1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada masa remaja. Pada masa remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis motivasi belajar, terutama siswa-siswa sekolah menengah, (Winkel dalam Maryam, 2006:68). Gejala-gejala yang ditunjukkan berupa berkurangnya perhatian siswa pada waktu belajar, kelalaian dalam mengerjakan tugas-tugas pekerjaan rumah (mengerjakan PR di kelas), menunda persiapan ulangan atau ujian (belajar saat menjelang ujian saja), serta yang penting lulus, dan asal cukup nilainya. Gejala-gejala yang telah dipaparkan sejalan dengan penelitian Herlina (2010:181) yang menyatakan : Pada siswa SMP Negeri 14 Pontianak kelas VIII yang umumnya memiliki masalah belajar yang berawal dari rendahnya motivasi belajar siswa seperti tidak semangat belajar di kelas, tidak memiliki jadwal belajar yang teratur, sulit berkonsentrasi, sering tidak mengerjakan tugas atau PR, dan tidak mau atau tidak berani menjawab pertanyaan guru. Disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, penghargaan dalam belajar, dan ketertarikan dalam kegiatan belajar masih ada dalam kategori rendah. Rendahnya motivasi belajar merupakan salah satu bentuk dari kesulitan belajar yang sering terjadi pada diri siswa. Menurut Natawidjaja (2009:22) : Terdapat empat gejala yang mengisyaratkan adanya kesulitan belajar pada diri siswa. Kesulitan belajar tersebut diduga berkaitan erat dengan motivasi belajar yang dimilikinya. Gejala-gejala yang nampak : (1) membolos, datang terlambat, tidak teratur dalam hal belajar, tidak mengerjakan PR. (2) menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti menentang, acuh tak acuh, berpura – pura, (3) lambat dalam melaksanakan Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
2
tugas–tugas kegiatan belajar, dan (4) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, pemarah, mudah tersinggung, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Motivasi belajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar. Siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar akan mengalami kesulitan belajar dan akan berdampak pada proses dan hasil belajar. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan mendapat hasil belajar yang optimal.
Ibrahim (Farozin,
2011:5) menyatakan „kegiatan belajar diperlukan unsur motivasi‟. Menurut Uno (2011: 33) terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu : (1) faktor internal, yang meliputi hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita, dan (2) faktor eksternal, yang meliputi pergaulan teman sebaya, lingkungan keluarga yang harmonis di rumah, lingkungan belajar di kelas yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Faktor internal dan eksternal dalam motivasi belajar merupakan dua hal yang saling berkaitan. Menumbuhkan motivasi dalam belajar tidak hanya diperlukan faktor internal, tetapi juga faktor eksternal. Pada setiap dalam diri siswa sudah terdapat faktor internal yaitu hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar, dan harapan akan cita-cita, perlu faktor eksternal (pergaulan teman sebaya, keluarga, lingkungan belajar di kelas yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik sebagai faktor pendukung atau penguat dari motivasi belajar seorang siswa. Faktor eksternal yang terlihat menonjol sebagai penguat atau pendukung motivasi belajar siswa adalah keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama dan
Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3
utama dimana anak dididik dan dibesarkan. Fungsi utama keluarga menurut resolusi PPB (Maryam, 2006:71), yaitu: Sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, menyosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera. Lebih lanjut Megawangi (Maryam, 2006:71) mengatakan “kesejahteraan fisik, psikis, dan pendidikan anak tergantung kepada kesejahteraan keluarga”. Menurut Megawangi (Maryam, 2006:71) keluarga yang harmonis adalah „keluarga dimana ayah dan ibu saling berinteraksi dengan kasih sayang dan selalu ada kebersamaan keluarga serta memberikan suatu lingkungan yang kondusif bagi anak untuk belajar secara baik‟. Orang tua yang hangat dan penuh perhatian akan memacu perkembangan kognitif anak. Orang tua yang penuh perhatian juga membuat komunikasi antara orang tua dan anak menjadi lancar dan terbuka sehingga anak akan lebih mudah dan berani mengemukakan segala persoalan hidupnya. Suasana dan keadaan keluarga yang tidak tenang dan kurang harmonis akan menentukan kehidupan anak sehari-hari yang akhirnya turut menentukan cara anak belajar dan berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajarnya (Purwanto dalam Maryam, 2006:72). Salah satu faktor penyebab penurunan motivasi belajar adalah kondisi suatu keluarga. Kondisi diperberat dengan status sosial ekonomi keluarga sehingga orang tua tidak mampu menyediakan hunian yang memadai, dan fasilitas belajar yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan belajar di sekolah. Kegaduhan yang timbul oleh anggota keluarga dalam suatu rumah menyebabkan anak tidak dapat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sekolah di rumah karena sulit Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
4
