BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya peningkatan mutu, efisiensi, relevansi, dan peningkatan daya saing secara nasional dan sekaligus internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, maka telah ditetapkan pentingnya penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional, baik untuk sekolah negeri maupun swasta (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2009 : 3). Sekolah Bertaraf Internasional merupakan “Sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum internasional”. Pada prinsipnya, Sekolah Bertaraf Internasional harus bisa memberikan jaminan mutu pendidikan dengan standar yang lebih tinggi dari Standar Nasional Pendidikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 5). Dalam rangka mencapai tahapan penyelenggaraan Sekolah bertaraf internasional (SBI) dimulai pada fase rintisan terlebih dahulu atau sering disingkat dengan istilah RSBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2009 : 3). Dalam fase rintisan ini terdiri atas dua tahap, yaitu: (1) Tahap pengembangan kemampuan/kapasitas sumber
1
daya manusia, modernisasi manajemen dan kelembagaan, dan (2) Tahap konsolidasi (Departeman Pendidikan Nasional, 2007 : 17). Pengembangan kemampuan/kapasitas sumber daya manusia dilakukan terhadap guru, kepala Sekolah, dan tenaga kependidikan lainnya, serta pengembangan dan modernisasi manajemen dan kelembagaan Sekolah. Pengembangan kemampuan/kapasitas dilakukan dengan penilaian terhadap kondisi nyata sumber daya manusia saat ini yang ada di Sekolah dan ditindaklanjuti dengan pelatihan dan apabila diperlukan dapat melakukan studi banding ke penyelenggara Sekolah Bertaraf Internasional yang well-established. Sedangkan pengembangan dan modernisasi manajemen Sekolah dilakukan untuk mengubah manajemen Sekolah yang tradisional menjadi manajemen Sekolah yang moderen dengan melibatkan dan/atau memerankan komite Sekolah. Dan untuk
pengembangan
dan
modernisasi
kelembagaan
dilakukan
dengan
melengkapi infrastruktur Sekolah yang mengacu pada penggunaan teknologi komunikasi dan informasi (ICT) (Departeman Pendidikan Nasional, 2007 : 17). Kemudian dilanjutkan pada tahap kedua, yaitu tahap konsolidasi. Pada tahap ini dilakukan untuk menemukan praktek-praktek yang baik (the best practices) dan pelajaran-pelajaran yang dapat dipetik (the lessons learned), baik melalui diskusi fokus secara terbatas maupun diskusi fokus secara luas melalui lokakarya atau seminar. Melalui fase rintisan ini, pengembangan Sekolah Bertaraf Internasional diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal, sistemik, dan sistematik, untuk memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan
2
Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) sebagaimana yang telah ditentukan (Departeman Pendidikan Nasional, 2007 : 17). Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) atau SPN (Standar Pendidikan Nasional) terdiri dari 8 (delapan) komponen utama, yaitu : 1) Standar Isi (Kurikulum), yaitu ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu,
2) Standar Proses, yaitu standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan, 3) Standar Pendidik dan Kependidikan, yaitu kriteria prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan, 4) Standar Pengelolaan, yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan, 5) Standar Kompetensi Lulusan, yaitu kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan ketrampilan, 6) Standar Sarana dan Prasarana, yaitu : standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan ruang lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, 7) Standar Pembiayaan, yaitu : standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun, dan
3
8) Standar Penilaian, yaitu : standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik, sedang Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) merupakan indikator kinerja ”plus”nya. Pengertian plus disini tambahan yang harus memenuhi karakteristik keinternasionalan, yaitu dengan mengacu kepada standar internasional dari salah satu negara anggota OECD atau negara maju lainnya yang memiliki keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan secara internasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2007 : 17). Sehingga untuk mencapai tahapan sebagai RSBI, maka sekolah wajib melaksanakan tahap atau fase pengembangan atau peningkatan kapasitas atau kemampuan atau tahap konsolidasi pada berbagai komponen sekolah untuk memenuhi Indikator Kinerja Kunci Minimal (IKKM) dan Indikator Kinerja Kunci Tambahan (IKKT) yang meliputi : Standar Isi (Kurikulum), Standar Proses, Standar Pendidik dan Kependidikan, Standar Pengelolaan, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian. Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ambarawa yang beralamat di Jl. Kartini No. 1A Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu sekolah yang berkeingian untuk menjadi sekolah rintisan bertaraf Internasional. Namun dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi sekolah tersebut, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
4
Tabel 1.1. Kondisi SMP Negeri 2 Ambarawa No.
Keterangan
Persyaratan RSBI
Kondisi Saat Ini
Keterangan
7926 m2
Belum terpenuhi
1.
Lahan minimal
15.000 m²
2.
Kompetensi
Minimal
Saat ini Kepala Sekolah Belum terpenuhi
Kepala Sekolah
Pendidikan S2
masih
berstatus
pendidikan
S1,
dan
masih menempuh tahap akhir untuk pendidikan S2. Aktif
berbahasa Masih
Inggris 3.
Kompetensi guru
dalam
tahap Belum terpenuhi
belajar
Minimal 20% guru 27 guru berpendidikan Belum terpenuhi berpendidikan
S1, 6 guru D3, 5 guru
S2/S3
D2, 3 guru D1, dan 1 guru
masih
berpendidikan
SMA
Sederajad. Mampu mengampu 75
%
guru
baru Belum terpenuhi
pembelajaran
dinyatakan lulus dari
berbahasa Inggris
proses
pembelajaran
bahasa Inggris. Mampu
65
%
guru
yang Belum terpenuhi
memfasilitasi
dinyatakan
pembelajaran
menggunakan teknologi
berbasis TIK
komputer dengan baik.
mampu
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2011 Pada Tabel 1.1 menegaskan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki oleh pihak SMP Negeri 2 dalam rangka untuk menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), baik terkait dengan masalah kecukupan lahan, kompetensi
5
kepala sekolah dan guru bidang studi, dan pendidikan guru S2/S3 20 % belum terpenuhi. Sehingga diperlukan usaha keras dari pihak sekolah untuk mengatasi berbagai kendala yang ada. Namun demikian untuk mengetahui pencapaian SMP Negeri 2 Ambarawa menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) berdasarkan indikator IKKM dan IKKT yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka pada bagian berikut ini penulis membuat rumusan masalah, yaitu : 1. Bagaimanakah kondisi nyata SMP Negeri 2 Ambarawa dilihat dari indikator IKKM dan IKKT yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional ? 2. Bagaimanakah kesiapan SMP Negeri 2 Ambarawa menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dilihat dari indikator IKKM dan IKKT yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu : a. Untuk mengetahui kondisi nyata SMP Negeri 2 Ambarawa berdasarkan indikator IKKM dan IKKT yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional.
6
b. Untuk mengetahui kesiapan SMP Negeri 2 Ambarawa menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dilihat dari indikator IKKM dan IKKT yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi SMP Negeri 2 Ambarawa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pimpinan Sekolah dalam melakukan persiapan menuju RSBI di masa yang akan datang. b. Bagi Peneliti Melalui penelitian ini peneliti dapat membandingkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan dan aplikasinya di lapangan, khususnya terkait dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
1.4. Keterbatasan Penelitian Sehubungan dengan keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka penelitian ini hanya menjelaskan secara deskriptif kondisi nyata dan kesiapan SMP Negeri 2 Ambarawa menuju Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dilihat dari indikator IKKM dan IKKT, tanpa dilakukan analisis secara statistik, misalnya regresi atau korelasi.
7