BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan pertimbangan dalam
pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan (Healy & Wahlen, 1999). Manajemen laba kerap terjadi khususnya di Indonesia karena Indonesia merupakan negara berkembang dengan peraturan hukum yang masih lemah dan memiliki tingkat korupsi yang tinggi (Gill et al., 2013). Berdasarkan Corruption Perception Index yang dilansir dari lembaga Transparency International, Indonesia masih berada dalam kategori negara terkorup dengan score 32 tahun 2012 dan 2013 serta score 34 tahun 2014 dari total score 100. Manajemen laba dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya melalui kebijakan akrual dan aktivitas riil. Manajemen laba akrual melibatkan pilihan GAAP untuk mengaburkan atau menyembunyikan kinerja ekonomi yang sebenarnya (Dechow dan Skinner, 2000). Sedangkan manajemen laba riil merupakan penyimpangan dari praktik operasi normal perusahaan yang dimotivasi oleh keinginan manajemen untuk memberikan pemahaman yang salah kepada stakeholder dengan meyakinkan bahwa tujuan pelaporan keuangan telah dicapai sesuai dengan aktivitas operasi normal perusahaan (Roychowdhury, 2006).
1
Manajemen laba akrual dilakukan di akhir periode laporan keuangan. Hasil penelitian terdahulu memberikan bukti bahwa manajemen laba akrual lebih mudah dideteksi oleh auditor dan memiliki risiko. Balsam et al. (2003) dan Francis et al. (2006) dalam Ratmono (2010) menunjukkan bahwa auditor mampu mendeteksi manajemen laba akrual yang dilakukan klien sehingga auditor memberikan pembatasan agresif terhadap akuntansi akrual. Keterbatasan dalam manajemen laba akrual inilah yang membuat manajer beralih melakukan manajemen laba riil. Graham dkk. (2005) melakukan survei yang menunjukkan bahwa manajer puncak lebih memilih manajemen laba riil dalam pencapaian target laba. Penelitian Gunny (2005), Graham et al. (2005), dan Roychowdhury (2006) mengungkapkan bahwa manajer telah bergeser dari manajemen laba akrual menuju manajemen laba riil setelah perioda Sarbanes-Oxley Act (SOX) tahun 2002. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa manajer lebih menyukai manajemen laba riil, namun kebanyakan penelitian terdahulu hanya fokus pada manajemen laba akrual. Hal ini menjadikan kesimpulan dari para peneliti mengenai manajemen laba yang hanya berdasarkan pada akrual saja mungkin menjadi tidak valid (Roychowdhury, 2006) dalam Ratmono (2010). Oleh karena itu, peneliti mencoba menganalisis praktik manajemen laba tidak hanya melalui akrual tetapi juga melalui aktivitas riil. Manajemen laba dipengaruhi oleh beberapa motivasi dan tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh manajemen. Semakin besar perusahaan, maka akan semakin sulit bagi pemilik untuk mengelola sehingga pemilik memberikan wewenang kepada agen yaitu manajer untuk mengelola perusahaan. Wewenang yang dimiliki manajer
2
mengakibatkan manajer memiliki informasi yang lebih lengkap daripada pemilik. Ketidakseimbangan informasi ini menyebabkan asimetri informasi yang memberikan insentif kepada manajer untuk mengelola labanya sehingga manajer dapat mencapai tujuannya. Menurut Suwardjono (2006) beberapa kegunaan laba akuntansi adalah sebagai pengukur kinerja badan usaha dan manajemen, dasar kompensasi dan pembagian bonus serta alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan. Kegunaan laba tersebut mengarah pada tujuan pemilik dan manajer. Pemilik menginginkan kinerja perusahaan yang bagus sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan yang dilihat dari harga saham yang mengalami peningkatan. Nilai perusahaan merupakan kemampuan perusahaan dalam menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pemilik perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya. Semakin positif harga saham maka semakin tinggi nilai perusahaan tersebut. Itu berarti manajer telah mampu meningkatkan kesejahteraan pemilik. Peningkatan harga saham dipengaruhi oleh peningkatan laba karena investor biasanya hanya melihat perusahaan dari laba yang dihasilkan. Disisi lain, laba juga menjadi dasar pemberian kompensasi dan pembagian bonus dimana hal ini dapat mendorong manajer untuk selalu mencapai laba yang ditargetkan. Perbedaan kepentingan inilah yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba. Ferdawati (2012) menguji tentang pengaruh manajemen laba riil terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan manajemen laba terbukti berpengaruh positif terhadap nilai perusahan. Hasil lain diperlihatkan oleh penelitian Yusnita et al.
3
(2015) yang menunjukkan bahwa manajemen laba baik melalui manipulasi akrual maupun manipulasi aktivitas riil berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q. Disisi lain Wijayanti et al. (2014) memberikan bukti yang berbeda yaitu bahwa manajemen laba riil dengan pendekatan arus kas operasi tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan (Tobin’s Q). Berdasarkan uraian di atas dimana terdapat perbedaan hasil penelitian terdahulu, menarik perhatian peneliti untuk mengambil penelitian terkait manajemen laba dengan judul “ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA BERBASIS AKRUAL DAN AKTIVITAS RIIL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”
1.2
RUMUSAN MASALAH 1. Apakah manajemen laba akrual berpengaruh terhadap nilai perusahaan? 2. Apakah manajemen laba riil melalui pengelolaan penjualan, overproduction, dan pengeluaran diskresioner memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan?
1.3
BATASAN PENELITIAN 1. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perioda penelitian. 2. Perusahaan yang diteliti merupakan perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur.
4
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang dinyatakan dalam rupiah dari tahun 2008 hingga tahun 2014 dan menyediakan data yang dibutuhkan.
1.4
TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh manajemen laba akrual dan manajemen laba riil terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 hingga tahun 2014.
1.5
MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1.
Akademisi, yaitu memberikan bukti empiris mengenai pengaruh manajemen laba terhadap nilai perusahaan manufaktur.
2.
Pihak Eksternal, yaitu memberikan tambahan informasi mengenai manajemen laba dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan yang nantinya menjadi dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan ekonomik.
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan penelitian disusun sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
5
Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi landasan teori dan konsep-konsep yang digunakan, tinjauan penelitian terdahulu, rerangka pemikiran, dan perumusan hipotesis. BAB III METODA PENELITIAN Bab ini membahas tentang metoda penelitian meliputi pemilihan populasi dan sampel, metoda pengumpulan data, definisi variabel, dan teknik analisis yang digunakan dalam pengujian hipotesis. BAB IV ANALISIS DATA Bab ini menguraikan hasil analisis data, pembahasan hasil dari pengolahan data, dan analisis hasil uji hipotesis. BAB V PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi dan keterbatasan penelitian, serta saran bagi peneliti selanjutnya.
6