BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya mengembangkan bakat dan kemampuan individu sehingga potensi-potensi kejiwaan dapat diaktualisasikan secara sempurna.1 Hal ini dapat dibuktikan melalui perbedaan yang mendasar antara manusia dengan binatang. Binatang memperoleh anugerah alami dengan reaksi instingnya. Bukti sejarah menunjukkan bahwa manusia menjadi dapat memiliki semua itu, karena manusia lahir dengan anugerah akal. Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan pendidikan memiliki kedudukan yang tinggi. Islam tidak hanya menganggap belajar sebagai hak tetapi juga sebagai kewajiban.2 Allah SWT berfirman:3
4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ................... ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ “……. Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS.AlMujadilah[58]:11) Dalam pengertian umum, perintah iqra’ (bacalah) dalam surat al’Alaq 1-5 lazimnya dipahami sebagai suruhan untuk membaca apa yang
1
Muhammad Amin, Konsep Masyarakat Islam (Jakarta: Fikahadi Aneka, 1992), 93. Baharudin Lopa, Al-Qur’an dan Hak-Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: PT Danabakti Primayasa, 1996), 82. 3 Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penyelenggara penterjemah/penafsir al Qur’an, 1971), 911. 2
1
2
tertulis. Tetapi lebih dari itu, kata “Iqra” juga mengandung arti meneliti, mengetahui ciri sesuatu atau membaca teks, baik yang tersurat atau yang tersirat.4 Sehingga dengan demikian, setiap manusia dalam mengembangkan potensinya harus melalui proses pendidikan. Pendidikan madrasah hendaknya dirancang dan diarahkan untuk membantu, membimbing, melatih serta mengajar dan/ menciptakan suasana agar peserta didik (lulusannya) menjadi manusia muslim yang berkualitas.5 Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani menghadapi problema yang dihadapi di era globalisasi ini tanpa rasa tertekan dan mampu meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi serta mendorong peserta didik untuk memelihara diri sendiri sambil meningkatkan hubungan dengan Tuhan YME, masyarakat, dan lingkungan. Ciri khas keislaman madrasah sekarang tidak lagi terletak pada lima bidang studi yang diajarkan, tetapi memberikan lingkungan yang memungkinkan
potensi-potensi
keagamaan
peserta
didiknya
dapat
teraktualisasi secara optimal sesuai tahap-tahap perkembangan intelektual dan emosionalnya.6 Kecerdasan spiritual disebut sebagai puncak kecerdasan (the ultimate intelligence). Kecerdasan spiritual berpusat pada ruang spiritual yang memberi kemampuan pada setiap orang untuk memecahkan
4
Azyumardi Azra, Malam Seribu Bulan: Renungan-Renungan 30 Hari Ramadhan (Jakarta: Erlangga, 2005), 101. 5 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Surabaya: PSAPM, 2004), 179. 6 Khozin, Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Indonesia: Rekonstruksi Sejarah Untuk Aksi, Edisi Revisi (Malang: UMM Press, 2006), 126.
3
masalah dalam konteks nilai penuh makna.7 Dengan demikian, kecerdasan spiritual merupakan landasan yang sangat penting sehingga kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional dapat berfungsi secara efektif. Kecerdasan rohani adalah potensi yang ada dalam setiap diri seorang insan, yang mana dengan potensi itu ia mampu beradaptasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan lingkungan ruhaniahnya yang bersifat ghaib atau transendental, serta dapat mengenal dan merasakan hikmah dari ketaatan beribadah secara vertikal di hadapan Tuhannya secara langsung.8 Sesuai dengan penjajakan awal di lapangan ditemukan berbagai kegiatan unik yang dilaksanakan pihak sekolah dalam menciptakan suasana religius dalam lingkungan sekolah di antaranya dengan kegiatan tadarus alQur’an sebelum pelajaran dimulai, hafalan-hafalan surat pendek, kegiatan bimbingan melalui shalat-shalat sunah, dan lain-lain. Kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk menumbuhkan kecerdasan spiritual bagi siswa.9 Dengan upaya penciptaan suasana yang religius tersebut yang salah satunya melalui tadarus al-Qur’an, setiap muslim dituntut membaca al Qur’an dengan benar. Jadi, membaca al-Qur’an dengan sebenar-benarnya menurut Imam Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Majdi al-Hilali yaitu penggabungan akal, lisan, dan hati. Lisan yang membaca, akal yang
7
Monty P SatyaDarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan: Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas (Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003), 42. 8 Hamdani Bakran Adzakie, Prophetic Intelligence: Kecerdasan kenabian (Yogyakarta: Pustaka Al-Furqon, 2006), 687. 9 Hasil wawancara dengan Drs. Sumani (Kepala Sekolah MTs Ma’arif Al – Basyariyah ) pada selasa, 19 Februari 2008, Pukul 07.00 WIB di Kantor Kepala Sekolah.
