BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan pada persoalan-persoalan berat yang muncul silih berganti. Tahun demi tahun, tak henti-hentinya pula manajemen dan seluruh jajaran PLN mengerahkan pikiran dan tenaga serta menggali berbagai terobosan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi. Pada tahun 2005 lalu, PLN pun kembali menghadapi perubahanperubahan di luar lingkungan perusahaan yang bergerak begitu cepat, sehingga berdampak buruk terhadap perusahaan ini. Dimulai dengan peristiwa kenaikan harga bahan bakar minyak pada Maret 2005, yang mana permasalahan ini terjadi karena bumi tidaklah selalu dapat menyediakan semua kebutuhan yang diperlukan manusia. Seiring dengan waktu, kemampuan bumi untuk memberikan sumber daya alam yang dikandungnya akan semakin terbatas. Hal itu terjadi karena proses penyusutan secara alami terhadap energi, khususnya migas dan batu bara dan energi pertambangan lainnya, selain juga diakibatkan oleh meledaknya jumlah penduduk. Persoalan kekurangan energi, pangan dan air bersih akan selalu muncul, karena di satu sisi sumber daya menipis, di sisi lain demand meningkat tajam. Akibatnya, harganya akan relatif tidak stabil dan cenderung naik, seperti apa yang terjadi saat ini dimana harga migas yang melambung tinggi. Dampak yang dirasakan PLN dari kenaikan harga bahan bakar minyak adalah meningkatnya
1
beban pembangkit pada beberapa sistem kelistrikan jauh melebihi pertumbuhan beban dan ujung-ujungnya adalah melonjaknya biaya operasional perusahaan. Untuk tahun 2005, PLN untuk sementara dapat merasa lega karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak terhadap kenaikan biaya operasional dapat diminimalkan dengan adanya tambahan subsidi maupun adanya penyesuaian Tarif Dasar Listrik (TDL). Namun, terlepas dari hal tersebut pihak manajemen serta seluruh jajaran PLN tetap akan terus mencari terobosan ataupun upaya-upaya guna mengatasi permasalahan tersebut agar PLN tetap dapat beroperasi. PLN sebagai perusahaan jasa harus dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang memadai, sumber daya manusia yang terampil, dan pengelolaan secara profesional, agar konsumen merasa puas. Makin tinggi tingkat kepuasan yang ingin diberikan perusahaan kepada konsumen maka makin tinggi kualitas pelayanan yang harus diberikan. Untuk memenuhi hal tersebut, perusahaan membutuhkan biaya yang cukup besar dan mahal, baik biaya untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan maupun biaya untuk pengadaan sumber daya manusia yang melayani, berupa gaji yang memadai atau pelatihan-pelatihan untuk pelayanan yang lebih baik, serta biaya-biaya keperluan lainnya. Setiap perusahaan memusatkan diri pada penciptaan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama dengan pesaing atau menciptakan nilai pelanggan yang setara dengan biaya yang lebih rendah daripada pesaing. Menurut Simamora (2000 : 26) nilai pelanggan (customer value) adalah perbedaan antara apa yang diterima pelanggan (realisasi pelanggan) dengan apa yang diberikan oleh pelanggan (pengorbanan pelanggan).
2
Meningkatkan nilai pelanggan berarti memperbesar realisasi pelanggan, atau mengurangi pengorbanan pelanggan, atau kedua-duanya. Manajemen perusahaan yang aktivitasnya fokus terhadap jaringan nilai sangatlah mendasar dalam meningkatkan nilai pelanggan, terutama jika sasarannya untuk memaksimalkan realisasi pelanggan pada biaya serendah mungkin. Simamora (2002 : 27) menyatakan jaringan nilai (value chain) menggambarkan seperangkat aktivitas yang terkait satu sama lain yang meningkatkan nilai atau kegunaan produk atau jasa perusahaan. Penekanan pada nilai pelanggan akan memaksa manajer untuk menentukan aktivitas-aktivitas mana saja dalam jaringan nilai yang dianggap penting bagi pelanggan. Setiap produk dan jasa memerlukan aktivitas, dan setiap aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Oleh karena itu sistem informasi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa akan sangat bermanfaat bagi manajemen dalam mengelola aktivitas perusahaan. Terlepas dari hal tersebut, pihak manajemen juga harus memperhatikan adanya paradigma baru yang berkembang di lingkungan bisnis global, yakni customer value. Untuk dapat menciptakan value bagi konsumen, perusahaan perlu melakukan pengidentifikasian terhadap berbagai aktivitas yang ada, yang dilakukan melalui activity evaluation. Activity evaluation dari setiap aktivitas yang ada dalam perusahaan dilakukan dengan cara menggolongkan aktivitasaktivitas tersebut ke dalam aktivitas yang bernilai tambah dan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Activity evaluation yang merupakan bagian dari strategic cost
