. Strukturalisme memandang bahwa keterkaitan dalam struktur itulah yang mampu memberikan makna yang tepat. Inner structur dari suatu karya sastra lah yang menjadi objek telaahan strukturalisme. Strukturalisme semiotik adalah strukturalisme yang dalam membuat analisis pemaknaan suatu karya sastra mengacu pada semiologi. Semiologi atau semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda dalam bahasa dan karya sastra. Istilah semiotika dikenal juga dengan semiologi. Keduanya kurang lebih dapat saling menggantikan karena sama-sama digunakan untuk mengacu kepada ilmu tentang tanda. Dalam sejarah linguistik, ada yang menggunakan istilah
30
semasiologi, sememik, dan semik. Semua istilah tersebut merujukpada ilmu yang mempelajari tentang makna atau arti dari suatu lambang dan tanda Komarudin Hidayat, yang dikutip Alex Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media bahwa : Bidang kajian semiotik atau semiologi adalah mempelajari fungsi tanda dalam teks, yaitu bagaimana memahami sistem tanda yang ada dalam teks yang berperan membimbing pembacanya agar bisa menangkap pesan yang terkandung didalamnya. Dengan ungkapan lain, semiologi berperan untuk melakukan negosiasi terhadap kode-kode yang dipasang oleh penulis agar pembaca bisa memasuki bilik-bilik makna yang tersimpan dalam sebuah teks. Seorang pembaca, ibarat pemburu harta karun yang bermodalkan peta, harus paham terhadap sandi dan tanda-tanda yang menunjukan dimana “makna-makna” itu disimpan dan kemudian dengan bimbingan tanda-tanda baca itu pintu makna dibuka (Hidayat,1996:163-164).
Dari kutipan diatas, Komarudin Hidayat jelas tidak membedakan istilah semiotik dan semiologi, hanya saja yang membedakan semiologi dan semiotika terletak pada penggunaan kata yang mencerminkan pemikiran pemakainya. Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dengan asumsi bahwa media itu sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda. Aliran strukturalisme modern pun menekankan bahwa kehidupan kita ditopang oleh struktur-struktur, jauh dibawah kesadaran roh-roh; struktur-struktur itu merupakan pola-pola, jaringan-jaringan yang memberikan arti dan makna kepada gambaran-gambaran material. Strukturalisme memfokuskan diri pada kode-kode, kebiasaan-kebiasaan, dan proses pertanggungjawaban untuk kejelasan pekerjaan.
31
Saussure, seperti yang dikutip Sobur dalam Semiotika Komunikasi menjelaskan tanda sebagai : Kesatuan yang ta dapat dipisahkan dari dua bidang, yaitu bidang penanda (signifier) untuk menjelaskan ‘bentuk’ atau ‘ekspresi’; dan bidang penanda (signified), untuk menjelaskan ‘konsep’ atau ‘makna’ (2006:viii). Saussure berpendapat bahwa didalam tanda, terungkap juga citra bunyi atau konsep sebagai dua komponen yang tidak terpisahkan, yakni penanda dan petanda. Hubungan keduanya memerlukan konvensi sosial (social convention) yang didalamnya mengatur pengkombinasian berbagai tanda dan makna. Hubungan antara penanda dan petanda ini disebut signifikasi. Karena itu, semiotika struktural dikenal juga dengan semiotika signifikasi. Sobur dalam Semiotika Komunikasi memaparkan bahwa : Semiotika signifikasi menaruh perhatian pada ‘relasi’ sistemik antara perbendaharaan tanda, aturan pengkombinasiannya (code), dan konsep-konsep (signified) yang berkaitan dengannya (2006:ix). Kode bertindak sebagai seperangkat aturan atau konvensi bersama yang didalamnya tanda-tanda dikombinasikan, sehingga memungkinkan pesan tersebut dikomunikasikan dari seseorang kepada orang lainnya. Pokok-pokok pikiran linguistik saussure yang utama mendasarkan diri pada perbedaan dari beberapa pasangan konsep pertama, konsepnya tentang bahasa (langage) dengan pasangan konsep langue dan parole. Kedua, dua jenis pendekatan dalam linguistic, yaitu sinkronik dan diakronik. Ketiga, konsepnya tentang tanda dengan pasangan penanda (signifier) dan petanda (signified).
32
Langue adalah cabang linguistic yang menaruh perhatian pada tanda-tanda (sign) bahasa atau ada pula yang menyebutkan sebagai kode-kode (code) bahasa. Langue mempunyai objek studi system atau tanda atau kode, dan bersifat sinkronik dalam arti tanda atau kode itu dianggap baku sehingga mudah disususn sebagai system. . Parole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa sebagaimana terlihat dalam penggunaannya. Parole lebih memperhatikan faktor pribadi pengguna bahasa, unit dasarnya adalah kalimat, dan bersifat diakronik dalam arti sangat terikat oleh dimensi waktu pada saat terjadi pembicaraan. Bahasa dilucuti strukturnya dan dianalisis dengan cara mempertalikan penggunaannya beserta latar belakang penggunaan bahasa itu. Usaha-usaha menggali makna teks harus dihubungkan dengan aspek-aspek lain di luar bahasa itu sendiri atau sering juga di sebut sebgai konteks. Teks dan konteks menjadi dua kata yang ta terpisahkan, keduanya berkelindan membentuk makna. Konteks menjadi penting dalam interpretasi, yang keberadaannya dapat dipilah menjadi dua, yakni intratekstualitas dan intertekstualis. Intratekstualitas menunjuk pada tanda-tanda lain dalam teks, sehingga produksi makna bergantung pada bagaimana hubungan antar tanda dalam sebuah teks. Sementara intertekstualis menunjuk pada hubungan antar teks altau teks yang satu dengan teks yang lain.
2.4.3
Semiotika Komunikasi Semiotika komunikasi sebagai sebuah metode analisis tanda guna
mengupas tuntas makna sebuah tanda layak diterapkan dan disikapi secara
33
proaktif sesuai dengan konteksnya. Ada sebuah “ruang ketiga” (third place) dalam bahasa yang didalamnya menghubungkan antara system tanda dan proses komunikasi. Semiotika dikembangkan oleh Charles Sanders Peirce, seorang fisuf dari Amerika Serikat. Latar belakang Peirce adalah filsafat pragmatism yang lebih menekankan pengalaman, dan penyelidikan eksperimen serta kebenarankebenaran yang mempunyai akibat praktis. Semiotika bagi pierce adalah suatu tindakan (action), pengarruh (influence), atau kerja sama tiga subjek, yaitu tanda (sign), objek (object), dan interpretan (interpretant). Yang dimaksud subjek pada semiotika pierce bukan subjek manusia, tetapi tiga etintas semiotika yang bersifat abstrak sebagaimana disebutkan diatas, yang tidak dipengaruhi oleh kebiasaan berkomunikasi secara konkret. Salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah yang yang ada dalam benak sesorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka munculah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang dikupad teori segitiga makna adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Menurut Peirce, seperti dikutip Eco (1976:15),dalam bukunya Analisis Teks Media, mengatakan bahwa : “ Tanda adalah segala sesuatu yang ada pada seseorang untuk menyatakan sesuatu yang lain dalam beberapa hal
34
atau kepastiana”. Tanda bisa berarti sesuatu bagi seseorang jika hubungan yang “berarti” ini diperantarai oleh interpretan. Teori Peirce menjadi grand theory dalam semiotika. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan, guna membongkar bahasa secara keseluruhan. Pemahaman akan struktura semiosis ini sangat diperlukan bagi penafsir sebagai peneliti, pengamat, dan pengkaji objek yang dipahaminya Pierce ingin mengidentifikasikan partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sobur dalam Analisis Teks Media, menerangkan bahwa dalam mengkaji objek yang dipahaminya, seorang peneliti akan melihat sesuatunya dari jalur logika, yakni: 1. Hubungan penalaran dengan jenis penandanya: a. Qualisigns : penanda yang bertalian dengan kualitas, b. Sinsigns : penanda yang bertalian dengan kenyataan, c. Legisigns : penanda yang bertalian dengan kaidah. 2. Hubungan kenyataan dengan jenis dasarnya: a. Icon : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya (terlihat pada gambar atau lukisan) b. Indeks : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya. c. Symbol : sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat. 3. Hubungan pikiran dengan petandanya: a. Rheme of seme : penanda yang bertalian dengan mungkin terpahaminya objek petanda bagi penafsir, b. Dicent or decision or pheme : penanda yang menampilkan informasi tentang petandanya, c. Argument : penanda yang petandanya akhir bukan suatu benda tetapi kaidah (2006:97-98). Qualisigns adalah tanda-tanda yang merupakan tanda berdasarkan sifat, merupakan tanda pada bidang yang mungkin. Agar benar-benar berfungsi sebagai tanda, qualisigns itu harus memperoleh bentuk. Jadi, qualisigns yang murni pada
35
kenyataannya tidaklah ada. Misalnya, warna merah harus memperoleh bentuk, pada rambu lalu-lintas. Sinisign adalah tanda yang merupakan tanda atas dasar tampilanny
pada
kenyataan.
Semua
pernyataan
individual
yang
tidak
dilembagakan dapat merupakan sinisign. Sebuah jeritan berarti kesakitan, keheranan, langkah kakinya, tertawanya, nada dasar dalam suaranya. Semua itu merupakan sinisign. legisign adalah tanda-tanda yang merupakan tanda atas dasar suatu peraturan yang berlaku umum, sebuah konvensi, sebuah kode. Tanda-tanda lalu litas merupakan legisign. Hal itu dapat juga dikatakan dari gerakan isyarat tradisional, seperti mengangguk itu berarti ‘ya’. Semua tanda bahasa merupakan legisign, karena bahasa adalah kode. Kelebihan semiotika komunikasi adalah kemampuannya dalam menelusuri lekuk liku teks secara detail dan merasakan getaran-getaran halus dari sinyal yang tersembunyi. Logika yang berperan dalam semiotika ialah logika yang menempatkan interpretasi individu tidak diukur berdasarkan salah atau benar, melainkan derajat kelogisannya, yakni interpretasi yang satu lebih masuk akal dari yang lain. Semiotika komunikasi lebih berfokus kepada produksi tanda secara lebih umum dan tidak terlalu berkonsentrasi pada struktur bahasa. Hal ini berbeda dengan saussure yang berpandangn bahwa tanda tersusun atas dua unsure, yaitu signifier dan signified, Peirce berpandangan bahwa tanda tersusun atas tiga unsure, yaitu; reprensentament, object dan interpretant. Representament pada konsep pierce memiliki sifat yang mirip dengan signifier pada konsep saussure, sedangkan interpretant bisa disejajarkan dengan signified.
36
2.4.4
Teori Ferdinand De Saussure Saussure adalah ahli linguistik yang sangat tertarik pada cara kompleks
pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, sehingga ia tidak sungguh-sungguh memperhitungkan makna sebagai proses negosiasi antara pembaca atau penulis dan teks. Tanda menurut saussure bekerja secara pragmatik dan sintagmatik. Sebuah paradigm adalah kumpulan tanda yang dari kumpulan itulah dilakukan pemilahan dan hanya satu unit dari kumpulan itu yang dipilih. Begitu suatu unit dipilih dari sebuah paradigm biasanya kemudian ia dipadukan dengan unit-unit lainnya. Paduan itulah yang disebut sintagm. Menurut saussure, tanda mempunyai dua entitas, yaitu signifier dan signified atau wahana ‘tanda’ dan ‘makna’ atau ’penanda’ dan ‘petanda’. Alex Sobur dalam bukunya, Analisis Teks Media, menjelaskan bahwa, Saussure meletakan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara : 1. Signifier (penanda): Bunyi atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. 2. Signified (petanda): gambaran mental atau konsep sesuatu dari signifier (penanda). Yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. (2006:125)
Penanda mewakili elemen bentuk atau isi, sementara petanda mewakili elemen konsep atau mekna. Keduanya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sebagaimana layaknya dua bidang pada sekeping mata uang atau selembar kertas. Kesatuan antara penanda dan petanda itulah yang disebut sebagai tanda. Pengaturan makna atas sebuah tanda dimungkinkan oleh adanya konvensi
37
sosial di kalangan komunitas bahasa. Suatu kata mempunyai makna tertentu karena adanya kesepakatan bersama dalam komunitas bahasa. Tanda bahasa dengan demikian menyatukan, bukan hal dengan nama, melainkan
konsep
dan
gambaran
akustis.
Menurut
saussure
tanda
“mengekspresikan” gagasan sebagai kejadian mental yang berhubungan dengan pikiran manusia. Jadi, secara implicit tanda dianggap sebagai alat komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan bertujuan menyatukan maksud. Dari penjelasan diatas Saussure menggambarkan tanda yang terdiri atas signifier dan signified itu sebagai berikut pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1 ELEMEN-ELEMEN MAKNA SAUSSURE
Sign
Composed of Signification Signifier plus (physical existence of the sign)
Signified (mental concept)
eksternal reality of meaning
sumber : Jhon fiske, Introduction to Communication Studies, 1990, hal 44
Saussure menyebutkan signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna, sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu dari signifier. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan
38
signification. Dengan kata lain, signification adalah upaya dalam memberikan makana pada dunia (Fiske, 1990:44). Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk cultural. Hubungan antara keduanya bersifat arbitrer (manasuka) dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau peraturan dari kultur pemakaian dari bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, baik pilihan bunyi-bunyinya maupun pilihan untuk mengaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan benda atau konsep yang dimaksud. Karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbitrer, maka makna signifier harus dipelajari, yang berarti ada struktur yang pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna. Sifat arbitrer antara signifier dan signified
serta kaitan antara kedua
komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak dapat menentukan signified (petanda) mana yang boleh dikaitkan dengan signifier (petanda). Van Zoest, dan Saussure dalam buku Alex Sobur yang berjudul Analisis Teks Media menghubungkan antara signifier (penanda) dan signified (petanda) kedalam tiga tingkatan, yaitu: 1. Ikon merupakan tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandai. 2. Indeks merupakan tanda yang kehadirannya menunjukan adanya hubungan yang ditandai 3. Simbol merupakan sebuah tanda dimana hubungan antara signifier (petanda) dan signified (petanda) semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan. (2006:126)
39
Dalam pandangan saussure, makna sebuah tanda sangat dipenuhi oleh tanda yang lain. Tanda mengekspresikan gagasan sebagai kejadian mental yang berhubungan dengan pikiran manusia. Jadi, secara implicit tanda dianggap sebagai alat komunikasi antara dua orang manusia yang secara disengaja dan bertujuan mengatakan maksud. Ikon merupakan suatu tanda yang memiliki sebagian kualitas atau menyerupai apa yang di representasikan. Ikon terlihat amat jelas pada tanda-tanda visual, ikon juga berupa tanda-tanda verbal. Indeks merupakan tanda yang merupakan hubungan eksistensi yang alami dan langsung dengan objeknya. Konsep-konsep yang memiliki hubungan indeksial, masing-masing memiliki cirri utama secara individual dan satu sama lainnya berbeda dan tidak saling menggantikan. Istilah lain yang sering digunakan indeks adalah sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari sering disebut juga sebagai gejala (symptom). Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan, atau aturan. Konvensi merupakan kebiasaan yang terdapat dalam suatu budaya ketika memaknai suatu simbol, kesepakatan adalah persetujuan dari anggota budaya pengguna tanda dalam memaknai suatu simbol, sedangkan aturan biasanya ditentukan oleh pihak pembuat simbol. Semua cara berkomunikasi bisa menjadi simbol, asalkan ada kesepakatan.