4
menerjemahkan dan hati yang menerima nasehat.10 Imam Suyuti sebagaimana dikutip oleh Muhammad Suwaid mengatakan, "mengajarkan al-Qur’an kepada anak-anak merupakan salah satu diantara pilar-pilar Islam, sehingga mereka bisa tumbuh di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai oleh kesesatan dan kemaksiatan."11 Karena itu, al-Qur’an mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap jiwa manusia secara umum yang akan menggerakkannya. MTs Ma’arif al –Basyariyah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berada di daerah pedesaan yang dikelilingi perumahan penduduk dan persawahan. Di sekitar gedung tidak terdapat pabrik atau industri sehingga alamnya masih sangat mendukung terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar.12 Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan, maka perlu dilakukan penelitian yang mengungkap kegiatan tadarus tersebut dalam membangun kecerdasan spiritual siswa. Sehingga dengan demikian, penelitian tentang “MEMBANGUN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA MELALUI KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN (Studi Kasus di MTs Ma’arif al-Basyariah Lengkong Sukorejo Ponorogo)” perlu dilakukan.
10
Majdi Al-Hilali, Manajemen SQi-Sukses Qur’ani,terj. Ahmad Sunarto (Semarang: Pustaka nuun, 2006),103. 11 Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid (Solo: Pustaka Arafah, 2006), 148. 12 Hasil observasi pada tanggal 19 februari 2008 di gedung MTs Ma’arif al-Basyariyah
5
B.
Fokus Penelitian Dari penjajagan awal di lapangan, terdapat beberapa kegiatan atau fenomena unik yang dilakukan oleh civitas madrasah MTs Ma’arif alBasyariyah dalam menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah di antaranya shalat dhuha pada jam istirahat, tadarus al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai dan kegiatan bimbingan rohani. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kegiatan tadarus al-Qur’an yang meliputi latar belakang, perilaku siswa selama kegiatan berlangsung, manfaat tadarus al-Qur’an dalam membangun kecerdasan spiritual siswa, dan kendala yang dihadapi dalam tadarus tersebut.
C.
Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang terjadi dan fokus penelitian yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1.
Apa latar belakang diadakannya tadarus al-Qur’an di MTs Ma’arif alBasyariyah?
2.
Bagaimana perilaku siswa selama kegiatan
tadarus al-Qur’an
berlangsung di MTs al-Basyariyah? 3.
Bagaimana manfaat tadarus al-Qur’an dalam membangun kecerdasan spiritual siswa di MTs Ma’arif al-Basyariyah?
4.
Bagaimana kendala yang dihadapi dalam tadarus al-Qur'an di MTs Ma’arif al–Basyariyah?
6
D.
Tujuan Penelitian Setiap usaha harus diawali dengan niat, dan niat tidak akan terealisasi tanpa adanya tujuan yang jelas. Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengemukakan beberapa tujuan sebagai berikut: 1.
Untuk mendeskripsikan latar belakang diadakannya tadarus al-Qur’an dalam membangun SQ siswa di MTs Ma’arif al-Basyariyah.
2.
Untuk mendeskripsikan perilaku siswa selama mengikuti tadarus alQur’an di MTs Ma’arif Al-Basyariyah.
3.
Untuk mendeskripsikan manfaat tadarus al-Qur’an dalam membangun SQ siswa MTs Ma’arif al-Basyariyah.
4.
Untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi tadarus al-Qur'an di MTs Ma’arif al–Basyariyah.
E.
Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan pola atau model pengembangan kecerdasan spiritual (SQ) siswa tingkat SLTP/MTs melalui tadarus al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi guru Hasil penelitian ini diharapkan guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan kondusif yang dimulai terlebih dahulu dengan suasana yang religius.
7
b.
Bagi lembaga Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempertimbangkan berbagai kekurangan dan kelebihan kegiatan ekstra kurikuler dalam meningkatkan mutu pendidikan.
c.
Bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat tentang pentingnya lingkungan yang religius dalam membentuk
pribadi
muslim,
sehingga
dapat
mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi dalam menciptakan lingkungan yang Islami. d.
