BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Auditor mengeluarkan opini atas laporan keuangan perusahaan berdasarkan
hasil dari berbagai prosedur audit yang telah dilakukan. Laporan keuangan tersebut akan digunakan oleh pengguna laporan keuangan sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan, sehingga secara tidak langsung opini auditor mempengaruhi keputusan publik. Walaupun auditor merupakan profesi yang bersifat independen, auditor menjalankan tugas sesuai dengan permintaan klien dan menerima fee dari klien. Oleh karena itu, auditor sering mengalami konflik kepentingan dimana ia dituntut untuk bersikap profesional dan independen, tetapi di lain sisi auditor juga perlu untuk mempertahankan klien demi kelangsungan usahanya. Konflik kepentingan tersebut bisa disebabkan oleh berbagai hal. Salah satunya ialah pada saat klien merekrut atau menawarkan pekerjaan kepada auditor. Tawaran pekerjaan dari klien berpotensi menimbulkan dilema etika yang dapat menyebabkan auditor akan cenderung memenuhi preferensi klien dan berpotensi menimbulkan bias pada judgment auditor (Guiral et al., 2010; Moore et al., 2006; Rodgers et al., 2009). Kasus Enron-Arthur Andersen menjadi salah satu contoh kasus yang akar permasalahannya berada pada benturan kepentingan auditor. Banyak mantan auditor Andersen yang menempati posisi kunci di Enron dan kedekatan antara Enron dan 1
Andersen membuat bias pada judgment dan buruknya hasil penilaian asersi manajemen yang menyesatkan pengguna laporan keuangan (Moore et al., 2006). Tidak hanya Enron, masih banyak kasus lain yang bersumber pada benturan kepentingan auditor seperti kasus Worldcom, Tyco, dan Symbol Technologies (Moore et al., 2006). Atas banyaknya kasus yang meruntuhkan kepercayaan pengguna laporan keuangan, Section 206 SOX mewajibkan masa tunggu (cooling off period) selama satu tahun bagi anggota tim audit yang akan menduduki posisi kunci di klien mereka (Jidin et al., 2013). Namun, konflik kepentingan tersebut seharusnya bisa dicegah ataupun bisa diminimalisasi dengan berbagai cara. Penelitian yang dilakukan oleh Chung et al. (2011) menunjukkan bahwa pada saat auditor mengalami dilema etika, mood positif akan cenderung membuat auditor lebih konservatif dibandingkan dengan mood negatif. Akuntabilitas sebagai salah satu teknik yang banyak digunakan untuk meminimalisasi bias dalam pengambilan keputusan juga memiliki kemungkinan untuk memitigasi bias pada saat auditor mengalami delima etika. Banyak penelitian yang menguji pengaruh akuntabilitas terhadap judgment auditor dalam literatur audit maupun akuntansi (Dezoort et al., 2006; Hoffman dan Patton, 1997; Gibbins dan Newton, 1994; Kennedy, 1993). Akuntabilitas dalam hal ini yaitu kewajiban pengambil keputusan untuk menjustifikasi keputusan dan judgment yang ia ambil. Buchman et al. (1996) menguji hubungan antara akuntabilitas dan judgment auditor terhadap peristiwa kontingensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepada 2
siapa auditor akan bertanggung jawab menjadi pertimbangan auditor mengeluarkan opini. Auditor akan cenderung memberikan opini wajar tanpa pengecualian jika ia bertanggung jawab pada klien dan memberikan opini wajar dengan pengecualian jika mereka mengkomunikasikan hasil pekerjaannya hanya kepada partner mereka. Hal ini menunjukkan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap keputusan yang diambil auditor. Namun, belum ada penelitian yang menguji pengaruh antara akuntabilitas dan dilema etika yang dihadapi auditor terhadap judgment auditor (Nolder dan Riley, 2014). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menguji pengaruh akuntabilitas, dilema etika yang dihadapi auditor, serta interaksi keduanya terhadap judgment auditor pada nilai persediaan klien. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, permasalahan
yang ingin diteliti dapat dirumuskan dalam pertanyaan berikut: 1. Apakah dilema etika yang dihadapi auditor mempengaruhi judgment auditor? 2. Apakah akuntabilitas mempengaruhi judgment auditor? 3. Apakah interaksi antara akuntabilitas dan dilema etis yang dihadapi oleh auditor berpengaruh terhadap judgment auditor?
3
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji apakah dilema etika yang
dihadapi auditor dan akuntabilitas mempengaruhi judgment auditor terhadap nilai persediaan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah akuntabilitas dapat memitigasi bias pada saat auditor mengalami dilema etika. Dilema etika dalam penelitian ini yaitu adanya tawaran posisi tertentu dari klien (revolving door) yang diindikasikan dapat mempengaruhi proses kognitif pengambilan keputusan dan pada akhirnya akan mempengaruhi judgment auditor. Berdasarkan tujuan yang sudah disebutkan di atas, penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1.3.1 Di bidang akademis, penelitian ini akan memperkaya literatur terkait dengan judgment auditor, terlebih lagi belum adanya penelitian yang menguji interaksi antara akuntabilitas dengan situasi dilema etis dalam mempengaruhi judgment auditor. 2.3.1 Di bidang praktisi, penelitian ini diharapkan memberikan insights baru, baik regulator maupun entitas bisnis, untuk mengevaluasi bagaimana meminimalisasi bias yang dihadapi auditor dalam mengambil keputusan ketika mengahadapi situasi konflik kepentingan.
4
1.4
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN; berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian,
dan
sistematika penulisan. BAB II
: TELAAH
LITERATUR
DAN
PENGEMBANGAN
HIPOTESIS; berisi landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis. BAB III
: METODE PENELITIAN; berisi uraian mengenai variabel penelitian dan definisi operasional variabel, populasi dan sampel
penelitian,
jenis
dan
sumber
data,
metode
pengumpulan data, dan metode analisis. BAB IV
: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN; berisi deskripsi objek penelitian, analisis data, dan interpretasi hasil.
BAB V
: PENUTUP; berisi kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
5