1
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada anak yang memiliki atopi yang sebelumnya telah terpapar
oleh
alergen.
Rinitis
alergi
mempunyai
prevalensi tinggi, dampak pada kualitas hidup, dampak pada aktivitas sekolah atau kerja dan produktifitas, beban ekonomi, serta komorbiditas. (Brozek, Bousquet, and
Baena-Cagnani
2010).
Prevalensi
rinitis
alergi
meningkat di sebagian besar negara, khususnya di area yang mempunyai prevalensi rendah atau sedang. (Mullol et al. 2008). Evaluasi
rinitis
alergi
didapat
dari
anamnesis
riwayat secara cermat, pemeriksaan fisik, dan penemuan laboratorium. Gejala seperti bersin, rinorea, hidung gatal, dan hidung tersumbat serta penemuan laboratorium seperti kenaikan IgE, antibodi IgE spesifik, dan hasil positif pada uji tusuk kulit merupakan tanda-tanda khas rinitis alergi. Uji tusuk kulit yang diberikan secara epikutan
merupakan
metode
yang
paling
baik
untuk
deteksi IgE spesifik alergen. Uji tusuk kulit cenderung
2
tidak
mahal
sensitive
dan
mempunyai
resiko
serta
ketidaknyamanan yang kecil. (Kliegman et al. 2011) Pada 40 tahun terakhir ini terdapat kenaikan kasus rinitis
alergi
di
seluruh
dunia,
termasuk
daerah
pedalaman dan negara berkembang. Di negara maju, 20-40% anak terkena rinitis alergi. Gejalanya muncul pada masa bayi
dan
umumnya
diagnosis
ditegakkan
saat
anak
mencapai usia enam tahun. (Kliegman et al. 2011). Di seluruh dunia, prevalensi rinitis alergi terus meningkat.
Sebuah
studi
epidemiologi
di
Jepang,
melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi rinitis alergi sebesar 29,8% pada tahun 1998 menjadi 39,4% pada tahun 2008. (Okubo, 2011). Telah diketahui bahwa alergi erat kaitannya dengan faktor genetik. Pada saat ini beberapa petanda pada region
kromosom
berhubungan
spesifik
terhadap
telah
manifestasi
ditemukan
dan
alergi,
akan
bermanfaat dalam menentukan tindakan pencegahan primer, atau tindakan pengobatan yang tepat. (Harsono, 2005) Faktor
genetik
sangat
berperan
dalam
kejadian
penyakit alergi pada anak. Penelitian pada peran faktor genetik terhadap penyakit alergi telah banyak dilakukan dan
dari
hasil
penelitian-penelitian
tersebut
dapat
dilihat pola pewarisan secara genetik. Apabila kedua
3
orang
tua
menderita
atopi
maka
anak
atopi,
bila
kedua
mempunyai orang
risiko
tua
atopi
40%-60% dengan
manifestasi yang sama maka anak mempunyai risiko 50%80% menderita atopi, bila satu orang tua atopi maka anak mempunyai risiko 25%-35% menderita atopi, namun bila tidak ada orang tua atau saudara kandung atopi, maka
kemungkinan
anak
hanya
mempunya
risiko
5%-15%
menderita atopi. (Cantani, 2008). Rinitis
alergi
ini
dapat
dicegah
dengan
menghindari faktor-faktor pemicu (alergen) selain itu juga dengan identifikasi kelompok risiko tinggi atopi melalui
riwayat
bertujuan
untuk
atopi
pada
mengetahui
keluarga. adakah
Penelitian hubungan
ini
antara
riwayat atopi dengan kejadian rinitis alergi.
B. PERUMUSAN MASALAH Apakah
terdapat
hubungan
antara
riwayat
atopi
dengan kejadian rinitis alergi pada anak?
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian rinitis alergi pada anak.