Bagi peneliti
Dilihat dari proses sangat membantu untuk mengadakan dan mengembangkan penelitian lanjutan, sehingga dapat memperoleh data lengkap dan relevan.
Dilihat dari materi atau hasil akan dapat menambah pengalaman dalam menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
F.
Telaah Pustaka 1. Pengaruh Pembinaan SQ Terhadap Kesadaran Beragama Siswa Kelas XI di SMKN 1 Bendo Magetan. Dalam
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Yusron
Muhammad Hudan mahasiswa STAIN ini dijelaskan bahwa ada
8
pengaruh
yang
signifikan
antara
pembinaan
SQ
dengan
kesadaran beragama Islam kelas X1 di SMKN 1 Bendo Magetan dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok tinggi 47,76%, kategori sedang 34,33% dan kategori rendah 17,9%. 2. Pengaruh Aktifitas Shalat Duha Dan Membaca al-Qur’an sebelum pelajaran dimulai Terhadap Akhlâqul karîmah Siswa Kelas 11 SMUN 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2003-2004. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Roudlotun Nikmah dijelaskan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kesadaran siswa kelas II SMUN 1 Ponorogo dalam membaca al-Qur’an dan shalat dhuha sebelum pelajaran PAI dimulai terhadap akhlâqul karîmah siswa kelas II SMUN 1 Ponorogo tahun ajaran 2003/2004. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu meskipun ada keterkaitan yaitu sama-sama meningkatkan kecerdasan spiritual, namun penelitian ini membahas tentang tadarus al-Qur’an dalam membangun kecerdasan spiritual siswa. G.
Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan elemen penting untuk menjaga reliabilitas dan validitas hasil penelitian.13 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu jenis penelitian yang menghasilkan
13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 42.
9
penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau dengan cara lain dari kuantifikasi.14 Pendekatan kualitatif memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dilakukan secara analisa induktif, dan makna merupakan hal yang esensial.15 Ada 6 (enam) macam metode penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: etnografis, studi kasus, grounded theory, interaktif, partisipatories, dan peneliltian tindakan kelas. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu: suatu penelitian yang dilakukan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.16 Studi kasus dalam penelitian ini yaitu mengungkap kegiatan tadarus al-Qur’an dalam membangun SQ siswa di MTs Ma’arif al-Basyariyah. 2. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrumen dan dengan teknik pengumpulan data participant observation17 dan indepth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi 14
Anselm Strauss & Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kulaitatif (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997), 11. 15 Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami. Lihat dalam Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), 3. 16 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998), 22. 17 Pengamatan berperan serta adalah sebagai peneliti yang berincikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek. Lihat Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , 117.
10
dengan sumber data.18 Dengan demikian, peneliti sebagai instrumen kunci, partisipan penuh di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi dan melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di MTs Ma’arif al Basyariyah, yang terletak di desa Lengkong kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo. Di MTs Ma’arif al–Basyariyah ini meskipun letak gedungnya berdampingan dengan TK dan MI Ma’arif akan tetapi tidak mengurangi semangat siswa dalam belajar dan melaksanakan berbagai macam kegiatan keagamaan. Letak madrasah yang sedikit jauh dari jalan raya dan dekat dengan perumahan penduduk dan persawahan sehingga alamnya masih asri dan jauh dari kebisingan. Namun sebagian sarana dan fasilitas mengalami kerusakan akibat terjadinya musibah banjir 26 Desember 2007 lalu. 4. Data dan Sumber Data Menurut Lofland & Lofland sebagaimana dikutip oleh Moleong sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain.19
11.
18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007),
19
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112.
11
Dengan demikian, data penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan yang berasal dari kepala sekolah, guru, dan para siswa, sedangkan data tertulis foto dan statistik adalah sebagai data tambahan. 5. Prosedur Pengumpulan data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi.20 Wawancara harus dilaksanakan dengan efektif, bahasa harus jelas, terarah dan suasana yang rileks agar data yang diperoleh objektif dan dapat dipercaya.21 Dalam penelitian ini peneliti mengambil informan dengan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.22 Hasil wawancara selanjutnya dicatat dalam transkrip wawancara. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada:
Kepala Sekolah, untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang diadakannya kegiatan tadarus al-Qur’an di MTs Ma’arif Al-Basyariyah.
Sebagian guru, untuk mendapatkan informasi tentang latar belakang tadarus al-Qur’an, perilaku siswa ketika kegiatan
20
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 165. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek edisi revisi IV (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), 233. 22 Sugiono, Statistika Untuk Penelitian ( Bandung : Alfabeta, 2002 ), 61. 21
12
tadarus al-Qur’an berlangsung dalam membangun SQ siswa, manfaat tadarus bagi siswa serta kendala yang dihadapi dalam kegiatan tersebut.