40
2.5
Pengertian Buku Buku merupakan kepingan helaian kertas bertulis yang diikat menjadi satu
unit. Dalam sains kepustakan, buku dikenali sebagai monograf
untuk
membedakannya dengan terbitan berciri yang lain seperti majalah dan surat kabar. Pencinta buku biasanya dijuluki sebagai seorang bibliofil atau kutu buku. Menurut Effendy dalam buku Kamus Komunikasi, memaparkan tentang pengertian buku, yaitu : “Buku adalah terbitan yang tidak berkala, dalam bentuk berjilid, dengan jumlah lebih dari 48 halaman, tidak termasuk sampul.” (1989:32)
2.4.1
Macam-macam Buku Seiring dengan perkembangan zaman, dan kebutuhan dari berbagai
kalangan, perkembangan buku begitu pesat dalam era globalisasi ini, buku sendiri memiliki macam atau jenis yang dapat dibedakan, yaitu : biografi, komik, cerpen dan novel. Dalam buku Kamus Komunikasi yang dikarang oleh Effendy, tentang pengertian biografi yaitu : “Biografi adalah karya tulis seseorang yang memapaparkan riwayat hidup orang lain, biasanya karena perjuangannya yang patut dicontoh.” (1989:29) Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadiankejadian tersebut. Biografi berarti cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.
41
Komik (comic) adalah cerita yang dilukiskan dengan gambar-gambar dan biasanya didalam gambar dituliskan cerita sesuai dengan yang tampak dalam gambar tersebut. Orang yang ahli dalam membuat komik disebut komikus. Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul Kamus Komunikasi, mengungkapkan : “Komik adalah buku yang berisi rangkaian gambar atau lukisan yang disusun secara bersinambungan sedemikian rupa, sehingga membentuk kisah atau cerita.” (1989:58) Dan cerita pendek (shot story) atau sering dikenal dengan cerpen adalah cerita singkat dan tuntas, sering kali mengangkat tentang kehidupan sehari-hari dan biasanya dimuat dalam surat kabar (Koran) atau media cetak lainnya.
2.6
Pengertian Novel Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan
tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam novel mempunyai tugas mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua diungkapkan pengertian Novel yaitu : “Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.” (1991:694) Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Novel lahir dan berkembang
42
dengan sendirinya sebagai sebuah genre pada cerita atau menceritakan sejarah dan fenomena sosial. Karya sastra termasuk novel mempunyai fungsi dulce et untile yang artinya menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca melalui penggambaran kehidupan nyata. Sebagai karya fiksi, novel sarat akan pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan. Oleh karena itu, novel harus tetap merupakan cerita menarik yang mempunyai bangunan stuktur yang koheren dan tetap tetap mempunyai tujuan estetik. Dengan adanya unsur-unsur estetik, baik unsur bahasa maupun unsur makna, dunia fiksi lebih banyak memuat berbagai kemungkinan dibandingkan dengan yang ada di dunia nyata. Semakin tinggi nilai estetik sebuah karya fiksi, secara otomatis akan mempengaruhi pikiran dan perasaan pembaca. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang didalamnya memuat nilai-nilai estetika dan nilai-nilai pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Dengan itu sastra sebagai teks harus dilihat pula dalam konteks. Struktur dalam karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Struktur novel yang hadir dihadapan pembaca merupakan totalitas. Novel yang dibangun dari sebuah unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan sehingga menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna hidup.
43
2.7
Unsur Pembangun Novel
2.7.1 Tinjauan tentang Tokoh dan Penokohan Menurut Jones dalam Burhan Nurgiantoro mengatakan “Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita” (1995:165). Penokohan yang baik adalah penokohan penokohan yang berhasil menggambarkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat. Sudiro Satoto dalam bukunya Metode Penelitian Sastra II, menjelaskan bahwa, tokoh mempunyai sifat dan karakteristik yang dapat dirumuskan ke dalam beberapa dimensional antara lain : 1. Dimensi fisiologis, ialah cirri-ciri lahir. Misalnya : - usia (tingkat kedewasaan), - jenis kelamin, - keadaan tubuhnya, - ciri-ciri muka, dan - ciri-ciri badani lainnya. 2. Dimensi sosiologis, ialah cirri-ciri kehidupan masyarakat. - status sosial, - jabatan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, - tingkat pendidikan, - kehidupan pribadi, - pandangna hidup, agama, kepercayaan ideology, - aktifitas sisial, organisasi, hoby, - bangsa, bangsa suku, dan keturunan. 3. Dimensi psikologis, ialah latar belakang kejiwaan. - mentalitas, ukuran moral atau membedakan antara yang baik dan tidak baik;antara yang indah dan tidak indah; antara yang benar dan salah. - Temperamen, keinginan dan perasaan pribadi, sikap dan prilaku. - IQ/ intelligence Quotient, tingkat kecerdasan keahlian khusus dalam bidang;tertentu (1995:44-45)
44
Berdasarkan hal tersebut, penokohan dengan melukiskan keadaan tokoh cerita baik keadaan lahir maupun batinnya yang berupa pandangan hidup, sikap, keyakinan adapt istiadat dan sebagainya. Maka dalam hal ini sifat dan karakteristik, penokohan sangat menunjang dalam hal mengikuti atau menelusuri jalannya cerita sama halnya dengan mengikuti perkembangan tokoh melalui tindakan. Menurut Atar Semi dalam buku Anatomi Sastra. menjelaskan ada dua macam cara dalam memahami tokoh atau perwatakan tokoh-tokoh yang ditampilkan yaitu : 1. Secara analitik, yaitu pengarang langsung menceritakan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. 2. Secara dramatik, yaitu pengarang tidak menceritakan secara langsung perwatakan tokoh-tokohnya, tetapi hal itu disampaikan melalui pilihan nama tokoh, melalui penggambaran fisik tokoh dan melalui dialog. (1993:39-40) Apabila tokoh-tokoh dalam suatu cerita dilihat berdasarkan perannya dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan. Selain itu, jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan kedalam tokoh prontagonis dan antagonis. Tokoh prontagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, dan pembaca.tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.
2.7.2 Tinjauan Tentang Alur Menurut Stanto dalam Burhan Nurgiyantoro, menjelaskan “Alur atau plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu
45
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadi peristiwa yang lain” (1995:113) Sejalan dengan itu Atar Semi dalam bukunya Anatomi Sastra mengatakan bahwa “alur atau plot adalah stuktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi” (1993:43) Dengan demikian, alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat didalamnya. Alur atau plot memegang peranan penting dalam sebuah cerita rekaan. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita, alur mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan. Burhan Nurgiyantoro dalam Teori Pengkaji Fiksi, menjelaskan alur berdasarkan kriteria urutan waktu yang dibedakan menjadi tiga , yaitu : 1. Alur maju : Alur maju atau progesif dalam sebuah novel terjadi jika cerita dimulai dari awal, tengah, dan akhirterjadinya cerita. 2. Alur mundur, regresif atau flash back. Alur ini terjadi jika dalam cerita tersebut dimulai dari akhir cerita atau tengah cerita kemudian menuju awal cerita. 3. Alur campuran yaitu gabungan antara alur maju dan alur mundur. Untuk mengetahui alur campuran maka harus meneliti secara sintagmatik dan paradikmatik semua peristiwa untuk mengetahui kadar progesif dan regresif. (1995:153-155)
Dalam hal ini, alur dibatasi berdasarkan kriterianya. Agar alur cerita lebih jelas dan jalan ceritanya lebih tersusun, darimana pun awal cerita dibuat asalkan alur sesuai dengan jalurnya, maka cerita dapat dipahami pembaca. Kesatuan
46
rangkaian peristiwa dapat tersusun dengan rapi, cerita satu kecarita yang lain saling berkaitan.
Selain itu Burhan Nurgiyantoro membagi alur berdasarkan kepadatannya menjadi dua, yaitu : 1. Alur padat Alur padat adalah cerita disajikan secara cepat, peristiwa terjadi secara susul menyusul dengan cepat dan terjalin erat, sehingga apabila ada salah suatu cerita dihilangkan maka cerita tersebut tidak dapat dipahami hubungan sebab akibatnya. 2. Alur longgar Alur longgar adalah alur yang peristiwa demi peristiwanya berlangsung dengan lambat. (1995:159-160) Dengan demikian pemisahan alur yang dipakai menentukan proses jalannya suatu cerita, dari situ bisa dilihat kemana arah cerita itu berjalan. Alur yang digunakan menjadi peranan yang sangat penting, agar pembaca dapat memahami alur yang dipakai dalam proses penceritaan.
2.7.3 Tinjauan Tentang Latar Menurut Abram dalam Burhan Nurgiyono menjelaskan bahwa “Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sisial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan” (1995:216) Kadang-kadang dalam sebuah cerita ditemukan latar yang banyak mempengaruhi penokohan dan kadang membentuk tema. Pada banyak novel, latar membentuk suasana emosional tokoh cerita, misalnya cuaca yang ada di lingkungan tokoh memberi pengaruh terhadap perasaan tokoh cerita tersebut.
47
Burhan Nurgiyantoro dalam Teori Pengkajian Fiksi, membedakan unsur latar kedalam tiga unsur pokok yaitu : 1. Latar tempat, yang menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. 2. Latar waktu, berhubungan dengan peristiwa itu terjadi. 3. Latar sosial, menyangkut status sosial seorang tokoh, penggambaran keadaan masyarakat, adat istiadat dan cara hidup. (1995:227) Unsur-unsur dalam penempatan suatu latar, menunjang keadaan seorang tokoh, setiap perbuatan yang dilakukan oleh seorang tokoh tentu ada penyebabnya dalam hal ini adalah tindakan-tindakan atau peristiwa sebelumnya. Latar tempat dan waktu menentukan dimana terjadinya peristiwaperistiwa yang dilalui seorang tokoh, dan keadaan yang sedang terjadi. Sedangkan latar sosial menentukan penggambaran keadaan yang terjadi dalam suatu masyarakat, semua itu berperan penting dalam jalannya sebuah cerita.
2.7.4
Tinjauan Tentang Tema Menurut Panuti Sudjiman dalam bukunya Memahami Cerita Rekaan,
menjelaskan bahwa “Tema adalah pokok persoalan yang berisi gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra. (1991:50) Dalam tema terbayang pandangan hidup atau cita-cita pengarang. Dari persoalan inilah pengarang menjadikannya sebuah karya sastra yang kadangkadang atau sering juga disertai pemecahannya sekaligus. Pemecahan inilah yang diistilahkan amanat. Jika dilihat dari pengertian tema dan amanat diatas, maka tema dan amanat merupakan hubungan yang saling berkaitan,. Tema merupakan ide pokok yang
48
menjadi permasalahannya dan amanat yang menjadi pemecahannya. Tema juga merupakan perumusan permasalahannya dan amanat merupakan perumusan jawabannya. Menurut Burhan Nurgiyantoro, tema dapat digolongkan dalam tingkat keutamaanya, yaitu : 1. Tema pokok (mayor). Tema mayor yaitu makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu. 2. Tema minor. Tema minor ini bersifat mendukung dan atau mencerminkan makna utama keseluruhan cerita. (1995:82) Tingkatan dalam tema ini, menentukan pokok penceritaan yang akan dipaparkan. Semua ini, menunjang jalannya suatu proses penceritaan. Dengan adanya tingkatan dalam tema, bisa memudahkan penulis dalam mengembangkan isi cerita yang akan di ceritakan.
2.8 Kontruksi Realitas Kontruksi sosial atas realitas merupakan usaha manusia untuk menjelaskan realitas luar yang diterimanya melalui simbo-simbol yang dimilikinya. Alex Sobur, dalam bukunya Analisis Teks Media, menjelaskan bahwa: “ Persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikontruksikan oleh kata-kata dan tandatanda lain yang digunakan dalam konteks sosial” (2006-87) Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkontruksikan realitas. Isi media adalah hasil para pekerja media mengkontruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Realitas yang dikontruksikan oleh media lebih banyak merupakan
49
realitas sosial. Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi mengutip pendapat Berger dan Luckman mengenai pengertian realitas sosial, menurut mereka : Realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat, seperti konsep, kesadaran umum, wacana public, sebagai hasil dari kontruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa namun sarat degngan berbagai kepentingan. (2003:186).
Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar realitas tersebut. Individu mengkontruksi sosial atas realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam insitusi sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikontruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Sebuah kontruksi realitas secara sengaja atau tidak, memiliki muatan ideology. Secara sengaja, artinya suatu tindakan kontruksi realitas dapat dimaksudkan untuk memperoleh tujuan tertentu dengan strategi-strategi tertentu. Sedangkan secara tidak disengaja, menggambarkan bagaimanapun seseorang berusaha untuk objektif, dan berusaha memberi tahu sesuai dengan yang ada. Pekerjaan media massa adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikontruksikan. Media memainkan peran khusus dalam mempengeruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Peran media sangat penting karena menampilka sebuah cara dalam memandang realita.
BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian Metode penelitian muncul karena terjadinya perubahan paradigma dalam
memandang suatu realitas atau fenomena atau gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik atau utuh, kompleks, dinamis dan penuh makna. Sugiono dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif memberi gambaran tentang paradigma-paradigma yang menggunakan metode kualitatif dalam memandang realita. Paradigma yang menggunakan metode kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil konstruksi pemikiran, dan utuh (holistik). Karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak, dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakang. (2005:117) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subjektif) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Metode adalah prosedur atau syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, seadangkan metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban dengan ungkapan lain. Metodologi adalah suatu pendekatan
50
51
umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya, dan tidak bisa dinilai apakah suatu metode benar atau salah. Untuk menelaah hasil penelitian secara benar, kita tidak cukup sekedar melihat apa yang ditemukan peneliti, tetapi juga bagaimana peneliti sampai pada temuannya berdasarkan kelebihan dan keterbatasan metode yang digunakan. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam penelitian.
3.2 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksploratif (penjajakan), jenis penelitian ini biasanya menggunakan metode kualitatif. Metode ekploratif ini adalah suatu penelitian dengan menggunakan survey dan observasi langsung tanpa harus menyebarkan angket dan lebih menekankan pada observasi langsung dan analisis. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi, karakteristik data diperoleh dengan observasi dan wawancara, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan masalahmasalah dari fenomena, yang dihubungkan dengan teori untuk memecahkan masalah itu secara rasional. Penelitian eksploratif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci dan melukiskan gejala yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan masalah dari suatu fenomena yang ada dan dihubungkan dengan teori untuk kemudian dapat memecahkan suatu masalah, dengan penelitian diharapkan masalah akan terpecahkan secara rasional dan aktual.
52
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengungkapan makna realitas dibalik tanda-tanda didalam Novel 9 matahari karya Adenita. Penelitian ini menggunakan Analisis semiotika Saussure. Dan Analisis Semiotika yang dilakukan, peneliti ingin mengungkap makna realitas dan tanda-tanda yang terdapat yang disampaikan oleh penulis. Data yang terkumpul pada penelitian kualitatif bersifat subjektif dan instrument sebagai alat pengumpul data peneliti itu sendiri. Sedangkan hasil penelitian kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Metode penelitian eksploratif yang hanya satu variable, menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Sugiono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif mengemukakan bahwa : Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperim) dimana penelitian adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triagulasi gabungan analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generelasi (2005:1). Penelitian kualitatif sama sekali tidak melibatkan perhitungan matematis dalam penelitiannya, karena subjek penelitiannya adalah manusia yang memiliki sifat dinamis dan terus berubah dari waktu kewaktu sesuai dengan perkembangan yang terus terjadi, maka penelitian kualitatif lebih mengandalakan pada day abaca penulis terhadap kasus yang diteliti. Penelitian eksploratif ditujukan untuk lebih memahami gejala atau permasalah tertentu. Pada akhir penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dengan cermat tentang realitas yang terdapat dalam novel 9 matahari.