4
D. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian tentang hubungan antara riwayat atopi dengan kejadian rinitis alergi pada anak di Yogyakarta belum pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Baumann LM, Romero KM, et all di Spanyol, menyatakan bahwa salah satu faktor
risiko
terjadinya
rhinitis
alergi
adalah
orangtua dengan OR = 3,0 (95% CI 1,9-4,7) untuk 1 orang tua dan OR = 4,4 (95% CI 1,5-13,7) untuk 2 orang tua. Ada hubungan kuat dengan penyakit alergi lainnya: 53% dari anak yang menderita asma memiliki rinitis alergi vs
15%
yang
digunakan
tanpa
cross
asma
sectional
(P
<0,001).
dengan
jumlah
Metode
yang
sampel
1441
subjek dan rentang usia berkisar 13-15 tahun. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
S
Dold,
E
von
Mutius et all di Munich dan Bavaria selatan, menyatakan bahwa satu orang tua yang menderita asma, meningkatkan resiko asma pada anak nya dengan OR 4,0),
2,6(95% CI 1,7-
tidak untuk rinitis alergi dengan OR 1,0 (95%CI
0,7-1,5).
Data
dikumpulkan
dengan
metode
cross
sectional. Jumlah sampel yang digunakan 6665 subjek, rentang
usia
subjek
berkisar
9-11
tahun.
5
Pada penelitian selanjutnya oleh Harsono et all, 2007 dengan metode cross-sectional berjumlah 50 subjek dengan
kisaran
,mendapatkan
usia
hasil
5
bulan
bahwa
sampai
proporsi
13
tahun
laki-laki
lebih
banyak dibandingkan perempuan yang mengalami rinitis alergi. Riwayat atopi keluarga ditemukan terbanyak pada ibu
(42%),
ayah
(40%),kakek
(28%),
saudara
kandung
(24%) dan nenek sebesar (14%). Perbedaan dalam penelitian ini adalah dalam jumlah sampel
yang
tidak
begitu
banyak
yaitu
sebesar
78
subjek, dan untuk melihat hubungan antara atopi dengan kejadian
rinitis
alergi
pada
anak.
Sedangkan
dalam
penelitan lain seperti yang tercantum di atas, dimana jumlahnya lebih banyak dan hasil yang didapatkan tidak ada
hubungan
keluarga
yang
dengan
signifikan
rinitis
antara
alergi,
riwayat
melainkan
atopi
risikonya
meningkat bila memiliki riwayat penyakit alergi lain.
6 Tabel 1.Keaslian Penelitian
PENELITI
SAMPEL
METODE
HASIL
Baumann LM,
1441 subjek
Romero KM, et all
OR = 3,0 (95% CI 1,9-4,7) untuk 1 orang tua dan OR = 4,4 (95% CI 1,5-13,7) Cross-
13-15 tahun
Salah satu faktor risiko terjadinya rhinitis alergi adalah orangtua dengan
sectional
untuk 2 orang tua.
Ada hubungan kuat dengan penyakit alergi lainnya: 53% dari anak yang
(2015) menderita asma memiliki rinitis alergi vs 15% yang tanpa asma (P <0,001).
S Dold,
6665 subjek
cross-
E von Mutius,
9-11 tahun
sectional
Satu orang tua yang menderita asma, meningkatkan resiko asma pada anak nya OR
et all
2,6(95% CI 1,7-4,0),
tidak untuk rinitis alergi OR 1,0 (95%CI 0,7-
1,5).
(1992)
Orang tua yang menderita dermatitis atopi,resiko tinggi DA ke anaknya OR 3,4 (2,6-4,4) dibandingkan orang tua yang menderita asma OR 1,5 (1,0-2,2) atau rinitis alergi OR 1,4 (1,1-1,8).
Harsono et all, (2007)
50 subjek 5 bulan- 13 tahun
Crosssectional
Proporsi
laki-laki
lebih
banyak
dibandingkan
perempuan
yang
mengalami
rinitis alergi. Riwayat atopi keluarga ditemukan terbanyak pada ibu (42%), ayah (40%),kakek (28%), saudara kandung (24%) dan nenek sebesar (14%).
7
E. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari penelitian ini, antara lain : Peneliti : Sebagai
dasar
pengetahuan
untuk
mengenai
lebih skin
mengembangkan
prick
test
dan
ilmu
rinitis
alergi
Institusi : Menambah
pengetahuan
bagi
para
klinisi
dalam
manajemen rinitis alergi dan edukasi kepada pasien.
Masyarakat : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif
bagi
masyarakat
mengenai
hubungan
antara
riwayat atopi dengan kejadian rinitis alergi pada anak.