BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi
dirinya
untuk
memiliki
kekuatan
spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam hal ini, tentu saja diperlukan adanya pendidik yang profesional terutama guru di sekolah-sekolah dasar dan menengah.1 Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah pengetahuan dan pendidikan dalam pemilihan dan penggunaan metode pendidikan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru seharusnya menyadari tentang perlunya penguasaan berbagai metode yang dapat digunakan didalam kelas untuk mencapai berbagai jenis tujuan pembelajaran. Cara mengajar yang mempergunakan berbagai macam tekhnik dan dilakukan
1
Muhibbin, Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 1.
1
2
secara tepat dan penuh pengertian oleh guru, akan memperbesar minat belajar siswa dan karena itu pula akan mempertinggi hasil pelajaran mereka.2 Fungsi pokok dari seorang guru dalam meningkatkan belajar adalah sebagai evaluator. Dari hari ke hari guru yang efektif akan tetap memperhatikan apa yang telah dipelajari setiap siswa dan mencari cara untuk sampai pada kesimpulan yang valid berkenaan hasil-hasil belajar. Dalam memainkan peran ini guru merancang situasi-situasi yang memungkinkan siswa menunujukkan apa yang telah dipelajari. Evaluasi belajar yang berhasil sangat tergantung pada pengetahuan tentang jenis-jenis hasil apa saja yang diharapkan diperoleh dari proses belajar.3 Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan itu, meliputi tiga aspek yaitu: pertama, aspek kognitif meliputi perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua, aspek afektif meliputi perubahan dalam segi sikap mental, perasaan, dan kesadaran, dan ketiga, aspek psikomotorik meliputi perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.4 Namun realita yang terjadi, keprofesionalan guru belum direalisasikan secara maksimal dari ketiga aspek tersebut. Buktinya masih banyak guru yang hanya menyampaikan materi melalui metode ceramah saja tanpa adanya
2
Imansyah Ali Pandie, Diktatik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional,1984) 72. 3 Robert M. Gagne, Prinsip-prinsip belajar untuk pengajaran, terj. Abdillah Hanafi dan Abdul Manan (Surabaya: Usaha Nasional, 1988), 16-17. 4 Zakiyah Darajat, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 197.
3
keterampilan untuk mengadakan variasi baik dalam cara mengajar (metode pembelajaran), penggunaan media pembelajaran, serta pola interaksi dan kegiatan peserta didik dalam belajar.5 Di samping itu dengan tempat duduk yang tersusun berderet-deret dari depan ke belakang, dan hanya bisa menggunakan metode ceramah, yang lebih menekankan pada ranah kognitif daripada afektif dan psikomotorik, serta kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi dan melakukan sendiri pengalaman belajarnya, apalagi jika jumlah murid terlalu banyak, pembelajaran kurang bisa maksimal.6 Hal ini proses pembelajaran menjadi terkesan monoton, yang mengakibatkan kurangnya perhatian peserta didik, kejenuhan dan kebosanan yang dirasakan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik
kurang
ketidakberhasilan
memahami
materi
pembelajaran.
Dari
pelajaran
yang
ketidakfahaman
pada
akhirnya
tersebut
akan
berdampak pada pemenuhan tugas pelajaran menjadi kurang maksimal. Dari permasalahan di atas sebagai tugas guru adalah bagaimana proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat maka akan terlaksananya tugas pembelajaran yang sehat, kreatif, bermutu, mempercepat proses pembelajaran dengan hasil yang
5
Hasil wawancara dengan guru fiqih MTsN Ponorogo, Suhartini M.Ag, di ruang guru, 27 oktober 2009, pukul 12.00 WIB. 6 Hasil Observasi, di MTs Negeri Ponorogo kelas VII A, 27 oktober 2009, pukul 10.0011.20 WIB.
4
maksimal, meningkatkan kemampuan dasar siswa, meningkatkan hasil belajar, dan meningkatkan masyarakat belajar yang efektif.7 Strategi pembelajaran aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan, dengan itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang diterima. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak.8 Siswa belajar secara aktif ketika mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupin fisik. Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat, dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang dialami.9 Penerapan PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.10 Dengan adanya pembelajaran yang berbasis PTK ini diharapkan dapat memperbaiki kekurangan yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas, terutama dengan adanya penggunaan strategi-
7
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasisi Kompetensi (Jakarta: Gaung Persada Press, 2005), iii. 8 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), xiv. 9 Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif Meningkatkan Keasyikan Kegiatan di Kelas, terj. Dwi Wulandari (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008), viii. 10 Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru (Bandung: Yrama Widya, 2006), 18.
5
strategi dan juga metode-metode bervariasi yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Karena metode adalah suatu cara yang harus dilalui untuk mencapai bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.11 Metode juga sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar agar pelajaran itu dapat dipahami oleh siswa dengan baik dan menambah efektif dalam pencapaian tujuan. Pemahaman materi pelajaran itu sangat penting agar berhasil dalam pembelajaran, terutama pada pembelajaran fiqih dimana pada materi ini sebagai bimbingan untuk mengetahui syariat-syariat Islam. Dalam mata pelajaran ini, siswa selain diharapkan menjadi paham, juga harus dapat mengamalkan syariat tersebut. Untuk itu guru harus memilih metode yang tepat. Metode demonstrasi dan strategi practice rehearsal pairs penting untuk diterapkan pada materi fiqih seperti materi shalat wajib yang membutuhkan banyak praktek. Jika murid hanya diberikan ceramah tanpa dilatih dan dibiasakan untuk praktek, maka pemahaman dan hasil belajar siswa tentang itu kurang mendalam. Berangkat dari permasalahan di atas, maka peneliti mengambil judul IMPLEMENTASI DEMONSTRASI DAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIDANG STUDI FIQIH POKOK BAHASAN SHALAT FARDHU KELAS VII A MTs NEGERI PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2009-2010.
11
Zuhairini Dkk., Metodologi Pendidikan Agama (Solo: Ramadhani, 1993), 66.
6
B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pembelajaran melalui metode Demonstrasi dan Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa bidang studi fiqih kelas VII A MTsN Ponorogo? 2. Bagaimana hasil belajar siswa melalui penerapan metode Demonstrasi dan Practice Rehearsal Pairs bidang studi Fiqih kelas VII A MTsN Ponorogo?
C. Pemecahan Masalah Metode penelitian yang ada digunakan
untuk memecahkan
masalah di atas adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Adapun PTK yang digunakan adalah PTK model Kurt Lewin. Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan kelas yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
D. Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menemukan model peningkatan hasil belajar siswa di MTsN Ponorogo khususnya kelas VII A, berangkat dari rumusan masalah tersebut di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : 1. Untuk mengetahui pemahaman belajar siswa pada pembelajaran fiqih siswa kelas VII A MTsN Ponorogo.
7
2. Untuk mendeskrpisikan perubahan hasil belajar pada pembelajaran fiqih siswa kelas VII A MTsN Ponorogo.
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti untuk problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui penelitian.12 Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Tujuan peneliti mengajukan hipotesis adalah agar dalam kegiatan penelitiannya, perhatian peneliti tersebut hanya terfokus pada informasi maupun data yang diperlukan bagi pengujian hipotesis. Dari rumusan masalah tersebut dapat ditarik suatu hipotesis tindakan kelas, yaitu : 1. Penerapan Metode Demonstrasi dan Strategi Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan pemahaman belajar pada pembelajaran fiqih siswa kelas VII A MTsN Ponorogo. 2. Penerapan Metode Demonstrasi dan Strategi Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran fiqih siswa kelas VII A MTsN Ponorogo.
12
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), 71.
8
F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil PTK akan memberikan manfaat bagi proses pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis antara lain adalah sebagai berikut: 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat ditemukan tingkat efektifitas pembelajaran metode Demonstrasi dan Strategi Practice Rehearsal Pairs dalam meningkatkan hasil belajar pokok bahasan tata cara shalat wajib pada pembelajaran fiqih siswa kelas VII A MTsN Ponorogo. 2. Praktis a. Bagi Peserta Didik (Siswa) 1) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran 2) Meningkatkan hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran b. Bagi Pendidik (Guru) 1) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi guru tentang strategi pembelajaran yang efektif dan efisien khususnya pada mata pelajaran fiqih 2) Menyempurnakan sistem pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan keberhasilan siswa 3) Meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih 4) Meningkatkan profesionalisme guru 5) Sebagai bahan pertimbangan dalam mengajar, membimbing dan mendorong pembelajaran
siswa
untuk
lebih
aktif
dalam
menjalankan
9
6) Mengetahui permasalahan yang timbul di kelas VII A sekaligus mencari problem solving nya c. Bagi Penulis Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala berfikir dan memperluas pengetahuan serta mendapat pengalaman praktis dalam pengadaan penelitian tindakan kelas ini. d. Bagi Lembaga Pendidikan (Sekolah) 1) Meningkatkan
prestasi
akademik
siswa
yang
mana
akan
berpengaruh juga terhadap mutu pembelajaran dari lembaga pendidikan atau sekolah yang bersangkutan 2) Sebagai sumbangan pikiran dan untuk menambah referensi perpustakaan berupa hasil penelitian 3) Meningkatkan kualitas sekolah e. Bagi masyarakat Dapat menjadikan pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pendidikan sebagai bahan pertimbangan untuk memilih lembaga yang berkualitas.