53
3.2.1
Metode Penelitian kualitatif Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi; karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitati; karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis sebuah fenomena yang terjadidi masyarakat, penelitian ini tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka atau metode statika, karena metode penelitian ini meyakini bahwa fenomena yang terjadi di masyarakat tidak bisa dilihat dan ditentukan dengan angka-angka, fenomena yang terjadi di masyarakat merupakan sebuah akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Penelitian kualitatif dianggap lebih cocok digunakan untuk penelitian yang mempertimbangkan kehidupan manusia yang selalu berubah. Penelitian kualitatif sama sekali tidak melibatkan perhitungan matematis dalam penelitiannya, karena subjek penelitiannya adalah manusia yang memiliki sifat dinamis dan terus berubah dari waktu ke waktu sesuai perkembangan yang terus terjadi, maka penelitian kualitatif lebih mengandalkan pada daya baca penulis terhadap kasus yang diteliti. Daya analisis dan latar dari seorang peneliti pun harus kuat dikarenakan jawaban peneliti tersebut akan menjadi bahan pegangan untuk orang
54
banyak dan bukan hal yang tidak mungkin menjadi patokan sebuah teori atau ilmu dalam sebuah kajian. Metode penelitian kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; kedua, metode ini mengkaji secara langsung hakikat hubungan antara penelitian dan responden; dan ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuiakan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Kriteria data dalam penelitain kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap tersebut. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada makna. Generelasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability, artinya hasil penelitian tersebut memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda. Korelasi antara metode kualitatif dengan studi ilmu semiotika adalah kedua-duanya dapat dilakukan pada penelitian mengenai manusia yang sifatnya
55
terus berubah-ubah (dinamis) dan dapat dianalisis secara interpretasi dari peneliti dalam mengembangkan penelitiannya. Dengan digunakan metode penelitian kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode kualitatif, hanya bias diteliti beberapa variable saja, sehingga seluruh permasalahanyang telah dirumuskan tidak akan terjawab dengan metode kuantitatif. Metode kualitatif hanya dapat digali faktafakta yang bersifat empirik dan terukur. Fakta-faktayang tidak tampakoleh indera akan sulitdiungkap. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
3.2.2
Karakteristik Penelitian Kualitatif Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan and Biklen (1982),
dalam bukunya Sugiyono, yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, adalah sebgai berikut : 1. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adlah instrument kunci. 2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka 3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses proses daripada produk atau outcome 4. penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatiflebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). (2008:9-10)
56
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail.
3.2.3
Pendekatan Analisis Semiotika Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika, secara umum
semiotika digambarkan sebagai bidang kajian atau metode analisis untuk mengkaji tanda (signs) dan bagaimana tanda-tanda itu bekerja. Dengan menggunakan analisis semiotika, peneliti akan menganalisis relalitas dalam novel 9 matahari. Kehidupan realitas yang tergambar dalam novel 9 matahari ini penuh dengan perlambangan-perlambangan yang kaya akan makna, yakni terdiri atas realitas kehidupan yang sesungguhnya, bagaimana sesorang memaknai arti persahabatan dan persaudaraan dan masih banyak lagi realitas yang tergambar dalam novel ini. Oleh karena itu, hal ini perlu dikaji sebagai teks, secara konseptual juga harus dilakukan, yakni menghubungkan realitas tersebut dengan situasi yang sedang terjadi di masyarakat. Langkah ini dimaksudkan untuk menjaga signifikasi menghindari pembiasan tafsiran. Analisis semiotika menaruh perhatian pada struktur pesan komunikasi dalam hubungannya dengan struktur masyarakat dimana struktur komunikasi itu bekerja, dan memprhitungkan proses decoding atau pembacaan berdasarkan kemungkinan pengalaman cultural dari pembaca.
57
Secara substansial, semiotika adalah kajian yang concern dengan dunia simbol. Alasannya, seluruh isi media massa pada dasarnya adalah bahasa (verbal), sementara bahasa merupakan dunia simbolik. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat penghubung antara lain dengan menggunakan bunyi yang dihasilkan alat ucap. Komunikasi antarmanusia juga dapat menggunakan bentuk lain, yaitu dengan simbol. Simbol itu berbentuk naskah, surat, gerak tubuh dll. Komunikasi dengan menggunakan bahasa adalah bersifat umum dan universal. Simbol adalah suatu rangkaian yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih-alih dalam pengertain stimulasi fisik dari alatalat indranya. Makna suatu simbolik bukanlah pertama-tama cirri fisiknya, namun apa yang dapat orang lakukan mengenai simbol tersebut. Suatu simbol disebut signifikasi atau memiliki makna bila symbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya. Repons yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju komunikasi tidak hanya melibatkan proses verbal yang berupa kata frase atau kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses non verbal. Proses non verbal meliputi, isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, postur dan gerak tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, temporalitas dan ciri para linguistic. Jumlah tanda atau symbol yang berfungsi sebagai “bahasa” itu tidak terbatas. Metode semiotika memungkinkan peneliti untuk mengembangkan penafsiran subjektif terhadap teks yang diteliti dengan cara memecahkan atau
58
menjabarkan teks menjadi komponen-komponen unit makna. Metode semiotika ini dapat memasok sejumlah penafsiran terhadap makna suatu teks.
3.2.4
Informan Dalam mengumpulkan data yang akan dianalisis, peneliti menggunakan
beberapa informan untuk memperoleh keterangan serta informan yang dibutuhkan. Informasi yang dibutuhkan erat kaitannya dengan fokus penelitian ini yaitu “realitas dalam Novel 9 Matahari”. Dalam mendapatkan keeterangan dari informan, peneliti menggunakan metode wawancara. Informan yang dikaji nara sumber, yaitu terdiri dari orang yang terlibat dalam pembuatan novel 9 matahari dan beberapa pembaca novel tersebut. Adapun informan yang terlibat dlaam penelitian ini, diantaranya : a.
Penulis Novel 9 Matahari, Adenita.
b.
Editing Novel 9 Matahari, Ariobimo.
c.
Pembaca Novel 9 Matahari, Dersan Dyjaya Melalui informan inilah peneliti dapat lebih memahami apa yang akan
dijelaskan dalam penelitian ini, data yang didapat dikembangkan dan ditelaah kembali dan di teliti sampai ditemukannya pokok permasalahan dan jalan cerita yang ingin disampaikan penulis. Data yang di dapat dari informan menjadi acuan dalam penelitian ini. Melalui informan kita dapat mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Maka, informan sangat lah berberan dalam penelitian ini.
59
3.3
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling srategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data yang memenuhi standard an diterapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural aetting), pada laboratorium eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpulan data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitain kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant obsevasion), wawancara mendalam (in-depth interiview), studi kepustakaan dan dokumentasi.
3.3.1
Observasi parsitipatif (participant observation) Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
penulis dengan mengadakan pengamatan langsung dilapangan untuk mendapatkan informasi atau data dari populasi penelitian baik itu berupa subjek maupun berupa objek (gejala, peristiwa, dan benda-benda) yang ada kaitannya dengan penelitian.
60
Dalam observasi parsitipan ini, dilakukan peneliti dengan cara mengamati secara lansung dengan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan novel 9 matahari. Dengan observasi parsitipan ini, maka data yang diperoleh peneliti lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak. Dengan mengamati orang-orang yang terlibat dalam pembuatan novel 9 matahari ini, peneliti dapat memperoleh data lain dari catatan observasi pada saat mengamati novel tersebut. Catatan lapangan terjadi pada observasi partisipan. Setelah peneliti merumuskan masalah, peneliti mulai mencatat dan menganalisis peristiwa. Menurut Susan Stainback dalam bukunya Sugiyono yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif mengatakan bahwa : Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. (2008:65) Berdasarkan hal tersebut, peneliti diharuskan ikut berperan serta dalam proses pengambilan data. Sehingga memungkinkan peneliti untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai apa yang akan di teliti. Seperti telah dikemukakan bahwa observasi ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipan pasif, partisipan moderat, partisipan aktif, dan observasi lengkap lengkap. a. Partisipan Pasif : Dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
61
b. Partisipan Moderat : Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. c. Partisipan Aktif : Dalam observasi ini peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap. d. Partisipan Lengkap : Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang diteliti. Pemisahan observasi diatas merupakan langkah dari pemahaman akan proses kegiatan dalam suatu
observasi. Dalam hal ini, observasi sangatlah
penting dalam penelitian kualitatif. Guna memperoleh gambaran kongkret dari hasil penelitian. Observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi berguna hanya sebagai alat perantara antara apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan diraba dengan catatan sebenarnya dalam bentuk catatan lapangan.
62
3.3.2
Wawancara Mendalam ( in-depth interview) Wawancara merupakan suatu percakapan langsung dengan tujuan-tujuan
tertentu dengan menggunakan format tanya jawab yang terencana. Wawancara memungkinkan analis sistem mendengar tujuan-tujuan perasaan, pendapat,dan prosedur-prosedur informal dalam wawancara dengan pembuat keputusan atau organisasional. Esterberg dalam buku yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, Sugiyono, mengemukakan bahwa : Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (2008:72)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara merupakan hatinya penelitian sosial. Bila melihat sebuah jurnal dalam ilmu sosial, maka akan di temui semua penelitian sosial didasarkan pada wawancara, baik yang standar maupun dalam. Dalam penelitian kualitatif, sering
menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara
mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya.
63
Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, menyebutkan : Wawancara Mendalam adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. (2008:74) Wawancara mendalam (in-depth interview), sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subjek yang diteliti. Untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap, maka peneliti perlu melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang mewakili berbagai tingkatan yang ada dalam objek. Dalam hal ini pengumpulan data yang dilakukan dalam menganalisis novel 9 matahari, dilakukan dengan mengadakan wawancara atau tanya jawab dengan orang-orang yang terkait dalam novel 9 matahari. Seperti: Adenita (penulis), Ariobimo (editing), dan Dersan Dyjaya (pembaca). Yang berkaitan dengan.
3.3.3
Studi Kepustakaan dan Dokumentasi Studi kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat, pokok-pokok pikiran para ahli, novel 9 matahari serta sumber lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga membaca dan mempelajari sejumlah referensi yang mendukung dan tepat untuk membahas lingkup kajian penelitian yang dilakukan.
64
Serta dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Studi dokumen merupakan perlengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara mendalam dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Dalam penelitian ini, studi kepustakaannya berupa, referensi-referensi buku, dan pokok pikiran para ahli serta novel 9 matahari. Dan berbagai literatureliteratur lainnya yang berhubungan dengan tema penelitian. Serta untuk mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan kelengkapan informasi.
3.4 Teknik Analisis Data Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Analisis dalam penelitian jenis apapun, adalah merupakan cara berfikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antara
65
bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola. Analsis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya di carikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis itu diterima atau ditolah berdasarkan data yang terkumpul. Analisis data adalah proses menacari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data yang dilakukan menggunakan metode eksploratif, dimana analisis semiotika dilihat sebagai komunikasi teks media dan komunikasi visual, antara komunikator (novel) dan komunikan (pembaca). Metode ini menitik beratkan pada kontruksi realitas, dan analisis semiotika realitas pada novel 9 matahari. Teknik analisis data yang dilakukan menggunakan teknik pengamatan secara langsung. Analisis data yang dilakukan berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti pada tempat atau lokasi penelitian dan peneliti membaca novel 9 matahari. Analisis terhadap data peneliti dilakukan dengan cara menginterpretasikan hasil pengamatan peneliti yang berupa wawancara dari narasumber dan data berupa dokumen yang diperoleh melalui obsevasi langsung dilapangan, data-data ini dikolerasikan dengan data-data lain yang berupa studi pustaka. Tujuannya untuk memperoleh data-data yang mendukung terhadap terhadap proses
66
penelitian. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak peneliti menyusun proposal, menlaksanakan pengumpulan data di lapangan, sampai peneliti mendpatkan seluruh data.
3.5 Subjek Penelitian 3.5.1
Novel 9 Matahari Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari objek
penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Selain itu dalam memandang realitas penelitian kualitatif berasumsi bahwa realitas itu bersifat holistik (menyeluruh), dinamis, tidak dapat dipsah-pisahkan ke dalam variablevariabel penelitian. Berdasarkan hal tersebut, subjek penelitian yang diteliti dalam analisis ini adalah dengan menganalisis isi cerita yang terdapat dalam novel 9 matahari, maka peneliti dapat mengetahui bagaimana isi cerita dan makna yang terkandung di dalamnya. Dengan mengkaitkan novel ini kedalam analisis semiotika, sehingga peneliti dapat mengetahui tanda-tanda yang tersembunyi dibalik novel 9 matahari ini. Dipilihnya novel 9 matahari tersebut karena peneliti menganggap bahwa novel tersebut telah mewakili kategori-kategori tanda yang ada dalam semiotika Ferdinand De Saussure.
67
Pemilihan novel 9 matahari ini, bertujuan untuk membuat masalah yang diteliti menjadi lebih fokus, ini berarti subjek utama yang diteliti adalah novelisnya. Menulis sebuah novel termasuk proses kreatif seorang yang memiliki daya imajinasi yang tinggi sekaligus seorang jurnalis. Sebagai orang yang memiliki daya imajinasi tinggi dan memiliki banyak inspirasi, ia harus dapat menyajikan tulisan yang membuat pembacanya seolah-olah ada atau ikut berperan dalam cerita dalam tulisan tersebut, dan bisa menyentuh hati pembacanya. Dengan meneliti novel 9 matahari ini, peneliti dapat mengetahui pokokpokok cerita dan segala permasalahan yang terdapat dalam novel tersebut, dan peneliti dapat mengkaji lebih dalam dan lebih jauh lagi.
