1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru yang sebelumnya belum pernah terbayangkan dan dialami dalam bidang fisik, biologis maupun psikis atau kejiwaan. Pada masa remaja terjadi perkembangan yang dinamis dalam kehidupan individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial. Perubahan fisik yang terjadi di antaranya timbul proses pematangan organ reproduksi seperti menstruasi pertama bagi kaum wanita dan keluarnya sperma bagi kaum pria yang merupakan tonggak pertama dalam perjalanan usia remaja yang indah dan penuh tanda tanya. Hal ini mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual. Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa remaja putra dan putri yang berusia 15-19 tahun masih beranggapan bahwa perempuan tidak akan hamil jika melakukan hubungan seksual hanya satu kali. Kesalahan persepsi ini sebagian besar terjadi pada remaja putra 49,7% sedangkan remaja putri 42,3% serta ditemukan hanya 19,2% remaja yang sadar akan adanya peningkatan risiko tertular
1
2
IMS jika memiliki pasangan seksual lebih dari satu dan 51% dari mereka mengetahui akan berisiko tertular HIV jika melakukan hubungan seksual dengan pekerja seksual komersial. Data kehamilan remaja di Indonesia menunjukkan remaja yang hamil diluar nikah karena diperkosa sebanyak 3,2%, karena sama-sama mau sebanyak 12,9% dan tidak terduga sebanyak 45% serta seks bebas sendiri mencapai 22,6% (Saputra,2009), berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah 2004 di Semarang mengungkapkan bahwa dengan pertanyaan-pertanyaan tentang proses terjadinya bayi, Keluarga Berencana (KB), cara-cara pencegahan HIV/AIDS, anemia, cara-cara merawat organ reproduksi, dan pengetahuan fungsi organ reproduksi, diperoleh bahwa 43,22% pengetahuan rendah, 37,28% pengetahuan cukup sedangkan 19,50% pengetahuan memadai. Dengan banyaknya jumlah orang yang berpengetahuan rendah tentang kesehatan reproduksi yang benar, berdasarkan data yang diperoleh dari dinas kesehatan kota Semarang, jumlah kasus infeksi menular seksual (IMS) yang terjadi di kota Semarang pada tahun 2008 berdasarkan laporan dari bulan Juni 2008 s/d Desember 2008 mencapai 481 kasus sedangkan jumlah kasus HIV (+) yang ditemukan sebanyak 199 orang dan untuk kasus baru AIDS ditemukan sebanyak 15 kasus dengan kematian 4 orang. Masalah demografi yang masih menjadi perhatian bagi bangsa Indonesia adalah jumlah penduduk yang sangat besar serta kualitas sumber daya manusia yang masih rendah ditambah kelahiran yang tidak terkendali merupakan faktor penyumbang bagi masalah tersebut. Lembar fakta yang diterbitkan oleh PKBI, United
3
Nation Population Fund Ascosiation (UNFPA) dan BKKBN menyebutkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 15 juta remaja berusia 15-19 tahun melahirkan, sekitar 2,3 juta kasus aborsi juga terjadi di Indonesia dimana 20% nya dilakukan oleh remaja. Fakta lain menunjukkan bahwa sekitar 15% remaja usia 10-24 tahun yang jumlahnya mencapai 52 juta telah melakukan hubungan seksual diluar nikah. Penelitian PKBI di kota Palembang, Kupang, Tasikmalaya, Cirebon, Singkawang tahun 2005 menyebutkan bahwa 9,1% remaja telah melakukan hubungan seks dan 85% nya melakukan hubungan seks pertama mereka pada usia 13-15 tahun di rumah mereka dengan pacar. Data United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Desember 1997, menunjukkan bahwa secara global setiap tahun kira-kira 15 juta remaja usia 15-19 tahun melahirkan, 4 juta melakukan aborsi dan hampir 100 juta terinfeksi PMS. Bahkan 40% dari semua kasus infeksi HIV terjadi pada kaum muda usia 15-24 tahun. Perkiraan terakhir bahwa setiap hari ada 7000 remaja terinfeksi HIV. Menurut Ramona, semua itu tentu sangat terkait dengan berbagai faktor yang salah satunya adalah soal akses informasi khususnya melalui internet (faktor enabling) mengenai kesehatan reproduksi. Survei Yayasan Kita dan Buah Hati tahun 2005 di Jabodetabek didapatkan hasil lebih dari 80 persen anak-anak usia 9-12 tahun telah mengakses materi pornografi dari sejumlah media termasuk internet. Keadaan kesehatan remaja saat ini sangat menentukan kesehatan mereka di saat dewasa nanti. Namun gaya hidup yang merugikan cenderung banyak ditiru oleh para remaja, terutama mereka yang tidak mempunyai daya tangkal. Pada masa peralihan para remaja berada dalam situasi yang sangat peka terhadap pengaruh nilai
4
baru dan mereka cenderung lebih mudah melakukan penyesuaian. Remaja memasuki usia reproduksi pada hakekatnya mengalami suatu masa kritis. Dalam masa tersebut banyak kejadian penting dalam hal biologis dan demografi yang sangat menentukan kualitas kehidupannya, dan jika di masa kritis itu tidak mendapatkan informasi dan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi yang dibutuhkannya dari keluarga, mereka cenderung mencari dari luar pendidikan formal yang sering tidak bisa dipertanggungjawabkan, seperti menonton film dan membaca majalah porno ataupun dari teman sebaya yang sama-sama memiliki keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga cenderung memperoleh informasi yang salah tentang kesehatan reproduksi remaja. Faktor keluarga kemungkinan faktor kedua setelah teman sebaya yang mempengaruhi keputusan remaja terlibat dalam seksual aktif dan kehamilan. Oleh karena itu, sangat potensial apabila kelompok remaja siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dijadikan sasaran pendidikan dan pembinaan kesehatan reproduksi agar memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap seksualitas sehingga dapat mengangkal berbagai permasalahan kesehatan yang dapat terjadi pada remaja tersebut. Dari berbagai sumber yang peroleh, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh remaja yang berhubungan dengan kesehatan yang salah satunya terletak pada area kesehatan reproduksi. Permasalahan tersebut ialah rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang benar. Pengetahuan kesehatan reproduksi menjadi sangat penting untuk remaja karena saat usia remaja terjadi perkembangan yang sangat