memusatkan konsentrasi belajar sehingga pada akhirnya anak memilih untuk mengerjakan pekerjaan sekolah di kelas (Puar dalam Maryam, 2006:72). Kondisi suatu keluarga dipengaruhi berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lainnya. Salah satu faktor adalah status sosial ekonomi. Keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi, cenderung akan memperhatikan kepentingan anak-anaknya, termasuk kepentingan pendidikannya, dilain pihak, keluarga yang berasal dari kelompok status sosial ekonomi rendah atau kurang memadai, cenderung akan lebih memperhatikan kebutuhan primer yaitu kebutuhan makan keluarga daripada kebutuhan pendidikan anak-anaknya. Perhatian orang tua terhadap anak memberikan pengaruh bagi kelancaran pendidikan anak di sekolah. Kebutuhan-kebutuhan anak pada keluarga yang berasal dari kelompok yang berstatus sosial ekonomi tinggi, cenderung akan diperhatikan, dibandingkan dengan anak yang berasal dari kelompok yang status sosial ekonomi keluarganya rendah. Gilmore (Fitriani, 2010:5) mengemukakan “keluarga yang status sosial ekonominya rendah ditandai dengan kecenderungan kurang otoritas, tidak tahu atau bimbang dalam mengambil keputusan dan tidak terorganisasi”. Orang tua jarang hadir, apatis dan biasanya tidak mampu merespon tantangan keluarga. Menurut Gerungan (1991:181) mengemukakan peranan status sosial ekonomi keluarga terhadap perkembangan anak, yaitu : Status sosial ekonomi keluarga tentulah mempunyai peranan terhadap perkembangan anak-anak, bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak didalam keluarganya lebih luas, akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan berbagai macam kecakapan yang tidak dapat berkembang apabila tidak ada alatalatnya. Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
5
Anak akan dengan mudah mengikuti proses belajar pada saat di sekolah, karena semua sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran dapat terpenuhi oleh orang tuanya. Sebaliknya, ketika status sosial ekonomi keluarga rendah maka anak akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah, karena sarana dan prasarana pendukung dari proses pembelajaran tidak terpenuhi oleh orang tuanya. Menurut Johnstone (Fitriani, 2010:5) “kelompok yang mempunyai status sosial ekonomi rendah, kurang menekankan pentingnya pencapaian pendidikan yang lebih tinggi". Kurangnya penekanan mengenai pentingnya pendidikan yang lebih tinggi, mempengaruhi motivasi belajar anak. Anak akan cenderung memiliki motivasi belajar rendah, karena semua kebutuhan untuk kepentingan belajar baik di sekolah maupun di rumah tidak terpenuhi oleh orang tuanya, sehingga anak menjadi tidak memiliki semangat dalam belajar. Hasil Penelitian Fitriani (2010) dengan populasi seluruh siswa kelas XI SMAN 25 Bandung, diperoleh kesimpulan status sosial ekonomi keluarga memiliki kontribusi positif dengan prestasi belajar siswa sebesar 53.29%. Hal ini berarti bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh status sosial ekonomi keluarga. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada bulan Maret 2012 dalam Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Pasundan 3 Bandung dari empat kelas yang berbeda jenjang (kelas VIIC, VIIIB, VIIIC, dan IXC) siswa mengalami motivasi belajar rendah dengan indikasi siswa di kelas selalu ribut, jarang memperhatikan guru pada saat pembelajaran berlangsung, mengerjakan PR di
Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
6
kelas bahkan tidak jarang siswa tidak mengerjakan PR dengan alasan tidak memiliki LKS (lembar kerja siswa). Hasil wawancara dengan salah satu Guru BK di SMP Pasundan 3 Bandung, bahwa 70% siswa SMP Pasundan 3 Bandung berasal dari keluarga menengah kebawah. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang diperoleh dari sekolah pada bagian Tata Usaha SMP Pasundan 3 Bandung, sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Siswa Miskin SMP Pasundan 3 Bandung kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012 No 1 2 3 4
Daftar Kelas Kelas VIII-A Kelas VIII-B Kelas VIII-C Kelas VIII-D Jumlah
Jumlah Siswa 44 Siswa 44 Siswa 44 Siswa 44 Siswa 176 Siswa
Jumlah Siswa yang diterima melalui jalur non akademis (SKTM) 10 Siswa 9 Siswa 11 Siswa 15 Siswa 45 Siswa
Fenomena yang dipaparkan menunjukkan terdapat masalah dalam motivasi belajar dan status sosial ekonomi keluarga siswa SMP Pasundan 3 Bandung kelas VIII. Rendahnya motivasi belajar perlu mendapat perhatian khusus dari semua sub sistem sekolah. Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari pendidikan yang berfungsi untuk membantu siswa dalam mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya termasuk membantu siswa dalam menghadapi atau memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan akademik. Layanan Bimbingan dan konseling yang diberikan konselor sekolah seyogianya memperhatikan latar belakang keluarga siswa. Mengingat dari uraian yang telah dipaparkan sebelumnya status sosial ekonomi memberikan pengaruh Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
7