3.5.2
Lingkungan Sosial Adenita Penulis Novel 9 Matahari Penjelasan tentang penulis ini dilakukan agar dapat diketahui apakah
lingkungan sosial Adenita sebagai penulis novel 9 matahari ini dapat mempengaruhi dalam penulisan novel tersebut dan apakah penulisan novel ini ada kaitannya dengan kehidupan pribadi Adenita, dari sini kita dapat mengetahui latar sosial dari Adenita. Yuli Anita, lebih dikenal dengan nama Adenita. Lahir di Jakarta, 3 Juli 1981. selepas SMA 33 Jakarta, ia meneruskan kuliah di Politeknik ITB dan melanjutkan ke Jurusan Publik Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran, Bandung. Lulus dengan gelar sarjana pada tahun 2007. Semenjak SMA, sudah aktif berkegiatan. Pada tahun 1997, ia terpilih sebagai anggota Paskibra Jakarta Barat. Mulai aktif menulis ketika pada tahun
68
2004 ia menjadi koordinator Klub Menulis di Tobucil, Common Room Bandung. Aktif juga unit kampus milik kampus ITB Bandung. Tahun 2005, pernah menjadi finalis News Presenter “menuju Layar Liputan 6 SCTV” dan Finalis Duta Bahasa Provinsi Jawa Barat 2006. semasa kuliah ia pernah menjadi penyiar di radio OZ FM Bandung, Newa writer di Trijaya FM Bandung, dan terahir di Auto Radio FM. Pekerjaan yang lalu membuatnya akrab menjadi Master Of Ceremony (MC), moderator, dan pembicara dalam berbagai acara. Selepas kuliah, ia terjun menjadi reporter di Astri TV (Astro Awani), namun kemudian ia menuruti kata hatinya untuk berkarir di bidang lain. Untuk memuaskan imajinasinya, ia gemar menonton tayangan anak-anak dan membaca buku anak-anak.. 9 Matahari adalah buku pertamanya. Sebelumnya ia hanya menulis untuk konsumsi diri sendiri dan lingkungan terdekatnya, plus puisi-puisi yang menurutnya masih kurang layak baca bagi orang lain. Kegemarannya, menulis surat kepada orang-orang yang dekat dengannya hingga berlembar-lembar. Dalam novel 9 matahari sendiri, sebenarnya lebih sebagai akumulasi dari pengalaman Adenita yang dulunya sempat menginjakan kakinya di bangku kuliah. Banyak hal yang ingin di angkat dalam novelnya, yaitu tentang kehidupan, pentingnya pendidikan, semangat dan tekad, impian dan tentang atau kuliah. Ia hanya berusaha menuangkan ide ceritanya yang ia anggap kelak berguna bagi semua orang danberbagai kalangan. Baginya pendidikan adalah sebuah modal, modal untuk menjadi orang yang berguna, bisa mengangkat derajat dirinya sendiri, keluaga, dan sebagian lagi
69
derajat bangsa. Menurutnya, kuliah tidak hanya bisa membuat mobilitas vertical untuk memperbaiki status sosial ekonomi, tapi juga berperan sebagai identitas diri, dimana ilmu tumbuh dan berkembang dalam pikiran. Segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup manusia sesungguhnya didahului oleh pikiran. Pikiranlah yang melatarbelakangi segala ucapan dan tindakan kita, tindakan yang merupakan cerminan pikiran itu bila dilakukan secara berulang-ulang akan melahirkan sebuah kebiasaan. Kebiasaan baik, buruk, adalah cikal bakal karakter sesorang. Hal itulah yang ingin disampaikan Adenita dalam novel ini, selain masalah pendidikan, dalam novel ini pun dijelskan penyadaran diri dan pembentukan suatu karakter. Dengan keahliannya berimajinasi dan berkarya, sehingga terciptalah novel 9 matahari ini, sebuah persembahan yang begitu menakjubkan.novel ini dapat menjadi inspirasi bagi mereka-mereka yang sedang menjalaninya dan menjadi penyemangat bagi mereka yang sama-sama mengalaminya.
3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada bagian berikut:
70
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis berusaha mempresentasikan makna simbolik dari realitas yang diwakili oleh signifier (penanda) dan signified (petanda) pada novel 9 matahari. Analisis atau interpretasi terhadap tanda-tanda akan dilakukan sesuai dengan pernyataan maupun tujuan penelitian. Analisis dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui bagaimana proses penyampaian kontruksi realitas sosial masyarakat dan mengetahui simbol-simbol tersebut dipresentasikan dalam novel 9 matahari dengan berlandaskan pada model sistematis dalam menganalisis makna tanda-tanda dari Ferdinand De Saussure.
4.1
Media, Semiotika dan Realitas yang terdapat dalam karya sastra novel Pada dasarnya, studi media massa mencangkup pencarian pesan dan
makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya semiotika komunikasi, seperti hanlnya basis studi komunikasi, adalah proses komunikasi yang intinya adalah makna. Dengan kata lain mempelajari media adalah mempelajari makna. Dari mana asalnya, seperti apa, seberapa jauh tujuannya, bagaimana ia memasuki materi media, dan bagaimana ia berkaitan dengan pemikiran kita sendiri. Media memainkan peran khusus dalam mempengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Peran media sangat penting karena menampilkan
71
72
sebuah cara dalam memandang realita. Para produser mengendalikan isi mediannya melalui cara-cara tertentu untuk menyandikan pesan-pesan. Isi media pada hakikatnya adalah hasil kontruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relif seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda, atau apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkontruksikan realitas. Media merupakan sarana untuk memberikan informasi dan segala perkembangan di dunia. Namun harus diakui penyajian informasi dapat berakibat negatif, yang dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan dampak yang signifikan pada masyarakat jika tidak dipertimbangkan cara penyajiannya, senantiasa harus selalu dievaluasi dan dikemas kembali sesuai realitas yang ada. Di belakang realitas terdapat pemilahan atas fakta atau informasi yang dianggap penting dan yang dianggap tidak penting, serta yang dianggap penting namun demi kepentingan survival menjadi tidak perlu disebarluaskan. Media menyunting bahkan menggunting realitas dan kemudian memolesnya menjadi suatu kemasan yang layak disebarluaskan. Tetapi, media bukan cuma menentukan realitas macam apa yang akan mengemukakan, namun juga siapa yang layak dan tidak layak masuk menjadi bagian dari realitas itu. Dalam hal ini, media menjadi sebuah kontrol yang bukan lagi semata-mata sebagaimana dicita-citakan, yaitu kontrol, koreksi dan kritik pada setia bentuk kekuasaan adar kekuasaan selalu
73
bermanfaat. Tetapi kontrol yang mampu mempengaruhi bahkan isi pikiran dan keyakinan-keyakinan masyarakat itu sendiri. Dalam lapangan sastra, karya satra merupakan sebuah bentuk kemasan media. Dengan keutuhannya secara semiotik dapat dipandang sebagai sebuah tanda. Sebagai suatu bentuk, karya sastra secara tulis akan memiliki sifat keruangan. Dimensi ruang dan waktu dalam sebuah cerita rekaan mengandung tabiat tanda-menanda yang menyiratkan makna semiotik (atau tataran kebahasaan dan mitis) sebuah karya sastra menemukan keutuhannya untuk dipahami dan dihayati. Novel merupakan salah satu karya sastra, yaitu sebuah cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu yang melukislkan para tokoh, gerak serta sdegan kisah kehidupan nyata yang reprensetatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau dan kusut. Karya novel biasanya mengangkat berbagai fenomena yang terjadi dimasyarakat. Karya-karya yang menarik itu dapat mempengaruhi jiwa para pembaca sehingga dapat menyelami dan seolah-olah hadir dalm cerita tersebut. Novel merupakan karya sastra yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya social, moral dan pendidikan dan merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Novel 9 matahari adalah sebuah karya sastra novel karya Adenita yang diterbitkan PT. Grasindo berkisah tentang kehidupan seorang mahasiswi yang memiliki sebuah impian untuk menjadi seorang sarjana. Novel ini merupakan salah satu wujud perkembangan sastra yang mengangkat sisi kehidupan realitas dari seorang matari anas sang tokoh utama. Dalam novel tersebut terdapat latar
74
cerita dan permasalahan, lika-liku kehidupan sebuah keluarga dan kemiskinan atau krisis keuangan. Permasalahan yang dimaksud adalah kondisi perekonomian yang dialami keluarga biran anas yang tidak sanggup memenuhi keinginan dan mewujudkan impian anaknya untuk menjadi seorang sarjana. Matari
anas,
mahasiswi
yang
terlalu
tua
dengan
teman-teman
seangkatannya, namun mempunyai tekad menakjubkan yaitu menjadi seorang sarjana dan berguna bagi dirinya, keluarga dan orang-orang sekitarnya. Meski dalam hal ini keluarganya gagal untuk membiayai kuliahnya karena terlalu miskin dan secara emosional sedang labil. Keinginan matari untuk kuliah begitu besar, ia tidak memikirkan kehidupan keluarga yang sedang menuju kesusahan, yang ada dalam
pikirannya
hanya
keinginannya
untuk
kuliah,
padahal
keadaan
perekonomian keluarganya tidak memungkinkan. Matari terus mencoba meyakinkan orangtua dan kakaknya tentang keinginannya untuk kuliah. Dia ingin mempunyai mimpi yang sama dengan orang lain, dia ingin sekali beklajar dan menjadi sarjana. Matari yakin bahwa keluarganya bukan tidak mampu untuk membiayai kuliahnya tapi saat ini mungkin hanya belum mampu saja dan matari yakin bahwa keadaan ini tidak akan berjalan lama dan semuanya akan baik-baik saja. Dengan campur tangan kakaknya matari berhasil mengumpulkan uang meski belum semua terkumpul, matari terus berusaha meminjam uang kepada sejumlah orang untuk tambahan modal kuliahnya. Matari begitu semangat mengumpulkan rupiah demi rupiah walau harus dengan cara berhutang, semua itu demi menggapai impiannya.
75
Keadaan ini adalah sebuah pilihan yang sulit, menurutnya keinginan kuat itu tekad bukan nekad. Bukan karna matari egois dan tidak mengerti kondisi keluarga yang sedang susah tapi semua itu sudah menjadi pilihannya, bahkan dia tidak melihat adanya risiko dikemudian hari, karna menurut matari tidak ada situasi yang nihil dan aman dari risiko.dan bagi matari, aman bukan berarti dia harus berdiam diri karena diam sekalipun ada risikonya. Jadi, matari memilih untuk bergerak dengan tetap menyadari bahwa tindakannya itu berisiko.Dengan tekadnya itu matari tetap berjuang dan tetap semangat untuk menggapai impiannya dan cita-citanya yang besar untuk menjadi sarjana, meski untukhal itu dia harus berhutang kesana kemari. Biran anas adalah ayah dari matari, seorang mekanik di sebuah pabrik kertas, namun ia sering pindah dari pabrik satu ke panrik lain. Orangnya keras, bicarnya cepat senang sekali menceritakan sejarah dan ilmu bumi. Ia begitu cinta dengan tanaman, ia dan temannya menjalani argobisnis menjadi petani cabai, karena menurutnya menjadi petani cabai itu akan menguntungkan. Tapi semua itu tidak berlangsung lama, krisis moneter tahun 1998 ternyata berdampak panjang, harga-harga melambung dan pabrik tempat ayah mataribekerja terkena imbasnya. Banyak karyawan yang dirumahkan, termsuk ayah matari. Ia memang diberi uang pesangon, tapi kemudian ia harus membayar utang bisnisnya. Ia mengalami gagal panen. Kemiskinan memang dekat sekali dengan rasa pesimis dan sinisme, itulah yang kini dialami ayah matari, ia merasa bahwa masa kejayaannya sudah berlalu, ia sekarang menjadi sangat emosional dalam menghadapi segala sesuatu keadaan
76
yang terjadi. Ayah matari kini telah berubah semenjak krisis keuangan yang dialami keluarganya, ia merasa tidak berguna lagi karna keadaan perekonomian dirumah matari tidak kunjung membaik. Setelah kuliah D1 matari selesaikan, babak baru kehidupan dimulai, matari memutuskan
untuk
melanjutkan
kuliahnya.
Matari
memutuskan
untuk
melanjutkan kuliahnya. Dia mengandalkan UMPTN yang ternyata masih gagal, orangtua matari menyarankan agai ia bekerja dulu sambil mengumpulkan uang. Sangat sulit bagi matari untuk menyampaikan keinginannya kepada keluarga bahwa ia masih ingin tetap bertahan di kota Bandung untuk tetap kuliah, matari mempunyai keyakinan bahwa dirinya akan menemukan sebuah kesempatanbesar sebentar lagi. Matari tidak pernah tau krisis keuangan yang sedang dialami keluarganya, karena keluarganya tidak pernah bercerita dengan lengkap tentang masalah yang sesungguhnya sedang terjadi itu. Dari waktu ke waktu, kondisi dirumah matari semakin memprihatinkan dan suasana rumah pun semakin tidak kondusif. Kondisi ayah matari pun semakin hari semakin aneh, emosi yang meluap-luap dan tidak bisa dikendalikan. Ayah matari tidak pernah mengijinkan matari untuk melanjutkan kuliahnya, karna menurutnya sekolah tinggi pun atau menjadi sarjana tidak menunjang hidup seseorang bisa menjadi lebih baik, apalagi melihat kondisi yang keuangan yang dialami keluarganya sat ini sedang terjadi. Tetapi, dengan bantuan kakak dan ibunya matari berhasil meneruskan kuliahnya meski tetap dengan cara berhutang.
77
Dengan segala keterbatasan, matari tetap berusaha mandiri bertahan dengan energi positf yang luar biasa. Keinginannya untuk menjadi seorang sarjana merupakan impian terbesar matari dan keadaan memaksa ia berhutang kesanakemari pada banyak orang, teman-teman, sampai ibu pemilik warung makan ditempat kosnya.dia belajar dari kehidupan, pada orang-orang yang biasa dijadikan teladan. Pertemanan, kesetiaan, dan kasih sayang dari orang-orang yang mencintainya. Bagi matari merencanakan pendidikan sama pentingnya dengan merencanakan hidup, namun sayang tidak banyak yang tidak sadar dan menyianyiakannya. Jumlah uang yang tidak sedikit tersebut tidak datangbegitu saja, tapi menghailkan sesuatu yang tidak bisa dihargai, manusia berpendidikan. Dengan adanya manusia berpendidikan, maka derajat hidup, derajat keluarga, dan derajat bangsa bisa berubah menjadi lebih baik. Matari benar-benar berusaha keras untuk mewujudkan impiannya itu, sampai-sampai ia tidak memikirkan kondisi kesehatannya. ia sering sekali jatuh sakit, karna terlalu cape menjalani segala aktivitasnya. Meskipun hidup matari penuh dengan kesulitan tapi dia beruntung masih banyak orang-orang yang menyayanginya, salah satunya adalah mba Lena teman satu kostnya, dia sangat empaty melihat penderitaan matari, saat matari mengalami panas tinggi dan mengigau sepanjang malam, terkadang belakangan matari yang sering sekali melamun dengan pandangan kosong, mba lena lah yang dengan setia menemani matari. Sakit matari bukan hanya sekedar sakit biasa tapi dia sedang berperang dengan batinnya, karena terlalu banyak hal yang dipikirkan matari. Beberapa kali mba lena sering mendengar suara pecahan dari kamar matari, dan keesokan
78
harinya ketika mba lena lewat kamar matari banyak sekali pecahan kaca, seperti piring, gelas atau botol. Matari benar-benar telah kehilangan kontrol, sampaisampai dia ta bisa menjaga emosinya Beban moril dan materil yang membuat matari seperti itu, untunglah matari memiliki teman-teman yang sangat menyayanginya. Mba lena benar-benar sangat mengkhawatirkan keadaan matari, saat menyelimuti matari mba lena melihat banyak luka sayatan tipis ditangan dan kaki matari, dan itu semakin membuat mba lena khawatir sedangkan mba lena tidak bisa selalu menjaganya, karna pada saat itu jadwal kerja mba lena sedang padat. Akhirnya mba lena pun memutuskan untuk memberi tahu sansan teman matari agar selama dia pergi ada yang menjaga matari. Saat itu sansan sangat kaget melihat kondisi matari yang benar-benar rapuh, yang sansan tahu matari adalah sosok perempuan yang kuat dan tidak pernah mengeluh apapun, apalagi sampai sakit selama ini, sansan pikir bukan fisik matari yang sakit tapi kali ini batinnya lah yang sakit karna memang terlalu banyak hal yang dipikirkan matari, itu adalah beban yang sangat berat untuknya. Sansan adalah sahabat yang selalu membukakan pintu rumahnya untuk matari, sansan juga yang menyelamatkan matari ketika matari sudah tidak mampu lagi membayar uang kos. Saat itu matari memutuskan untuk berhenti kos, tapi dia bingung harus pergi kemana, ke rumah omnya di Cimahi tapi tidak mungkin Karena ia sudah tidak tinggal lagi disana karena sudah dipindah tugaskan ke Jakarta. Pulang ke Jakarta tidak mungkin juga karena matari tidak mungkin membiarkan ayahnya mengetahui kesulitan matari. Karna yang didapat matari
79
bukan solusi, yang ada ayah matari pasti menyalahkannya. Dan saat itulah sansan menawarkan matari untuk tinggal dirumahnya. Karna matari sering berkunjung kerumah sansan itupun yang membuat matari semakin mengenal orang tua sansan, keluarga sansan pun menerima kehadiran matari dengan tangan terbuka, apalagi dengan keadaan matari yang sedang labil. Cukup lama matari tinggal dirumah sansan, itupun dengan keadaan sakit, matari benar-benar rapuh, keadaannya sangat mengkhawatirkan. Mami hesti orangtua dari sansan sangat mnecwmaskan matari, karna hampir selama tiga minggu, matari sering mengigau sepanjang malam, kadang matari terlihat bicara sendiri, dan selama tiga minggu ini matari sudah 4 kali memecahkan gelas dan terlihat menyayat-nyayat pergelangan tangannya. Karena matari berada dirumah keluarga sansan maka mami hesti menganggap matari merupakan tanggung jawabnya. Selama matari tinggal dirumah sansan, pikiran matari mulai terbuka. Mami hesti banyak memberikan petuah kepada matari agar matari terus bertahan dan tidak rapuh lagi. Pembelajaran hidup matari dapatkan dari proses dia mengejar impiannya, banyak pelajaran yang ia dapatkan dari perjalanannya selama ini. Mungkin mami hesti tidak bisa membantu matari dengan materi, tapi untuk tempat matari mengadu rumah itu akan selalu terbuka untuknya. Kapanpun matari butuh, mami hesti dan keluarga akan selalu ada untuk matari. Mereka adalah keluarga matari, walaupun tidak ada hubungan keluarga tapi mereka sudah mengagap matari sebagai bagian dari keluarganya. Pintu rumah mereka selalu terbuka untuk matari.
