BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sekolah adalah tempat menuntut ilmu bagi anak dan remaja. Hampir
sebagian besar waktu anak dan remaja dihabiskan di sekolah. Jam belajar di sekolah dapat dikategorikan cukup lama dan berbeda – beda di setiap jenjangnya dan bergantung pada jenis sekolahnya. Mereka rata – rata berada di sekolah selama hampir 8 jam dengan jeda istirahat 15 hingga 30 menit setiap harinya. Waktu yang dihabiskan di luar rumah membuat anak sekolah lebih banyak mengkonsumsi makanan dari luar rumah, salah satunya dengan jajanan di sekolah (Sihadi, 2004). Makanan di sekolah umumnya disediakan oleh kantin sekolah dan penjaja jajanan di luar sekolah. Kantin merupakan satu – satunya penyelenggaraan makanan yang berada dalam pengawasan pihak sekolah, sedangkan penjaja makanan jajanan berjualan di luar sekolah. Mutu makanan sangat penting pada aspek penyelenggaran makan. Mutu makanan terdiri dari beberapa aspek seperti sifat sensorik dan keamanan pangan (Migliore et al., 2014). Sifat sensorik seperti rasa dan aroma yang enak, bentuk dan warna yang menarik serta tekstur sesuai yang diharapkan konsumen. Dari segi keamanan pangan mutu makanan terlihat dari kebersihan, higienis dan tidak mengandung kuman penyakit (Almatsier, 1998 dalam Ulfa, 2011). Mutu makanan semakin baik apabila memenuhi seluruh aspek tersebut. Selain itu mutu makanan merupakan salah satu aspek pemilihan jajanan pada anak sekolah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristianto (2013) bahwa mutu makanan terkait dengan aroma, rasa, tekstur, dan porsi
1
merupakan salah satu alasan pemilihan makanan pada anak – anak. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Shepherd (1999) dalam Aprillia (2011) bahwa anak – anak cenderung memilih makanan karena mutu makanan terutama penampilan dan rasa yang ditawarkan. Namun, saat ini marak adanya makanan jajanan yang kurang bermutu. Berdasarkan temuan Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan Daerah Istimewa Yogyakarta (Balai Besar POM DIY) pada tahun 2011, ditemukan adanya pangan sebanyak 128 buah makanan yang rusak dan tidak memenuhi syarat untuk diedarkan di masyarakat. Kerusakan pangan ini menjadi salah satu indikasi mutu makanan semakin menurun. Kerusakan pangan yang paling mudah dinilai pada aspek sensorik yaitu perubahan pada aspek penampakan, konsistensi, bau dan rasa (Sinell, 1992). Kerusakan makanan tersebut dapat menyebabkan pangan tidak aman untuk dikonsumsi dan dapat mengganggu kesehatan konsumen. Pemenuhan aspek keamanan pangan harus diperhatikan karena dampak mengkonsumsi makanan yang sudah rusak cukup berbahaya, salah satunya adalah keracunan makanan. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2011, sebanyak 1234 kasus keracunan terjadi di seluruh provinsi DIY dan 259 kasus keracunan terjadi di sekolah di seluruh provinsi DIY. Sedangkan berdasarkan data Sentra Informasi Keracunan Nasional (SIKerNas) Badan POM RI, sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2014, terdapat 38 insiden keracunan disebabkan oleh keracunan akibat pangan. Sebagian besar keracunan oleh pangan yaitu sebanyak 10 insiden dengan jumlah korban 559 orang disebabkan oleh lalainya perusahaan katering dalam menjaga keamanan pangan. Enam
2
kasus insiden keracunan pangan terjadi disebabkan oleh makanan dalam skala rumah tangga dengan dengan jumlah korban 255 orang dan terdapat 1 orang meninggal. Keracunan pangan yang lain terjadi disebabkan oleh jajanan dengan jumlah insiden 5 dengan jumlah korban 94 orang, dan 1 insiden keracunan pangan lain yang disebabkan oleh lalainya pihak restoran dengan jumlah korban 2 orang meninggal dunia. Semakin hari aspek keamanan pangan menjadi salah satu aspek yang diperhatikan konsumen dalam memilih makanan. Berdasarkan penelitian Kusumaningayu (2013), keamanan pangan mempengaruhi sebesar 36% terhadap kepuasan konsumen pada penyelenggaraan makanan di sebuah hotel di kawasan Bandung. Selain itu, pada penelitian Wulansari (2013) yang dilakukan pada mahasiswa di Bogor, keamanan dan kebersihan makanan yang disajikan