BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan perekonomian saat ini, banyak perusahaan
dalam menjalankan kegiatan operasionalnya atau perluasan usaha (ekspansi) akan
memerlukan dana yang relatif cukup besar untuk pembiayaan perusahaannya. Perusahaan dapat menggunakan dana dari dalam maupun luar perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan dana dari dalam perusahaan yang berasal dari saldo laba (retained earning) atau menggunakan dana dari luar perusahaan yang diperoleh dengan utang, baik dari bank maupun lembaga keuangan yang lainnya, serta dapat pula melalui penjualan saham lewat bursa efek. Pembiayaan melalui pinjaman mempunyai keuntungan yang relatif mudah didapat, sedangkan kelemahannya adalah adanya keterbatasan perolehan jumlah pinjaman, adanya beban bunga pinjaman yang tetap serta perlunya jaminan asset. Selain itu, perusahaan dapat melakukan berbagai cara lainnya yaitu dengan melakukan penawaran sahamnya ke masyarakat umum. Menurut Tjiptono dan Hendy M (2001) dalam Febriana (2004:1) “Proses penawaran sebagian saham perusahaan kepada masyarakat melalui bursa efek disebut Go Public. Perusahaan yang melakukan atau menjual efek seperti saham misalnya disebut Emiten, sedangkan pembeli saham disebut Investor.”
1
2
Daljono (2000) dalam Syahputra (2008:2) menyatakan bahwa menerbitkan
saham di pasar modal berarti perusahaan tersebut bukan hanya dimilki oleh
pemilik lama (founders), tetapi juga dimiliki oleh masyarakat (public). Dalam
proses go public, sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek),
terlebih dahulu saham perusahaan yang akan go public di jual di pasar perdana. Kegiatan perusahaan untuk menjual sahamnya kepada publik melalui pasar modal pertama kalinya disebut sebagai penawaran umum perdana atau yang untuk
dikenal sebagai Initial Public Offering. Transaksi penawaran umum penjualan saham perdana atau disebut IPO (Initial Public Offering) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (primary market) kemudian saham dapat diperjualbelikan di pasar sekunder (secondary market). Tujuan yang ingin dicapai melalui pasar perdana adalah emiten mendapatkan dana sebesar jumlah saham yang ditawarkan. Harga saham pada penawaran perdana ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama antara emiten dengan underwriter (penjamin emisi efek) yang ditunjuk oleh emiten, yang mana tugas dari underwriter tersebut adalah sebagai perantara antara perusahaan yang membutuhkan dengan investor sebagai pihak yang menyediakan dana. Menurut Jogiyanto (2010:43) Underwriter berfungsi sebagai pemberi saran (Advisory Function) mengenai jenis efek, harga, jangka waktu efek yang diterbitkan, pembeli saham (Underwriter Function), juga memasarkan saham kepada investor (Marketing Function), sedangkan harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan permintaan dan penawaran.
3
Penawaran umum perdana (IPO) akan bagus bila saham yang dijual dapat
menarik investor yang banyak, sehingga modal yang akan diterima oleh emiten
juga banyak dan diharapkan akan berakibat pada membaiknya prospek perusahaan
yang terjadi karena ekspansi yang akan dilakukan. Membaiknya prospek
perusahaan ini, akan menyebabkan harga saham yang ditawarkan menjadi lebih karena mampu meningkatkan potensi kinerja perusahaan tersebut. Kinerja tinggi, perusahaan sebelum IPO, merupakan informasi bagi investor mengenai
pertumbuhan kinerja perusahaan, berikutnya sesudah perusahaan melakukan IPO. Investor berharap bahwa kinerja perusahaan berikutnya sesudah IPO dapat dipertahankan atau bahkan dapat lebih ditingkatkan. Ritter (1991:3) dalam Takarini dan Kustini (2007:128) menjelaskan bahwa Penetapan harga saham pada saat penawaran perdana (IPO), sering terjadi perbedaan harga saham dengan harga saham di pasar sekunder (bursa efek) di hari pertama yaitu harga pada saat penawaran perdana (offering price) lebih rendah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar sekunder di hari pertama (closing price). Hal inilah yang menjadikan fenomena atau yang disebut dengan fenomena underpricing atau out performed. Menurut Carter dan Manaster (1990:1046) dalam Takarini dan Kustini (2007:129) kondisi underpricing merugikan untuk perusahaan yang melakukan go public, karena dana yang diperoleh dari publik tidak maksimum. Sebaliknya jika overpricing, maka investor akan merugi karena mereka tidak menerima initial return (return awal). Initial return adalah keuntungan yang didapat pemegang saham karena perbedaan harga saham yang dibeli di pasar perdana dengan harga
4
jual saham yang bersangkutan di pasar sekunder. Para pemilik perusahaan menginginkan agar meminimalisasikan situasi underpricing, karena terjadinya
underpricing akan menyebabkan transfer kemakmuran dari pemilik kepada para
investor.
Menurut Baron (1982:955) dalam Takarini dan Kustini (2007:129)
Fenomena underpricing terjadi di berbagai pasar modal di seluruh dunia karena
adanya asimetri informasi yaitu terdapat informasi yang tidak sama atau
seimbang, baik dari segi kuantitas maupun kualitas, antara informasi yang dimiliki oleh pihak underwriter dan pihak emiten itu sendiri. Dimana pihak underwriter memiliki informasi lebih baik mengenai permintaan terhadap saham-saham emiten, dibandingkan dengan emiten itu sendiri. Asimetri informasi bisa terjadi antara emiten dan penjamin emisi, maupun antar investor. Untuk mengurangi adanya asimetri informasi, maka dilakukanlah penerbitan prospektus oleh perusahaan, yang berisi informasi dari perusahaan yang bersangkutan. Informasi yang tercantum dalam prospektus terdiri dari informasi yang sifatnya keuangan dan non keuangan. Informasi yang dimuat dalam prospektus, akan membantu investor dalam membuat keputusan yang rasional mengenai risiko nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan emiten. Untuk menentukan harga saham yang ideal pada saat penawaran umun perdana, antara emiten dan penjamin emisi (underwriter), terlebih dahulu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fenomena underpricing. Seperti yang diketahui fenomena underpricing pada saat IPO mempunyai implikasi yang luas bagi para pelaku modal, khususnya bagi investor. Dengan
5
mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi underpricing, akan dapat
menghindarkan perusahaan yang akan go public dari kerugian karena penaksiran
harga yang lebih rendah atas nilai pasar sahamnya.
Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing telah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Surya Hadi Syahputra (2008), antara lain faktor-faktor
reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, ROE dan persentase
saham yang ditawarkan kepada masyarakat, sementara itu hanya variabel reputasi
underwriter yang mampu menjelaskan tingkat underpricing, yang lainnya tidak. Dian Febriana (2004) dengan menggunakan variabel independent yaitu, reputasi auditor, reputasi underwriter, umur perusahaan, tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing saham, sedangkan solvabilitas perusahaan dan profitabilitas perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap underpricing, yang berarti tingkat underpricing perusahaan-perusahaan di Indonesia dipengaruhi solvabilitas perusahaan dan profitabilitas perusahaan. Sri Retno Handayani (2008) dalam penelitiannya memasukkan variabel keuangan dan non keuangan, dari variabel keuangan seperti DER, ROA dan EPS, hanya variabel EPS yang berpengaruh terhadap underpricing, sedangkan variabel non keuangan berupa ukuran perusahaan dan prosentase saham yang ditawarkan kepada publik memiliki pengaruh terhadap underpricing, sedangkan variabel umur perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Meskipun studi tentang underpricing telah banyak dilakukan, namun penelitian di bidang ini masih dianggap masalah yang menarik untuk diteliti,
6
karena adanya inkonsistensi hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini mencoba memperbaiki penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sri Retno Handayani (2008), dan peneliti juga akan berupaya
mengembangkan penelitian dengan variabel lain dan periode pengamatan yang
berbeda yaitu tahun 2000-2011, dengan harapan hasilnya akan lebih baik. Hal yang mendorong penelitian dilakukan dibidang ini. inilah
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini menggunakan variabel rasio
keuangan, guna mengukur tingkat underpricing. Variabel rasio keuangan yang digunakan adalah Return on Asset, Return on Equity dan Total Asset Turnver sedangkan untuk variabel non keuangan digunakan Reputasi Underwriter. Kasim, Yau dan Yung (1994) dalam Handayani (2008:9), menyatakan bahwa fenomena underpricing tidak bisa disamakan untuk jenis industri yang berbeda, sehingga perlu dilakukan penelitian tersendiri untuk jenis tertentu. Untuk itulah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat underpricing pada sektor keuangan, karena peneliti terdahulu kebanyakan meneliti pada sektor non keuangan. Menurut Handayani (2008:9) Sektor keuangan merupakan perusahaan yang banyak menghadapi berbagai regulasi yang diterbitkan oleh berbagai lembaga yang mengatur sektor keuangan dan sektor keuangan berperan penting dalam kehidupan perekonomian. Di Indonesia lembaga yang mengatur adalah Departemen Keuangan dan Bank Indonesia. Menurut Ernyan dan Husnan (2002) dalam Handayani (2008:9) monitoring tersebut diharapkan memperkecil ketidakpastian perusahaan keuangan dibandingkan dengan perusahaan non keuangan.
7
Untuk dapat memberikan gambaran lebih jelas dan lengkap mengenai
perilaku harga saham yaitu fenomena underpricing pada saat penawaran saham
perdana, yaitu adanya perbedaan keinginan antara emiten yang menginginkan
meminimalisir underpricing, dengan investor yang justru menginginkan
underpricing, serta mengetahui besarnya tingkat underpricing dan menganalisis faktor-faktor yang menentukan keberadaan underpricing, maka dilakukan penelitian analis perilaku saham pada perusahaan keuangan yang listing di BEI.
Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT
UNDERPRICING
SAHAM
PADA
PENAWARAN UMUM PERDANA (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Kasus Pada Perusahaan Keuangan Periode 2000 – 2011)”.
1.2
Identifikasi dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka pokok masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap besarnya tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering. 2. Apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh terhadap besarnya tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering.
8
3. Apakah Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap besarnya tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public
Offering.
4. Apakah Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh terhadap besarnya tingkat
underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering .
5. Apakah reputasi underwriter, ROA, ROE dan TATO berpengaruh terhadap
besarnya tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering secara simultan.
1.2.2 Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya akan menganalisis
variabel apa saja yang
mempengaruhi tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan, variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas reputasi underwriter, Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO).
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering.
9
2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial
Public Offering.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Return on Equity (ROE)
terhadap tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Total Asset Turnover (TATO)
terhadap tingkat underpricing saham pada perusahaan keuangan yang melakukan Initial Public Offering.
1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah mencoba membuktikan masalah-masalah yang timbul, khususnya yang terjadi di pasar modal Indonesia. Hasil akhir dari analisis empiris ini diharapkan : a. Bagi Penulis Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang pasar modal dan juga memahami masalah tentang Initial Public Offering (IPO) dan underpricing saham. b. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan wacana dan referensi, sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya yang terkait dan sejenis.
10
c. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
keputusan untuk menginvestasikan dana di pasar modal.
d. Bagi Emiten Sebagai bahan pertimbangan didalam melakukan penawaran perdana di BEI
untuk memperoleh harga yang baik, agar saham yang ditawarkan dapat terjual semua.
1.4
Kerangka Pemikiran Informasi keuangan dan non keuangan yang terkandung dalam prospektus
merupakan ketentuan yang harus dimiliki perusahaan go public, dengan adanya informasi dalam prospektus tersebut diharapkan akan dapat
mempengaruhi
keputusan investor dalam menanamkan modalnya pada perusahaan yang akan go public, sehingga perusahaan sebagai emiten di bursa akan mendapatkan return yang maksimal untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO). Sedangkan informasi non keuangan yang digunakan adalah reputasi underwriter. Variabel- variabel yang diduga mempengaruhi tingkat underpricing adalah reputasi underwriter, Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), dan Total Asset Turnover (TATO). Informasi keuangan dan non keuangan tersebut diduga memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing saham pada industri keuangan yang melakukan initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia periode
11
2000 – 2011. Berdasarkan hal tersebut dapat digambarkan bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran
Reputasi Underwriter
Return on Asset
H1
(ROA)
H2
Tingkat Underpricing Saham
H3 Return on Equity (ROE)
H4
Total Asset Turnover (TATO)
Sumber : Handayani, diolah
1.5
Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 1 Ho1 : β = 0 : Reputasi penjamin emisi (underwriter) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering.
12
Ha1 : β ≠ 0 : Reputasi penjamin emisi (underwriter) berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering.
Hipotesis 2
Ho2 : β = 0 : Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh terhadap tingkat
underpricing pada saat initial public offering.
Ha2 : β ≠ 0 : Return on Assets (ROA) berpengaruh terhadap tingkat underpricing
pada saat initial public offering. Hipotesis 3 Ho3 : β = 0 : Return on Equity (ROE) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Ha3 : β ≠ 0 : Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Hipotesis 4 Ho4 : β = 0 : Total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering. Ha4 : β≠ 0 :
Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh terhadap tingkat
underpricing pada saat initial public offering. Hipotesis 5 Ho5 : β = 0 : Rep u tasi p en jamin emisi (underwriter), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) tidak berpengaruh secara simultan terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering.
13
Ha5 : β≠ 0 : Rep u tasi p en jamin emisi ( underwriter), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Total Asset Turnover (TATO) berpengaruh secara
simultan terhadap tingkat underpricing pada saat initial public offering.
1.6
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian 1.6.1
Penelitian yang digunakan oleh penulis adalah jenis penelitian deksriptif.
Menurut Wari (2007:76) Penelitian deksriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai gejala atau fenomena. Penelitian deskriptif berguna untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena tertentu. Metode deskriptif yang digunakan termasuk dalam metode deskriptif analisis kerja dan aktivitas, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas dari pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan rekomendasi untuk keperluan di masa yang akan datang. Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam variabel yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X).
1.6.1.1 Variabel Dependen (Y) Variabel dependen adalah variabel utama yang menjadi sasaran penelitian, variabel dependen dalam hal penelitian ini adalah underpricing yang dicerminkan dari initial return yaitu selisih lebih antara harga saham di pasar
14
sekunder dengan harga perdana di pasar primer. Initial return dihitung dengan menggunakan rumus :
IR = Initial Return
P0 = Harga penawaran perdana (offering price) saham
P1 = Harga penutupan (closing price) saham hari pertama di pasar sekunder
1.6.1.2 Variabel Independen (X) Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependent, variabel independen dalam hal penelitian ini adalah sebagai berikut : 1
Reputasi Underwriter (X1) Pengukuran reputasi underwriter berdasarkan peringkat dari prestasi nilai IPO yang dijamin oleh underwriter yaitu dengan menggunakan variabel dummy (The Big Ten), yang mana pengukurannya tersebut dengan memberi nilai 1 untuk penjamin emisi yang masuk top 10 dalam 20 most active bkokerage house monthly IDX, berdasarkan total frekuensi perdagangan dan nilai 0 untuk penjamin emisi yang tidak masuk top 10.
2
Profitabilitas Perusahaan / ROA (X2) Penelitian ini menggunakan Return on Asset (ROA) sebagai pengukur tingkat keuntungan perusahaan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Nilai ROA dapat diukur dengan rumus :
15
3
Profitabilitas Perusahaan / ROE (X3)
Penelitian ini menggunakan Return on Equity (ROE) yang merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
modal sendiri yang dimilki. Nilai ROE dapat diukur dengan rumus :
4
Total Asset Turnover / TATO (X4) TATO digunakan untuk mengukur seberapa efisiennya seluruh aktiva penjualan dimanfaatkan dalam menunjang kegiatan penjualan. Nilai TATO dapat diukur dengan rumus :
1.6.1.3 Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian
ini
mengambil
populasi
perusahaan-perusahaan
yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia, mulai dari tahun 2000 - 2011. Selama tahun 2000 - 2011 terdapat 207 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel yang didasarkan pada beberapa pertimbangan atau kriteria tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
16
berjumlah 36 perusahaan keuangan. Kriteria pengambilan sampel ini adalah sebagai berikut :
1 Sampel merupakan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada sektor
keuangan yang melakukan Initial Public Offering dan listing di Bursa Efek
Indonesia tahun 2000 – 2011.
2
Perusahaan tersebut tidak mengalami Overpricing.
3
Memiliki laporan keuangan yang lengkap.
4
Tersedia tahun perusahaan berdiri.
Tabel 1.1 Proses Penentuan Sampel Keterangan Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2000 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2001 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2002 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2003
18 31 17 5
Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2004 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2005 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2006 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2007 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2008 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2009 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2010 Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2011 Sampel dikeluarkan karena bukan termasuk perusahaan sektor keuangan
12 8 12 24 18 13 23 26 (163)
Sampel dikeluarkan karena overpricing Sampel dikeluarkan karena stabil Data dikeluarkan karena tidak lengkap Data yang dijadikan sampel
Jumlah Perusahaan
(3) (3) (2) 36
17
1.6.2
Data Penelitian
1.6.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
data kualitatif yang terdiri atas :
1. Nama-nama saham atau perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini.
2. Nama-nama underwriter yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. 3. Tanggal pada saat perusahaan listing di BEI. 4. Harga penawaran perdana (offering price) saham, harga penutupan (closing price) saham hari pertama di pasar sekunder. 5. Laporan keuangan.
1.6.2.2 Sumber Data Data-data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini bersumber dari : 1. Nama-nama perusahaan, harga penawaran perdana (offering price) saham, harga penutupan (closing price) saham dan tanggal pada saat perusahaan tersebut listing di BEI, diperoleh dari www.e-bursa.com, media massa dan jurnal pasar modal. 2. Nama-nama underwriter, Return on Equity (ROE), Total Asset Turnover (TATO) dan laporan keuangan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dari tahun 2001–2011, FACTBOOK 2011 dan IDX MONTHLY STATISTICS 2000 – 2011.
18
1.6.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, sehingga teknik pengumpulan
data dilakukan dengan cara :
1. Studi Observasi, yaitu dengan mencatat harga saham penutupan di pasar sekunder sesuai dengan tanggal listing masing-masing perusahaan dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2011.
2. Studi Pustaka, yaitu dengan menelaah maupun mengutip langsung dari sumber
tertulis lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dapat digunakan sebagai landasan teoritisnya.
1.6.3 Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Linear Regression). Analisis ini dilakukan untuk membuktikan apakah ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, dengan persamaan sebagai berikut : Y = a + b1D + b2X1 + b3X2 + b4X3 + ε
(Suliyanto, 2011:54)
Keterangan : Y = Tingkat Underpricing saham a = Intercept (konstanta) b1- b4 = Koefisien regresi setiap independent variabel D = Variabel independen reputasi underwriter, yang merupakan variabel dummy
19
X1 = Variabel independen ROA X2 = Variabel independen ROE
X3 = Variabel independen TATO ε = Nilai residu
Dalam analisis regresi selain mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependent dengan variabel independent. Jadi analisis regresi berganda merupakan analisa untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel reputasi underwriter, ROA, ROE dan TATO dengan tingkat underpricing pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Dalam mengolah data pada penelitian ini digunakan alat bantu software SPSS versi 18.0 for Windows.
1.6.3.1 Uji Asumsi Klasik 1
Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang normal atau yang mendekati normal. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika Khitung < Ktabel atau nilai Sig. > alpha.
20
2
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel
bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi
yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas, maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier. Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation
Factor (VIF). Apabila hasil analisis menunjukkan nilai VIF tidak lebih dari 10, maka model dinyatakan tidak mengandung multikolinieritas. 3
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Identifikasi secara statistik, ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin-Watson (D-W). Tabel 1.2 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Nilai DW dW < dL dL ≤ dW ≤ dU dU ≤ dW ≤ 4 - dU 4 – dU ≤ dW ≤ 4 - dL dW > 4 - dL
Kesimpulan Terdapat Autokorelasi (+) Tanpa Kesimpulan Tidak ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan Terdapat Autokorelasi (-)
Sumber : Ekonometrika Terapan (Suliyanto, 2011 : 151)
21
4
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melakukan uji Park. Uji ini dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas
terhadap
nilai
mutlak
residualnya.
Jika
nilai
probabilitas
signifikasinya diatas 5%, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heterokedastisitas.
1.6.3.2 Pengujian Hipotesis Selanjutnya menguji hipotesis yang diajukan tentang hubungan variabel tergantung dan variabel bebas dapat digunakan alat analisis statistik yaitu Uji-t dan Uji-f. 1. Uji-t Prosedur pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t (pengujian koefisien regresi secara parsial), dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang nyata secara parsial antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X). Langkah yang diambil adalah sebagai berikut :
22
a. Merumuskan hipotesis statistik
H0 : 0,05=β
terhadap Y secara parsial.
Ha : 0,05≠β
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara X
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara X terhadap Y secara parsial.
b. Menentukan tingkat signifikan 0,05 (α=5%) dengan derajat bebas (n-k)
dimana : n = Jumlah Pengamatan k = Jumlah Variabel
c. Kriteria hipotesis diterima atau ditolak •
P-value (p) dari hasil uji-t < α (5%), maka hipotesis alternatif diterima
•
P-value (p) dari hasil uji-t > α (5%), maka hipotesis alternatif ditolak
2. Uji-F Kriteria mengenai penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditentukan sebagai berikut : 1. Jika probabilitas (P) < 0,05 pada tingkat kepercayaan tertentu dan taraf nyata yang dipilih, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima, ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing secara agregat mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. 2. Jika probabilitas (P) > 0,05 pada tingkat kepercayaan tertentu dan taraf nyata yang dipilih, maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak, ini berarti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing
23
secara agregat tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
underpricing.
1.6.3.3 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (Adj R2) menunjukkan sampai
seberapa besar
variasi perubahan variabel independen, yang terdiri dari reputasi underwriter, ROE dan TATO mampu menjelaskan variasi perubahan variabel dependen, ROA,
yaitu initial return. Adj R2 sama dengan satu berarti variabel independen berpengaruh sempurna
terhadap variabel dependen. Apabila Adj R2 semakin
mendekati satu, maka variabel independen semakin mempunyai pengaruh kuat dalam menjelaskan variabel dependen dalam garis regresi yang dihasilkan.. sebaliknya, jika Adj R2 semakin mendekati nol, maka variabel independen mempunyai pengaruh yang semakin lemah terhadap variabel dependen dalam garis regresi yang dihasilkan.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada perusahaan keuangan yang melakukan
penawaran umum perdana yang telah tergabung dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2000-2011 dengan mengambil data yang berasal dari laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Indonesian Capital Market Directory (ICMD), jurnal dan internet. Waktu penelitian dilakukan selama perkuliahan di Politeknik Negeri Bandung mulai dari akhir semester lima.