G. Sistematika Pembahasan Dalam rangka mempermudah penulisan skripsi, maka pembahasan dalam laporan penelitian ini, penulis membagi ke dalam empat bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub bab yang berkaitan. Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah :
10
BAB I Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat hasil penelitian, sistematika pembahasan dan metode penelitian tindakan kelas mencakup objek tindakan kelas, setting penelitian tindakan kelas, penelitian tindakan kelas, prosedur pelaksanaan PTK, tekhnik pengumpulan data dan tekhnik analisis data. BAB II menguraikan landasan teoritik terkait metode pembelajaran tentang metode demonstrasi dan strategi practice rehearsal pairs, hasil belajar mencakup pengertian hasil belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar serta aspek-aspek yang meliputi hasil belajar, pembelajaran fiqih mencakup pengertian, fungsi, ruang lingkup pembelajaran fiqh dan kajian hasil penelitian terdahulu. BAB III menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi gambaran setting penelitian yang mencakup perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observation) dan refleksi (reflection), penjelasan per-siklus, proses analisis data per-siklus, serta pembahasan dan pengambilan kesimpulan. BAB IV Penutup merupakan bab terakhir dalam skripsi ini berisi kesimpulan dan saran.
11
H. Metode Penelitian Tindakan Kelas 1.
Objek Tindakan Kelas Objek tindakan kelas meliputi: a. Tempat penelitian Penelitian bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran fiqih di MTsN Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 tepatnya di daerah Kelurahan Setono Jenangan Ponorogo. Objek penelitian ini adalah kelas VII A sebanyak 42 siswa. b. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober-November 2009 dengan prosedur sebagai berikut: 1) Persiapan 2) Pelaksanaan penelitian 3) Penyusunan laporan penelitian a) Mengumpulkan dan menilai tes b) Menganalisis hasil penelitian c) Menyusun laporan penelitian
2.
Setting / Lokasi/ Subjek Penelitian Tindakan Kelas a. Setting/ Lokasi PTK Penelitian bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran fiqih di MTsN Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 tepatnya di daerah Kelurahan Setono Jenangan Ponorogo.
12
b. Subjek PTK Subjek pelaku PTK ini adalah mahasiswa PPLK II, sedangkan subjek penerima PTK adalah 42 siswa kelas VI A Semester Gasal Tahun Pelajaran 2009-2010.
3.
Penelitian Tindakan Kelas PTK (Classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya (sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran). PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan.13 Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan, sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relefansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru. Dengan demikian dilakukannya PTK, berarti guru juga berkedudukan
13
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV. Irama Widya, 2007), 18.
13
sebagai peneliti yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajar.14 Di bawah ini beberapa hal penting yang berhubungan dengan PTK: a. PTK penting untuk guru dengan alasan sebagai berikut; b. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas c. PTK dapat meningkatkan kinerja guru d. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya Karakteristik PTK adalah; a. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional b. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya c. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi d. Bertujuan
memperbaiki
atau
meningkatkan
kualitas
praktik
instruksional e. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus f. Pihak yang melakukan tindakan dan pengamatan adalah guru sendiri, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan.15
14
Imansyah Ali pandie, Diktatik Metodik Pendidikan Umum (Surabaya: Usaha Nasional,
1984), 32.
15
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, 16.
14
Jenis-jenis PTK yaitu; a. PTK Diagnostik, ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti kearah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian b. PTK Partisipan, ialah apabila orang yang akan melakukan penelitian, harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan c. PTK Empiris, ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan atau aksi dan melakukan apa yang yang dilaksanakan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung d. PTK Eksperimental, ialah apabila PTK dilksanakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien didalam suatu kegiatan belajar mengajar e. Hal tersebut diawali oleh suatu tahapan pra PTK yang meliputi identifikasi masalah, analisa masalah, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis tindakan Model-model PTK yaitu; Sebenarnya ada beberapa model PTK yang dapat diterapkan dalam PTK, diantaranya adalah; [a] Model Kurt Lewin, [b] Model Kemmis dan Mc. Taggart, [c] Model John Elliot, dan [d] Model Dave Ebbutt, akan tetapi yang paling terkenal dan biasa digunakan adalah Model Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun model PTK yang dimaksud adalah menggambarkan adanya empat tahap yakni sebagai berikut:
15
a. Menyusun Perencanaan (Planning) Pada tahap ini kegiatan yang harus dilakukan adalah [1] membuat
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP);
[2]
mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di kelas;
[3]
mempersiapkan
instrumen
untuk
merekam
dan
menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan. b. Melaksanakan Tindakan (Acting) Pada tahap ini harus melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. c. Melaksanakan Pengamatan (Observing) Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah [1] mengamati perilaku siswa siswi dalam mengikuti pembelajaran; [2] memantau kegiatan diskusi atau kerjasama antar siswa siswi dalam kelompok; [3]
mengamati
pemahaman
masing-masing
anak
terhadap
penguasaan materi pembelajaran. d. Melakukan Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah [1] mencatat hasil observasi; [2] mengevaluasi hasil observasi; [3] menganalisis hasil pembelajaran; [4] mencatat kelemahan-kelemahan untuk dijadikan bahan memperbaiki siklus berikutnya.
16
Sasaran atau objek PTK ialah; a. Unsur Siswa: dapat dicermati ketika siswa sedang mengikuti kegiatan pembelajaran b. Unsur Guru: dapat diamati ketika guru sedang mengajar di kelas c. Unsur Materi Pelajaran: dapat dicermati ketika guru sedang mengajar di kelas dari bahan ajar yang diajarkan kepada siswa d. Unsur Peralatan atau Sarana Pendidikan: dapat dicermati ketika guru sedang mengajar. Dengan tujuan meningkatkan mutu hasil belajar yang dapat diamati oleh guru, siswa, atau keduanya e. Unsur Hasil Pembelajaran: ditinjau dari tiga ranah yang dijadikan titik tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik f. Unsur Lingkungan: mencakup lingkungan kelas, lingkungan sekolah dan lingkungan rumah g. Unsur Pengelolaan: merupakan suatu gerak tindakan yang mudah diatur dan direkayasa dalam bentuk tindakan
4.
Alur Pelaksanaan Berbasis PTK PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).16 Namun sebelum melakukan pembelajaran berbasis PTK, seorang guru atau peneliti harus 16
Basuki M.Ag, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas (Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009), 5.
17
melakukan observasi awal untuk [1] menemukan masalah; [2] melakukan identifikasi masalah; [3] menentukan “batasan masalah”; [4] menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah; [5] merumuskan gagasangagasan pemecahan masalah dengan merumuskan “hipotesis-hipotesis tindakan” sebagai pemecahan; [6] menentukan pilihan “hipotesishipotesis tindakan” sebagai pemecahan, dan [7] merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.17 Setelah judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK dirumuskan, langkah berikutnya adalah menerapkan 4 tahapan PTK. Logika 4 (empat) tahap tersebut adalah sebagai berikut :
Identifikasi Masalah
Perencanaan (Planning)
Refleksi (Reflecting)
Tindakan (Acting)
Observasi (Observing)
Siklus I
Perencanaan Ulang
Dst
17
Ibid., 6.
Siklus II
18
Secara keseluruhan, empat tahapan PTK tersebut membentuk suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling berkaitan dan berkelanjutan. Siklus kedua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ketiga dilaksanakan karena siklus kedua belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya.18
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.19 Disamping perlu menggunakan metode yang tepat juga perlu memilih tekhnik dan alat pengumpulan data yang relevan memungkinkan diperoleh data yang objektif. Tekhnik pengumpulan data pada PTK ini adalah meliputi : a. Tekhnik Wawancara Wawancara adalah percakapan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.20Tekhnik wawancara
18
yang digunakan adalah wawancara
Basuki M.Ag, Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas, 6-7. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2007), 308. 20 Rochiadi Wiriaatmadja, Metode penelitian Tindakan Kelas (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 117. 19
19
mendalam yakni penelitian mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data terkait dengan pemahaman dan hasil belajar siswa selama dan sesudah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode demonstrasi dan strategi practice rehearsal pairs di Mts Negeri Ponorogo. b. Tekhnik Observasi Observasi adalah usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan
secara
sistematis
dengan
prosedur
berstandar
atau
pengamatan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang diteliti.21Dalam penelitian ini, observasi yang digunakan adalah observasi langsung atau partisipasi aktif yaitu mengamati atau menatap kejadian, gerak atau proses dari data lapangan dan ikut serta kegiatankegiatan didalamnya. Jadi peneliti bertindak aktif sebagai seorang peneliti. Observasi aktif ini digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa
dalam
pembelajaran,
dan
prestasi
belajat
siswa
pada
pembelajaran fiqih pada saat diterapkannya metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs dalam proses pembelajaran. c. Tekhnik Dokumentasi Tekhnik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. ”rekaman” sebagai setiap tulisan atau pernyataan yang dipersiapkan 21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), 225.
20
oleh atau untuk individual atau organisasi dengan tujuan membuktikan adanya suatu peristiwa. Sedangkan ”dokumen” digunakan untuk mengacu atau bukan selain rekaman, yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti surat-surat, buku harian, catatan khusus, foto-foto, dan sebagainya.22 Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa daftar hadir peserta didik, nilai ulangan harian, foto dan rekaman dalam proses pembelajaran, serta dokumen lain yang relevan, yang dapat dijadikan sebagai data. Tekhnik ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dan prestasi belajar pada mata pelajaran fiqih dengan diterapkannya metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs.
6. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Kegiatan analisis data lapangan harus dilakukan sejak dini, pada tahap awal penelitian, bahkan sejak tahap orientasi. Untuk keperluan itu sebaiknya sudah dipersiapkan sebuah daftar kode.
22
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000), 153-154.
21
Kode adalah pemberian tanda atau simbol pada segmen catatan lapangan, untuk menunjukkan adanya situasi atau kegiatan yang menjadi fokus yang diteliti untuk dianalisis. Berbagai ragam koding seperti yang deskriptif, interpretatif, dan referensial berguna di dalam memilah-milah data ke dalam unit analisis untuk selanjutnya dilihat, dibandingkan, dicari kausalitasnya dan dianalisis silang. Kegiatan analisis juga dilakukan dengan melakukan catatan reflektif, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, atau mengkaitkan, atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya.23 Untuk menganalisa data yang telah terkumpulkan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tekhnik analisa data yang sesuai dengan sifat dan jenis serta tujuan penelitian dalam skripsi ini. Maka penulis menggunakan analisa dari penulisan deskripsi kasar catatan observasi, wawancara dan dokumentasi, kegiatan siswa siswi selama pembelajaran di kelas sampai pada tahap penelitian. Setelah pengumpulan data peneliti melakukan action dan reflektif.