80
Selain keluarga Titipan ada pula Keluarga Seruling. Mengapa disebut Keluarga Seruling, karena rumah itu berada di jalan seruling. Beruntung lah matari telah dipertemukannya dengan tante Erna, ia selalu mengirimkan uang setiap bulan untuk kuliah matari. Bukan hanya itu, matari bahkan sudah seperti anak mereka sendiri, dan seperti anggota keluarganya. Matari sering sekali diajak kerumah tante Erna, bahkan bukan hanya itu matari sering diajaknya untuk menginap karena Om Nirwan suami dari tanteErna sering berpergian ke luar kota atau bahkan keluar negri. Kedua anaknya lebih banyak menghabiskan waktu mereka diluar rumah. Matari sangat senang sekali berada di tengah-tengah Keluarga Seruling. Dirumah pandu, matari menemukan suasana rumah yang benar-benar harmonis. Dan matari telah mendapatkan kebahagiaan disana, penderitaannya selama ini berhenti sejenak semenjak matari mengenal Keluarga Seruling. Banyak sekali pelajaran yang matari ambil selama matari bersama keluarga itu, status sosial keluarga pandu termasuk golongan menengah keatas dan keluarga yang berpendidikan tinggi. Seperti tante Erna dia adalah seorang dosen Sastra Indonesia, sedangkan Om Nirwan adalah seorang Profesor. Dari merekalah matari banyak belajar tentang proses hidup dan pendidikan. Selama matari tinggal di rumah pandu, selama satu semester. Matari merasa benar-benar menjadi mahasiswa sejati. Karena urusannya hanya belajar dan belajar, tanpa harus memikirkan biaya hidup, mencari uang untuk ongkos dan makan, atau melunasi utang-utangnya yang ada. Nilai-nilai kuliahnya pun sangat memuaskan. Sesekali kegiatan MC, masih berjalan. Tapi pekerjaan itu tidak lagi
81
dijadikan sebagai pegangan hidup seperti beberapa waktu lalu. Pekerjaan itu sekarang kini menjadi penambah untuk kebutuhan matari dan masih tetap untuk cicilan utang yang dimilikinya. dan sampai pada satu hari matari di tawari untuk siaran kembali oleh Kang Danu teman siarannya dulu yang sedang merintis sebuah radio, dan ia meminta matari untuk bergabung. Matari menerima tawaran itu, karena jadwal siarannya pun bisa ditentukan sendiri, dan pekerjaannya pun tidak terlalu sibuk. Matari menceritakan tawarannya itu pada tante Erna, dan ia menyarankan matari untuk menerima tawaran itu. Karena menurutnya matari mempunyai bakat yang besar, yang masih harus dikembangkan. Mendapat restu dari tante Erna, matri merasa seperti mendapatkan harta karun, dia merasa benar-benar mempunyai keluarga yang mendukung keinginannya. Pada tahun 2000, matari mengenal komunitas kampus Institut Ganesha Bandung lewat Ninta, teman siarannya di Qyu FM. Ninta adalah mahasiswi di Jurusan Biologi IGB, dari Ninta matari diperkenalkan dengan Arga. Dari situ lah matari ikut berkecimbung di semua kegiatan Campus TV (CTV), beruntungnya matari telah mengenal orang-orang yang berpengaruh dan termasuk pendiri CTV. Kini matari memiliki sahabat-sahabat baru, semua itu membuat matarisemakin bersemangat untuk mengapai impiannya itu. Dari mereka matari banyak belajar dan dari mereka pula matari banyak memdapatkan kesempatan untuk mengenal lebih jauh tentang proses terbentuknya sebuah siaran televisi. Empat serangkai begitulah julukan bagi mereka. Arga Panuntun, seorang pekerja kreatif, ia mampu menerjemahkan sebuah cerita kedalam sebuah visual
82
yang baik. Pikirannya tidak hany kreatif, tapi sebagai lulusan Desain Komunikasi Visual, ia memahami benar proses belajar alamiah, berpikir, berkreasi, berimajinasi, mengapresiasi, dan menyatukan memori dan menghayatinya dan Arga adalah seorang creator. Medi Indriyanto, seorang arsitek yang sudah dua tahun memilih untuk tidak bekerja pada orang lain. Ia seorang pemikir dengan otak kiri, sangat teratur, logis, dan rasional. Ia mencoba bertahan dengan proyekproyek arsitek dari sebuah konsultan hingga proyek-proyek yang dicarinya sendiri berdasarkan jaringan yang ia miliki. Ia sangat telaten dan sangat detail dalam mengerjakan sesuatu. Genta Kaligis, seotrang sarjana Sipil dan juga seorang atlet kampus. Ada satu keunikannya, Genta dapat mengulangi kembali cerita orang hingga beberapa kali dengan menirukan nada, irama, dan warna suara orang yang sedang diceritakannya. Genta adalah orang yang paling sabar utnuk berhubungan dengan sesuatu yang sangat dibenci orang:birokrasi. Muhammad Kaisar alias Ical adalah orang yang sangat rapih dan teratur. Mereka adalah sahabat-sahabat matari yang secara tidak lansung berperan serta dalam kemajuan hidup dan cara berpikir matari. Setelah melewati perjalanan yang sangat panjang dalam kehidupan matari, akhirnya impian matari telah ada didepan mata. Kata yang diucapkan matari saat impiannya akan tercapai yaitu, satu kalimat mimpi sudah dideklarasikan, artinya ada banyak telinga yang mendengarkannya.dan,
telinga-telinga
itu
akan
meminta
realisasi
untuk
dipertanggungjawabkan kepada mata. Mata adalah kedudukan tertinggi yang memberikan surat sakti bahwa impian sudah tewujud. Sebuah pengakuan yang
83
akan disampaikan pada indera lainnya untuk mendapatkan legalitas. Stempel sudah tercapai. Matari memang berhasil lulus kuliah. Bukan hanya membawa ilmu, tapi juga utang kuliah. Total utang yang harus dibayar matari adalah 70 juta. Utang atas nama diri matari, bukan orang tuanya. Utang atas nama semua ilmu yang didapat matari dari bangku kuliah dan kepingan pengalamannya. Utang atas pembentukan karakter diri. Semua itu adalah tanggung jawab pribadi atas sebuah impian. Semua itu adalah harga yang harus ditukar dengan sebuah pengalaman duduk di bangku kuliah dan sejuta pengalaman berharga lainnya. Berdasarkan rangkuman cerita novel 9 matahari diatas, maka kita dapat merasakan adanya refleksi kehidupan di dalamnya. Cerita rekaan yang disuguhkan Adenita itu bukan sekedar rangkaian kata demi kata yang tidak punya makna, tetapi berbicara tentang kehidupan, yakni masalah manusia dengan impian, tekad, dan usahanya untuk menggapai impian itu. Novel 9 Matahari karya Adenita ini menyuguhkan sebuah potret kehidupan seorang anak yang memiliki impian yang sangat besar yaitu menjadi seorang sarjana. Namun, dalam hal ini orang tuanya tidak mampu untuk membiayai kuliahnya.
4.2
Konstruksi Realitas Novel 9 Matahari ke dalam Analisis Semiotika Novel yang baik dibaca untuk menyempurnakan diri. novel yang baik
adalah novel yang isinya dapat memanusiakan para pembacanya, sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan santai saja, yang penting memberikan keasyikan pada pembacanya untuk menyelesaikannya. Tradisi novel hiburan
84
terikat dengan pola-pola. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa novel serius punya fungsi sosial, sedangkan novel hiburan hanya berfungsi personal. Novel 9 Matahari ini merupakan salah satu novel terbaik, sebuah novel yang cerdas dan mendidik, sebuah kisah realitas kehidupan seorang mahasiwi pendatang yang sarat perjuangan dalam mencari jati diri dibelantara kehidupan yang penuh kepura-puraan dan hedonistik. Adenita pengarang muda berbakat ini berhasil menulis novelnya dengan rapih, dan terutama sekali menggetarkan. Dia menulis dengan alamiah, sederhana, tidak neko-neko, dengan kandungan energi positif yang meluap-luap dan emosinya tepat pada sasaran pembaca. Novel 9 Matahari secara cerdas memberikan pencerahan bahwa siapa saja yang berkemauan keras ingin menimba ilmu, pasti allah swt akan membukakan jalan. Jalan itu tidak harus berwujud materi, dapat berupa hal yang lebih berharga, yaitu persaudaraan, makin terbuka wawasan dalam memaknai hidup, serta kekuatan untuk mengubah tantangan menjadi peluang. Dalam novel tersebut terdapat latar cerita dan permasalahan, lika-liku kehidupan sebuah keluarga dan kemiskinan atau krisis keuangan. Permasalahan yang dimaksud adalah kondisi perekonomian yang dialami keluarga biran anas yang tidak sanggup memenuhi keinginan dan mewujudkan impian anaknya untuk menjadi seorang sarjana. Membahas novel 9 matahari ini tentu baik secara langsung maupun tidak, peneliti mengungkap banyak sisi sentimental dari kehidupan realitas sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat pada saat ini, tokoh matari anas yang
85
menjadi tokoh utama dalam novel ini mengajarkan kepada kita semua tentang arti pentingnya sebuah pendidikan dengan segala permasalahan yang ada.s Kontruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relif seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Setiap upaya menceritakan sebuah peristiwa, keadaan, benda, atau apapun, pada hakikatnya adalah usaha mengkontruksikan realitas, melalui analisis semiotika kita dapat mengetahui tanda-tanda atau kata-kata yang tersembunyi dibali novel 9 matahari ini. Novel ini merupakan salah satu wujud perkembangan sastra yang mengangkat sisi kehidupan realitas dari seorang matari anas sang tokoh utama. Dalam novel tersebut terdapat latar cerita dan permasalahan, lika-liku kehidupan sebuah keluarga dan kemiskinan atau krisis keuangan. Permasalahan yang dimaksud adalah kondisi perekonomian yang dialami keluarga biran anas yang tidak sanggup memenuhi keinginan dan mewujudkan impian anaknya untuk menjadi seorang sarjana. Novel 9 matahari ini menceritakan berbagai kejadian atau peristiwa yang kirang lebih terjadi pada saat ini, isi cerita yang terkandung dalam novel ini adalah realitas yang telah dikonstruksikan. Setiap kata yang terdapat dalam teks cerita novel ini mengandung makna yang berbeda, dan melalui analisis semiotika ini kita dapat mengetahui tanda-tanda atau kata-kata dibalik teks atau bahasa. Bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menentukan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik.
86
Dengan menggunakan analisis semiotika kita dapat mengetahui makna-makna yang tersembunyi dibalik tanda.
4.3
Proses Penyampaian Novel 9 Matahari ke dalam Kehidupan Realitas Dalam kehidupan sosial saat ini, banyak sekali kejadian-kejadian yang di
alami masing-masing individu. Novel 9 matahari berusaha memberikan suatu cerita yang kurang lebih mewakili kehidupan sosial realitas dalam hal penghargaan atau arti pentingnya sebuah pendidikan. Melalui novel 9 matahari ini di jelaskan bagaimana seseorang menghargai dan menganggap penting arti pendidikan itu sendiri, banyak orang menganggap pendidikan itu mahal dan memerlukan biaya yang cukup banyak apalagi sampai melanjutkannya ke jenjang lebih tinggi yaitu kuliah. Dalam proses penyampaiannya, novel 9 matahari ini berusaha memberikan pencerahan bagi mereka-mereka yang telah menyia-nyiakan pendidikan, karena pada kenyataannya banyak sebagian dari mereka yang menyia-nyiakannya. Novel ini pantas direkomondasikan pada orangtua dengan ekonomi kelas bawah yang mempunyai anak yang sedang kuliah. Karna dalam novel ini tergambar jelas semangat yang kuat seorang anak yang memperjuangkan impiannya untuk menjadi seorang sarjana walau orangtuanya tidak mampu membiayainya. Orang yang mengatakan bahwa pendidikan itu tidak ada hubungannya dengan kemajuan bangsa, pasti tidak mengerti pendidikan. Dalam novel 9 Matahari ini dijelaskan bagaimana pentingnya pendidikan untuk seseorang. Menurut Matari tokoh utama dalam novel 9 Matahari, ia tidak akan pernah
87
membakar apapun hingga ia difokuskan pada titik tertentu. Pendidikan dimanapun adalah gudang emas, ia bukan hanya ada di sekolah-sekolah yang berlebel, tapi ia bahkan ada didalam setiap ruang kehidupan yang penuh sesak ini. Pelajaran terbesar dari novel ini adalah sikap pantang menyerah, karena solusi tersedia bagi mereka yang berusaha. Novel ini bisa menjadi cerminan bagi generasi muda yang memiliki masalah atau bahkan putus asa sampai pada akhirnya memutuskan untuk berhenti melanjutkan pendidikan, karena pada realitasnya banyak yang tidak sadar dan menyia-nyiakannya. Bagi sebagian orang, menjadi mahasiswa merupakan pengalaman yang sangat mewah, tidak semua orang mengalaminya. Dengan adanya manusia berpendidikan, derajat hidup, derajat keluarga, derajat bangsa bisa berubah menjadi lebih baik. Seperti inilah proses penyampaian novel 9 matahari ke dalam kehidupan realitas saat ini dengan menggambarkan sisi lain kehidupan seseorang dengan segala permasalahannya dan dituangkannya ke dalam sebuah karya yaitu novel 9 matahari ini.
4.4
Realitas yang Terkandung dalam Novel 9 Matahari Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dalam novel 9 Matahari ini,
banyak sekali pesan yang terkandung dalam novel ini yang tentunya dapat memacu generasi muda kita untuk lebih menghargai arti pendidikan.. novel 9 matahari ini menyadarkan kepada kita semua bahwa pada realitanya betapa kesuksesan adalah sebuah pilihan. Novel ini mengajarkan kepada meraih sebuah impian dengan suatu perjuangan, keteguhan, dan bagaimana mencapainya.