merupakan salah satu faktor yang penting pada penyelenggaraan makan di sebuah kantin. Seiring dengan meningkatnya kejadian keracunan dan jumlah korban yang semakin besar dan semakin tingginya kesadaran konsumen mutu makanan terutama dalam hal keamanan pangan, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) semakin memperhatikan aspek keamanan pangan. Penerapan keamanan pangan pada sangat erat berkaitan dengan kesadaran masing – masing penjamah makanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Vo (2015), bahwa pengetahuan saja tidak cukup untuk mengubah perilaku penjamah makanan dalam menerapkan persyaratan mutu dan keamanan pangan dalam mengolah makanan. Sebagai wujud apresiasi dalam penerapan persyaratan keamanan pangan dan mutu makanan yang disajikan di kantin sekolah, BPOM RI mengadakan
3
Program Bintang Keamanan Pangan Kantin Sekolah. Program Bintang Keamanan Pangan diawali dengan adanya bimbingan teknis dan diberikan kepada kantin yang terus menerapkan prinsip keamanan pangan (BPOM, 2012). Semakin meningkatnya keamanan pangan dengan adanya bimbingan teknis yang dilakukan oleh BPOM RI akan menjadikan makanan yang dikonsumsi semakin berkualitas dan aman apabila sering dikonsumsi oleh anak sekolah. Mutu makanan yang semakin membaik dalam aspek sensorik dan didukung oleh terpenuhinya aspek keamanan pangan akan meningkatkan daya terima dan kepuasan konsumen. Semakin puas pelanggan terhadap suatu produk, konsumen menerima produk dan selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk membeli di tempat yang sama kedepannya (Grunert, 2005). Dari studi literatur, belum ada studi lebih lanjut mengenai mutu makanan dan kepuasan konsumen dengan subyek anak sekolah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang hubungan antara mutu makanan dalam hal keamanan pangan dengan kepuasan konsumen pada anak sekolah. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui penerimaan anak sekolah terhadap produk yang dihasilkan dan dapat dilakukan tindak lanjut mengenai mutu makanan pada makanan jajanan anak sekolah. Lebih lanjut lagi, kegiatan pemantauan mutu makanan jajanan dapat semakin ditingkatkan dan mengurangi terjadinya kejadian keracunan makanan pada anak sekolah.
B.
Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
4
Apakah terdapat hubungan antara mutu makanan kantin dengan kepuasan konsumen pada anak sekolah?
C.
Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui
hubungan antara
mutu
makanan
kantin
dengan
kepuasan konsumen pada anak sekolah. 2.
Tujuan Khusus a.
Mengetahui keamanan pangan makanan kantin sekolah berdasarkan Skor Keamanan Pangan (SKP)
b.
Mengetahui mutu makanan kantin sekolah.
c.
Mengetahui kepuasan konsumen terhadap makanan kantin yang disajikan.
d.
Mengetahui hubungan antara keamanan pangan dengan mutu makanan kantin.
e.
Mengetahui hubungan antara mutu makanan kantin dengan kepuasan konsumen.
D.
Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Ilmiah Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber pustaka mengenai kepuasan anak sekolah terhadap mutu makanan yang disajikan kantin sehingga dapat dijadikan salah satu bahan untuk penelitian lanjutan.
2.
Manfaat Praktis
5
a.
Bagi Subyek Penelitian Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai mutu makanan yang disajikan di kantin sekolah sehingga subyek dapat memperbaiki pemilihan makanan yang dibeli di sekolah.
b.
Bagi Sekolah Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keamanan makanan, mutu makanan serta kepuasan yang disajikan di kantin sekolah sehingga dapat dilakukan monitoring dan evaluasi lebih lanjut.
c.
Bagi Pemerintah Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kepuasan anak sekolah terhadap mutu makanan yang disajikan di kantin sehingga dapat dijadikan salah satu acuan bagi pembuatan kebijakan mengenai penyelenggaraan makan di institusi pendidikan.
d.
Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai bentuk pengaplikasian ilmu gizi institusi
E.
Keaslian Penelitian Beberapa penelitian kepuasan konsumen pada penyelenggaraan makan yang telah dilakukan adalah: 1.