3
reduction, dilakukan guna mengungkapkan fakta mengenai penyebab timbulnya biaya, sehingga perusahaan dapat mengambil suatu tindakan terhadap aktivitasaktivitas yang tidak bernilai tambah. Hanya dengan melakukan tindakan terhadap aktivitasnya, secara tidak langsung biaya yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut juga akan terpengaruh. Implikasinya konsumen hanya akan dibebani dengan biaya-biaya dari aktivitas-aktivitas penambah nilai saja. Dengan demikian, perusahaan dikatakan mampu menghasilkan value terbaik bagi konsumen karena konsumen merupakan faktor penentu keberhasilan perusahaan untuk bertahan hidup dan tumbuh dalam lingkungan bisnis global dan kompetitif. PT. PLN (Persero) Area Pelayanan (AP) Tabanan yang menjadi tempat penelitian ini merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa ketenagalistrikan, yang menyediakan jasa pelayanan terhadap pelanggannya. Beragamnya aktivitas yang dimiliki oleh perusahaan dapat menyebabkan inefisiensi biaya lebih rentan terjadi. Hal tersebut mendorong activity evaluation perlu dilakukan. Disamping itu latar belakang lain yang memungkinkan activity evaluation perlu dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan, adalah terjadinya fluktuasi kerugian (loss) pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2006. Tabel 1.1 berikut ini menyajikan ringkasan jumlah pelanggan, realisasi biaya operasi, pendapatan operasi, serta kerugian pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006.
4
Tabel 1.1 Ringkasan jumlah pelanggan, realisasi biaya operasi, pendapatan operasi, serta kerugian PT. PLN (Persero) AP Tabanan tahun 2002 sampai tahun 2006 Biaya Operasional Tahun
Jml. Pelanggan (Pelanggan)
2002 2003 2004 2005 2006
82.010,00 82.984,00 83.806,00 84.354,00 85.302,00
Tidak termasuk pembelian tenaga listrik (Juta Rp) 5.078,67 5.647,13 5.979,90 6.262,67 6.831,13
Termasuk pembelian tenaga listirk (Juta Rp)
Pendapatan Operasional (Juta Rp)
57.565,79 59.817,40 61.067,24 62.317,08 64.568,69
47.886,00 49.355,11 51.820,51 55.285,91 59.251,84
Kerugian (Juta Rp)
(9.679,79) (10.462,29) (9.246,73) (7.031,17) (5.316,85)
Sumber : PT. PLN (Persero) AP Tabanan (data diolah), 2007
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat diketahui persentase perubahan dari jumlah pelanggan, biaya operasi, pendapatan operasi, serta kerugian pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan untuk tahun 2002 sampai 2006, yang disajikan pada tabel 1.2.
Tabel 1.2 Persentase perubahan jumlah pelanggan, biaya operasi, pendapatan operasi, serta kerugian PT. PLN (Persero) AP Tabanan tahun 2002 sampai tahun 2006 Biaya Operasional Tahun
Jml. Pelanggan
Tidak termasuk pembelian tenaga listrik
Termasuk pembelian tenaga listirk
2002 2003 2004 2005 2006
1,19 % 0,99 % 0,65 % 1,12 %
11,19 % 5,89 % 4,73 % 9,08 %
3,91 % 2,09 % 2,05 % 3,61 %
Pendapatan Operasional
Sumber : PT. PLN (Persero) AP Tabanan (data diolah), 2007
5
3,07 % 4,99 % 6,69 % 7,17 %
Kerugian
(8,08 %) 11,62 % 23,96 % 24,38 %
Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah pelanggan tahun 2003 mengalami kenaikan sebesar 1,19 % dari tahun 2002, yang diikuti kenaikan biaya operasi (tidak termasuk pembelian tenaga listrik) sebesar 11,19 %, kenaikan biaya operasi (termasuk pembelian tenaga listrik) sebesar 3,91 %, pendapatan operasi juga meningkat sebesar 3,07 %, serta peningkatan kerugian sebesar 8,08 %. Tahun 2004 jumlah pelanggan juga mengalami peningkatan sebesar 0,99 % dari tahun 2003, sebesar 5,89 % peningkatan biaya operasi (tidak termasuk pembelian tenaga listrik), dan biaya operasi (termasuk pembelian tenaga listrik) meningkat sebesar 2,09 %, diikuti peningkatan pendapatan operasi sebesar 4,99 %, serta penurunan kerugian sebesar 11,62 %. Untuk tahun 2005 jumlah pelanggan juga mengalami kenaikan sebesar 0,65 % dari tahun 2004, yang diikuti kenaikan biaya operasi (tidak termasuk pembelian tenaga listrik) sebesar 4,73 %, kenaikan biaya operasi (termasuk pembelian tenaga listrik) sebesar 2,05 %, pendapatan operasi juga meningkat sebesar 6,69 %, serta penurunan kerugian sebesar 23,96 %. Tahun 2006 jumlah pelanggan juga mengalami peningkatan sebesar 1,12 % dari tahun 2005, sebesar 9,08 % peningkatan biaya operasi (tidak termasuk pembelian tenaga listrik), dan biaya operasi (termasuk pembelian tenaga listrik) meningkat sebesar 3,61 %, diikuti peningkatan pendapatan operasi sebesar 7,17 %, serta penurunan kerugian sebesar 24,38 %. Berdasarkan tabel 1.2, dapat disimpulkan bahwa selain terjadinya fluktuasi kerugian (loss) pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan, juga diikuti dengan persentase perubahan peningkatan biaya operasi (tidak termasuk pembelian tenaga