5
dinamis baik secara biologi maupun psikologi serta beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja seperti informasi yang di terima, orang tua, teman, orang terdekat, media massa dan seringnya diskusi sehingga remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat bahwa SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat merupakan sekolah menengah berstandar nasional yang terletak di Provinsi Riau. Letak SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat yang strategis dengan pusat kota, sehingga pengetahuan pada siswa lebih heterogen. Pengetahuan kesehatan reproduksi di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat beraneka ragam. Berdasarkan wawancara kepada 5 orang siswa diperoleh bahwa sebagian besar yaitu 3 orang (60.0%) tidak mengetahui kesehatan reproduksi dan 2 orang (40,0%) sudah mengetahui kesehatan
reproduksi
remaja
terutama remaja putri.
Keadaan
pengetahuan SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat terkait dengan akses media masssa yang kurang terhadap siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang ”Hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat”.
6
1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk melihat hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat. 2. Untuk melihat hubungan jenis media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Sebagai bahan masukan bagi sekolah bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi diperlukan sehingga remaja lebih memahami kesehatan reproduksi dan menambahkan mata pelajaran kesehatan reproduksi kedalam kurikulum sebagai pengganti akses media.
7
2. Bagi orang tua siswa Untuk meningkatkan pengetahuan anak tentang kesehatan reproduksi sehingga terjadi perubahan sikap dan perilaku yang lebih bertanggung jawab 3. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan masukan untuk memperkokoh teori atau ilmu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Media Massa 2.1.1. Pengertian Media Massa Media massa atau pers adalah suatu istilah yang mulai dipergunakan pada tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media. Secara umum dipahami bahwa istilah media mencakup sarana komunikasi seperti pers, media penyiaran (broadcasting) dan sinema. Media juga merujuk pada pelbagai institusi atau bisnis yang berkomunikasi dengan para audiens, terutama dalam menyediakan pengisi waktu luang/hiburan. 2.1.2 Jenis Media Massa Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi yang jelas sebagai media massa. Secara tradisional media massa digolongkan menjadi surat kabar, majalah, radio, televisi,dan film (layar lebar). Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan, media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran tertentu, penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi informasi yang mereka terima serta interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang media-media lain yang kemudian dikelompokkan ke 8
9
dalam media massa seperti internet dan telepon selular. Dalam jenis media ini terdapat ciri-ciri seperti sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS atau internet misalnya), isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh individual, tidak ada perantara sehingga interaksi terjadi pada individu, komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam serta penerima yang menentukan waktu interaksi. 2.1.3 Pengaruh Media Massa Pengaruh media cukup kompleks, dampak bisa dilihat dari skala kecil (individu) dan luas (masyarakat) serta kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan jam dan hari) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu siapa (who), pesannya apa (says what), saluran yang digunakan (in what channel), kepada siapa (to whom) dan apa dampaknya (with what effect). Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari. Pertama, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media. Kedua, penawaran-penawaran yang dilakukan oleh
10
media bisa jadi memengaruhi apa yang pemirsanya inginkan, sebagai contoh media mengilustrasikan kehidupan keluarga ideal, dan pemirsanya mulai membandingkan dan membicarakan kehidupan keluarga tersebut, dimana kehidupan keluarga ilustrasi itu terlihat begitu sempurna sehingga kesalahan mereka menjadi menu pembicaraan sehari-hari pemirsanya, atau mereka mulai menertawakan perilaku tokoh yang aneh dan hal-hal kecil yang terjadi pada tokoh tersebut. Ketiga, media visual dapat memenuhi kebutuhan pemirsanya akan kepribadian yang lebih baik, pintar, cantik/ tampan, dan kuat. Contohnya anak-anak kecil dengan cepat mengidentifikasikan mereka sebagai penyihir seperti Harry Potter, atau putri raja seperti tokoh Disney. Bagi pemirsa dewasa, proses pengidolaaan ini terjadi dengan lebih halus, mungkin remaja ABG akan meniru gaya bicara idola mereka, meniru cara mereka berpakaian. Sementara untuk orang dewasa mereka mengkomunikasikan gambar yang mereka lihat dengan gambaran yang mereka inginkan untuk mereka secara lebih halus. Keempat, bagi remaja dan kaum muda, mereka tidak hanya berhenti sebagai penonton atau pendengar, mereka juga menjadi penentu, dimana mereka menentukan arah media populer saat mereka berekspresi dan mengemukakan pendapatnya. Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain. 2.1.4. Fungsi Media Massa 1. Fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan.