yang cukup besar dalam motivasi belajar siswa, maka dalam penelitian akan dikaji lebih mendalam mengenai “Profil Motivasi Belajar Dilihat Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga ”.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Motivasi belajar merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, juga sebagai suatu yang menggerakkan aktifitas siswa kepada tujuan belajar. Mc. Donald (Djamarah, 2002:114) mendefinisikan „motivasi sebagai penggerak, pengarah, dan memperkuat perilaku‟. Pada proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi aktifitas belajar. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah status sosial ekonomi keluarga. Status sosial diartikan sebagai kedudukan seseorang dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota kelompok yang lain dalam kelompok yang sama, kedudukan-kedudukan tersebut dapat diperbandingkan menurut nilai dan kuantitas sehingga terlihat terdapat perbedaan antara kedudukan yang rendah dan tinggi. Sarlito Wirawan (M.I Soelaeman, 1994: 39) mengemukakan “status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari tiga hal yaitu : (1) pendidikan, (2) jabatan atau pekerjaan, dan (3) kekayaan/pendapatan”. Pendidikan, jabatan/pekerjaan, dan kekayaan/pendapatan merupakan indikator yang dijadikan kriteria untuk menentukan status sosial ekonomi keluarga. Pendidikan yang tinggi, pekerjaan yang layak, serta pendapatan yang besar merupakan indikator bagi seseorang yang status sosial ekonominya tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Friedman Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
8
(Suparyanto,
2010
online
tersedia
pada
suparyanto.blogspot.com/2010/07/konsep-dasar-status-ekonomi.html)
http://dr“Makin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh”. Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan rumusan masalah dalam penelitian dikemas dalam pertanyaan “Bagaimana profil motivasi belajar siswa Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung dilihat dari status sosial ekonomi keluarga?” Guna menjawab rumusan masalah dilakukan tahap-tahap pengumpulan data yang berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Seperti apa gambaran umum motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 ? 2. Seperti apa gambaran umum status sosial ekonomi keluarga siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 berdasarkan data sekunder dari sekolah? 3. Bagaimana profil motivasi belajar siswa Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung dilihat dari status sosial ekonomi keluarga?
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum diadakannya penelitian adalah mengetahui profil motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung dilihat dari status sosial ekonomi keluarga.
Tujuan khusus adalah untuk mengungkap data empiris
mengenai :
Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
9
a.
Gambaran motivasi belajar kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung.
b.
Gambaran status sosial ekonomi keluarga siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung berdasarkan data sekunder.
c.
Gambaran profil motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung dilihat dari status sosial ekonomi keluarga.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Konselor Bagi konselor sebagai dasar mengembangkan Program Bimbingan dan Konseling Belajar di sekolah. 2.
Manfaat bagi Sekolah Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan
program sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. 3.
Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan sumber rujukan mengenai motivasi belajar
siswa.
E. Metodelogi Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif, karena akan dilakukan pencatatan dan analisis data tentang motivasi belajar dan status sosial ekonomi keluarga dengan menggunakan perhitunganperhitungan statistik.
Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
10
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan tujuan untuk memberi gambaran tentang motivasi belajar dan gambaran tentang status sosial ekonomi keluarga siswa SMP Pasundan 3 Bandung kelas VIII.
Populasi pada penelitian yaitu siswa SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Anggota populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung. Teknik penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana (Simple Random Sampling). Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian adalah teknik non-tes berupa angket sebagai data primer untuk mengungkap profil motivasi belajar siswa dan data sekunder untuk status sosial ekonomi keluarga.
F. Struktur Organisasi Skripsi Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh dan memudahkan dalam penyusunan skripsi, maka perlu disusun struktur organisasi skripsi. Adapun struktur organisasi skripsi sebagai berikut. Bab I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian terkait dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian dan permasalahan yang ada, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian , metodelogi penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II: Kajian Pustaka, yang menguraikan tentang sub bab bimbingan belajar, motivasi belajar, status sosial ekonomi keluarga, peran bimbingan dan konseling, penelitian terdahulu yang relevan, dan kerangka penelitian. Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
11
Bab III: Metode Penelitian. Dalam bab ini membahas tentang pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel penelitian untuk menentukan jumlah responden, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji coba alat ukur, teknik analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang terdiri dari pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. Bab V: Kesimpulan dan Saran, yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
Fitria Nur Hasanah, 2012 Profil Motivasi Belajar Siswa Di Liaht Dari Status Sosial Ekonomi Keluarga Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu