BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian dari proses kebudayaan dalam arti bahwa
melalui pendidikan manusia didewasakan, melalui pendidikan ia belajar pengetahuan, mendapat pendidikan nilai dan juga mendapat pendidikan berbagai macam tuntutan yang diminta oleh zaman sehingga pada akhirnya akan terwujud sumber daya manusia berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan aset bangsa dan negara dalam melaksanakan pembangunan nasional di berbagai sektor, yang diharapkan mampu menjawab semua tantangan di era global sekarang ini. Oleh karena itu sistem pendidikan nasional bukan hanya bertujuan menghasilkan manusia yang cerdas (secara intelektual), tetapi juga bermoral tinggi dan mampu menghadapi tantangan yang penuh dengan persaingan. Tantangan-tantangan di berbagai bidang kehidupan disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam menghadapi semua tantangan diperlukan adanya strategi pendidikan baru untuk dapat memberikan jawaban atas semua tantangan tersebut. Pendidikan di Indonesia sendiri, belum mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan secara optimal untuk menjawab tantangan tersebut. Sehubungan dengan hal itu, maka diperlukan adanya berbagai inovasi-inovasi di bidang pendidikan. Pendidikan di Indonesia secara umum
1
sampai saat ini masih menghadapi permasalahan yang cukup rumit, terutama yang berkaitan dengan kualitas pendidikan baik dari proses maupun produk. Hal ini sesuai sebagaimana dikatakan oleh Tilaar (2002: 130) bahwa: "Salah satu trend abad 21 adalah menonjolnya kemampuan kreativitas dan produktifitas yang akan dibandingkan dengan kerja sama". Untuk itu lembaga pendidikan harus mampu meningkatkan kualitas proses dan produk agar mampu melahirkan manusiamanusia yang handal, baik dalam bidang akademik maupun dalam aspek moralitas. Sekolah merupakan satu institusi pendidikan formal yang memiliki peranan penting dalam menyiapkan generasi bangsa, hal ini berarti akan menentukan kualitas warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, dalam hal ini sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat mewujudkan
masyarakat
yang
hidup
demokratis, ditandai dengan warganegara yang berperan aktif, maka sejumlah kompetensi kewarganegaraan perlu dibelajarkan kepada setiap warga negara. Branson, 1998 (Winataputra, 186) mengidentifikasi tiga komponen pendidikan kewarganegaraan yang utama meliputi : pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan watak kepribadian kewarganegaraan (civic disposition). Agar warga negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan keterampilan, pengalaman praktis dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi warga negara. Upaya untuk
2
mempersiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti tersebut di atas merupakan tugas pokok pendidikan terlebih pendidikan pada Sekolah Menengah Atas. Menimbang dasar pemikiran tersebut, selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi dalam kehidupannya. Studi kualitas tentang pembelajaran PKn selama ini menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil belajar antara lain dalam aspek metodologis, di mana pendekatan ekspositoris sangat menguasai seluruh proses belajar. Beberapa kelemahan yang masih tampak, antara lain buku pelajaran PKn sangat dikuasai pendekatan ekspositoris yaitu langkah penyajian cenderung untuk bercerita (bertutur), sementara pola pikir ilmuwan sosial sangat diabaikan. Buku paket (buku teks) lebih banyak berisi informasi dan tidak banyak mendorong siswa untuk berpikir dan bertindak secara aktif dalam belajar. Buku paket lebih banyak berisi informasi dan kurang menyajikan masalah yang dapat merangsang untuk pengembangan kemampuan berpikir dan bertindak aktif. Aktivitas guru lebih menonjol daripada aktivitas siswa, belajar terbatas pada hafalan
Pembelajaran
dititikberatkan
pada
penguasaan
konsep,
kurang
mengembangkan aspek-aspek lain seperti keterampilan berpikir dan bekerjasama. Hal ini dianalisis dari butir-butir soal ujian semester dan ujian blok pembelajaran PKn di SMAN 1 Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, dalam tabel di bawah ini :
3
Tabel 1.1 Analisis Keterampilan Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran PKn SMAN 1 Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat Kemampuan
Jumlah Soal
Persentase
Aspek Kognitif
20
50
Aspek Afektif
16
40
Aspek Psikomotor
4
10
Dari analisis di atas diperoleh gambaran bahwa butir-butir soal untuk mengukur aspek kogitif siswa lebih tinggi dan tidak berimbang dengan aspek afektif dan aspek psikomotor, padahal untuk pengembangan keterampilan sosial ketiga aspek tersebut harus seimbang agar tercipta siswa yang memiliki intelegensi tinggi, tingkat kepekaan atau afeksi yang tinggi dan skill yang terampil dalam berkerjasama, komunikasi dan mentransformasikan pengalaman belajar yang diperoleh ke sesama dan masyarakat. Menurunnya
kualitas
pembelajaran
PKn
memungkinkan
semakin
berkembangnya penilaian yang menempatkan posisi pembelajaran PKn hanyalah sebagai pelajaran hafalan belaka yang tidak dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan
keterampilan sosial karena tidak mampu mengaktifkan siswa dalam belajar. Prinsip-prinsip pendidikan nilai dan moral perlu dikembangkan dalam PKn, sehingga pembelajaran PKn akan lebih dirasakan manfaatnya di masyarakat. Seiring dengan kondisi tersebut, peningkatan kualitas pembelajaran PKn perlu dilakukan. Diantisipasi salah satu alternatifnya adalah dengan menggeser pendekatan ekspositoris (metode ceramah) ke pendekatan discovery (metode investigasi kelompok). Dari metode pembelajaran yang berpusat pada guru 4
