BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Islam pada masa kejayaannya ditandai dengan pesatnya perkembangan pemikiran Islam, diantaranya bidang teologi.1Teologi ialah ilmu yang membicarakan tentang Tuhan dan hubungan Tuhan dan Dunia nyata.Jika teologi ini dihubungkan dengan Islam, maka yang dimaksud dengan teologi adalah Ilmu Kalam.Ilmu Kalam yaitu ilmu yang membicarakan tentang masalah akidah agama dengan argumen yang meyakinkan.2 Kalam dalam bahasa Arabdapat diartikan perkataan, firman, ucapan atau pembicaraan.Kalam dalam ilmu Nahwu diartikan suatu susunan kalimat yang mempunyai arti. Kalangan ahli tafsir dan ahli agama mengartikan kata kalam pada umumnya adalah firman Allah, kalam Allah, wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, kemudian digambarkan dengan huruf dan dikumpulkan menjadi Al-Qur’an. Berbicara mengenai Ilmu Kalam, arti dari Ilmu Kalam itu ialah Ilmu yang membicarakan tentang wujud Allah, sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah, tentang Rasul-rasul Allah dan sifat-sifat wajib serta mustahilnya, dan sifat yang mungkin pada Allah dan Rasul-Nya.3
1
M. Zurkani Jahja, Teologi Al-Ghazali: Pendekatan Metodologi,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 17 2
Hadariansyah AB, Pemikiran-Pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2010), h. 11 3
Umar Hasyim, Apakah Anda Termasuk Golongan Ahlus Sunnah wal-Jama’ah, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1978), h. 81-83
1
2
Memang Ilmu kalam sebagai ilmu yang berdiri sendiri belum dikenal pada masa Rasuluullah saw, maupun pada masa sahabat Nabi. Setelah Islam tersebar luas di negeri-negeri diluar jazirah Arab, dan muncullah berbagai aliran faham, terutama yang banyak membicarakan masalah metafisika atau masalah gaib, maka muncullah Ilmu Kalamini, baik sebagai doktrin yang bersifat apologis4(berisikan pembelaan) maupun karena terpengaruh oleh faham lain atau karena sebab-sebab dari dalam Islam itu sendiri. Salah satu problematika teologi (Ilmu Kalam) yang sampai sekarang masih perlu untuk diteliti dan dikembangkan adalah persoalan takdir. Takdir atau yang dalam bahasa arab disebut dengan al-Qadaru merupakan masalah pelik dan mendasar, bahkan bisa mempengaruhi keimanan seseorang kepada Allah Swt jika tidak dipahami sesuai dengan tujuan menurut syariat Islam. Setiap muslim harus mengetahui bahwa seluruh perbuatan baik yang pernah dilakukan hanyalah bersumber dari sisi Allah Swt dan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan takdirnya. Manusia tidak dapat menetapkan hasil atas perbuatan baik yang pernah ia lakukan sedikitpun untuk dirinya. Jika seseorang merasa bahwa perbuatan baik yang telah ia lakukan adalah hasil dari kehendaknya, maka ia telah masuk dalam perangkap syirik tersembunyi. Sebab Allah Swt lah yang telah mentakdirkan demikian. Membicarakan masalah takdir, tidak luput pula dari pandangan dua aliran yang menonjolkan faham ini, yakni Jabariyah dan Qadariyah.Menurut faham Jabariyah semua kejadian itu telah ditentukan oleh Allah.dari semula, nasib baik
4
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 67
3
dan buruk datangnya dari Allah.Manusia tidak mempunyai kuasa atas dirinya.Semua gerak-gerik perbuatannya adalah merupakan paksaan gaib yang tidak dapat dihindarinya, tanpa dapat berikhtiyar mengubahnya.Baik-buruk, surga-neraka,
kebahagiaan
dan
kesengsaraan,
kaya-miskin,
pahala-siksa,
semuanya telah ditentukan oleh Allah. Dasar pemikiran Jabariyah ialah bahwa Allah pencipta segala kejadian dan perbuatan, dan Allah itu tidak ada yang menyamainya dalam segala hal.Oleh karena itu manusia tidak mempunyai kekuasaan apa-apa karena segala gerakgeriknya diciptakan oleh Allah. Sebab jika manusia dapat menciptakan perbuatannya, maka ia akan bebas berbuat apa yang dikehendakinya. Sedangkan itu hal yang mustahil, karena sifat ini hanya dimiliki Allah.5 Sebaliknya, aliran Qadariyah berpendirian bahwa ketentuan dari sesuatu ditangan manusia sendiri.Perbuatan baik dan buruk datangnya dari usaha manusia sendiri. Menurut mereka, apabila segalanya telah ditentukan Allah tanpa campur tangan manusia, mengapa manusia harus berusaha.Jika nasib sudah tertulis dan telah
digariskan
sejak
semula,
mengapa
orang
yang
bersalah
harus
dihukum?.Bukankah kesalahan itu datangnya dari Allah juga?.Mengapa orang mendapat pujian, bukankah sesuatu hakikatnya dari Allah?.Oleh karena itu, maka tidak ada gunanya Allah memberi pahala dan tidak perlu ada surga dan neraka.Karena Allah yang bertanggung jawab dengan semua itu.