Sebagian siswa kelas VII, VIII, dan IX MTs Ma’arif alBasyariah untuk mendapatkan informasi tentang manfaat bagi siswa dengan diadakannya tadarus al-Qur’an sebelum jam pelajaran dimulai.
b. Observasi Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.23 Pada dasarnya, teknik observasi digunakan untuk melihat/mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.24 Menurut Spradley dalam penelitian kualitatif observasi diklasifikasikan menurut 3 cara: pengamat dapat bertindak sebagai seorang partisipan atau non partisipan, observasi yang secara terangterangan/penyamaran,
dan
observasi
yang
menyangkut
latar
penelitian. Dalam penelitian ini digunakan teknik observasi partisipan, yaitu peneliti mengamati aktivitas sehari-hari objek penelitian, karakteristik fisik, situasi sosial, dan bagaimana perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.25 Observasi ini
23
Sutrisno Hadi, Metodologi Research jilid I (Yogyakarta: YPFP UGM, 1987), 36. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 63. 25 Spradley, Participant Observation (New York: Holt Rinchart and Winston, 1980), 128. 24
13
dapat digolongkan menjadi 4 yaitu prtisipasi pasif, partisipasi moderat, partisipasi aktif dan partisipasi lengkap. Tehnik observasi partisipan yang digunakan adalah partisipasi moderat. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi orang dalam dan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. Hasil observasi selanjutnya dicatat dalam transkrip observasi. c. Dokumentasi Guba dan Lincoln sebagaimana dikutip oleh Sugiono mengatakan bahwa dokumen ialah setiap bahan tertulis maupun film yang sering digunakan dalam penelitian. Dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.26 Dokumentasi dilakukan untuk membuktikan adanya satu peristiwa dan hasil dokumentasi dalam penelitian ini dicatat dalam format transkrip dokumentasi. 6. Analisis Data Teknik analisis data dalam kasus ini menggunakan analisis data kualitatif mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Hubberman. Miles
26
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 240.
14
dan Hubberman mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh.27 Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar 1.1 DATA COLLECTION DATA DISPLAY
DATA REDUCTION
CONCLUSIONS: Drawing/Verifying
Gambar 1.1 Komponen dalam analisis data. Keterangan: Aktivitas dalam analisis data yaitu: a.
Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, mamilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada halhal yang penting, membuat katagori. Dengan demikian, data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b.
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
27
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. TjeTjep Rohendi Rohidi, ( Jakarta : UI Press, 1992 ), 16.
15
grafik, matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut telah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan disajikan pada laporan akhir penelitian. c.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan Dalam penelitian kualitatif, derajat kepercayaan keabsahan data (uji kredibilitas data) dapat dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.28 Dalam penelitian ini, uji krediabilitas yang digunakan adalah ketekunan pengamatan dan triangulasi. Ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan/isu yang sedang dicari. Hal ini dilaksanakan dengan cara (a) mengadakan
pengamatan
dengan
teliti
dan
rinci
secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol yang ada hubungannya dengan peningkatan kecerdasan spiritual siswa melalui tadarus al-Qur’an di MTs al-Basyariyah, kemudian (b) menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik agar mudah dipahami dengan cara yang biasa. Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian,
28
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 70.
16
terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teknik pengumpulan data. Hal ini dicapai penelitian dengan jalan: (a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan berbagai argumen dari informan yang berbeda-beda, (c) membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan. 8. Tahapan-Tahapan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat empat tahapan, yaitu: a.
Tahap pralapangan yang meliputi menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan perlengkapan penelitian menyangkut persoalan etika penelitian.
b.
Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan data.
c.
Tahap analisis data yang meliputi analisis selama dan setelah pengumpulan data.
d. H.
Tahap penulisan laporan penelitian.
Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima bab yang masingmasing tercantum di bawah ini:
17
Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum isi skripsi ini. Bab II landasan teori yang berisi tentang kecerdasan spiritual meliputi pengertian, karakteristik pribadi ber-SQ, indikator-indikator kecerdasan spiritual, dan pengembangan kecerdasan spiritual di sekolah. Bab III berisi tentang laporan hasil penelitian yang meliputi gambaran umum, objek penelitian, dan penyajian data tentang pelaksanaan tadarus al-Qur’an di MTs Ma’arif al-Basyariyah. Bab IV yang berisi tentang analisis data hasil penelitian yang meliputi latar belakang, perilaku siswa selama mengikuti kegiatan, manfaat bagi siswa dan kendala tadarus al-Qur’an dalam membangun kecerdasan spiritual siswa. Bab V merupakan pembahasan akhir dari skripsi ini yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
18
BAB II KECERDASAN SPIRITUAL DAN TADARUS AL-QUR’AN
A. Kecerdasan Spiritual (SQ) 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual Dalam pengertiannya, intelegensi disebut kecerdasan. Jika merujuk Dictionary of Psychologi, intelegensi adalah: kemampuan beradaptasi dan memenuhi tuntutan situasi (lingkungan) yang dihadapi dengan cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, kemampuan memahami hubungan dan mempelajarinya secara cepat. 29 Kecerdasan adalah sebuah kekuatan yang bersifat non material dan bukan spiritual.30 Spiritual artinya spirit, murni atau roh yang suci.31 Dalam kamus ilmiah populer, disebutkan bahwa spiritual adalah mencakup nilai-nilai kemanusiaan yang non material seperti: kebenaran, kebaikan, keindahan, kesucian dan cinta, rohani, kejiwaan.32 Dengan demikian, kecerdasan spiritual berpusat pada ruang spiritual (spiritual space) yang memberi kemampuan pada setiap orang untuk memecahkan masalah dalam konteks nilai penuh makna. Untuk selanjutnya istilah kecerdasan spiritual disingkat dengan SQ. 29
CP Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj.Kartini Kartono (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 1999), 253. 30 Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quetient: Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan AlQur’an (Jakarta:Hikmah,2004), 1. 31 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan (Jakarta:Arga, 2006), 51. 32 Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), 721.
19
Istilah “spritual’’ di sini dipakai dalam arti “the animating or vital principles” (penggerak atau prinsip hidup) yang memberi hidup pada organisme fisik. Artinya, prinsip hidup yang menggerakkan hal yang material menjadi hidup. Dalam diri manusia, kata Theodore Rotzack ada ruang spiritual, yang jika tidak diisi dengan hal-hal yang lebih tinggi, maka ruang itu secara otomatis akan terisi oleh hal-hal yang lebih rendah, yang ada pada setiap diri manusia. Dalam konteks ini kiranya SQ hendak membawa ruang spiritual dalam diri seseorang itu menjadi cerdas.33 Manusia terlahir dengan dibekali kecerdasan yang terdiri dari 5 bagian utama kecerdasan, yaitu: a. Kecerdasan ruhaniah (Spiritual intelligence): kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya, baik buruk dan rasa moral dalam caranya menempatkan diri dalam pergaulan. b. Kecerdasan intelektual: kemampuan seseorang dalam memainkan potensi logika, kemampuan berhitung, menganalisis dan mathematic. c. Kecerdasan emosional: kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri atau sabar dan kemampuan dirinya untuk memahami irama, nada, musik serta nilai-nilai estetika. d. Kecerdasan sosial: kemampuan seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain, baik individu maupun kelompok.
33
Monty P. Satyadarma dan Fidelis E Waruwu, Mendidik Kecerdasan (Jakarta: Pustaka Populer Obor,2003), 42.
20
e. Kecerdasan fisik (bodily-kinestetik intelligence): kemampuan seseorang dalam mengkoordinasikan dan memainkan isyarat-isyaratnya.34 Seluruh kecerdasan tersebut, harus berdiri di atas kecerdasan ruhaniah sebagai potensi yang dimilikinya menghantarkan diri pada kemuliaan akhlak. Empat kecerdasan yang dikendalikan oleh hati nurani akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan dan perdamaian manusia. Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah SWT yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya.35 Dengan bermodalkan SQ itu, manusia mengabdi kepada Allah SWT untuk mengelola bumi sebagai khalifah, misi utamanya semata mencari keridhaan Allah SWT. Target utamanya adalah menegakkan keadilan, menciptakan kedamaian, membangun kemakmuran temasuk di dalamnya, langkah nyata berupa spiritualisasi di segala bidang. Inilah the Ultimate Meaning sesungguhnya yang harus dicari Danah Zohar, dan Abraham Maslow yaitu aktualisasi diri melalui ihsan.36
34
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 49. 35 Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal (Jakarta: Dzikrul Hakim, 2005), 181. 36 Ary Ginanjar, ESQ Power, 103.