6
listrik) yang jumlah persentase perubahan peningkatannya cukup drastis dari tahun 2002 sampai tahun 2006. Hal ini dapat digunakan sebagai indikator adanya konsumsi biaya yang digunakan secara tidak efisien, yang potensial disebabkan karena 2 faktor berikut : (1) Kurang adanya pemanfaatan analisis aktivitas. Analisis aktivitas ini berguna untuk menentukan aktivitas penambah nilai (valueadded activities) dan aktivitas bukan penambah nilai (non-value added activities) sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. (2) Adanya pemborosan biaya dimana pemborosan diakibatkan oleh adanya aktivitas bukan penambah nilai (non-value added activities) dan aktivitas penambah nilai (valueadded activities) yang tidak dilaksanakan secara efisien. Pemborosan biaya juga mungkin disebabkan kurang adanya upaya pengurangan biaya dari pihak perusahaan yang seharusnya dilakukan mengacu pada pengurangan biaya pada aktivitas bukan penambah nilai. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan, aktivitas-aktivitas manakah yang bernilai tambah (value-added activities) dan tidak bernilai tambah (non-value added activities) ? 2. Bagaimanakah cara mengurangi aktivitas-aktivitas pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan yang masih tergolong ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah (non-value added activities) ?
7
1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan penelitian Sesuai dengan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang bernilai tambah dan tidak bernilai tambah pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan. 2. Untuk mengetahui cara mengurangi aktivitas-aktivitas pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan yang masih tergolong ke dalam aktivitas tidak bernilai tambah (non-value added activites).
1.2.2 Kegunaan penelitian Adapun yang menjadi kegunaan dalam penelitian ini antara lain : 1. Kegunaan teoritis Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang didapat di bangku kuliah khususnya masalah yang ada dalam obyek penelitian. 2. Kegunaan praktis Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan bagi pihak manajemen atau pimpinan pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan, agar manajemen dapat melakukan pengelolaan aktivitas secara efektif dan efisien.
8
1.3 Sistematika Penulisan Skripsi ini disajikan dalam lima bab yang berkaitan satu dengan lainnya sehingga merupakan satu kesatuan yang utuh. BAB I
PENDAHULUAN Bab ini disajikan uraian mengenai latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penyajian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini disajikan uraian mengenai teori-teori atau konsep-konsep serta penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai dasar dalam pemecahan masalah yang dirumuskan pada bab sebelumnya. Adapun teori-teori yang diuraikan pada penelitian ini yang meliputi pengertian efektivitas dan efisiensi, pengertian cost effectiveness, konsep cost efficiency, mengukur cycle efficiency suatu proses, value-added activities dan nonvalue added activities, pengertian strategic cost reduction, syarat-syarat strategic cost reduction, perbedaan traditional cost reduction dengan strategic cost reduction, sistem informasi biaya yang menunjang strategic cost reduction, langkah-langkah yang ditempuh dalam strategic cost reduction, pengertian biaya, penggolongan biaya, serta mengenai activities resource usage. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini disajikan uraian mengenai lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta teknik analisis data.
9
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Bab ini disajikan uraian mengenai gambaran umum perusahaan, pembahasan hasil penelitian, serta keterbatasan penelitian. Gambaran umum perusahaan yang disajikan dalam bab ini meliputi sejarah singkat berdirinya perusahaan, struktur organisasi perusahaan, serta job description masing-masing bagian dalam perusahaan. Pembahasan hasil penelitian mencakup analisis aktivitas pada PT. PLN (Persero) AP Tabanan, activity resource usage pada bagian-bagian yang masih mengandung non-value added activities, serta strategic cost reduction pada bagian-bagian yang masih mengandung non-value added activities. Hasil analisis inilah yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah dan dasar bagi simpulan dan saran dalam penelitian ini. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini disajikan uraian mengenai simpulan atau intisari dari apa yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya, dan saran yang berkaitan dengan hasil penelitian.
10