23
Rochiadi Wiriaatmadja, Metode penelitian Tindakan Kelas, 151.
22
BAB II IMPLEMENTASI DEMONSTRASI DAN PRACTICE REHEARSAL PAIRS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIDANG STUDI FIQH
A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan.24 Metode juga berarti cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.25 Dengan demikian, metode merupakan cara-cara yang dipakai seorang guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Adapun pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama pendidikan. Ada pula yang mendefinisikan pembelajaran adalah usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya
pendidikan.
Pada
kesimpulannya
metode
pembelajaran ialah sebuah usaha maupun cara yang dilakukan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode mengajar banyak sekali jenisnya hal ini disebabkan karena dipengaruhi beberapa faktor seperti :26 1. Perbedaan individual anak didik
24
Imansyah Ali pandie, Diktatik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional,1984) 71. 25 B. Suryabrata, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 53. 26 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 80.
23
2. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung 3. Fasilitas yang berbeda kualitas dan kuantitasnya 4. Perbedaan pribadi dan kemampuan profesional guru 5. Tujuan yang berbeda, sesuai dengan jenis, sifat maupun fungsi mata pelajaran Secara umum metode pembelajaran dapat dibagi menjadi metode pasif dan metode aktif. Metode pasif yaitu metode pembelajaran yang satu arah dari pendidik ke peserta didik, metode ini merupakan metode tradisional. Metode aktif mendorong peserta didik untuk aktif di dalam kelas, di samping itu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan diri dengan aktif berinteraksi di kelas tidak hanya sebagai pendengar saja.27 Suatu materi pembelajaran jika diajarkan oleh pengajar atau guru yang berbeda, maka akan dirasakan oleh peserta didik dengan rasa yang berbeda pula. Jika siswa ditanya kenapa guru A lebih banyak disenangi, dapat ditebak bahwa jawabannya akan berkisar pada cara mengajar guru A yang menarik. Ilustrasi di atas sebenarnya menggambarkan arti pentingnya strategi atau metode atau cara dalam melakukan pembelajaran. Peserta didik menggunakan kemampuan otak mereka dalam belajar tanpa harus dipaksa. Berdasarkan alasan tersebut, seorang guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan strategi yang bervariasi dan tentunya melibatkan peserta didik secara aktif atau yang disebut dengan strategi pembelajaran aktif. 27
Jogiyanto, Filosofis Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006), 23.
24
Penerapan metode pembelajaran aktif yakni metode Demonstrasi dan Strategi Practice Rehearsal Pairs dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan spesifik yang dipelajari di kelas. Dengan cara para siswa mempraktekkan secara perwakilan dari temantemannya melalui Demonstrasi kemudian dilanjutkan dengan secara berpasangan, sehingga mereka bisa saling mengkoreksi satu sama lain. 1.
Metode Demonstrasi a.
Pengertian Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang dilakukan guru atau seseorang lainnya dengan memperlihatkan kepada seluruh kelas tentang suatu proses atau cara melakukan suatu.28 Misalnya, proses cara mengambil wudhu’, proses cara mengerjakan shalat lima waktu dan sebagainya. Dalam pengertian lain, metode demonstrasi adalah dengan cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan. Dengan ini proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih terkesan secara mendalam sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna.29
28
Imansyah Ali pandie, Diktatik Metode Pendidikan Umum, 86. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 102. 29
25
Penerapan metode demonstrasi tepat dipergunakan apabila :30 1) Untuk
mempermudah
berbagai
jenis
penjelasan,
sebab
penggunaan bahasa lebih terbatas 2) Untuk menghindari verbalisme 3) Akan memberikan keterampilan tertentu 4) Untuk membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian, sebab lebih menarik Penerapan metode Demonstrasi juga berperan sebagai sumber belajar bagi siswa selain dari buku-buku pegangan dan paket, selain itu juga sebagai alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran serta sebagai salah satu cara guru untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh siswa dalam proses belajar mengajar. b.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi ini selain memiliki kelebihan juga memiliki kekurangan dalam proses pembelajaran. Kelebihan metode ini adalah:31 1) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
30
Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981), 94-95. 31 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 191.
26
2) Dapat membantu siswa untuk mengingat lebih lama tentang materi pelajaran yang disampaikan 3) Dapat memfokuskan pengertian siswa terhadap materi pelajaran dalam waktu relatif singkat 4) Dapat memusatkan perhatian anak didik 5) Dapat menambah pengalaman anak didik 6) Dapat mengurangi kesalahpahaman karena pengajaran menjadi lebih jelas dan kongkrit 7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa Setelah melihat dari beberapa keuntungan dari metode tersebut, maka dalam bidang studi agama, banyak hal-hal yang dapat didemonstrasikan terutama dalam bidang ibadah seperti pelaksanaan shalat, zakat dan sebagainya. Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah dimiliki
oleh
anak
didik,
maka
guru
harus
mencoba
mendemonstrasikan di depan murid. Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari setiap gerak-gerik murid. Sehingga apabila ada kesalahan maupun kekurangan guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, karena guru telah memberi pengalaman
27
kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya. Adapun kekurangan dalam metode ini adalah:32 1) Memerlukan waktu yang cukup banyak 2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi kurang efektif 3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk pembelian alat-alat 4) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit 5) Bila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif c.
Langkah-Langkah Metode Demonstrasi Adapun
langkah-langkah
dalam
penerapan
metode
demonstrasi adalah :33 1) Perencanaan Dalam perencanaan ada hal-hal yang harus dilakukan adalah: a) Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode berakhir
32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, 192. Fat Hurrahman, “Metode Demonstrasi dan Eksperimen” http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-dan-eksperimen/ diakses tanggal 17 Mei 2010. 33
28
b) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan c) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan d) Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik 2) Pelaksanaan Pelaksanaan yang harus dilakukan adalah : a) Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk yang kesekian kalinya b) Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa c) Mengingat
pokok-pokok
materi
yang
akan
didemonstrasikan agar mencapai sasaran d) Memperhatikan keadaan siswa apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik e) Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif f) Menghindari ketegangan 3) Evaluasi Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas,
seperti
membuat
laporan,
menjawab
pertanyaan,
mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah maupun di rumah.
29
Untuk merencanakan suatu demonstrasi yang efektif ada hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya :34 a) Rumuskan dengan jelas kecakapan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan b) Pertimbangkan dengan sungguh-sungguh apakah metode itu wajar dipergunakan dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan c) Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah d) Apakah jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas e) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebelum demonstrasi dilakukan dan sesudah dicoba terlebih dahulu agar tidak gagal pada waktunya f)
Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan
g) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa
2.
Strategi Practice Rehearsal Pairs a. Pengertian dan Tujuan Strategi Practice Rehearsal Pairs Strategi Practice Rehearsal Pairs merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran berbasis active learning. Strategi 34
1995), 31.
J.J. Hasibun dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
30
ini diperkenalkan oleh Melvin L. Silbermen, seorang Guru Besar Kajian Psikologi di Temple University, dimana beliau berspesialisasi dalam psikologi pembelajaran. Beliau juga memiliki reputasi internal dalam bidang proses belajar aktif.35 Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok
dari
materi
kuliah,
memecahkan
persoalan,
atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.36 Dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Sebagaimana penerapan strategi Practice Rehearsal Pairs, para siswa akan terdorong secara aktif baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Karena strategi ini menuntut siswa untuk bisa mengembangkan kecakapannya setelah melalui proses pembelajaran. Strategi ini merupakan metode dengan cara praktek berpasangan,
35
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, terj. Sarjuli (Bandung: Nusamedia, 2006), 5. 36 Hisyam Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008 ), xiv.
31
strategi sederhana yang dapat dipakai untuk mempraktekkan suatu keterampilan atau prosedur dengan teman belajar. Dalam
pembelajaran
ini
dikembangkan
praktek
dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Adapun tujuan diterapkannya metode praktek berpasangan ini adalah untuk meyakinkan masing-masing pasangan dapat melakukan keterampilan dengan benar. Terutama pada materi yang bersifat psikomotorik seperti shalat, haji dan lain sebagainya itu adalah materi yang baik untuk diajarkan dengan strategi ini.37 b. Prinsip Dasar Strategi Practice Rehearsal Pairs Prinsip dasar dari strategi Practice Rehearsal Pairs adalah :38 1) Setiap siswa yang berpasangan harus mengetahui bahwa mereka mempunyai tujuan yang sama 2)
Setiap siswa yang berpasangan harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
3) Setiap siswa yang berpasangan akan dikenai evaluasi yang sama
37
Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif , xiv. Shasa, “Metode Pembelajaran Aktif” http://assalamualaikumwrwb.blogspot.comarchife.html. Di akses tanggal 17 Mei 2010. 38
32
4) Setiap siswa yang berpasangan berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya 5) Setiap siswa yang berpasangan akan dimintai pertanggung jawaban secara individual materi yang ditangani anggotanya c. Karateristik Strategi Practice Rehearsal Pairs Adapun karakteristik dari strategi Practice Rehearsal Pairs adalah: 1) Setiap siswa yang berpasangan menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai 2) Setiap siswa yang berpasangan dibentuk dari beberapa siswa yang
memiliki
kemampuan
berbeda-beda,
baik
tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah d. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Practice Rehearsal Pairs Kelebihan strategi ini adalah : 1) Melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan siswa 2) Setiap siswa mendapat peran 3) Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan maupun praktek Kekurangan dalam strategi ini adalah : 1) Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
33
2) Hanya bisa dilakukan dengan dua orang (tidak bisa melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas pada dua orang tersebut).39 Dari
strategi
ini
pula,
ada
keunggulan
tersendiri
diantaranya:40 1) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subyek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktek berpikir 2) Membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya maupun posisi yang lain 3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip 4) Membantu
siswa
mengenali
adanya
suatu
masalah
dan
memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan, ceramah maupun praktek 5) Menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya 6) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik e. Langkah-langkah Strategi Practice Rehearsal Pairs Adapun langkah-langkah dalam strategi Practice Rehearsal Pairs adalah :41 1) Pilih satu keterampilan yang akan dipelajari oleh siswa
39
Shasa, “Metode Pembelajaran Aktif”. http://assalamualaikumwrwb.blogspot.comarchife.html. Diakses tanggal 17 Mei 2010. 40 Shasa, “Metode Pembelajaran Aktif”. 41 Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif, 81.