sebagai sumber belajar (teacher centered) ke pembelajaran yang berpusat kepada aktivitas belajar siswa (student centered). Pendekatan ekspositoris menurut Ausubel adalah pendekatan pembelajaran yang menjelaskan atau menyajikan fakta-fakta dan ide-ide melalui peran aktif guru yang lebih dominan dan siswa menerima informasi yang diberikan dengan pasif selama pembelajaran berlangsung, contohnya adalah metode ceramah. Pendekatan discovery yaitu pendekatan pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk penemuan-penemuan, memunculkan ide-ide dan fakta-fakta selama pembelajaran dilakukan. Contohnya metode investigasi kelompok (Suprapto, tersedia dalam http://tep.um.ac.id/berita90-strategi-penyajian-bahan-melalui-pengatur-awal-adv anced-organizers.html ). Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ekspositoris berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil, beserta bukti-bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pengajaran telah diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu. Sementara
dalam
pembelajaran
menggunakan
pendekatan
discovery,
pembelajaran melibatkan siswa aktif dalam proses mental mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, membuat kesimpulan dan lain sebagainya. Pembelajaran PKn yang mengarah kepada penggunaan metode yang berpusat pada siswa melalui metode pembelajaran kelompok seperti metode investigasi kelompok, diharapkan mampu mewujudkan salah satu tujuan dari pembelajaran PKn yaitu mengembangkan keterampilan untuk menjalani
5
kehidupan di masyarakat, selain itu melalui pembelajaran PKn yang berpusat kepada siswa mengarahkan guru-guru untuk merencanakan dan melaksanakan peran sebagai pengajar yang menciptakan pembelajaran yang memerankan peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi dan kompetensi sosialnya. Bertolak dari pemikiran di atas, perlu kiranya dilakukan penelitian mengenai
pengaruh
penggunaan
metode
investigasi
kelompok
dalam
pembelajaran PKn di SMA. Penelitian ini merupakan studi eksperimental dalam peningkatan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMAN 1 Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
1.2.
Rumusan Masalah Berlandaskan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas yang
menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penggunaan metode investigasi kelompok (Group Investigation)
terhadap
peningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran PKn di SMAN 1 Kecamatan Sepauk Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Masalah pokok ini dirinci ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1) Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test) terhadap keterampilan sosial siswa?
6
2) Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test) terhadap keterampilan sosial siswa ? 3) Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir dari kelas eksperimen dengan penggunaan metode investigasi kelompok ? 4)
Apakah terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir dari kelas kontrol yang tanpa perlakuan ?
1.3.
Hipotesis Ada beberapa hipotesis dalam penelitian ini yang dirumuskan sebagai
berikut : 1)
Terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test).
2)
Terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (post test).
3)
Terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir dari kelas eksperimen dengan penggunaan metode investigasi kelompok.
4)
Terdapat perbedaan keterampilan sosial yang signifikan antara pengukuran awal dengan pengukuran akhir dari kelas kontrol yang tanpa perlakuan.
7
1.4.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel dalam penelitian ini adalah variabel metode investigasi kelompok
(X) dan variabel keterampilan sosial siswa (Y). Definisi masing-masing variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah : 1). Variabel metode investigasi kelompok (Group Investigation) adalah variabel independent atau variabel bebas (X). Metode investigasi kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini .adalah metode pembelajaran yang menggabungkan strategi mengajar bentuk dan dinamika proses demokrasi dengan inkuiri akademik. Belajar didasarkan pada pengalaman (experienced-based learning situation) yang diharapkan dapat mengarah
pada
metode-metode
ilmiah
dan
memiliki
kemungkinan
pengembangan dan penerapan dalam situasi kehidupan. Indikatornya diambil dari langkah-langkah metode investigasi kelompok menurut Slavin (2008 : 218) adalah sebagai berikut : mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir dan evaluasi. Variabel ini diukur dengan skala sikap yang dikembangkan oleh peneliti sendiri. 2). Variabel keterampilan sosial siswa adalah variabel dependent atau variabel terikat (Y). Keterampilan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan yang dimiliki siswa untuk berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Indikatornya sebagai berikut : keterampilan berkerjasama, keterampilan pengendalian diri, keterampilan berinteraksi antara satu dengan yang lain,
8
keterampilan berkomunikasi. Variabel ini diukur dengan skala sikap yang dikembangkan oleh peneliti sendiri.
1.5.
Tujuan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan masalah utama yang dipaparkan
sebelumnya, maka tujuan utama penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode kelompok investigasi dalam pembelajaran PKn untuk mengembangkan keterampilan sosial dan meningkatkan hasil belajar siswa di SMA. Tujuan-tujuan penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1) Membuktikan adanya perbedaan keterampilan sosial yang dimiliki siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal. 2) Membuktikan perbedaan keterampilan sosial siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir. 3) Membuktikan adanya perbedaan hasil pengukuran awal dengan hasil pengukuran akhir dari kelas eksperimen. 4) Membuktikan adanya perbedaan hasil pengukuran awal dengan hasil pengukuran akhir dari kelas kontrol.
9
1.6.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam memperkaya pengetahuan
guru PKn SMA mengenai metode-metode pembelajaran PKn yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil belajar siswa dan sebagai masukan yang membangun bagi Departemen Pendidikan Nasional, dalam rangka membina kemampuan dan profesionalisme guru sehingga mampu berinovasi menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mengembangkan keterampilan sosial bagi peningkatan kualitas pembelajaran PKn.
10