5
Umar Hasyim, Apakah Anda Termasuk…, h. 51-53
4
Dengan demikian, manusia menurut aliran Qadariyah mempunyai kekuasaan mutlak atas diri dan segala amal perbuatannya.Manusia dapat berbuat baik dan buruk menurut kemauannya sendiri, tanpa adanya keterpaksaan.6 Syiah memiliki pendapat yang sama dengan Mu’tazilah bahwa perbuatan Allah ada tujuannya. Mereka percaya bahwa ada perbedaan antara tujuan perbuatan dan tujuan pelakunya.Mustahil kalau Allah berupaya mencapai tujuanNya sendiri melalui perbuatan-Nya. Namun, maksud atau tujuan diarahkan untuk kepentingan mahkluk sama sekali tidak bertentangan dengan kesempurnaan Allah dan supremasi zat-Nya.7 Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat salah seorang tokoh yang memiliki perhatian khusus mengenai masalah takdir.Beliau adalah Syekh Ja’far Subhani, seorang
tokoh
yang
memiliki
pandangan
berbeda
dari kedua
paham
tersebut.Karena begitu pentingnya mengenai permasalahan takdir ini,maka beliau menulis dan menjadikannya sebuah buku yang diberi judul Al-Bada’ fi Dhau’ alKitab wa al-Sunnah. Buku karangan Syekh Ja’far Subhani yang berjudul Al-Bada’ fi Dhau’ alKitab wa al-Sunnah ini sangat menarik untuk diteliti, karena di dalam buku ini menawarkan suatu konsep apa yang disebut sebagai Al-Bada’ yang dimaknai langsung dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Pada konsep ini, manusia dianugerahi kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri, yaitu memilih,tanpa disebut mengubah takdir,dan tanpa mengurangi kekuasaan mutlak Allah swt.
6 7
Umar Hasyim, Apakah Anda Termasuk…, h. 54-55
Murtadha Muthahhari, mengenal ilmu kalam( Introduction to Kalam), (Jakarta: Pustaka Zahra, 2002), h. 93
5
Syekh Ja’far Subhani terlahir dari keluarga alim ulama yang terpandang. Beliau lahir pada 28 Syawal 1347 H di kota Tabriz, Iran. Ayah beliau bernama Syekh Muhammad Husein Subhani Khiyabani, ia salah seorang ulama dan fuqaha Tabriz yang terkenal dengan ketakwaan dan kezuhudan. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat Suthuh pada tahun 1369 H, beliau masuk ke jenjang Bahtsul Kharij ilmu fiqih dan ushul.Pada jenjang ini beliau berguru pada ulama-ulama besar seperti, Ayatullah Al-Uzhma Burujerdi, Ayatullah Sayid Muhammad Hujjat Kuhkamari, dan Ayatullah Al-Uzhma Imam Khomeini. Selain mempelajari ilmu fiqih dan ushul, beliau juga mendalami ilmu filsafat dan teologi di kota Tabriz di bawah bimbingan Ayatullah Sayid Muhammad Badkubei dengan membaca kitab Syarah Qawaidul ‘Aqa`id karangan Allamah Hilli. Di Hauzah Ilmiah Qom, beliau melanjutkan kajian filsafatnya dengan menghadiri pelajaran logika dan filsafat Ayatullah Allamah Sayid Muhammad Husain Thabathaba`i. Pada tahun 1394 H., beliau mulai mengajar ilmu fiqih dan ushul untuk jenjang Bahtsul Kharij.Selain mengajar ilmu fiqih, ushul dan filsafat secara rutin, beliau juga mengadakan kajian-kajian mengenai teologi, ilmu Rijal, Dirayah, sejarah Islam dan Syi’ah, Milal wa Nihal, tafsir, dan sastra Arab yang menghasilkan banyak karya tulis yang berharga bagi dunia Islam.8 Berkenaan dengan pembahasan tentang masalah takdir yang nyaris tak terlewatkan oleh aliran-aliran dalam teologi Islam ini, Syekh Ja’far Subhani 8
http://laskarimamzaman.blogspot.com/2011/01/biografi-ayatullah-syeikh-jafarsubhani.html(diakses pada 09-08-2014)
6