34
2) Bentuklah pasangan-pasangan. Dalam setiap pasangan, buat dua peran: 1) penjelas atau pendemonstrasi, dan 2) pengecek atau pengamat 3) Orang yang bertugas sebagai penjelas atau demonstrator menjelaskan
atau
mendemonstrasikan
cara
mengerjakan
keterampilan yang telah ditentukan. Pengecek atau pengamat bertugas mengamati dan menilai penjelasan atau demonstrasi yang dilakukan temannya 4) Pasangan bertukar peran. Demonstrator kedua diberi keterampilan yang lain 5) Proses diteruskan sampai semua keterampilan atau prosedur dapat dikuasai
B. Hasil belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Salah satu tugas pokok guru ialah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat, kita memerlukan informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadai tentang indikator-indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa.42
42
Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 21.
35
Tingkah
laku yang diharapkan
itu
terjadi setelah
siswa
mempelajarinya dan dinamakan hasil belajar siswa. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Bagaimana bentuk tingkah laku yang diharapkan berubah itu dinyatakan dalam perumusan tujuan instruksional.43 Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:44 a. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan
intelektual
merupakan
kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah
197.
43
Zakiyah darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
44
Agus Suprijono, Cooperative learning (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 5-6.
36
d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku Hasil belajar adalah prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam usaha belajarnya, dalam tingkat yang sangat menggembirakan, prestasi tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara yaitu :45 Pertama, dengan jalan persiapan belajar yang baik dengan cara berusaha
memahami
materi
belajar
secara
menyeluruh
dalam
komperhensif sesuai dengan tahapan waktu yang dekat disusun sebelumnya. Kedua, dengan jalan motivasi belajar, dimana murid berusaha untuk menumbuhkan motif-motif, yaitu dorongan tersebut dapat untuk memacu belajarnya sebaik mungkin, sehingga belajar dengan motif yang kuat dapat menghasilkan nilai belajar yang tinggi, sehingga prestasi belajar anak dapat mencapai target yang diinginkan. Ketiga, adalah kebiasaan belajar yang perlu tetap dipertahankan agar materi-materi pelajaran yang telah diterima secara perlahan tetapi pasti dapat dikuasai oleh anak didik dengan baik sehingga lambatlaun, 45
Munawir, “Beberapa Faktor Pendukung Dalam Mengantar Keberhasilan Belajar,” Cendikia, (Januari-Februari, 2003), 23-24.
37
sudah barang tentu dengan kebaikan belajar ini akan mendapatkan hasil yang diinginkan, yakni berupa hasil belajar yang baik. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara pragmatis atau terpisah, melainkan komperhensif. Hasil belajar juga merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
tingkat
perkembangan
mental
yang
lebih
baik
bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Belajar merupakan proses suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku siswa. Dan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan belajar tentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapainya. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa dibagi atas dua faktor utama, yaitu:
38
a.
Faktor intern (yang berasal dari diri individu), faktor ini meliputi : 1) Faktor fisiologis atau jasmaniyah yang meliputi faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh Faktor
kesehatan
sebagai
faktor
internal
yang
mempengaruhi hasil belajar karena jika siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan tidak dapat belajar dengan maksimal dan optimal. Misalnya, siswa yang sedang menjalani ujian dalam kondisi tidak sehat akan berbeda kondisi belajarnya dengan kondisi kesehatan yang prima. Faktor cacat tubuh juga mempengaruhi hasil belajar siswa, jika siswa mengalami cacat tubuh berupa matanya maka akan berpengaruh pada hasil belajarnya sekalipun menggunakan alat bantuan. 2) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, motivasi, bakat, kematangan, dan kesiapan Faktor psikologis, misalnya intelegensi, perhatian, minat, motivasi, bakat, kematangan, dan kesiapan siswa berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor psikologis tersebut berkontribusi secara signifikan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa di sekolah, yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan kualitas pendidikan di sekolah.
39
3) Faktor kelelahan yang meliputi jasmani dan rohani Faktor internal lainnya ialah faktor kelelahan, dimana siswa yang mengalami kelelahan karena telah melakukan pekerjaan berat yang melibatkan kegiatan fisik, akan kurang dapat
memusatkan
perhatian
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, para guru harus memperhatikan faktor-faktor dari segi internal siswa guna meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran siswa di sekolah.46 b.
Faktor ekstern (yang berasal dari luar individu) Faktor ini meliputi : 1) Faktor lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suti teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman sepermainan di sekitar siswa itu sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Terutama lingkungan keluarga, sifat orang tua,
46
Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 63-65.
40
praktik pengelolaan keluarga, dan sebagainya dapat member dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2) Faktor lingkungan nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah, tempat tinggal siswa, alat-alat pengajaran, kondisi rumah dan waktu belajar yang digunakan siswa itu pula turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.47 Berdasarkan dari faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada hasil belajar di atas, pada kesimpulannya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa dalam belajar maka pihak sekolah baik lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat diperlukan kerjasama dalam meningkatkan keberhasilan dalam pendidikan siswa di sekolah dengan memperhatikan dari faktor maupun hambatan selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Aspek-Aspek yang Meliputi Hasil Belajar Apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar sering disebut prestasi belajar. Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar ada juga menyebutnya dengan
47
Syah, Psikologi Belajar, 153-154.
41
istilah hasil belajar. Pencapaian hasil belajar siswa, merujuk kepada aspekaspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh Karena itu, ketiga aspek diatas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sudjana ketiga aspek di atas tidak bisa berdiri sendiri tetapi merupaka satu kesatuan yang tidak terpisahkan bahkan membentuk hierarki.48 Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan
psikomotorik.
Domain
kognitif
adalah
Knowledge
(Pengetahuan, ingatan), Comprehension (Pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), Application (Menerapkan), Analysis (menguraikan, menentukan hubungan), Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respon),
valuing
(nilai),
organization
(organisasi),
characterization (karakteristik). Domain
psikomotorik
meliputi
intiatory,
preroutine,
dan
rountinized. Psikomotorik juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, managerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.49 Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan 48 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), 151. 49 Suprijono, Cooperative learning, 6-7.
42
afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:50 a.
Keterampilan dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan pengertian c.
Sikap dan cita-cita Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan
dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
50 Indra Postar, “Hasil Belajar (Pengertian dan Definisi)”. http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html diakses tanggal 17Mei 2010.
43
C. Pembelajaran Fiqih 1.
Pengertian Pembelajaran Fiqih Fiqh (Fiqhu) artinya paham atau tahu. Menurut istilah yang digunakan para ahli fiqh (fuqoha’) ialah ilmu yang menerangkan hukumhukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci.51 Definisi ilmu fiqh secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang macam-macam syariat atau hukum Islam dan berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang bersifat masyarakat sosial.52 Pengertian mata pelajaran fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah :53 a.
Mata pelajaran fiqih adalah bimbingan untuk mengetahui ketentuan syariat Islam. Materi yang sifatnya memberikan bimbingan terhadap siswa agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelaksanaan syariat tersebut, yang kemudian menjadi dasar pandangan
dalam
kehidupannya,
keluarga
dan
masyarakat
terbatas
pada
pemberian
lingkungannya b.
Bentuk
bimbingan
tersebut
tidak
pengetahuan, tetapi lebih jauh seorang guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswa dan masyarakat lingkungannya. Dengan keteladanan guru ini, diharapkan para orang tua dan masyarakat
51
Zakiyah Darajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), 78.
52 53
Nazar Bakri, Fiqih dan Ushul Fiqih (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 7. Departemen Agama RI, GBPP Fiqih Madrasah Tsanawiyah Cetakan ke-3, 1997, 1.
44
membantu secara aktif pelaksanaan mata pelajaran fiqih di dalam rumah tangga dan masyarakat lingkungannya
2.
Fungsi pembelajaran fiqih Fungsi mata pelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah :54 b. Mendorong tumbuhnya kesadaran beribadah kepada Allah SWT c. Membentuk kebiasaan melaksanakan syariat dengan ikhlas d. Membentuk kebiasaan melaksanakan tuntutan akhlak yang mulia e. Mendorong tumbuhnya kesadran mensyukuri nikmat Allah SWT dengan mengolah dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidup f. Membentuk kebiasaan menerapkan disiplin dan tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat g. Membentuk kebiasaan berbuat atau berperilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat h. Kumpulan pelaksanaan ketentuan-ketentuan syariat yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits
3.
Tujuan pembelajaran fiqih Tujuan pembelajaran fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah:55 a. Agar siswa dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok syariat Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli 54 55
Departemen Agama RI, GBPP Fiqih Madrasah Tsanawiyah, 1. Ibid., 2.
45
maupun aqli. Pengetahuan dan pemahaman yang diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan beragaman dan sosialnya b. Agar siswa dapat melaksanakan dan mengamalkan ketentuan syariat dengan benar. Pengalaman yang diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan syariat, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupannya, keluarga dan masyarakat lingkungannya
4.
Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih Mata pelajaran dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah berisi pokok-pokok materi sebagai berikut :56 a.
Hubungan manusia dengan Allah SWT Siswa dibimbing untuk meyakini bahwa hubungan vertikal kepada Allah merupakan ibadah yang utama dan pertama. Materinya meliputi : Taharah, shalat (shalat fardhu, shalat berjamaah, shalat dalam keadaan khusus, shalat jenazah, dan shalat sunnah), puasa, zakat, haji dan umrah, qurban, aqiqah, shadaqah, infaq, hadiah dan wakaf.
b.
Hubungan manusia dengan manusia Siswa dibimbing dan dididik menjadi anggota masyarakat sosial dengan berakhlak mulia dan berusaha menjadi tauladan masyarakat.
56
Departemen Agama RI, GBPP Fiqih Madrasah Tsanawiyah, 3.
46
Materinya meliputi : mu’amalat (jual beli, hutang piutang, sewa menyewa, pinjam meminjam, upah, hiwalah, luqatah, dan riba), munakahat (nikah, mahram, talak, iddah, dan rujuk), penyelenggaraan jenazah dan takziyah, warisan, jinayat, hubbul watan dan kependudukan. c.
Hubungan manusia dengan alam Siswa dibimbing dan dididik untuk peka dan cinta terhadap lingkungan hidup. Materinya meliputi : memelihara kelestarian alam dan lingkungannya, dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan, makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan, binatang yang dihalalkan dan diharamkan, binatang sembelihan dan ketentuannya.
D. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Rencana penelitian ini berangkat dari telaah pustaka dan dari kajian penelitian yang terdahulu. Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah milik dari Fina Nasru Shofiatin dengan judul Implementasi Metode Modelling The Way dan Demonstrasi Dalam Meningkatkan Pemahaman Pembelajaran PAI Pokok Bahasan Transaksi Ekonomi Islam Bagi SiswaSiswi Kelas XI IPA 2 SMA Bakti Ponorogo Tahun Pelajaran 2008-2009. Dari judul skripsi di atas dapat disimpulkan 1) Implementasi Metode Modelling The Way dan Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman pada
47
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, terbukti siswa mampu mengolah informasi yang didapat dalam menyelesaikan masalah. Di samping itu hasil proses pembelajaran menunjukkan pada siklus I mencapai (47,5%) siklus II mencapai (65,5%) dan siklus III mencapai (75%). 2) Implementasi Metode Modelling The Way dan Demonstrasi dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini terbukti dapat dilihat dari aktifitas siswa di kelas dalam mendengarkan penjelasan guru atau teman, mencatat hal-hal yang penting, mengajukan pertanyaan, dan mampu mempraktekkan materi pelajaran. Di samping itu hasil keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menunjukkan pada siklus I mencapaia (62,5%), siklus II mencapaia (77,5%), dan siklus III mencapai (90%). 3) Implementasi Metode Modelling The Way dan Demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari proses hasil prestasi belajar siswa di kelas, pada siklus I mencapai (77,5%), silkus II mencapai (82,5%), dan siklus III mencapai (85%).
48
BAB III HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Gambaran Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dalam Implementasi demonstrasi dan practice rehearsal pairs dalam meningkatkan hasil belajar siswa bidang studi fiqih pokok bahasan shalat fardhu kelas VII A MTs Negeri Ponorogo tahun pelajaran 2009-2010. Proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Menyusun Perencanaan (Planning). Yaitu meliputi penetapan materi pembelajaran fiqih pada bab menjelaskan tata cara shalat lima waktu dengan penetapan alokasi waktu pelaksanaannya yaitu (27 Oktober sampai dengan 26 November 2009) 2. Melaksanakan Tindakan (Acting). Yaitu meliputi seluruh proses kegiatan belajar-mengajar melalui model pembelajaran Active Learning diantaranya penerapan metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs Dalam berlangsungnya proses pembelajaran, secara garis besar meliputi kegiatan : a. Pendahuluan atau kegiatan awal, yakni kegiatan atau aktivitas untuk menarik minat serta memusatkan perhatian siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran
49
b. Kegiatan inti, yakni aktivitas menyajikan atau mempresentasikan pelajaran dengan menggunakan metode yang menarik, sarana dan sumber belajar yang relevan, serta melakukan penilaian disela-sela pembelajaran sedang berlangsung c. Kegiatan penutup, yakni aktivitas merumuskan kesimpulan pelajaran bersama-sama melakukan tindak lanjut, dan menutupi pelajaran Adapun langkah-langkah pembelajaran metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs adalah sebagai berikut : a.
Langkah-Langkah Metode Demonstrasi 1) Perencanaan Dalam perencanaan ini hal-hal yang dapat dilakukan, sebagai berikut : a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang jelas baik dari segi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan diterapkannya metode Demonstrasi b) Membuat garis besar langkah-langkah metode Demonstrasi yang akan diterapkan c) Mengatur waktu d) Menyiapkan bahan materi yang akan dipelajari e) Menyiapkan sumber atau peralatan dalam pembelajaran f) Mempersiapkan alat untuk penilaian g) Mempersiapkan kertas untuk observasi dan evaluasi
50
2) Pelaksanaan Dalam pelaksanaan terdiri dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Adapun langkah-langkahnya : a. Kegiatan awal a) Guru memasuki ruang kelas, mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa sebagai persiapan belajar b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa terkait materi yang akan dibahas c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai pada pembelajaran ini b. Kegiatan inti a) Guru membagi siswa menjadi dua kelompok b) Guru memberikan kartu kepada 2 kelompok berupa potongan-potongan kartu secara acak tentang materi yang akan dibahas c) Tugas murid mengurutkan potongan-potongan kartu sesuai dengan materi d) Setelah
selesai,
kemudian
salah
satu
kelompok
mempresentasikan hasil kerjasamanya e) Guru membahas urutan dari bacaan-bacaan tersebut dan dihafalkan bersama
51
f) Perwakilan dari dua siswa mempraktekkan di depan kelas, kemudian siswa yang lainnya mengucapkan bacaan yang sudah dibahas g) Guru memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sebagai ukuran paham atau tidak c. Kegiatan penutup a) Guru mengevaluasi para siswanya untuk menulis apa yang sudah dipraktekkan dan dihafalkan bersama b) Guru menyimpulkan materi yang sudah dibahas c) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan ucapan doa dan salam
b. Langkah-Langkah Strategi Practice Rehearsal Pairs 1) Perencanaan Dalam perencanaan ini hal-hal yang bisa dipersiapkan, diantaranya : a) Mempersiapkan tujuan pembelajaran dengan jelas baik dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dengan diterapkannya strategi Practice Rehearsal Pairs b) Menetapkan garis besar langkah-langkah pelaksanaan strategi Practice Rehearsal Pairs c) Mengatur efisiensi waktu yang akan digunakan
52
d) Menyiapkan sumber maupun peralatan yang dipakai selama KBM berlangsung e) Mempersiapkan peralatan observasi dan evaluasi 2) Pelaksanaan Dalam pelaksanaannya terdiri dari kegiatan awal, inti dan penutup. Adapun pelaksanaannya adalah : a) Kegiatan awal a) Guru memasuki ruang kelas, mengucapkan salam, dan menyuruh siswa untuk berdoa bersama b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa terkait materi yang akan dibahas c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan kali ini b) Kegiatan inti a) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengoreksi hasil pertemuan yang lalu tentang hafalan bacaan shalat wajib b) Guru memberikan lembaran kertas penilaian kepada setiap siswa c) Guru memberikan pengarahan dengan mempraktekkan secara berpasangan dengan teman sampingnya d) Para siswa mengatur kursi-kursinya dalam dua baris secara berhadapan
53
e) Setiap 2 siswa yang berhadapan, siswa X tugasnya menginstruksikan apa saja gerakan maupun bacaan dari shalat wajib, kemudian siswa Y meresponnya f) Jika
sudah
selesai,
secara
bergantian
mereka
melakukannya c) Kegiatan penutup a) Guru menyimpulkan dan mengevaluasi hasil dari praktek berpasangan tersebut b) Guru mengakhiri proses pembelajaran dengan doa dan salam 3) Observasi (Observation) Observasi
ini
dilaksanakan
bersama
dengan
proses
pembelajaran yang meliputi pemahaman siswa terhadap materi pokok hafalan bacaan shalat lima waktu melalui penerapan metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs serta hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqih di kelas VII A MTsN Ponorogo. Pada saat diterapkannya metode tersebut terdapat beberapa kendala yang dihadapi selama dalam proses pembelajaran berlangsung, diantaranya : a) Pengelolaan
kelas
kurang
bisa
maksimal.