88
Kemauan dan semangat adalah indikator dominant untuk mengantar sesorang kepada keberhasilan dan itu bias kita lihat pada matari sang tokoh utama dalam novel ini. 9 matahari menunjukan bahwa sukses tidak didapatkan dengan sendirinya, tapi juga didukung oleh sahabat dan lingkungan yang positif. Dan yang penting untuk diingat adalah bahwa belajar dengan tiada henti, mempunyai perencanaan yang matang, dan menjalani kerja sama yang kompak dengan semua pihak, salah satu kunci sukses meraih cita-cita yang cerah di masa depan. Realitas yang tergambar dalam novel 9 Matahari ini sangat jelas, disini terpang-pang bagaimana potret kehidupan saat ini, bagaimana seseorang menghargai satu sama lainnya, bagaimana memaknai arti persahabatan, bagaimana cara untuk memperjuangkan sebuah mimpi, serta tanggung jawab terhadap penghormatan kepada orangtua. Dan sebagai kritik sosial novel karya perempuan 27 tahun ini memperlihatkan betapa pemerintah dan lembaga pendidikan tinggi kurang serius mengurus pentingnya pendidikan bagi kemajuan kualitas manusia. Menurutnya, bagi sebagian orang, menjadi mahaswa merupakan pengalaman yang sangat mewah, tidak semua orang mengalaminya. Biaya hidup dan biaya kuliah menjadi faktor utama kesulitan yang di alami matari sang tokoh utama. Dan pada kenyataannya dalam kehidupan yang sesungguhnya hal itu selalu menjadi masalah dalam menjalani hidup. Novel 9 matahari ini mencoba memberikan motivasi untuk pembacanya, karena isi cerita di dalamnya menceritakan kesulitan yang sedang terjadi. Solusi-solusi ada di dalamnya, dan memberikan jalan keluar untuk segala permasalahan-permasalahan yang terjadi.
89
Novel ini mengajarkan orang cara merencanakan pendidikan dengan baik. Kuliah merupakan masa-masa identitas sebagai orang sukses, sebagian orang lulus, lainnya menjadi demonstran atau berhenti ditengah jalan, sebagian orang lain gagal, baik karena terpaksa ataupun sukarela karena ada pilihan lain. Diperguruan tinggi, mahasiswa juga menjalani sekolah kehidupan yang menakjubkan dan menggetarkan, inilah realitas yang terjadi sekarang seperti yang tergambar dalam novel 9 Matahari ini. Semangat dan kerja keras pun tergambar dalam novel ini, bagaimana memaknai sebuah kehidupan, pertemanan, kesetiaan dan kasih sayang orang-orang yang mencintai, yang diterpa oleh kehidupan dan kedewasaan dalam mamandang hidup.
4.5
Unsur Pembangun Novel 9 Matahari
4.5.1
Tokoh dan Penokohan Ditinjau dari segi keterlibatannya dalam keseluruhan cerita, tokoh dalam
novel 9 matahari dapat dibedakan menjadi dua, yakni tokoh utama dan tohoh tambahan. Seorang tokoh dapat dikatakan sebagai tokoh utama dalam sebuah novel ditentukan paling tidak dengan tiga cara yaitu (1) Tokoh itu paling banyak memerlukan waktu penceritaan, dan (2) Tokoh itu paling banyak berhubungan dengan tokoh lain. Sedangkan seorang tokoh dapat dikatakan sebagai tokoh tambahan dalam sebuah novel, apabila (1) Tokoh itu mengalami sedikit permasalahan, (2) Tokoh itu sedikit berhubungan dengan tokoh lain, dan (3) Tokoh itu sedikit memerlukan waktu penceritaan.
90
Tokoh utama dalam novel 9 matahari adalah Matari Anas. Tokoh Matari ditentukan sebagai tokoh utama karena tokoh matari paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh matari paling banyak permasalahan, dan tokoh matari merupakan tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Sedangkan tokoh tambahan dalam novel 9 matahari adalah Biran anas ayah dari matari, yati aryanti ibu dari matari, kak Hera kakak dari matari, Om Dani, Shinta, Suriman, kak Heni, Tante Geni, Pak Atep, Ibu Cicih, Dinda, Tami, Dini, Rara, Ahmad, Dani, Kelompok Saska, Elis, Kartika, Nanda, Pak Hamif Akbar, Tami, Rizki, Alfa, Aryo, Kang Danu, Ninta, Wanda, Kang Abdul, Deni, Sherin, Pak Wanisar, Saska, Gito, Yuni,Pak Ageng, Rahmat, Mba Lena, Mirna, Mas Medi, Mas Edi, Ibu PutriNingsih, Afan, Sansan, Mami Hesti, Arvan, Medi Indriyanto, Genta Kaligis, Muhamad Kaisar (Ical), Arga Panuntun, Pras, Pandu, Tante Erna, Om Nirwan, danPak Mirza. Tokoh-tokoh tersebut ditentukan sebagai tokoh bawahan, karena tokoh tersebut mengalami sedikit masalah, sedikit berhubungan dengan tokoh lain dan sedikit memerlukan waktu penceritaan adanya tokoh tambahan tersebut dalam sebuah cerita bertujuan sebagai pendukung tokoh utama. Kajian mengenai penokohan yang terdapat dalam novel 9 matahari ini, hanya akan memfokuskan pada penokohan pada penokohan tokoh utama, yaitu Matari anas. Karena tokoh Matari adalah tokoh yang paling banyak mengalami permasalahan dalam cerita dan memerlukan banyak waktu penceritaanya.
91
4.5.2
Alur Alur cerita yang terdapat dalam novel 9 matahari ini beralur campuran
dengan teknik dramatic dan memanfaatkan variasi retorika sehingga mampu mempengaruhi jiwa pembaca. Alur campuran merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur dimana penceritaan yang menggambarkan kehidupan yang sedang dijalani dan pergulatan batin tokoh dengan masa lalunya. Alur yang menceritakan mengenai cerita pokok dari novel 9 matahari. Penceritaan tokoh matari dari awal matari mempunyai impian untuk kuliah sampai tercapainya impian itu, ditengah cerita disispkan oleh penceritaan masa lalu matari atau kilas balik kehidupan matari di masa lalunya, kemudian penceritaan kembali pada pokok permasalahan. Cerita yang disajikan satu sama lainnya saling berkaitan, dan tersusun sesuia cerita yang ada, sehingga apabila ada salah satu cerita dihilangkan maka cerita tersebut tidak dapat dipahami hubungan sebab akibatnya. Maka, dalam penyusunan alur ini memegang peranan penting dalam sebuah cerita. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita alur yang jelas akan mempermudah pembaca terhadap cerita yang disajikan. Dan pembaca dapat mencerna isi cerita dan memaknai novel tersebut.
4.5.3
Latar Latar mampu menghidupkan cerita, latar menunjukan tempat tokoh dalam
masa lalu dan masa kini. Latar yang terdapat dalam novel 9 matahari karya Adenita antara lain:
92
a. Latar Tempat 1. Di Universitas Panaitan Latar ini menujukan dimana calon kampus matari anas, sebuah kota kecil yang ada di dekat kota Sumedang. 2. Di Gang Langgar, rawa Bugel Latar ini menunjukan tempat tinggal matari beserta keluarganya. 3. Di Kota Cimahi, kompleks perumahan khusus tentara Latar ini digunakan dalam penceritaan awal matari tinggal di Kota Bandung 4. Di Kampus Politeknik Nayaga Latar ini menunjukan tempat dimana matari pertama menjalani kehidupan kuliahnya, politeknik yang berada dibawah pengawasandan bekerja sama dengan Institut Ganesa Bandung. 5. Di Sukajadi, belakang pasar Sukajadi dan alun-alun Bandung Latar ini menceritakan dimana matari melakukan bakti sosial, dengan membagikan makanan, kepada anak jalanan dan pengemis. 6. Di Universitas Pasanggiri Latar ini digunakan dalam penceritaan saat matari meneruskan kuliah oleh tante geni adik dari ibunya. 7. Di Mc’Donalds Latar ini menceritakan dimana matari pertama bekerja, meskipun hanya training. 8. Di Zee FM Latar ini menceritakan dimana matari bekerja sebagai penyiar baru di Zee FM.
93
9. Di Perusahaan Konsultan Arsitektur Latar ini menceritakan pekerjaan baru matari yang diterima sebagai Resepsionis 10. Di Qyu FM Latar ini digunakan dalam penceritaan dimana matari bekerja menjadi seorang penyiar. 11. Di Rumah Sakit Latar ini menceritakan dimana matari jatuh sakit dan dibawa orang tuanya ke Rumah Sakit. 11. Di Hotel Latar ini menceritakan dimana matari menjalani karantina, saat lolos menjadi finalis lomba pembaca berita yang diadakan oleh stasiun televise swasta ternama, Chandra Citra Televisi (CCTV) 12. Di Rumah Sansan Latar ini menceritakan dimana ketika matari sering jatuh sakit dan tinggal di rumah sansan. 13. Di Cafe Calista Latar ini menceritakan dimana matari diajak sansan untuk jalan-jalan dengan mengunjungi café tersebut. 14. Di Hotel Latar ini menceritakan saat matari menghadiri konser musik klasik bersama keluarga seruling dan pada saat itu matari dikenalkan kepada rekan Om Nirwan sebagai anak dari keluarga itu padahal matari tidak ada hubungan
94
keluarga, tetapi keluarga seruling sudah menggangap matari sebagai bagian dari anggota keluarganya. 15. Di Cirebon Latar
ini
menceritakan
dimana
matari
dibawa
untuk
menjalani
pengobatandengan mendatangi seorang tabib. 16. Di Klab Jazz Bandung Latar ini menceritakan dimana matari datang ke sebuah acara dimana komunitas jazz berkumpul. 17. Di Aula Barat IGB Latar ini menceritakan dimana matari menghabiskan malam minggunya dengan menonton konser PSM. 18. Di Campus TV (CTV) Latar ini digunakan dalam penceritaan saat matari menerima tawaran dari ninta teman kerjanya di Qyu FM untuk membantu unit kegiatan kampusnya di Institut Ganesha Bandung (IGB). 19. Di Cileunyi Rumah Bu Teti Latar ini menceritakan dimana matari melakukan bimbingan karena dosen pembimbingnya sedang hamil dan memaksa matari untuk bimbingan di rumahnya. 20. Di Lapangan depan aula besar Unpan Latar ini digunakan dalam penceritaan ketika matari mengikuti wisuda, yang dihadiri 900 wisudawan dari berbagai jurusan. Saat itu diceritakan prosesi wisuda dan segala perasaan yang menyelimuti diri matari.
95
b. Latar Waktu Latar waktu sangat penting dalam sebuah cerita. Sebagaimana latar tempat yang digambarkan secara jelas dalam novel 9 matahari, maka latar waktu pun digambarkan secara jelas dalam novel 9 matahari. Artinya setiap situasi latar tempat selalu ada latar waktu yang menyertainya. Latar waktu yang terdapat dalam novel 9 matahari antara lain: 1. Tahun 1999 Latar waktu ini terjadi pada saat matari datang ke Kota Bandung. 2. Tahun 1998 Latar waktu ini mengisahkan tentang krisis moneter yang berdampak pada perekonomian dan kondisi keuangan keluarga matari. 3. Tahun 2000 Latar waktu ini menceritakan tentang begitu berharganya uang seratus ribu, lima puluh ribu bagi matari. Bahwa itu semua adalah hidupnya. 4. Jam 7.00 sampai 5.00 Latar waktu itu menceritakan tentang jam kerja yang harus dijalani oleh matari. 5. Tahun 2001 Latar waktu itu menceritakan tentang tahun ajaran yang dimulai matari untuk melanjutkan kuliahnya, 2 tahun lebih tua dari teman-teman seangkatannya. 6. Pukul 3 pagi Latar waktu ini menceritakan dimana matari baru menyelesaikan pekerjaannya menjadi penyiar di Qyu FM.
96
7. Pukul 7.30 Latar waktu itu menceritakan tentang jadwal UTS pertama matari. 8. Tahun 2005 Latar waktu ini menceritakan tentang masa kuliah matari yang seharusnya memasuki semester 8, penghujung skipsi. Namun tiga semester sudah matari lewatkan sehingga matari tertinggal beberapa semester. Pada tahun ini matari baru akan meneruskan sisa SKS yang ada dan matari harus turun angakatan bergabung dengan anak-anak angkatan 2003. 9. Tahun 2003 Latar ini menceritakan tentang pertama kalinya matari mengenal komunitas Institut Ganesha Bandung. 10. 10 Oktober 2006 Latar ini menceritakan tentang tanggal yang ditandai matari pada kalender, yang menunjukan tanggal itu adalah waktunya jadwal sidang matari yang harus dijalani matari untuk menyelesaikan kuliahnya. Waktu berjalan begitu cepat sampai tidak terasa ternyata matari banyak kehilangan waktunya untuk cepat-cepat menyelasaikan skipsinya..
c. Latar Sosial Latar sosial yang terdapat dalam novel 9 matahari dapat terlihat dari asal keluarga matari. “Ayah matari Biran Anas berasal dari Deli Serdang Sumatra Utara, orangnya keras, dan bicaranya cepat, sedangkan ibu matari berasal dari sunda tulen, tutur katanya lembut dan orangnya santun”
97
Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa susku-suku yang ada di Indonesia menampilkan cirri-ciri orang atau watak yang berbeda pula. Misalkan orang sebrang seperti orang batak yang terkenal mempunyai sifat keras, sedangkan orang sunda atau jawa yang terkenal mempunyai sifat lemah lembut, ramah dan santun. Hal tersebut yang mendasari prilaku matari. Status sosial keluarga matari berada dalam ekonomi kelas bawah karena krisis keuangan yang dialami keluarganya sehingga keluarga matari jatuh miskin. Matari berada dalam lingkungan masyarakat yang rawan untuk tumbuh kembang anak. Karena berada dipinggiran kota Jakarta dan dekat kawasan industri, banyak pendatang yang bekerja dari berbagai daerah di Indonesia yang memang para pekerja pabrik yang ada disekitar rumahnya. Semenjak PHK yang dialami oleh ayah matari, maka sudah jelas kehidupan keluarga matari semakin terjepit. Keadaan yang serba kekurangan, membuat keluarga matari menjadi semakin tidak harmonis.
4.5.4
Tema Tema dari novel 9 Matahari ini adalah perjuangan seorang mahasiswi
dalam mewujudkan impiannya yang besar untuk menjadi seorang sarjana, walaupun harus bekerja keras, membanting tulang untuk menghidupi kuliah dan kehidupannya karena orang tuanya gagal membiayai kuliahnya. Dalam perjalanan hidupnya menuju impian matari sang tokoh utama dalam novel ini harus berjuang keras melawan kerasnya kehidupan diperantauan guna memperjuangkan atau mewujudkan impian besarnya itu. Dalam tema ini
98
menceritakan arti pentingnya sebuah pendidikan, bagaimana orang merencanakan pendidikan dan pelajaran dalam menghadapi kehidupan.
4.6
Pandangan Dunia Pengarang, Editing dan Pembaca yang Terrefleksi dalam Novel 9 Matahari Setelah pengkajian unsur-unsur intristik akan diteruskan dengan
penjelasan mengenai pandangan dunia pengarang. Dalam hal ini, Adenita sebagai penulis novel 9 matahari. Penjelasan ini dilakukan agar dapat diketahui hal apa saja yang mempengaruhi dalam penulisan novel 9 matahari ini. Setelah dialakukan penjelasan-penjelasan di atas, diteruskan dengan penjelasan mengenai pandangan dunia pengarang yang terefleksi dalam novel 9 matahari. Tema yang di ambil dalam dalam novel ini adalah tentang kehidupan realitas seorang mahasiswa dan segala problematikanya. Adenita sebagai penulis novel 9 matahari ini mengatakan bahwa, yang mendasari pengambilan tema ini adalah : “Kenapa saya mengambil tema kehidupan realitas seorang mahasiswa karena novel ini melontarkan saya kembali ke masa-masa kuliah, bertemu dengan segala aktivitasnya dan idealismenya, ini juga memaksa saya mengingat Akademos (BagusTakwin), novel sejenis tentang kehidupan kampus, namun dengan aspek yang intelektualisme yang berbeda, juga menguatkan saya pada salah satu ucapan Arvan Pradiansyah: kalau kamu kalah, jangan sampai kamu kehilangan pelajaran. Itulah mengapa saya mengambil tema tersebut” Dalam pengambilan tema Adenita mengingat lagi masa-masa ia saat kuliah, dengan segala lika-likunya, sehingga membuat ia tertarik untuk menjadikannya sebuah cerita dalam novel.
99
Dalam suatu pembuatan novel tidaklah ada dengan sendirinya adapun faktor pendorong dari pembuatan novel tersebut, menurut Adenita faktor pendorong dari penulisan novel 9 matahari dengan tema kehidupan realitas seorang mahasiswa adalah: “Sebagai orang menganggap bahwa pendidikan adalah sesuatu yang mahal. Tapi disamping itu bukan hanya biaya yang diperlukan untuk meneruskan pendidikan tapi niat dan keinginan menjadi faktor utama dalam hal ini, saya menganggap pendidikan itu sangat penting maka dari itu saya ingin mengangkat tema ini kedalam sebuah novel” Dalam hal ini banyak factor pendorong yang membuat Adenita memutuskan utuk mengambil tema dalam hal pendidikan, Karena pada kenyataannya, masih banyak dari sebagian orang yang menganggap pendidikan bukanlah hal yang utama dalam menjalani hidup. Padahal pendidikan itu sangat menunjang dalam kemajuan hidup seseorang terutama dalam berfikir.
Yang menjadi simbol utama dalam ini menurut Adenita adalah: “Saya menggunakan simbol angka 9 dan simbol matahari, karena menurut saya angka 9 merupakan angka diatas ratarata, seperti yang saya tulis dalam novel ini, angka 9 masih menisakan satu ruang untuk terus mencapai kesempurnaan. Dan simbol matahari sebagai simbol dari impian dan semangat, seperti halnya semangat matahari” Penggunaan simbol dalam proses berkomunikasi, dapat memudahkan semua orang cepat mengerti maksud dari apa yang ingin disampaikan, dalam hal ini novel 9 matahari, yang mengibaratkan matahari sebagai simbol dari semangat dalam mengejar suatu impian.
100
Menurut Adenita yang menjadi inti dalam penceritaan novel 9 matahari ini dan realitas yang tergambar dalam novel ini adalah: “Saya mengangkat novel ini untuk memberikan motivasi kepada para calon mahasiswa baru dan para orang tua yang akan menyekolahkan anaknya kejenjang kuliah dan inti dari novel ini adalah arti pentingnya sebuah pendidikan. Cerita yang terkandung dalam novel ini tidak jauh dari kehidupan yang terjadi saat ini, dimana orang mengartikan pentingnya pendidikan, saya pun melihat orang-orang sekeliling yang menyia-nyiakan sebuah pendidikan padahal mereka mampu dalam hal ini materi tapi kenapa orang yang ingin belajar sungguh-sungguh kebanyakan orang-orang yang memiliki materi yang kurang, ya saya berharap dengan terbitnya novel ini dapat memberikan motivasi untuk anak-anak yang memiliki impian untuk menjadi seorang yang berguna, ya itupun ditunjang dengan pendidikan dan tidak menyalah gunakan arti sebuah pendidikan itu sendiri” Apa yang diceritakan dalam novel 9 matahari ini merupakan cerita yang kurang lebih memang terjadi pada kehidupan saat ini. Pada realitanya, setiap kata yang terdapat dalam penceritaan mengandung makna-makna tertentu. Dengan keluarnya novel 9 matahari ini, Adenita berharap bisa merubah jalan pikiran seseorang yang selama ini telah menyia-nyiakan apa arti pendidikan itu. Dalam pembuatan novel 9 matahari ini editing ikut berperan, Ariobimo sebagai salah satu editing 9 matahri memaparkan proses pengeditan dalam novel ini. Menurutnya, standar khusus dalam sebuah proses pengeditan sebuah tulisan atau novel adalah: “Untuk memudahkan proses pengeditan, gaya bahasa harus lugas dan dari tiap paragraf terhadap makna-makna yang tersembunyi”. Inilah tugas tugas dari seorang editing, mengkoreksi tulisan dan meperbaikinya, agar tidak adanya kesalahan dalam pemaknaan.
101
Menurut Ariobimo, peranan editor dalam proses penempurnaan tulisan dalam novel 9 matahari ini adalah : “Penulis hanya menyerahkan draft dari tulisannya, nah disini lah peran seorang editor untuk menyempurnakan sebuah tulisan sampai layak untuk dibaca. Jadi seorang editor memang berperan penting dalam terciptanya sebuah tulisan, ya khususnya novel ini” Seorang penulis akan merasa kesulitan tanpa adanya peran seorang editing, dalam hal ini editor mempunyai kewenangan untuk mebenahi tulisan yang telah diserahkan penulis. Sampai tulisan tersebut dapat dimengeti dan di nikmati oleh pembaca. Pengambilan judul berpengaruh dalam sebuah novel, menurut Ariobimo mengatakan bahwa adalah: “Pemilihan judul secara tidak langsung berpengaruh dalam tampilan sebuah novel, kenapa,,,?kadang orang tertarik hanya dengan tampilan luarnya saja begitupun dengan novel ini, dengan judul yang berbeda orang akan merasa penasarab ada apa dibalik judul itu,,,ya setidaknya membuat orang penasaran ingin mengetahui isi dari luarnya itu” Daya tarik yang dicari, agar pembaca dapat tertarik dan penasaran unutk membaca tulisan atau novel tersebut. Maka, pengambilan judul dan tema itu berpengaruh dalam suatu tampilan dalam sebuah novel. Selain judul, sampul mempunyai peran dan memiliki kriteria dalam sebuah novel. Menurut Ariobimo editor novel 9 matahari mengatakan, “Kriteria dalam pemilihan tampilan sampul depan sebenarnya sangat simpel, yang pasti intinya harus menarik, ya supaya orang tertarik untuk melihat novel tersebut, dan sampul depan pun memang memiliki peranan dalam tampilan sebuah novel, karena orang kan melihat sesuatu mau tidak mau ya melihat luarnya dulu begitu pula dengan
102
novel, sebelum orang membaca isinya ya luarnya dulu lah yang dilihat” sampul pun menjadi salah satu daya tarik utnuk menari minat pembaca, dengan sampul yang menarik pembaca pun menjadi tertarik dan penasaran untuk melihat dan membacanya. Dersan dyjaya salah satu orang yang telah membaca novel 9 matahari berpendapat tentang novel ini menurutnya: “Novel ini cukup bagus, karena novel ini dapat memberikan pencerahan bagi para calon mahasiswa yang mempunyai keinginan yang sama seperti yang di ceritakan dalam novel 9 matahari ini untuk menjadi seorang sarjana. Saya tertarik membaca novel ini karena novel ini cukup mampu memotivasi dan memberikan inspirasi bagi pembaca, khususnya seperti saya yang sedang menjalani kehidupan kuliah, ya setidaknya memberikan pencerahanlah untuk saya lebih menghargai arti pendidikan dan tidak menyianyiakannya. Peran pembaca disini, menunjang suksesnya sebuah kemajuan novel. Ada sesuatu yang menarik yang di suguhkan dalam novel ini, novel ini memberikan pencerahan bagi siapa saja yang memiliki niat untuk belajar. Kesan dari dersan dyjaya setelah membaca novel 9 matahari ini berpendapat bahwa, menurutnya: “Kesan saya setelah membaca novel ini,,ya saya merasa malu pada diri saya sendiri, terharu dengan perjuangan seorang matari tokoh utama yang ada dalam novel ini untuk mengejar impiannya, apalagi dia sampai berhutang dan bekerja keras mencari uang untuk biaya hidup dan kuliahnya,orang lain sich belum tentu seperti itu, termasuk saya juga, saya belum tentu seperti dia, itu sangat menakjubkan buat saya pribadi” Dengan adanya pembaca, penulis dapat mengetahui sejauh mana novelnya itu sampai pada pembaca. Koreksi dari pembaca memberi masukan bagi penulis.
103
Selain itu Dersan juga berpendapat tentang alur penceritaan, novel 9 matahari ini, menurutnya : “Awalnya lumayan kurang dapat dimengerti, karena alur yang dipakai sifatnya maju mundur. Tapi setelah dibaca sampai selesai saya lebih mengerti, karena dari cerita ke cerita yang kesatuan dalam penceritaannya dan memang berkaitan satu sama lainnya. Novel ini benar-benar memotivasi bagi mereka yang menjalaninya, dengan semua semangat dan kerja kerasnya untuk menggapai satu impian. Bagian yang paling menyentuh dalam penceritaan novel ini menurut saya pada saat matari mengalami depresi yang sangat luar biasa karena tekanan batin memikirkan kondisi keluarga belum lagi utang-tangnya. “ Dapat dilihat disini, alur cerita mempunyai peranan yang penting untuk. Karena jika alur cerita yang tidak tersusun dengan rapi maka pembaca bias-bisa tidak sapat mengerti jalan cerita dari novel tersebut. Jadi, apa yang ingin disampaikan penulis tidak akan sampai tujuannya kepada pembaca. Dan yang terakhir dersan memberikan kritikan dan saran untuk novel ini, menurutnya : “Tidak banyak kritikan buat novel ini, hanya saja penjelasan atau detail utang yang kurang, karena dari cerita akhirnya tidak dijalaskan bagaimana matari melunasi utang-utangnya itu, padahalkan utang itu menjadi pokok masalah dalam isi cerita novel ini, nah saya tidak mendapatkan klimaks utang dari cerita ini, ya alangkah bagusnya bila akhir ceritanya utang-utang matari itu dijelaskan cara pembayarannya atau apalah,,intinya tentang pelunasan utang” Pembaca mempunyai peranan dalam hal ini, kritikan dari pembaca dapat menjadi masukan bagi penulis itu sendiri. Karena penulisan ini tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, dan disinilah peran seorang pembaca.
104
4.7
Kategori Tanda Saussure Yang Terdapat Dalam Novel 9 Matahari Pemisahan makna dari setiap karakter dari novel 9 matahari ini, diantara
nya terdapat elemen-elemen pembentuk makan dari Saussure. Saussure meletakan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda), hubungan antara keduanya bersifat arbitrer (manasuka) dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan dari kultur pemakaian bahasa tersebut. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi ‘yang ditandai (Signified) dan ‘yang menandai’ (signifier). Hubungan antara signifier dan signified dibagi menjadi tiga yaitu : Ikon, Indeks dan Simbol. Dalam pandangan Saussure makna sebuah tanda sangant dipengaruhi oleh tanda yang lainnya. Pusat perhatian semiotika pada kajian komunikasi adalah menggali apa yang tersembunyi dibalik bahasa. Berdasarkan hal tersebut, novel 9 matahari diciptakan pengarang memiliki makna tertentu. Hal itu bisa kita lihat dari kategori tanda saussure dalam novel 9 matahari ini. 1. Signifier (penanda) dalam novel 9 matahari adalah: Kondisi yang dialami matari yang harus bekerja keras, membanting tulang, dan berhutang pada orang banyak untuk biaya kuliah dan hidupnya demi mewujudkan impian besarnya menjadi seorang sarjana.
105
2. Signified (petanda) dalam novel 9 matahari adalah: Karena kemiskinan yang dialami keluarga matari, sehingga orangtuannya tidak mampu untuk membiayai kuliahnya. Menurut saussure dari kalimat pertama dapat diartikan sebagai signifier (penanda) Yang menjadi sebuah ungkapan pernyataan yang mengandung pertanyaan. Arti dari kalimat tersebut menunjukan usaha seorang matari, dalam mewujudkan impiannya dengan berusaha hidup mandiri dan memaksa dia berhutang kesana kemari untuk menhidupi dirinya dan kuliahnya. Tanda kalimat tersebut tergabung dalam satu ungkapan, maka menurut saussure bisa kita simpulkan sebagai signifier atau petanda dari kalimat tersebut sebagai bunyi atau coretan yang memiliki makna ungkapan keadaan yang dialami matari, yaitu kesulitan terhadap apa yang terjadi pada hidupnya, sehingga menimbulkan sebuah permasalahan yang patut dipertanyakan. Kalimat kedua yang diungkapkan dari keluarga matari, diawali dari kalimat sebab akibat dari pernyataan matari. Signified dari kalimat kedua ini menunjukan ketidak mampuan orangtuanya untuk membiayai kuliah matari atas keadaan yang sedang dialaminya. Hal tersebut sangat jelas terlihat dari signifier (penanda) dari keadaan matari yang berusaha sendiri untuk membiayai kuliahnya. 4.8
Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat dalam Novel 9 Matahari Ikon, Indeks dan Simbol yang terdapat dalam novel 9 matahari meliputi :
tokoh Matari Anas, tohoh Biran Anas, Keluarga titipan, Keluarga seruling, Empat
106
serangkai, utang, Kemiskinan, Depresi, Emosional, Matahari, Tulang punggung keluarga, Persahabatan, Persaudaraan, dan Optimis. 1. Ikon dalam novel 9 matahari meliputi : a.
Tokoh Matari Anas, matari anas sebagai ikon dari matahari
b.
Tokoh Biran Anas, biran anas sebagai ikon dari tulang punggung keluarga
c.
Keluarga titipan, keluarga titipan sebagai ikon dari persaudaraan
d.
Keluarga seruling, keluarga seruling sebagai ikon dari persaudaraan
e.
Empat serangkai, empat serangkai sebagai ikon dari persahabatan.
2.
Indeks dalam novel 9 matahari meliputi :
a. Utang sebagai indeks keadaan yang dialami oleh matari anas sang tokoh utama b. Kemiskinan sebagai indeks kondisi perekonomian yang sedang dialami keluarga biran ayah dari matari c. Depresi sebagai indeks perubahab kondisi kejiwaan tokoh utamanya matari anas d. Emosional sebagai indeks kondisi mental yang dialami biran anas 2. Simbol dalam novel 9 matahari meliputi : a. Matahari sebagai simbol dari impian matari
107
b. Persaudaraan sebagai simbol dari ikatan sebuah keluarga c. Persahabatan sebagai simbol dari ikatan atau jalinan sebuah pertemanan yang sangat dekat d. Optimis sebagai simbol dari sikap percaya diri, pantang menyerah, yakin dan tidak putus asa. Berdasarkan pengalaman kultur, teks yang terdapat dalam novel 9 matahari ini, bisa ditafsirkan sebagai sebuah proposisi yang dimaknai menurut penempatan tiap tanda. Karena novel 9 matahari ini bisa direpresentasikan berbeda bagi siapapun dan teks visual memiliki sifat polisemi atau dimaknai secara beragam. Tetapi dalam novel ini terdapat pokok-pokok permasalahan yang ditonjolkan seperti perjalanan hidup sang tokoh utama dan semua permasalahanpermasalahannya. Pemaknaan semiotika novel 9 matahari ini bersifat ikonis, yaitu sesuatu merepresentasikan kemiripan. Memaknai ikon wajah dalam memvisualisasikan tokoh untuk menggambarkan realitas saat itu. Dalam novel 9 matahari terdapat tokoh-tokoh yang merupakan anchorage atau pelabuhan yang membatasi pemaknaan. Karakter tokoh Matari Anas, tokoh Biran Anas, Keluarga Titipan, Keluarga Seruling, dan Empat Serangkai, memberikan gambaran sehingga orang dapat memaknai novel ini sebagai gambaran situasi dan kondisi yang dialami para tokoh, sehingga dapat dikategorikan sebagai ikon dalam novel tersebut..