11
2. Fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan
solusi
untuk suatu masalah. 3. Fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan. 4. Fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang
mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi). 2.1.5. Akses Media Massa Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
2.2. Pengetahuan 2.2.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran.
12
Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya sikap dan tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. 2.2.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan
13
2.2.3. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
14
e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
2.3. Kesehatan Reproduksi 2.3.1. Pengertian Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Fatimah, 2006). 2.3.2. Alat Reproduksi 1. Alat reproduksi wanita Alat reproduksi wanita terdiri dari bagian luar (dapat dilihat karena di permukaan tubuh) dan bagian dalam (tidak terlihat karena di dalam panggul). Alat reproduksi wanita bagian luar terdiri dari : a. Bibir kemaluan/labia mayora
15
b. Bibir dalam kemaluan/labia minora c. Kelentit/clitoris dan d. Vulva. Sedangkan alat reproduksi wanita bagian dalam terdiri atas a. Vagina b. Leher rahim/cervik c. Rahim/uterus d. Saluran telur/tuba falopii e. Dua buah indung telur/ ovarium. 2. Alat reproduksi laki-laki Sedangkan alat reproduksi laki-laki terdiri dari penis dan kantung zakar, urethtra, kelenjar prostat dan saluran vas deference (Depkes RI dan WHO, 2003). 2.3.3. Fisiologi Alat Reproduksi. Fungsi alat reproduksi menurut Manuaba (2009): 1. Alat reproduksi wanita a. Labia mayora Labiya mayora berbentuk lonjong menjurus ke bawah dan bersatu di bagian bawah. Fungsi labia mayora untuk menutupi lubang vagina. b. Labia minora Labia minora merupakan lipatan kecil di bagian dalam labia mayora. Labia ini analog dari kulit skrotum pria.
16
c. Klitoris Merupakan bagain yang erektil, mengandung banyak pembuluh darah dan sangat sensitif. d. Himen (Selaput dara) Merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi. Pada hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. e. Vagina Merupakan saluran yang menghubungkan rahim dengan dunia luar. f. Rahim Bentuk rahim seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gram. Rahim merupakan tempat berkembangnya janin. g. Tuba fallopii Merupakan saluran lurus, yang ujungnya berbentuk seperti rumbai-rumbai. Disini tempat terjadinya pembuahan sperma dan ovum. h. Ovarium Ovarium merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai dampak pengatur proses menstruasi. Ovarium mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan. Pada saat telur dikeluarkan wanita mengalami masa subur.
17
2. Alat reproduksi laki-laki a. Penis Penis merupakan jaringan erektil yang berfungsi untuk deposit sperma dalam hubungan seksual sehingga dapat ditampung dalam liang senggama. b. Testis Testis disebut juga buah zakar. Testis berada di luar yang dibungkus dengan skrotum yang longgar. Testis merupakan alat penting yang untuk membentuk hormon pria yaitu testosteron dan membentuk spermatozoa. Spermatozoa yang telah dibentuk disimpan pada saluran testis. Spermatozoa tidak tahan panas dan tidak tahan suhu dingan. Kulit skrotum yang lingggar berguna untuk mengatur suhu sehingga panasnya relatif tetap. c. Epididimis Epididimis merupakan saluran dengan panjang 45-50 cm, tempat bertumbuh dan berkembangnya spermatozoa, sehingga siap untuk melakukan pembuahan d. Kelenjar prostat Kelenjar prostat merupakan pembentuk cairan yang akan bersama-sama keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual. e. Vas deferens Vas deferens merupakan kelanjutan dari saluran epididimis yang dapat diraba dari luar.
18
2.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Menurut Harahap (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah : 1. Faktor sosial ekonomi Kemiskinan, tingkat pengetahuan yang rendah, ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil. 2. Faktor budaya dan lingkungan Informasi tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh. 3. Faktor Psikologis Remaja dengan kondisi Broken home (keretakan pada orang tua, depresi karena ketidak seimbangan hormon dan lain-lain). 4. Faktor Biologis Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit seksual, dan lainlain. 2.3.5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Hal-hal yang perlu diperhatikan pada remaja menurut Depkes dan WHO (2003) antara lain : 1. Selaput dara/ hymen 2. Tanda-tanda kematangan alat- alat reproduksi wanita. Seperti membesarnya payudara, tekstur kulit yang halus, dan bentuk tubuh menjadi indah
19
3. Haid/ menstruasi hal-hal lain yang perlu diperhatikan saat haid. Seperti haid pertama (menarche), lamanya menstruasi, siklus menstruasi, keluhan menstruasi dan jumlah darah yang dikeluarkan 4. Ereksi Ereksi merupakan membesarnya ukuran penis karena vaskularisasi daerah penis yang disebabkan adanya rangsangan 5. Onani Onani adalah aktivitas menyentuh/ meraba bagian tubuh dengan tujuan untuk merangsang secara seksual dirinya sendiri (Manuaba, 2009) 6. Mimpi basah Mimpi basah biasa dialami oleh remaja laki-laki, sekaligus menandakan bahwa telah memasuki masa pubertas (Manuaba, 2009). 7. Bahaya kehamilan di luar nikah Dampak paling menonjol dari kegiatan seks bebas ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja (Syarif, 2008). 8. Penyakit menular seksual (PMS) Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan seksual. Penularan tersebut dapat terjadi pada perilaku seks bebas (seks pra-nikah, berganti-ganti pasangan atau dengan penjaja seks, serta hubungan seksual berisiko). Jenis PMS diantaranya adalah gonorrhea, sifilis (raja singa), herpes genetalis, trikomoniasis vaginalis, klamidia, dan sebagainya. Adapun cara
20
pencegahannya adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, bagi remaja yang sudah menikah harus saling setia. Wanita perlu diketahui bahwa risiko tertular PMS lebih besar dari laki- laki, sebab bentuk alat reproduksinya lebih rentan (Depkes RI dan WHO, 2003). Pengetahuan kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja sebagai dasar penentuan sikap dan perilaku kesehatan reproduksi yang positif. Pengetahuan yang tepat, benar dan terarah akan membantu siswa memiliki sikap dan perilaku positif (Rauf, 2008). 2.3.6. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, penyakit menular seksual (PMS), pengaruh media massa, akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang harmonis antara remaja dengan keluarganya. Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat-alat genitalnya karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara genitalgenital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital. Sehingga kelainan
21
yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu kontak langsung dengan alat-alat seperti handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular seksual dapat juga ditularkan oleh ibu kepada bayinya ketika di dalam kandungan. Penyakit menular seksual yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonore, vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis, limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan Acquired immune deficiency syndrom (AIDS). Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya. Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan halhal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan di dalam kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku berisiko, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan abstinesia sebagai upaya pencegahan
22
kehamilan. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja secara benar, kita dapat menghindari dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja tersebut berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk mencegah dilakukannya perilaku seks pranikah, penularan penyakit menular seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut. Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja.
2.4. Remaja Menurut definisi yang dirumuskan WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan saat individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
23
kanak-kanak menjadi dewasa, terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Fatimah, 2006). Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi tiga tahap yaitu masa remaja awal 10-12 tahun, masa remaja tengah 13-15 tahun dan masa remaja akhir 1619 tahun. Ciri-ciri perkembangan remaja perlu dipahami, agar penanganan masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya dapat dilakukan lebih baik (Depkes RI, 2001). Ciri khas remaja awal lebih dekat dengan teman sebayanya, ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak. Ciri khas tahap remaja tengah, yaitu mencari identitas diri, timbul keinginan berkencan mempunyai rasa cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berfikir abstrak, berkhayal tentang aktifitas seks. Ciri khas taraf akhir, yaitu pengungkapan kebebasan diri, lebih sensitif dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta, mampu berfikir abstrak (Depkes RI, 2001). Perubahan psikis yang terjadi pada masa remaja ditandai dengan keinginan untuk menyendiri, keengganan untuk bekerja, merasa bosan, kegelisahan yang menguasai diri, emosional, kurang percaya diri, mengkhayal dan berfantasi, mengalami rasa malu yang berlebihan, keinginan untuk mencoba hal yang belum diketahui, keinginan untuk menjelajah dan suka akan aktivitas kelompok (Fatimah, 2006). Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya organ-organ genetalia yang ada. Perubahan ini terjadi pada laki-laki ditandai dengan mulai
24
keluarnya mani (sperma) saat mimpi basah. Sedangkan pada wanita ditandai dengan menarche atau haid pertama kali (Soetjiningsih, 2004) Perubahan organ kelamin sekunder pada laki-laki ditandai dengan perubahan suara, bidang bahu melebar sering mimpi basah, tumbuh rambut pada organ tertentu (dada dan sekitar kemaluan), perubahan penis jika ada rangsangan (Soetjiningsih, 2004). Perubahan organ sekunder pada wanita antara lain suara lebih bagus, kulit muka dan badan halus, bidang bahu mengecil, bidang pinggul melebar, payudara membesar, tumbuh rambut di sekitar ketiak dan kemaluan, alat kelamin membesar dan mulai berfungsi (Soetjiningsih, 2004). Berbagai perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan kadar gonadotropin yatau Folikel stimulating hormon (FSH) dan Leuteanezing hormone (LH) yang akan mematangkan sel leidig dan mengeluarkan hormon testosterone serta hormon estrogen pada wanita sebelum menstruasi. Selama pubertas pada anak laki-laki kadar hormon testosteron meingkat melebihi 20 ng/dl, yang sebelumnya selama anak-anak lebih kecil dari 10 ng/dl (Soetjiningsih, 2004).
2.5. Kerangka Konsep Variabel Independent
Variabel Dependent
Akses Media Massa Pengetahuan Kespro Jenis Media Massa
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
25
2.6. Hipotesis Penelitian 1.
Ada hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat.
2.
Ada hubungan jenis media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat
26
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat analitik, penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Bengkalis Provinsi Riau. 3.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei sampai Juni 2015 yaitu mulai melakukan penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi putri SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat kelas XII yang berjumlah 61 orang.
26
27
3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sebagai sampel berjumlah 61 orang (total sampling).
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari SMA Kurnia Jaya P. Nyiri.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Dependen 1. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah segala sesuatu yang diketahui oleh siswi tentang kesehatan reproduksi, seperti, pertumbuhan dan perkembangan, anatomi dan fisiologi alat reproduksi, kehamilan, pengetahuan seksual dan penyakit menular seksual. Kategori Tingkat Pengetahuan : 0. Baik 1. Buruk Pengukuran variabel tingkat pengetahuan disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya (bobot nilai 2 )” dan ”tidak (bobot nilai 1)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu:
28
0. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% dari total yaitu 11-20 1. Buruk, jika responden memperoleh skor ≤ 50% dari total yaitu 1-10 3.5.2. Variabel Independent 1. Akses media massa adalah tingkat keterjangkauan dan ketergantungan untuk mendapatkan media massa melalui media cetak seperti koran, majalah, buku maupun media elektronik seperti radio, televisi serta internet. Kategori Akses media massa : 0. Terjangkau 1. Tidak terjangkau 2. Jenis media massa adalah berbagai jenis media massa sebagai sumber informasi yang digunakan responden seperti media cetak dan media elektronik yang dapat mempengaruhi pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi. Kategori jenis media massa : 0. Tidak Berpengaruh 1. Berpengaruh
29
3.6. Metode Pengukuran Tabel 3.1. Variabel, Cara, Alat, Skala dan Hasil Ukur Variabel Variabel Bebas Akses media massa Jenis media massa Variabel Terikat Pengetahuan Kespro
Cara dan Alat Ukur
Skala Ukur
Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Wawancara (kuesioner)
Ordinal
Ordinal
Hasil Ukur
0. 1. 0. 1.
Terjangkau Tidak terjangkau Media Cetak Media Elektronik
0. Baik 1. Buruk
3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran variabel independen akses media massa dan jenis media massa dan variabel dependen yaitu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. 3.7.2. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dengan menggunakan statistik uji chisquare kemudian hasilnya dinarasikan.
30
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SMA Kurnia Jaya P. Nyiri terletak di Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau dan berdiri pada tahun 1987. Saat ini SMA Kurnia Jaya P. Nyiri adalah Akreditasi A dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Luas areal seluruhnya 3.229 m2 dan luas bangunan 621 m2. Visi dan Misi sekolah/yayasan SMA Kurnia Jaya P. Nyiri adalah sebagai berikut : a.
Visi Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik
para siswa
untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi. b.
Misi Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat.
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini meliputi: akses media massa dan jenis media massa serta tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
30
31
4.2.1. Akses Media Massa pada Remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Untuk melihat akses media massa pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.1 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Akses Media Massa pada Remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau No Akses Media Massa 1 Terjangkau 2 Tidak terjangkau Jumlah
f 29 32 61
% 47,5 52,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa akses media massa lebih banyak dengan tidak terjangkau sebanyak 32 orang (52,5%) dan lebih sedikit dengan terjangkau sebanyak 29 orang (47,5%). 4.2.2. Jenis Media Massa pada Remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Untuk melihat jenis media massa pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.2 : Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Media Massa pada Remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau No Jenis Media Massa 1 Media Cetak 2 Media Elektronik Jumlah
f 29 32 61
% 47,5 52,5 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jenis media massa lebih banyak dengan media elektronik sebanyak 32 orang (52,5%) dan lebih sedikit dengan media cetak sebanyak 29 orang (47,5%).
32
4.2.3. Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Untuk melihat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.3 : Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau No Pengetahuan Kesehatan Reproduksi 1 Baik 2 Buruk Jumlah
f 30 31 61
% 49,2 50,8 100,0
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi lebih banyak dengan pengetahuan buruk sebanyak 31 orang (50,8%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan baik sebanyak 30 orang (49,2%).
4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat bertujuan untuk menganalisis hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dengan menggunakan statistik uji chi-square kemudian hasilnya dinarasikan. Berdasarkan hasil analisis bivariat antara variabel hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dapat dilihat dibawah ini :
33
4.3.1. Hubungan Akses Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Untuk melihat hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.4 : Tabel 4.4.
No
1 2
Hubungan Akses Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau
Akses Media Massa
Terjangkau Tidak terjangkau
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Baik Buruk n % n % 21 72,4 8 27,6 9 28,1 23 71,9
Total n % 29 100 32 100
P value 0,001
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 29 orang dengan akses media massa terjangkau terdapat pengetahuan baik sebanyak 21 orang (72,4%) dan pengetahuan buruk sebanyak 8 orang (27,6%) dan dari 32 orang dengan akses media massa tidak terjangkau terdapat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (28,1%) dan pengetahuan buruk sebanyak 23 orang (71,9%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau.
34
4.3.3. Hubungan Jenis Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Untuk melihat hubungan jenis media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 4.5 : Tabel 4.5.
Hubungan Jenis Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau
No
Jenis Media Massa
1 2
Media Cetak Media Elektronik
Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Baik Buruk n % n % 6 20,7 23 79,3 24 75,0 8 25,0
Total n % 29 100 32 100
P value 0,000
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 29 orang dengan jenis media massa kategori media cetak terdapat pengetahuan baik sebanyak 6 orang (20,7%) dan pengetahuan buruk sebanyak 23 orang (79,3%) dan dari 32 orang dengan jenis media massa dengan kategori media elektronik terdapat pengetahuan baik sebanyak 24 orang (75,0%) dan pengetahuan buruk sebanyak 8 orang (25,0%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan jeniss media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau.
35
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Hubungan Akses Media Massa Dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Hasil penelitian diperoleh bahwa remaja yang memperoleh akses media massa terjangkau terdapat pengetahuan baik sebanyak 21 orang (72,4%) dan pengetahuan buruk sebanyak 8 orang (27,6%) dan dari 32 orang dengan akses media massa tidak terjangkau terdapat pengetahuan baik sebanyak 9 orang (28,1%) dan pengetahuan buruk sebanyak 23 orang (71,9%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin terjangkau media massa tentang kesehatan reproduski akan meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Banyak sumber yang bisa digunakan untuk menambah pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja seperti melalui akses media massa, akses terhadap pendidikan kesehatan serta akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi dan lainlain. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.14 Akibat dari
35
36
keterbatasan dalam mengakses media massa untuk memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi, maka kemungkinan pengetahuan kesehatan reproduksi yang dimiliki tidak sebanyak remaja yang dapat mengakses media massa dengan mudah. Hasil
dari analisis
dengan menggunakan
uji
kolmogorov-smirnov
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas siswa yang akses media massanya terjangkau memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup (49,33%) dan baik (22%) sedangkan siswa yang akses media massanya tidak terjangkau pada umumnya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi kurang dengan nilai signifikan p adalah 0,110 ( p > 0,05). Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tri Prapto Kurniawan (2008) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan remaja, sikap remaja, peran orang tua, peran guru serta akses informasi terhadap praktek kesehatan reproduksi remaja tentang puberitas, penyakit IMS, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dan aborsi. Hasil penelitian ini juga kurang sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Rizza Norta (2011) dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian yang tidak signifikan dan kurang sesuai dengan penelitian-penelitian namun seperti yang dijelaskan dalam teori sebelumnya dimana dapat diakibatkan oleh faktor pemungkin lainnya yang dapat mempengaruhi pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja seperti akses terhadap
37
pendidikan kesehatan serta akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi sehingga remaja tidak hanya menggunakan akses media massa sebagai satu-satunya sarana untuk memperoleh pengetahuan kesehatan reproduksi. 5.2. Hubungan Akses Media Massa dengan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau Hasil penelitian menunjukkan dari 29 orang dengan jenis media massa kategori media cetak terdapat pengetahuan baik sebanyak 6 orang (20,7%) dan pengetahuan buruk sebanyak 23 orang (79,3%) dan dari 32 orang dengan jenis media massa dengan kategori media elektronik terdapat pengetahuan baik sebanyak 24 orang (75,0%) dan pengetahuan buruk sebanyak 8 orang (25,0%). Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p < 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan jeniss media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan jenis media dengan elektronik yang dipergunakan oleh remaja akan semakin mendukung untuk pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang dapat diperoleh dari informasi yang diberikan melalui media massa seperti media cetak dan media elektronik dapat mencakup banyak hal, salah satunya ialah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Sujamati menyatakan bahwa media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup berarti untuk memberikan informasi tentang pengetahuan kesehatan reproduksi khususnya bagi para remaja.
38
Hal ini sesuai dengan penelitian Ratna (2012) bahwa hasil dari analisis dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar siswa yang jenis media massanya berpengaruh memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup (35,6%) dan baik (26,7%) sedangkan siswa yang jenis media massanya tidak berpengaruh pada umumnya memiliki pengetahuan kesehatan reproduksi cukup (24,4%) dan kurang (13,3%) dengan nilai signifikan p adalah 0,002 ( p < 0,05). Penelitian lain yang sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Nasria Putriani (2010) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi berdasarkan informasi kesehatan reproduksi, sumber kesehatan reproduksi melalui internet, majalah dengan hasil pengetahuannya termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Addisi Dyah (2009) yang menyatakan bahwa ada hubungan banyaknya media massa dengan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Berdasarkan hasil penelitian yang signifikan dan kesesuaian dengan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan jenis media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini membuat jenis media massa yang berkembang di masyarakat semakin beragam, oleh karena itu semakin banyaknya
39
jenis media massa yang digunakan, semakin banyak juga pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang di peroleh.
40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan akses media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau. 2. Terdapat hubungan jenis media massa dengan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja di SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau.
6.2. Saran 1.
SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau untuk meningkatkan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi.
2.
Kepada siswa SMA Kurnia Jaya P. Nyiri Kecamatan Rupat Provinsi Riau untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan cara mencari informasi dari media media elektronik.
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Addisi. 2009, Hubungan Banyaknya Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMU Negeri 5 Madiun. Semarang. Undip. Antaranews. 2010, Pendidikan Kesehatan Reproduksi untuk Melindungi Remaja. Jakarta. Available from : 2009, www.romelta.com/2009/05/14/Media-massa-makna-karakterjenisdan-fungsi Burton, graeme. Pengantar Untuk Memahami : Media dan Budaya Populer. Yogyakarta : Jalasutra. Badan Pusat Statistik. 2010 available from : www.bps.go.id Bagus, Ida. 2004, Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Basri, Hasan. 2010, Remaja Berkualitas Problematik BEM FK UNDIP. 2005, Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Semarang : BEM FK UNDIP. Dinas Kesehatan kota Semarang. 2008, Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinas Kesehatan. Latief, Abdul, dkk. 1994, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Jakarta : Infomedika. Makna Media Massa, 2009. Karakter, Jenis dan Fungsi. Jakarta. Nasria. 2010, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Repproduksi di SMA Negeri 1 Mojogedang. Semarang. Undip. Notoadmodjo. 2010, Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta. Rizza. 2011, Hubungan Penggunaan Media Massa dengan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Remaja di SMA N 8 Surakarta. Semarang. Undip. Suhanjati, SS. 2003, TV dan Internet Beri Andil Meledaknya Seks Pranikah. Suara Merdeka. Jakarta.
42
TIM PSS PKBI DIY. 2008, Pendidikan Kesehatan Reproduksi pada SMA di DIY. Yogyakarta. Tri. 2008, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap Praktek Kesehatan reproduksi Remaja di SMA Negeri 1 Purbalingga Kabupaten Purbalingga. Semarang. Undip. 2008
43
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN AKSES MEDIA MASSA DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DI SMA KURNIA JAYA P. NYIRI KECAMATAN RUPAT
A. Indentitas Responden 1. Nomor 2. Umur 3. Jenis Kelamin
: ……………. : ……………. : …………….
B. Pengetahuan Kespro Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping dimana : Pernyataan 1. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. 2. Kesehatan reproduksi adalah keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya. 3. Kesehatan reproduksi adalah mampu menjalankan fungsinya 4. Kesehatan reproduksi adalah proses reproduksinya secara sehat dan aman 5. Salah satu tanda kematangan alat-alat reproduksi wanita adalah membesarnya payudara. 6. Menstruasi salah satu tanda kematangan alat-alat reproduksi wanita 7. Dampak paling menonjol dari kegiatan seks bebas adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. 8. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya melalui hubungan seksual. 9. Penularan PMS terjadi karena seks pra-nikah, berganti-ganti
Ya
Tidak
44
pasangan 10. Penularan PMS terjadi karena penjaja seks dan hubungan seksual berisiko.