Dengan
diterapkannya metode praktek tersebut sangat dibutuhkan guru pendamping yang tugasnya mengawasi siswa yang lain, agar
54
proses praktek bisa berjalan dengan optimal. Selain itu dengan meja
yang
berderet-deret
proses
praktek
kurang
bisa
dilaksanakan dengan leluasa dengan jumlah sebanyak 42 siswa, sehingga ruang kelas sangat sempit untuk dilaksanakan praktek bersama b) Terbatasnya alokasi waktu dalam proses pembelajaran. Dengan diterapkannya metode praktek berpasangan tersebut, guru mengalami kesulitan dalam mengobservasi dan menilai secara langsung karena siswa terlalu banyak dan guru menilai para siswa masih belum bisa optimal dalam pelaksanaaannya, karena kurangnya waktu yang sudah ditetapkan 4) Refleksi (reflection) Dari adanya observasi di atas, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran sudah tercapai akan tetapi masih kurang bisa maksimal dalam penerapannya, dari itu untuk mengatasi masalah tersebut, guru mengupayakan antara lain : a) Guru mendatangkan teman pendamping sebagai pengawas siswa yang lain sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana dengan baik dan bisa tercapai tujuan yang diharapkan b) Terkait dengan terbatasnya alokasi waktu, guru memberikan evaluasi berupa pemberian pertanyaan kepada siswa tentang materi yang sudah dipraktekkannya
55
B. Penjelasan Per-siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan alur atau tahapan (perencanaan, tindakan, observasi, refleksi) disajikan dalam (dua) 2 siklus, Adapun perincian dari dua siklus tersebut dapat disajikan tabel siklus sebagai berikut : Tabel 1.1 SIKLUS I Perencanaan Tindakan Menyusun RPP Menjelaskan
(rencana pelaksanaan pembelajaran) Menetapkan strategi pembelajaran Mengatur waktu Menyiapkan peralatan pembelajaran Menyiapkan kertas evaluasi dan observasi
indikator yang harus dicapai Membagi siswa menjadi 2 kelompok Memberikan potongan kertas acak untuk mengurutkan bacaan sholat Menjelaskan materi setelah hasil kerjasama 2 kelompok selesai Menghafal bacaan sholat secara drill Mendemonstrasikan dan mempraktekkan 2 siswa secara berpasangan perwakilan di depan kelas Tanya Jawab Memberikan penguatan materi
Pengamatan Mengamati
perilaku aktivitas siswa selama proses pembelajaran Mengamati keaktifan dan keseriusan siswa menghafal bacaan sholat Mengamati perhatian siswa kepada teman yang sedang praktek di depan kelas
Refleksi Mencatat hasil observasi Mengevaluasi hasil observasi Menganalisis hasil pembelajaran Memperbaiki kekurangan pada siklus II
56
Tabel 1.2 SIKLUS II Perencanaan Menyusun
rencana tindakan perbaikan Memadukan hasil refleksi siklus I agar siklus II lebih baik Menetapkan strategi pembelajaran Mengatur waktu Menyiapkan kertas penilaian praktek Menyiapkan lembar observasi dan evaluasi
Tindakan Menjelaskan
indikator yang harus dicapai Membagi seluruh siswa menjadi berpasangan Mengevaluasi hasil demonstrasi dan hafalan pada pertemuan lalu Mengatur kursi berhadapan dan membagi kertas penilaian praktek hafalan kepada siswa Mempraktekkan secara bergantian hasil dari demonstrasi yang sudah dipelajari Klarifikasi hasil praktek berpasangan
Pengamatan Mengamati
keaktifan siswa dalam penerapan strategi praktek berpasangan Mengamati proses setiap 2 siswa yang sebagai pengecek dan demonstrator secara bergantian Mengamati catatan pemahaman setiap siswa
Refleksi Mencatat hasil observasi
Mengevaluasi
hasil observasi
Menganalisis
hasil pembelajaran Menyusun laporan selama proses pembelajaran
C. Proses Analisis Data Per Siklus Sebelum diterapkannya strategi aktif di atas, perlu dipaparkan terlebih dahulu data hasil evaluasi pembelajaran yang biasanya menggunakan metode ceramah sebelum adanya siklus I dan II. Sebenarnya dengan menggunakan metode ceramah bisa efektif dari segi waktu dan melihat kondisi jumlah siswa yang banyak, tetapi saya merasa pembelajaran belum bisa mencapai 3 aspek yang harus dicapai untuk itu
57
biasanya saya juga menambahkan metode Tanya jawab langsung dan pemberian tugas kepada mereka.57 Dari pemaparan guru di atas maka diperlukan adanya inovasi pembelajaran yang bisa mengefektifkan hasil belajar mereka. Di bawah ini data sementara hasil evaluasi pembelajaran melalui metode ceramah : Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih Pokok Bahasan Shalat Fardhu Kelas VII A MTs Negeri Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 KD/Pokok Bahasan : 2.1 Menjelaskan tata cara shalat lima waktu KKM : 70 No
Nama Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Ahmad alfan Rifai Alfian Vahlevi Amalia nur anisa Amru hariyanto Andik tri nur hadi Anggar tri setiawan Arip susilo Bagus sudarmanto Choirul hadi Z Dadang aria B Dira dwi saputra Dyah ayu tri lestari Elis setyowati Fahmi rizal kurniawan Farid widhi Fitri luki M Hisyam zahini M Juniardi Krisdianto Meri siastuti Miftahul jannah Muh. Sulton muchtar
Skor yang di Ketuntasan Jmlh Keter peroleh bljr skor capaian Ya Tidak 1 2 3 4 25 25 20 25 95 √ √ 23 20 15 15 73 √ √ 24 24 22 20 80 √ √ 24 24 21 20 79 √ √ 18 15 12 18 63 √ 17 13 12 18 60 √ 20 22 21 20 83 √ √ 25 24 22 24 95 √ √ 22 22 24 20 88 √ √ 22 20 21 20 83 √ √ 18 15 15 22 70 √ √ 18 15 21 19 73 √ √ 18 17 15 20 70 √ √ 20 17 18 23 78 √ √ 20 22 23 20 85 √ √ 17 18 15 20 70 √ √ 18 20 16 20 74 √ √ √ 25 22 20 24 91 √ √ 20 22 18 20 80 √ √ 23 25 23 24 95 √ √ 21 20 17 20 78 √ √
57 Lihat transkip wawancara dengan Guru fiqih MTsN Ponorogo, Suhartini S.Ag, di ruang guru, tanggal 03 November 2009 pukul 12.00 WIB.
58
No
Nama Siswa
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Muh. Riki ikhwanudin Muh. Riska Muh. Irfani meda Muh. Nur kholis Muh. Setiadi Nadi nur azizah Nafid nur khalimah Nataysa anggia Ngainurrahim Nina martini Novi silvia W Richard reno H Rohim ariful Rohman arifin Rutika Santi setyaningsih Tri atmaja putra Ulul rochmatul H Yusuf nur ridwan Zeni rofia W Jumlah Skor Jumlah skor max Prosentase skor yang tercapai Keterangan :
Skor yang di Ketuntasan Jmlh Keter peroleh bljr skor capaian Ya Tidak 1 2 3 4 18 15 17 10 60 √ 20 17 20 21 78 √ √ 20 20 20 20 80 √ √ 24 23 22 22 91 √ √ 19 18 17 19 73 √ √ 25 22 20 23 90 √ √ 20 22 20 23 85 √ √ 23 20 18 20 81 √ √ 25 22 20 25 90 √ √ 20 15 15 15 65 √ 25 23 21 24 93 √ √ 22 25 20 25 90 √ √ 25 20 22 25 90 √ √ 25 23 22 25 93 √ √ 24 20 22 24 90 √ √ 25 20 18 20 83 √ √ 22 18 16 21 77 √ 21 15 15 15 66 √ √ 20 13 12 15 60 √ 20 20 15 20 75 √ √ 881 813 763 874 3273 25 25 25 25 77, 93
1.
Kemampuan siswa menjelaskan Pengertian shalat
2.
Kemampuan siswa menjelaskan syarat wajib dan syarat sah shalat lima waktu
3.
Kemampuan siswa membedakan antara rukun dan sunnah shalat lima waktu
4.
Kemampuan siswa menyebutkan hal-hal yang membatalkan shalat lima waktu Dari Tabel I di atas dapat diketahui : Jumlah Siswa Yang Di Evaluasi Belum Seluruh Tuntas Tuntas 42 35 7
Prosentase secara Klasikal
Keterangan
83,3 %
-
59
Berdasarkan hasil data evaluasi di atas, maka proses pembelajaran masih belum bisa dikatakan berhasil karena masih banyak siswa yang belum tuntas karena guru hanya menerapkan metode ceramah saja tanpa diiringi dengan strategi aktif lainnya, selain dari hasilnya para siswa merasa sangat jenuh sekali karena dirasakan guru akan efektif jika melalui metode ceramah saja Untuk itu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan strategi
yang
bisa
mengefektifkan
pembelajaran
mereka
tanpa
menyampingkan minat dan motivasi mereka saat belajar. Di bawah ini proses analisis data sebagai hasil penelitian yang meliputi peningkatan pemahaman peserta didik terhadap pembelajaran fiqih pokok bahasan tata cara shalat lima waktu saat diterapkannya metode Demonstrasi dan strategi
Practice Rehearsal Pairs, serta hasil belajar
terhadap materi pembelajaran fiqih yang disajikan dalam dua siklus. a. Siklus I Dalam proses pembelajaran pada siklus ke I ini, penyampaian materi dilakukan dengan menerapkan Demonstrasi dan Practice Rehearsal Pairs, dimana siswa diberi tugas untuk mengurutkan gerakan dan bacaan shalat wajib di ruang kelas terlebih dahulu dengan siswa dibagi menjadi 2 kelompok dan diberi potongan kertas secara acak, tugas mereka berkompetisi untuk menempelkan kertas tersebut.58 Kemudian guru menjelaskan urutan tersebut dan siswa menghafal bacaan dan gerakan 58
Lihat transkip dokumentasi Pembelajaran siswa di kelas VII A MTsN Ponorogo Tanggal 03 November 2009 pukul 10.00-11.20WIB.
60
dalam shalat secara bersama-sama. Lalu, perwakilan dua siswa secara berpasangan mendemontrasikan di depan kelas dari gerakannya dan siswa lain menyebutkan bacaannya.59 Penerapan strategi ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan siklus I menunjukkan : Tabel 1.3 Data Hasil Pengamatan tentang Pemahaman Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih Pokok Bahasan Shalat Fardhu Kelas VII A MTs Negeri Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 59
Nama Ahmad alfan Rifai Alfian Vahlevi Amalia nur anisa Amru hariyanto Andik tri nur hadi Anggar tri setiawan Arip susilo Bagus sudarmanto Choirul hadi Z Dadang aria B Dira dwi saputra Dyah ayu tri lestari Elis setyowati Fahmi rizal kurniawan Farid widhi Fitri luki M Hisyam zahini M Juniardi Krisdianto Meri siastuti Miftahul jannah Muh. Sulton muchtar Muh. Riki ikhwanudin Muh. Riska
Aspek I + + + + + + + + + + + + + + + + +
Aspek II + + + + + + + + + + + + + + + + + +
Aspek III + + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
Lihat transkip dokumentasi pembelajaran siswa di kelas VII A MTsN Ponorogo tanggal 03 November 2009 pukul 10.00-11.20 WIB.