108
Indeks merupakan tanda yang kehadirannya menunjukan adanya hubungan dengan yang ditandai, yang menunjukan sebab akibat. Utang sebagai indeks dari kondisi atau permasalahan utama, kesulitan, kebingungan, dan kepanikan yang dialami matari sang tokoh utama. Penafsiran kesulitan, kebingungan dan kepanikan ditunjukan dengan kesulitan keuangan yang dialami matari. kebingungan dan kepanikan dapat dilihat ketika matari harus melunasi biaya hidup dan kuliah sehingga memaksa dia untuk berhutang, semua yang dilakukan matari demi kelangsungan hidup dan kelancaran kuliahnya, karena orangtuanya tidak mampu membiayainya. Keadaan seperti ini adalah jenis bahasa indeksikal yang timbul dikareanakan sebab tertentu. Kemiskinan sebagai indeks kondisi perekonomian yang dialami keluarga biran anas ayah dari matari. Penafsiran kondisi perekonomian ditunjukan dengan kesulitan keuangan yang dialami keluarga biran, semua itu imbas dari krisis moneter yang terjadi saat itu, yang akhirnya keluarga biran ayah dari matari tidak mampu membiayai kuliah matari. Depresi sebagai indeks perubahan kondisi kejiwaan yang dilami matari sang tokoh utama, hal ini disebabkan karena terlalu berat beban yang ditanggung matari untuk menanggung hidupnya sendiri. Ketarketir memikirkan niaya hidup dan kuliahnya, membanting tulang tanpa ada kata lelah sehingga mengakibatkan matari mengalami penurunan pada kondisi fisik dan mentalnya. Terutama mental matari benar-benar terganggu karena tekanan hidup yang begitu besar.
109
Sikap emosional yang dialami ayah matari biran anas sebagai indeks dari kondisi mental yang dialami biran anas, karena kemiskinan yang menyebabkan krisis keuangan dalam keluarganya sehingga kondisi mentalnya tidak terkendali, keadaan ini membuat perubahan yang sangat besar dalam dirinya. Penafsiran keadaan yang dialami para tokoh dapat kita lihat dari situsi yang dialami mereka. Semua bahasa seperti itu adalah jenis bahasa indeksikal yang timbul dikarenakan sebab tertentu. Selain bahasa indeksikal ada juga jenis bahasa yang bersifat simbolik, seperti matahari yang merupakan simbol cahaya.. Seperti yang kita ketahui matahari adalah sumber cahaya bagi bumi, yang tidak akan bergeser kalau bulan dan bintang belum muncul, matahari yang akan terus-menerus memeberi energi, kehangatan, dan cahaya untuk alam semesta. Kadang dia dicaci kalau bersinar terlalu terik, kadang dia juga diprotes kalau nampak sayu dan bermalas-malasan. Tapi tidak perduli apapun itu, matahari selalu muncul setiap hari dengan segala yang dia punya. Matahari juga harus berganti peran dengan bulan dan bintang. Tapi, bukan berarti matahari berhenti bersinar, justru dia sedang bersinar hangat dibelahan bumi yang lain. Seperti halnya pada matari semangatnya untuk menggapai impiannya itu bagaikan matahari, matahari yang mengajarkan banyak pada kita utnuk berbagi. Agar, kita benar-benar tahu peran kita dan bisa merasakan jiwa kita hidup. Seperti halnya pada matari, matahari ini dijadikan sebagai simbol dari impiannya. Semangat matari untuk menggapai impiannya bagai semangat
110
matahari yang dengan setia selalu menyinari dan menghangatkan bumi ini, walaupun penuh dengan rintangan matari tetap berjuang untuk menggapai impiannya itu. Simbol merupakan tanda dimana hubungan penanda dan petanda semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan, atau peraturan, tanda terdapat dimana-mana, kata adalah tanda demikian pula gerak isyarat semua itu bisa dijadikan tanda atau simbol. Tulang punggung keluarga merupakan sebuah simbol dari penopang hidup atau orang yang menafkahi keluarganya. Kata tersebut dapat dikategorikan sebagai simbol karena esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan cirri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Kata persahabatan merupakan simbol, bahwa jalinan pertemanan antara mereka yaitu matari dan Empat serangkai ( Arga, Genta, Ical, dan mas medi) terjalin sangat erat, dengan saling membantu satu sama lainnya. Kata persahabatan merupakan simbol, bahwa adanya hubungan sebuah persaudaraan yang terjalin walaupun tidak ada ikatan apa-apan dan terjalin secara tidak senganja, hanya dikarenakan hubungan yang sudah dekat sehingga terjalinlah ikatan persaudaraan itu. Seperti yang dialami matari bersama keluarga titipan dan keluarga seruling. Dan kata Optimis merupakan simbol, bahwa matari memiliki semangat yang tinggi, pantang menyerah dan ta pernah putus asa. Optimis itu sendiri merupakan rasa percaya diri dan yakin akan sesuatu yang kita kerjakan dan harapkan akan terwujud sesuai dengan apa yang kita inginkan.
111
Tanda-tanda yang telah diuraikan diatas, hanya sebagai tanda yang tampak dalam sebuah teks. Namun, tanda-tanda ini dapat menghasilkan satu makna yang utuh. Karena sebuah simbol merupakan tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan. Konvensi merupakan kebiasaan yang terdapat dalam suatu budaya ketika memaknai suatu simbol, kesepakatan merupakan persetujuan dari anggota budaya pengguna tanda dalam memaknai suatu simbol, sedangkan aturan biasanya ditentukan oleh pihak sembuat simbol. Semua cara berkomunikasi bisa dibuat menjadi simbol, asalkan ada kesepakatan. Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar sikap manusia merupakan simbol. Secara keseluruhan berdasarkan kategori tanda Saussure, novel 9 matahari ini dapat dimaknai sebagai proposisi yang menyatakan bahwa semua orang membutuhkan pendidikan, merencanakan pendidikan sama halnya dengan merencanakan hidup. Arti pentingnya pendidikan guna mengangkat dertajat diri, dan derajat keluarga. Bagaimana orang menghargai arti sebuah pendidkan dan menganggap pentingnya suatu pendidikan. 4.9
Kaitan Novel 9 Matahari dengan Kontruksi Sosial atas Realitas Novel 9 matahari dalam kontruksi sosial atas realitas diartikan sebgai
bentuk paparan tertulis dalam teks novel yang berupa satuan dialog, monolog dan narasi. Sumber data meliputi unit teks yang menggambarkan semiotic dalam teks novel. Seorang pengarang menciptakan novel dalam konteks tertentu, cerita yang dilukiskan didalamnya bersumber dari kondisi yang sedang terjadi dalam
112
kehidupan sosial masyarakat dengan kekuatan imajinasinya dapat melahirkan karya sastra dari permasalahan sosial masyarakat yang melingkupinya. Pengetahuan dan kepentingan pembaca dapat mempengaruhi metode penafsiran mereka terhadap suatu hal, dalam hal ini novel 9 matahari. Membaca novel ini, masyarakat yang selama ini menganggap bahwa pendidikan itu sesuatu yang biasa akan tersadar bahwa dengan adanya manusia berpendidikan, derajat hidup, derajat keluarga dan derajat bangsa bisa berubah menjadi lebih baik. Karena banyak yang tidak sadar dan menyia-nyiakannya. Sesungguhnya merencanakan pendidikan sama pentingnya dengan merencanakan hidup, namun masih banyak golongan yang sulit melakukannya, mereka tidak mampu mengidentifikasi biaya hanya karena kebutuhan pendidikan harus tarik menarik dengan kebutuhan hidup. Masalah yang terkandung didalam novel ini pada dasarnya merupakan masalah yang terjadi dalam masyarakat. Metode penafsiran yang dilakukan pembaca berpengaruh terhadap cara pandang pembaca itu sendiri. Karya sastra termasuk novel mempunyai fungsi menyenangkan dan bermanfaat bagi pembaca melalui penggambaran kehidupan nyata, dan tidak terlepas juga dari tugasnya yaitu mendidik pengalaman batin pembaca atau pengalaman manusia. Dengan adanya novel 9 matahari ini, pembaca dapat menyadari akan arti sebuah pendidikan dan cara merencanakan pendidikan dengan baik. Bagi orang yang ingin maju, pendidikan merupakan sebuah kebutuhan. Kesempatan melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi, seperti kuliah, pasti selalu
113
dinantikan oleh semua orang yang haus akan ilmu. Tapi, kenyataannya tidak semua orang bisa mendapatkannya. Kuliah masih menjadi barang mewah. Bukan rahasia umum lagi bahwa biaya masuk perguruan tinggi menjadi salah satu biaya yang menguras kantong. Untuk sebuah kondisi ideal, dimana sebuah keluarga sudah memiliki perencanaan dan persiapan biaya pendidikan yang baik, tentu hal ini bukan masalah. Tapi bagi seorang dari keluarga kecil yang berpenghasilan pas-pasan, keinginan anaknya untuk kuliah merupakan sebuah permintaan yang membuat hati orang tua gentar. Alhasil, banyak orang tua yang kemudian mesti berhutang demi meluluskan permintaan anaknya untuk tetap sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, novel ini pantas direkomomdasikan pada semua mahasiswa baru, kalangan perguruan tinggi dan orang tua dengan ekonomi kelas bawah yang mempunyai anak yang sedang kuliah. Ini adalah sebuah novel pembentukan jiwa yang sangat dewasa, berani, menebalkan rasa tabah dan sikap positif.
114 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Peneliti telah menguraikan dan membahas pokok permasalahan mengenai
Analisis Semiotika Realitas Novel 9 Matahari Karya Adenita. Berdasarkan hasil penelitian dan Analisis yang telah dilakukan, maka peneliti pada babV ini mencoba menarik kesimpulan dan saran bagi penulis yang memuat novel. Dari analisis novel yang telah dibahas tadi, berdasarkan teori Saussure dapat kita simpulkan bahwa :
1. Penggambaran yang terdapat di sebuah media massa termasuk karya sastra novel menimbulkan rasa tertarik khalayak untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan realitas saat ini. Bagaimana media massa menampilkan sebuah gambar, warna, lambang, tanda-tanda yang ada sebagai kontruksi realitas yang ada. Isi media pada hakikatnya adalah hasil kontruksi realitas dengan bahasa baik verbal maupun non verbal sebagai perangkat, sedangkan bahasa bukan saja alat mempresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relif seperti apa yang akan diciptakannya media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikontruksikan. Seperti halnya novel merupakan salah satu media massa dalam bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa secara tersusun. Namun, jalan ceritanya dapat menjadi suatu pengalaman hidup yang nyata, dan lebih dalam lagi novel mempunyai tugas mendidik batin pembaca atau pengalaman manusia.
115 2. Novel yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentukan sehingga menyebabkan novel tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna hidup. Adapun struktur pembangun karya sastra novel yang dimaksud meliputi: Penokohan, alur, latar tema, dan amanat. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang sesorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, alur adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, latar yang disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan, tema adalah pokok persoalan yang berisi gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra. 3. Novel 9 matahari karya Adenita ini merupakan hasil dari karya sastra, yang memiliki nila-nilai tersendiri dalam memandang suatu kehidupan realitas sosial masyarakat saat ini dalam memandang arti sebuah pendidikan dan sarat akan banyak tanda-tanda atau simbol yang pantas dimaknai dan dicermati. Novel 9 Matahari ini menceritakan suatu kisah kehidupan sang tokoh utamanya yaitu Matari Anas, dengan memfokuskan cerita pada suatu perjuangan memburu cita-cita tanpa mengenal puts asa. Tentang semangat, tentang impian dan perlu diketahui tidak ada kisah cinta picisan dalam novel ini. Novel ini menggunakan alur cerita campuran karean dalam proses penceritaannya dilakukan dengan konsep gabungan antara alur maju dan alur mundur. Gaya bahasa yang digunakan sedikit dramatis dan menyentuh dengan tujuan agar pembaca seolah-olah merasakan atau ada di dalam keadaan atau cerita tersebut. Penepatan gaya bahasa disini sangat penting, agar dapat dimengerti dan difahami sehingga secara otomatis akan mempengaruhi pikiran dan perasaan pembaca.
116 4. Sasaran audience yang dituju dalam Novel 9 Matahari Karya Adenita ini yaitu para remaja atau pada calon mahasiswa, kalangan perguruan tinggi dan para orang tua yang memiliki anak yang akan melanjutkan jenjang kuliah terutama para orang tua dengan ekonomi kelas bawah. Sasaran yang dipilih tersebut memiliki alasan, yaitu novel ini sarat dengan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kehidupan realitas pada saat ini tentang arti sebuah pendidikan karena banyak yang tidak sadar dan menyia-nyiakan arti pendidikan itu. Kuliah merupakan masa-masa meneguhkan identitas. Sebagian orang sukses, sebagian orang lulus, lainnya menjadi demonstran atau berhenti di tengah jalan, sebagian orang lain gagal, baik karena terpaksa ataupun sukareala karena ada pilihan lain. Di perguruan tinggi, mahasiswa juga menjalani sekolah kehidupan yang menakjubkan dan menggetarkan. Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari novel ini, pelajaran terbesar dalam novel ini: pantang menyerah, sebab solusi tersedia bagi mereka yang berusaha. Novel ini setidaknya bisa mencegah mahasiswa yang tengah dirundung masalah atau putus asa sampai akan memutuskan keluar akan mengurungkan niatnya. 5. Penelitian ini menggunakan metode Analisis Semiotik dengan menggunakan teori dari Ferdinand De Saussure, dimana pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda dan makna sebuah tanda dipengaruhi oleh tanda yang lain. Kategori tanda Sauusure, Saussure meletakan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut Signifier (penenda) dan Signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yakni pikiran
117 atau konsep aspek mental dari bahasa. Hubungan keduanya bersifat arbitrer (manasuka) dan hanya berdasarkan hasil konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai bahasa tersebut. Hubungan antara signifier dan signified dibagi menjadi tiga, yaitu Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandai, Indeks adalah tanda yang kehadirannya menunjukan adanya hubungan dengan yang ditandai, dan Simbol adalah hubungan antara signifier dan signified semata-mata adalah masalah konvensi, kesepakatan atau peraturan.
5.2
Saran
1. Untuk lebih menjaga tujuan pesan yang ingin disampaikan tentang cerita dalam sebuah novel, sebaiknya sebelum proses pencetakan novel yang akan dicetak, dikaji ulang dari segi ejaan dan dalam penyajian tata bahasa dalam isi cerita lebih di perjelas lagi, dimaksudkan agar isi atau makna dari sebuah cerita yang dituliskan oleh pengarang mendekati kejadian yang sebenarnya dan dapat tersampaikan dengan baik. 2. Sebaiknya dalam proses penceritaan dijelaskan klimaks atau akhir permasalahan dari cerita novel tersebut, dimaksudkan agar cerita tersebut jelas awal dan akhirnya. Contohnya detail pembayaran utang yang kurang tergambar dengan baik. Dan kurang menggarap bagaimana perasaan orang yang memberi utang kepada matari ketika utangnya dicicil atau dilunasi atau di tunda lebih lama karena matari sendiri kehabisan uang. Detail pembayaran utang ini seharusnya sangat lah penting dalam alur penceritaan, karena utang tersebut menjadi masalah terbesar dalam kehidupan matari dan berperan besar dalam penceritaan novel 9 matahari ini.