mempunyai pandangan tersendiri tentang masalah takdir, sehingga menarik untuk dibahas.Persoalan mengenai konsep takdir menurut Syekh Ja’far Subhani akan penulis tuangkan dalam skripsi yang berjudul “TAKDIR MENURUT SYEKH JA’FAR SUBHANI (Kajian Buku Terjemah Al-Bada’ fi Dhau’ al-Kitab wa alSunnah)” ini, penulis akan mengungkap tentang pemikiran yang ditawarkan beliau mengenai masalah takdir. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun sebuah rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep takdir menurut pandangan Syekh Ja’far Subhani? 2. Bagaimana perbandingan konsep takdir Syekh Ja’far Subhani dengan aliran teologi Islam? C. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap penelitian ini, khususnya mengenai masalah yang akan dibahas maka perlu penulis jelaskan beberapa istilah sebagai berikut: Konsep merupakan kata atau istilah serta simbol untuk menunjuk pengertian dari pada barang sesuatu, baik konkret maupun sesuatu hal yang abstrak. 9 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep berarti sebagai
9
Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan dan Dakwah, (Yogyakarta: SI press, 1993), h. 40
7
rancangan ide, gambaran, atau pengertian dari peristiwa nyata atau konkret kepada yang abstrak dari sebuah obyek maupun proses.10 Takdir dari kata “al-Qadr” berarti “ukuran, ketetapan”.11 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Takdir berarti ketetapan Tuhan atau ketentuan Tuhan. Sedangkan yang dimaksud dengan Konsep takdir menurut Syekh Ja’far Subhani adalah sebuah rancangan ide atau gagasan dari peristiwa nyata kepada yang abstrak tentang persoalan takdir. D.
Tinjauan Pustaka Sejauh pengamatan yang telah dilakukan penulis, memang telah ada
beberapa pengkaji yang telah melakukan kajian tentang takdir, yaitu: Skripsi berjudul : “Takdir kebebasan Menurut Aliran Kalam Perspektif Harun Nasution”, tahun 2003 oleh: Ainun Syarifah Mahasiswa Aqidah Filsafat.Skripsi ini mengetengahkan takdir kebebasan manusia yang dilihat dari beberapa aliran kalam yang dijabarkan oleh pemikir Nusantara yaitu Harun Nasution. Skripsi berjudul : “Konsepsi Takdir Menurut Asy’ariyah dan Mutazilah”, tahun 1984 oleh : Nor’ain M. Mahasiswa Perbandingan Agama. Skripsi ini menjelaskan takdir yang dijabarkan dari aliran ilmu kalam Asy’ariyah dan Mutazilah dengan sebuah perbandingan antara keduanya.
10
Dinas Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 959 11
Abdulqadir Hassan, Qamus al-Qur’an, (Bangil: Yayasan al-Muslimun, 1991),h. 285
8
Skripsi berjudul : “Konsepsi Takdir Menurut Al-Qur’an”, tahun 1994 oleh : Fitrah Fauzan, Mahasiswa Tafsir Hadits.Skripsi ini berisi penjelasan takdir dilihat dari tafsir ayat-ayat suci al-Qur’an. Skripsi berjudul : “Takdir Dalam Pandangan Hamka”, tahun 1995 oleh : Fitriani Kainama, Mahasiswi Tafsir Hadits. Skripsi ini berisi penjelasan tentang cara pandang Hamka sebagai salah satu seorang mufasir Indonesia, yang menjelaskan takdir melalui penafsirannya. Skripsi berjudul : “Pemikiran Takdir Perspektif Agus Mustofa”, tahun 2009 oleh : Gusti Fabiano, Mahasiswa Aqidah Filsafat.Skripsi ini berisi penjelasan tentang takdir melalui dalil dan argumentasi Agus Mustofa dalam menjabarkan pemikirannya. Beberapa kajian di atas telah banyak membahas persoalan tentang takdir, agar menghindari kesamaan atau peniruan maka penulis mencoba membahas dari sisi yang belum diungkapkan, yaitu dengan mengemukakan Konsep Takdir Menurut Syekh Ja’far Subhani. E.