61
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Muh. Irfani meda Muh. Nur kholis Muh. Setiadi Nadi nur azizah Nafid nur khalimah Nataysa anggia Ngainurrahim Nina martini Novi silvia W Richard reno H Rohim ariful Rohman arifin Rutika Santi setyaningsih Tri atmaja putra Ulul rochmatul H Yusuf nur ridwan Zeni rofia W Jumlah Keterangan :
Aspek I + + + + + + + + + + + + + 71,4 %
Aspek II + + + + + + + + + + + + + + + + + 83,3 %
Aspek III + + + + + + + + + + + + + + + + 88,0 %
(+) ya, yakni siswa sudah mampu (-) tidak, yakni siswa belum mampu Aspek I
: Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru maupun teman
Aspek II
: Keaktifan selama proses pembelajaran di kelas
Aspek III : Mampu mengerjakan tugas dengan baik
62
Tabel 1.4 Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih Pokok Bahasan Shalat Fardhu Kelas VII A MTs Negeri Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 KD/Pokok Bahasan KKM No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
: 2.2 Menghafal bacaan-bacaan shalat lima waktu : 70 Skor yang Keter- Ketuntasan Jml diperoleh belajar Nama Siswa capaiskor an 1 2 3 Ya Tidak Ahmad Alfan Rifai 20 20 45 85 √ √ Alfian Vahlevi 20 25 40 85 √ √ Amalia Nur Anisa 25 20 40 85 √ √ Amru Hariyanto 20 20 35 75 √ √ Andik tri nur hadi 20 20 30 70 √ √ Anggar tri setiawan 10 10 25 45 √ Arip susilo 23 20 43 √ Bagus sudarmanto 15 20 45 80 √ √ Choirul hadi Z 20 20 45 85 √ √ Dadang aria B 20 23 45 88 √ √ Dira dwi saputra 20 25 45 90 √ √ Dyah ayu tri lestari 20 25 40 85 √ √ Elis setyowati 23 15 35 73 √ √ Fahmi rizal kurniawan 25 25 43 93 √ √ Farid widhi 20 20 35 75 √ √ Fitri luki M 25 20 40 85 √ √ Hisyam zahini M 20 23 35 78 √ √ Juniardi 15 18 45 78 √ √ Krisdianto 20 20 50 90 √ √ Meri siastuti 20 25 45 90 √ √ Miftahul jannah 20 20 50 90 √ √ Muh. Sulton muchtar 25 25 48 98 √ √ Muh. Riki ikhwanudin 10 15 25 50 √ Muh. Riska 25 20 40 85 √ √ Muh. Irfani meda 25 25 45 95 √ √ Muh. Nur kholis 25 25 45 95 √ √ Muh. Setiadi 20 23 40 83 √ √ Nadi nur azizah 23 25 45 93 √ √ Nafid nur khalimah 25 25 48 98 √ √ Nataysa anggia 23 20 40 83 √ √ Ngainurrahim 23 25 40 88 √ √ Nina martini 13 25 30 68 √ Novi silvia W 25 25 45 95 √ √ Richard reno H 25 25 45 95 √ √
63
No 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Siswa Rohim ariful Rohman arifin Rutika Santi setyaningsih Tri atmaja putra Ulul rochmatul H Yusuf nur ridwan Zeni rofia W Jumlah skor Jumlah skor max Rata-rata skor yang tercapai
Skor yang KeterJml diperoleh capaiskor an 1 2 3 25 25 43 93 √ 20 20 48 88 √ 20 20 45 85 √ 13 25 35 73 √ 15 25 38 78 √ 20 20 29 69 20 20 38 78 √ 25 25 40 90 √ 866 917 1667 3450 25 25 50 100 -
-
-
Ketuntasan belajar Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √
82,1
Keterangan : 1. Kemampuan siswa menyebutkan bacaan-bacaan shalat lima waktu 2. Kemampuan siswa menghafalkan bacaan-bacaan shalat lima waktu 3. Kemampuan siswa mendemonstrasikan hafalan bacaan dalam shalat lima waktu Dari Tabel di atas, dapat diketahui : Jumlah Siswa Yang Di Evaluasi Belum Seluruh Tuntas Tuntas 42 37 5
Prosentase secara Klasikal
Keterangan
88,0 %
-
Interpretasi : Pada siklus ke I ini, penyampaian materi dengan menerapkan metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs, para siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan pemahaman materi juga meningkat terutama dengan adanya penerapan metode Demonstrasi. Namun pada ketuntasan hasil belajar siswa masih kurang maksimal
64
karena keterbatasan waktu untuk mengevaluasi pembelajaran mereka. Jadi, masih diperlukan adanya siklus yang ke II dengan menerapkan strategi yang sama tetapi bisa mengefektifkan pembelajaran mereka.
b. Siklus II Dalam proses pembelajaran pada siklus ke II ini, penyampaian materi dilakukan dengan menerapkan strategi aktif yang sama yaitu Demonstrasi dan Practice Rehearsal Pairs, dimana para siswa melakukan evaluasi tentang bacaan dan gerakan shalat dengan praktek berpasangan dengan teman sampingnya, peran siswa X sebagai pengecek sedangkan siswa Y sebagai demonstrator secara bergantian.60 Penerapan strategi ini dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi dan memaksimalkan pemahaman dan hasil belajar siswa sebelumnya. Hasil penelitian siklus II menunjukkan : Tabel 1.5 Data Hasil Pengamatan tentang Pemahaman Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih Pokok Bahasan Shalat Fardhu Kelas VII A MTs Negeri Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Ahmad alfan Rifai Alfian Vahlevi Amalia nur anisa Amru hariyanto Andik tri nur hadi Anggar tri setiawan Arip susilo Bagus sudarmanto Choirul hadi Z
Aspek I + + + + + + + +
Aspek II + + + + + + + + +
Aspek III + + + + + + +
60 Lihat transkip dokumentasi pembelajaran siswa di kelas VII A MTsN Ponorogo Tanggal 10 November 2009 pukul 10.00-11.20WIB.
65
No 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Dadang aria B Dira dwi saputra Dyah ayu tri lestari Elis setyowati Fahmi rizal kurniawan Farid widhi Fitri luki M Hisyam zahini M Juniardi Krisdianto Meri siastuti Miftahul jannah Muh. Sulton muchtar Muh. Riki ikhwanudin Muh. Riska Muh. Irfani meda Muh. Nur kholis Muh. Setiadi Nadi nur azizah Nafid nur khalimah Nataysa anggia Ngainurrahim Nina martini Novi silvia W Richard reno H Rohim ariful Rohman arifin Rutika Santi setyaningsih Tri atmaja putra Ulul rochmatul H Yusuf nur ridwan Zeni rofia W Jumlah Keterangan :
Aspek I + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 92,8 %
Aspek II + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 90,4 %
Aspek III + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + + 90,4 %
(+) ya, yakni siswa sudah mampu (-) tidak, yakni siswa belum mampu Aspek I
: Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru maupun teman
Aspek II
: Keaktifan selama proses tanya jawab di kelas
Aspek III : Mampu mengerjakan tugas dengan baik
66
Tabel 1.6 Data Hasil Evaluasi Belajar Siswa pada Bidang Studi Fiqih Pokok Bahasan Shalat Fardhu Kelas VII A MTs Negeri Ponorogo Tahun Pelajaran 2009-2010 KD/Pokok Bahasan : 2.3 Menjelaskan Ketentuan Waktu Shalat lima waktu KKM : 70 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Nama Siswa Ahmad alfan Rifai Alfian Vahlevi Amalia nur anisa Amru hariyanto Andik tri nur hadi Anggar tri setiawan Arip susilo Bagus sudarmanto Choirul hadi Z Dadang aria B Dira dwi saputra Dyah ayu tri lestari Elis setyowati Fahmi rizal kurniawan Farid widhi Fitri luki M Hisyam zahini M Juniardi Krisdianto Meri siastuti Miftahul jannah Muh. Sulton muchtar Muh. Riki ikhwanudin Muh. Riska Muh. Irfani meda Muh. Nur kholis Muh. Setiadi Nadi nur azizah Nafid nur khalimah Nataysa anggia Ngainurrahim Nina martini Novi silvia W
Skor yang Keter- Ketuntasan Jmlh capaidi peroleh belajar skor an Ya Tidak 1 2 3 4 25 25 25 20 95 √ √ 25 25 20 25 95 √ √ 25 20 20 25 90 √ √ 24 24 22 20 80 √ √ 18 15 12 15 60 √ 17 13 12 18 60 √ 20 20 15 20 75 √ √ 20 20 20 20 80 √ √ 25 25 25 20 95 √ √ 25 25 25 20 95 √ √ 25 25 25 20 95 √ √ 25 20 20 25 90 √ √ 15 15 25 20 75 √ √ 25 25 22 23 95 √ √ 20 22 23 15 75 √ √ 20 25 25 20 90 √ √ 18 20 17 25 80 √ √ 25 25 20 25 95 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 20 25 20 25 90 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 18 15 17 10 60 √ 25 25 25 25 100 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 25 20 25 20 95 √ √ 25 22 25 23 95 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 20 20 20 15 75 √ √ 25 22 25 25 95 √ √ 20 15 15 20 70 √ √ 25 23 23 24 95 √ √
67
No 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Nama Siswa Richard reno H Rohim ariful Rohman arifin Rutika Santi setyaningsih Tri atmaja putra Ulul rochmatul H Yusuf nur ridwan Zeni rofia W Jumlah Skor Jumlah skor max Rata-rata skor yang tercapai
Skor yang Keter- Ketuntasan Jmlh capaidi peroleh belajar skor an Ya Tidak 1 2 3 4 25 25 25 25 100 √ √ 25 25 22 25 95 √ √ 25 23 24 25 95 √ √ 24 20 22 24 90 √ √ 20 17 18 15 70 √ √ 22 18 16 24 80 √ √ 21 15 14 20 70 √ √ 20 13 22 25 80 √ √ 25 25 25 25 100 √ √ 957 909 906 921 3693 25 25 25 25 100 -
-
-
-
88
Keterangan : 1. Kemampuan siswa dalam mengoreksi hafalan bacaan-bacaan shalat lima waktu 2. Kemampuan siswa mendemonstrasikan hafalan ke dalam gerakan shalat lima waktu 3. Kemampuan siswa menjelaskan ketentuan waktu-waktu shalat lima waktu 4. Kemampuan siswa menyebutkan waktu-waktu yang dilarang melakukan shalat wajib Dari tabel di atas, dapat diketahui : Jumlah Siswa Yang Di Evaluasi Seluruh Tuntas Belum Tuntas 42 39 3
Prosentase secara Klasikal 92,8 %
Keterangan -
68
Interpretasi : Pada siklus ke II ini, hasil pembelajaran dengan menerapkan strategi active learning yaitu Practice Rehearsal Pairs dan Demonstrasi dapat meningkat dengan hasil yang memuaskan lebih baik dari tingkat pemahaman maupun hasil ketuntasan belajar siswa selama dalam proses pembelajaran yang sebelumnya. Pada kesimpulannya penggunaan strategi secara maksimal dapat mempermudah para siswa untuk mencapai indikator yang ditentukan. Dengan penguasaan materi dan pencapaian indikator pada siklus ke II ini, maka dapat dikatakan proses pembelajaran berhasil dengan baik.