Akmal (2012) dengan penelitian yang berjudul “Perbedaan Kepuasan Mahasiswa Terhadap Kualitas Produk Dan Pelayanan Di Unit Produksi/Kantin
Tata
Boga
PKK
Unimed Berdasarkan
Jenis
6
Kelamin”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui identitas dan konsumsi favorit mahasiswa konsumen Unit Produksi/Kantin Tata Boga PKK, mengetahui tingkat kepuasan mahasiswa laki-laki dan perempuan terhadap kualitas produk dan pelayanan Unit Produksi/Kantin Tata Boga PKK, mengetahui perbedaan kepuasan mahasiswa laki-laki dengan perempuan terhadap kualitas produk Unit Produksi/Kantin Tata Boga, dan mengetahui perbedaan kepuasan mahasiswa laki-laki dengan perempuan terhadap pelayanan Unit Produksi/Kantin Tata Boga PKK. Populasi penelitian ini adalah semua mahasiswa Unimed pengunjung kantin. Pengambilan sampel secara accidental sampling, yaitu pelanggan yang kebetulan membeli dan menikmati fasilitas yang ada di Unit Produksi/Kantin Tata Boga PKK. Jumlah sampel ditentukan secara purposive sebanyak 100 orang yang terdiri 50 orang mahasiswa laki-laki dan 50 orang mahasiswa perempuan. Persamaan: Variabel yang diteliti yaitu kepuasan konsumen dan kualitas produk, desain penelitian cross sectional, dan metode pengambilan data pada variabel kepuasan konsumen dengan skala Likert. Perbedaan: Variabel lain yang diteliti yaitu pelayanan, populasi dan subyek penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian ini yaitu mahasiswa dan metode pengambilan sampel. 2.
Harjanto (2010) dengan skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Harga, Produk, Kebersihan, dan Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pelanggan: Studi Kasus Pada Restoran Mamamia Cabang
7
Mrican Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh faktor harga, faktor produk, faktor kebersihan, faktor pelayanan terhadap kepuasan pelanggan pada Restoran Mamamia Cabang Mrican Semarang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
cara
Accidental sampling dengan jumlah responden
sebanyak 100 orang. Metode pengambilan dengan wawancara dan kuesioner. Persamaan: Variabel kepuasan konsumen dan desain penelitian cross – sectional study. Perbedaan: Variabel independen lain yang diteliti yaitu harga, produk, kebersihan dan kualitas layanan, selain itu terletak pada populasi dan karakteristik subyek penelitian yaitu masyarakat umum. 3.
Lasander (2013) dengan penelitiannya yang berjudul “Citra Merek, Kualitas Produk, dan Promosi Pengaruhnya Terhadap
Kepuasan
Konsumen Pada Makanan Tradisional”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh baik secara simultan dan parsial dari citra merek, kualitas produk, dan promosi terhadap kepuasan konsumen pada makanan tradisonal Industri Rumah Tangga Dodol Daging Pala Audia di Tahuna Kabupaten
Sangihe. Desain penelitian ini
adalah cross – sectional study dengan metode pengumpulan data lewat kuesioner. Persamaan: Variabel yang diteliti yaitu kualitas produk dan variabel kepuasan konsumen, desain penelitian cross – sectional dan metode pengukuran kepuasan konsumen dengan skala Likert.
8
Perbedaan: Variabel lain yang diteliti yaitu citra merk, variabel promosi, selain itu populasi dan subyek penelitian yang diteliti yaitu masyarakat umum. 4.
Wulansari (2013) dengan penelitian yang berjudul “Penyelenggaraan Makanan Dan Tingkat Kepuasan Konsumen Di Kantin Zea Mays Institut Pertanian Bogor”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan makanan dan tingkat kepuasan konsumen di Kantin
Zea
Mays
Institut
Pertanian
Bogor.
Penelitian
ini
menggunakan desain cross-sectional dengan metode penelitian analisis deskriptif dan studi kasus. Metode penarikan subjek dilakukan secara purposive dan sebanyak 95 subjek diikutkan dalam penelitian
ini.
Variabel
kepuasan
konsumen
diukur
dengan
menggunakan Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfactory Index (CSI). Persamaan: Variabel dependen yaitu kepuasan konsumen, metode pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling, dan desain penelitian yaitu cross – sectional study. Perbedaan: Populasi dan subyek penelitian yaitu pada mahasiswa dan metode pengukuran variabel kepuasan konsumen dengan IPA dan CSI. 5.
Yunastiti (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Mutu Pelayanan, Mutu Makanan, Nilai yang Dipersepsi dan Kepuasan Konsumen terhadap Intensi Perilaku Konsumen pada Restoran Cepat Saji”. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis pengaruh mutu pelayanan, mutu makanan, nilai yang dipersepsi dan
9
kepuasan pelanggan terhadap intensi perilaku konsumen serta melihat faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Sampel penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode non probability sampling dengan teknik
purposive sampling yaitu
sebanyak 142 konsumen restoran cepat saji Kentuky Fried Chicken (KFC) dan Yogya Chicken Yogyakarta. Data primer dikumpulkan menggunakan
kuisioner
dengan
skala
Likert
dan
dianalisis
menggunakan metode analisis regresi linear berganda dan paired sample t – test. Persamaan: Variabel yang diteliti yaitu mutu makanan, metode pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling dan variabel kepuasan konsumen serta metode pengambilan data pada variabel mutu makanan dengan menggunakan skala likert. Perbedaan: Populasi dan subyek penelitian yang diteliti yaitu masyarakat umum.
10