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
peneliti adalah: Pertama, ingin mengenalkan sosok Syekh Ja’far Subhani yang mana beliau juga termasuk seorang teolog, sejarawan, dan fuqaha. Kedua, ingin mengungkap gagasan pemikiran beliau tentang takdir yang menjadi pembahasan utama dalam tulisan ini.Ketiga, ingin mengetahui sesuatu yang khas dari pemikiran Syekh Ja’far Subhani untuk mengetahui letak perbedaannya dengan konsep takdir dalam pandangan aliran-aliran Kalam.
9
F.
Signifikansi Penelitian 1.Secara ilmiah, mengupayakan pendekatan teologi yang mendalam terhadap bidang ilmu keagamaan, terutama tentang masalah takdir. 2.Secara praktis, dapat digunakan untuk mahasiswa atau yang lainnya sebagai rujukan dalam penggunaan pendekatan ini guna menambah khazanah keilmuan Islam.
G.
Metode Penelitian Penelitian ini berbentuk studi kepustakaan (library research). Sesuai
dengan jenis penelitian kepustakaan, maka pengumpulan data menggunakan teknik studi literatur, yaitu menggali data dengan cara mengkaji dan menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, mengenai sumber data sebagai berikut: 1. Objek Formal dan Objek Material Penelitian Adapun yang menjadi objek penelitian ini ada dua: a. Objek formal, yaitu pendekatan takdir menurut Syekh Ja’far Subhani. b. Kedua, objek material yaitu takdir dalam persoalan teologi. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. a.
Sumber primer, adalah sumber utama yang terdiri dari literaturliteratur asli karangan Syehk Ja’far Subhani yang diterjemahkan yaitu, buku dengan judul “Memilih Takdir Allah Menurut Al-Qur’an dan Sunnah”.
10
b. Sumber sekunder, adalah literatur-literatur yang berhubungan dengan rumusan masalah.
H. Analisis Data Setelah
dikaji
dan
ditelaah,
data
dikelompokan
dalam
sub-sub
permasalahan untuk selanjutnya diuraikan secara deskriptif agar dapat menggambarkan objek kajian yang diteliti.Selanjutnya, dilakukan analisis data dengan menggunakan analisis logis-kritis dan komparatif, yaitu berusaha menarik kesimpulan dari berbagai data yang ada menuju kesimpulan umum secara logis dan kritis. I. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, sistematika penulisan yang dilakukan oleh penulis sebagai berikut: Bab pertama, merupakan pendahuluan yang mendeskripsikan persoalan dan pentingnya pemikiran Syekh Ja’far Subhani tentang masalah takdir yang terdiri dari latar belakang masalah yang akan dibahas, rumusan masalah yang akan diangkat, definisi istilah, tinjauan pustaka, tujuan, signifikansi dan metode penelitian, analisis data, serta sistematika penulisan. Bab kedua, berisi tentang konsep takdir dalam teologi Islam.Disini penulis menghadirkan pembahasan dasar tentang pengertian takdir dalam Islam dan takdir dalam pandangan aliran teologi Islam.
11
Bab ketiga memuat tentang pemikiran takdir menurut Syekh Ja’far Subhani. Pada bab ini berisi uraian tentang biografi Syekh Ja’far Subhani dan pemikiran takdir menurut beliau. Bab keempat, penulis berupaya menganalisis pemikiran takdir menurut Syekh Ja’far Subhani dengan menggunakan pendekatan teologi yang terangkum dalam konsep takdir menurut Syekh Ja’far Subhani. Bab kelima, yaitu bab terakhir, dikemukakan kesimpulan dari penelitian ini serta saran-saran.