D. Pembahasan dan Pengambilan Kesimpulan Aktifitas pembelajaran dilakukan bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan
belajar
siswa
setelah
mengalami
proses
pembelajaran
berlangsung. Setiap guru yang mengajar harus mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam belajar. Salah satu upayanya adalah menerapkan strategi yang aktif yang bisa mengantarkan pada proses pemahaman pada siswa melalui keaktifan belajar anak. Dalam hal ini tugas guru hanya sebagai fasilitator yang mengantarkan keberhasilan dalam belajar mereka.
69
Pada proses pembelajaran sebelumnya, guru sering
menerapkan
metode ceramah saja sehingga para murid terkesan pasif dan tidak menarik.61 Melalui penerapan strategi yang bervariasi yaitu metode demonstrasi dan strategi practice rehearsal pairs, para siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran di kelas. Berdasarkan hasil data dari pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan semakin meningkat pada setiap siklus yang dibagi beberapa aspek penilaian diantaranya : 1) Aspek I yaitu jumlah rata-rata siswa yang memperhatikan dan mendengarkan guru maupun temannya mencapai siklus I (71,4 %) dan siklus II (92,8 %). 2) Aspek II yaitu jumlah rata-rata siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung di kelas mencapai siklus I (83,3 %) dan siklus II (90,4 %). 3) Aspek III yaitu jumlah rata-rata siswa yang mampu mengerjakan tugas dan evaluasi pembelajaran dengan baik mencapai siklus I (88,0 %) dan siklus II (90,4 %). Data diatas menunjukkan adanya pemahaman dan keaktifan siswa yang semakin baik dari siklus I ke siklus II, terbukti dengan menerapkan strategi yang aktif yaitu demonstrasi dan practice rehearsal pairs di atas, dapat meningkatkan pemahaman mereka baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. 61
Lihat transkip wawancara dengan Guru fiqih MTsN Ponorogo, Suhartini S.Ag, di ruang guru, tanggal 03 November 2009 pukul 12.00 WIB.
70
Adapun mengenai hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari data hasil evaluasi belajar siswa yang menunjukkan peningkatan pada setiap siklus, siklus I mencapai rata-rata (88,0%) melalui beberapa aspek penilaian di antaranya : 1. Kemampuan siswa menyebutkan bacaan-bacaan shalat lima waktu 2. Kemampuan siswa menghafalkan bacaan-bacaan shalat lima waktu 3. Kemampuan siswa mendemonstrasikan hafalan bacaan dalam shalat lima waktu Sedangkan pada siklus II mencapai rata-rata (92,8%), aspek penilaiannya adalah : 1. Kemampuan siswa dalam mengoreksi hafalan bacaan-bacaan shalat lima waktu 2. Kemampuan siswa mendemonstrasikan hafalan ke dalam gerakan shalat lima waktu 3. Kemampuan siswa menjelaskan ketentuan waktu-waktu shalat lima waktu 4. Kemampuan siswa menyebutkan waktu-waktu yang dilarang melakukan shalat wajib Dari beberapa hasil data di atas menunjukkan bahwa penerapan strategi yang aktif dapat mengubah suasana pembelajaran menjadi semakin aktif. Terbukti penerapan strategi yang sama dengan penyajian yang berbeda pada mereka menghasilkan pemahaman dan hasil belajar yang sangat memuaskan. Jadi, sangat diperlukan bagi pihak guru menerapkan strategi-
71
strategi yang baru sebagai upaya untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal.
72
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Implementasi metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa kelas VII A MTsN Ponorogo dalam pembelajaran fiqih. Adapun kesimpulan dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan semakin meningkat pada setiap siklus yang dibagi beberapa aspek penilaian diantaranya : 1) Aspek I yaitu jumlah rata-rata siswa yang memperhatikan dan mendengarkan guru maupun temannya mencapai siklus I (71,4 %) dan siklus II (92,8 %). 2) Aspek II yaitu jumlah rata-rata siswa yang aktif selama proses pembelajaran berlangsung di kelas mencapai siklus I (83,3 %) dan siklus II (90,4 %). 3) Aspek III yaitu jumlah rata-rata siswa yang mampu mengerjakan tugas dan evaluasi pembelajaran dengan baik mencapai siklus I (88,0 %) dan siklus II (90,4 %). 2. Implementasi metode Demonstrasi dan Practice Rehearsal Pairs dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII A MTsN Ponorogo dalam pembelajaran fiqih. Hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi belajar siswa yang menunjukkan peningkatan pada setiap siklus, siklus I mencapai (88,0%), dan siklus II (92,8%).
73
B. Saran Dari kesimpulan di atas dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Bagi guru : Proses pembelajaran fiqih yang selama ini menggunakan caracara konvensional, sudah saatnya diganti dengan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan, seperti penggunaan pada model pembelajaran Active Learning pada metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs berdasarkan langkah-langkah yang baik terutama materi yang sangat membutuhkan banyak praktek. 2. Bagi Siswa : Setelah mengikuti proses pembelajaran fiqih dengan menerapkan metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs, diharapkan siswa mampu membiasakan belajar aktif, kreatif, dan inovatif serta mampu untuk mempraktekkan secara langsung setelah mendapatkan teori yang sudah dipelajari. 3. Bagi kepala sekolah : setelah mengetahui proses pembelajaran melalui penerapan metode Demonstrasi dan strategi Practice Rehearsal Pairs itu dikatakan berhasil maka diharapkan kepala sekolah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah melalui penerapan strategi yang aktif 4. Bagi masyarakat : setelah diketahui penerapan strategi aktif di atas telah dikatakan berhasil maka diharapkan pihak mayarakat bisa memilih dan menentukan sekolah mana yang bisa memberikan strategi yang aktif agar proses pembelajaran siswa bisa berhasil.
74
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 1997. Ali Pandie, Imansyah. Diktatik Metodik Pendidikan Umum. Surabaya: Usaha Nasional,1984. Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003. Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Irama Widya, 2006. B. Suryabrata. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995. Bakri, Nazar. Fiqih dan Ushul Fiqih. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Basuki M.Ag. Desain Pembelajaran Berbasis Penelitian Tindakan Kelas. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2009. Darajat, Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Darajat, Zakiyah. Metodik khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995. Departemen Agama RI. GBPP Fiqih Madrasah Tsanawiyah Cetakan ke-3, 1997. Djamarah Syaiful Bahri dan Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Fat Hurrahman, “Metode Demonstrasi dan Eksperimen”. http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/08/metode-demonstrasi-daneksperimen/ Diakses tanggal 17 Mei 2010. Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.
75
Hollingsworth, Pat dan Gina Lewis. Pembelajaran Aktif Meningkatkan Keasyikan Kegiatan di Kelas, terj. Dwi Wulandari. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008. Indra Postar, Hasil Belajar “(Pengertian dan Definisi)” http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dandefinisi.html diakses tanggal 17Mei 2010. Jogiyanto. Filosofis Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode Kasus. Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2006. J.J. Hasibun dan Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995. M. Gagne, Robert. Prinsip-prinsip belajar untuk pengajaran, terj. Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Surabaya: Usaha Nasional, 1988. Munawir. “ Beberapa Faktor Pendukung Dalam Mengantar Keberhasilan Belajar,” Cendikia, (Januari-Februari, 2003), 23-24. Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000. Rusyan, Tabrani, dkk. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994. Shasa, “Metode Pembelajaran Aktif”. http://assalamualaikumwrwb.blogspot.comarchife.html. Di akses tanggal 17 Mei 2010. Silberman, Melvin L. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, terj. Sarjuli. Bandung: Nusamedia, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D. Bandung: Alfabeta, 2007. Suprijono, Agus. Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. Wiriaatmadja, Rochiadi. Metode penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. Yamin, Martinis. Strategi Pembelajaran Berbasisi Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press, 2005.
76
Zaini, Hisyam, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008. Zuhairini, dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Offset Printing, 1981. Zuhairini Dkk. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani, 1993.