C. AKSES MEDIA MASSA 1. Apakah ditempat saudara media massa terjangkau? a. Ya b. Kurang b. Tidak D. JENIS MEDIA MASSA 1. Jenis media massa? a. Media cetak b. Media elektronik
45
MASTER DATA PENELITIAN
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Akses Media 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
Jenis Media 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
2 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
3 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0
4 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0
Pengetahuan 5 6 7 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1
8 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
9 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
10 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
PTOT 3 3 7 6 7 7 5 7 4 6 5 6 5 4 4 4 7 2 5 7 6 7 5 6 2 7 6 2 5 5 4 4 5 6 6
PK 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0
46
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61
1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1
1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1
1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1
0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1
1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0
0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0
1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1
1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0
0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1
1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1
6 6 2 7 6 2 5 6 4 4 6 6 5 5 6 2 7 6 2 6 6 4 4 6 6 5
0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1
47
Frequencies Akses Media Massa
Valid
Terjangkau Tidak Terjangkau Total
Frequency 29 32 61
Percent 47.5 52.5 100.0
Valid Percent 47.5 52.5 100.0
Cumulative Percent 47.5 100.0
Jenis Media Massa
Valid
Media Cetak Media Elektronik
Frequency 29 32
Percent 47.5 52.5
Valid Percent 47.5 52.5
61
100.0
100.0
Total
Cumulative Percent 47.5 100.0
p1 Frequency Valid
0 1 Total
27 34 61
Percent 44.3 55.7 100.0
Valid Percent 44.3 55.7 100.0
Cumulative Percent 44.3 100.0
Valid Percent 55.7 44.3 100.0
Cumulative Percent 55.7 100.0
Valid Percent 52.5 47.5 100.0
Cumulative Percent 52.5 100.0
Valid Percent 47.5 52.5 100.0
Cumulative Percent 47.5 100.0
p2 Frequency Valid
0 1 Total
34 27 61
Percent 55.7 44.3 100.0 p3
Frequency Valid
0 1 Total
32 29 61
Percent 52.5 47.5 100.0
p4 Frequency Valid
0 1 Total
29 32 61
Percent 47.5 52.5 100.0
48
p5 Frequency Valid
0 1 Total
28 33 61
Percent 45.9 54.1 100.0
Valid Percent 45.9 54.1 100.0
Cumulative Percent 45.9 100.0
Valid Percent 49.2 50.8 100.0
Cumulative Percent 49.2 100.0
Valid Percent 50.8 49.2 100.0
Cumulative Percent 50.8 100.0
Valid Percent 52.5 47.5 100.0
Cumulative Percent 52.5 100.0
Valid Percent 42.6 57.4 100.0
Cumulative Percent 42.6 100.0
Valid Percent 50.8 49.2 100.0
Cumulative Percent 50.8 100.0
p6 Frequency Valid
0 1 Total
30 31 61
Percent 49.2 50.8 100.0 p7
Frequency Valid
0 1 Total
31 30 61
Percent 50.8 49.2 100.0
p8 Frequency Valid
0 1 Total
32 29 61
Percent 52.5 47.5 100.0
p9 Frequency Valid
0 1 Total
26 35 61
Percent 42.6 57.4 100.0
p10 Frequency Valid
0 1 Total
31 30 61
Percent 50.8 49.2 100.0
49
Pengetahuan Frequency Valid
Baik Buruk Total
30 31 61
Percent 49.2 50.8 100.0
Valid Percent 49.2 50.8 100.0
Cumulative Percent 49.2 100.0
Crosstabs Akses Media Massa * Pengetahuan
Crosstab Pengetahuan Baik Buruk 21 8
Total 29
Expected Count % within Akses Media Massa Tidak Terjangkau Count Expected Count % within Akses Media Massa Count
14.3 72.4%
14.7 27.6%
29.0 100.0%
9 15.7 28.1%
23 16.3 71.9%
32 32.0 100.0%
30
31
61
Expected Count % within Akses Media Massa
30.0 49.2%
31.0 50.8%
61.0 100.0%
Akses Media Massa Terjangkau
Total
Value a 11.939
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
Count
b
Chi-Square Tests Asymp. Sig. df (2-sided) 1 .001
10.233
1
.001
12.361
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.001 11.744
1
.001
61
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.26. b. Computed only for a 2x2 table
.001
50
Jenis Media Massa * Pengetahuan Crosstab
Jenis Media Massa
Media Cetak
Media Elektronik
Total
Count Expected Count % within Jenis Media Massa Count Expected Count % within Jenis Media Massa Count Expected Count % within Jenis Media Massa
Value a 17.954
Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio
b
Chi-Square Tests Asymp. Sig. df (2-sided) 1 .000
15.847
1
.000
18.989
1
.000
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
Pengetahuan Baik Buruk 6 23 14.3 14.7 20.7% 79.3%
Total 29 29.0 100.0%
24 15.7 75.0%
32 32.0 100.0%
8 16.3 25.0%
30
31
61
30.0 49.2%
31.0 50.8%
61.0 100.0%
Exact Sig. (2sided)
Exact Sig. (1sided)
.000 17.660
1
.000
61
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.26. b. Computed only for a 2x2 table
.000