21
Ada tiga pola kerja manusia yang harus dimengerti. Pertama, pola kerja manual, yakni pola kerja yang mengandalkan otot atau tenaga fisik. Kedua, pola kerja admnistratif, yakni pola pekerjaan yang lebih mengandalkan rasio atau kognisi. Dan yang ketiga, pola pekerjaan kreatif, yakni pola pekerjaan yang lebih mengandalkan kamampuan dan kesucian inteleksi. Ia lebih bersifat spiritual dan metafisik dan di sini campur tangan Ilahi lebih bersifat langsung. Karena itu, dapatlah dikatakan bahwa inteleksi merujuk pada pengertian hati dan akal dalam maknanya yang primordial dan prinsipal. Model kecerdasannya pun lebih bersifat spiritual yang terefleksi dalam wujud penemuan-penemuan baru, orisinal, kreatif, inspiratif, dan tidak konklusif.37 Intelegensi spiritual dapat diibaratkan sebagai permata yang tersimpan dalam batu. Allah senantiasa mencahayai permata itu, seperti diungkapkan dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 35:
( îy$t6óÁÏΒ $pκÏù ;ο4θs3ô±Ïϑx. ÍνÍ‘θçΡ ã≅sWtΒ 4 ÇÚö‘F{#uρ ÅV≡uθ≈yϑ¡¡9# â‘θçΡ ª!# ;οtyfx© Ï ْ Β ß‰s%θムA“Íh‘ߊ Ò=x.öθx. $pκ¨Ξr(x. èπy_%y`–“9# ( >πy_%y`ã— ’Îû ßy$t6óÁÏϑø9# çµó¡|¡ôϑs? óΟs9 öθs9uρ âÅÓム$pκçJ÷ƒy— ߊ%s3tƒ 7π¨ŠÎ/óxî Ÿωuρ 7π§‹Ï%÷Ÿ° āω 7πtΡθçG÷ƒy— 7πŸ2t≈t6•Β Ÿ≅≈sWøΒF{# ª!# ÛUÎôØo„uρ 4 â!$t±o„ tΒ ÍνÍ‘θãΖÏ9 ª!$# “ωöκu‰ 3 9‘θçΡ 4’n?tã î‘θœΡ 4 Ö‘$tΡ ÒΟŠÎ=tæ >óx« Èe≅ä3Î/ ª!$#uρ 3 Ĩ$¨Ψ=Ï9 A ِ rtinya: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan37
Suharsono, Melejitkan IQ,IE dan SQ (Depok: Inisiasi Pres, 2004), 146.
22
akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.38 Kecerdasan spiritual memandang dan menginterpretasikan sesuatu dengan melangkah lebih jauh dan mendalam. Manusia diinterpretasi dan dipandang eksistensinya sampai pada dataran fitriyah dan universal. Para ahli yang mengemukakan beberapa definisi tentang SQ, antara lain: 1. Menurut Danah Zohar dan Lan Marshall, sebagaimana yang dikutip oleh Ratna Sulistami bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa, yakni tingkat baru kesadaran yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar, yang membantu menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh, yang dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tapi lebih kreatif menemukan nilai-nilai baru, juga dapat menyeimbangkan makna dan nilai serta menempatkan kehidupan dalam konteks yang lebih luas.39 2. Menurut Khalil Khavari, sebagaimana dikutip oleh Sudirman Tebba mendefinisikan SQ sebagai fakultas dari dimensi non material atau roh
38
Al-Qur’an dan terjemahannya, 550. Ratna Sulistami D dan Erlinda Manaf Mahdi, Universal Intelligence: Tonggak kecerdasan Untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi Perbedaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), 39. 39
23
manusia. Inilah intan yang belum terasah yang semua manusia memilikinya.40 3. Menurut Sukidi, SQ dapat mengarahkan seseorang ke puncak kearifan spiritual dengan bersikap jujur, toleransi, terbuka penuh cinta dan kasih sayang kepada sesama, serta mampu mengungkapkan segi perenial yang abadi, asasi, spiritual, fitrah, dan menyeimbangkan kesehatan spiritual.41 4. Menurut Sinetar, sebagamana dikutip Tebba bahwa SQ adalah pemikiran yang terilhami. Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektifitas, keberadaan atau hidup keilahian yang mempersatukan seseorang sebagai bagiannya.42 Dari
penelitian
Deacon
menunjukkan
bahwa
seseorang
membutuhkan perkembangan di bagian otak (frontal lobe, landasan SQ) supaya bisa menggunakan bahasa. Perkembangan pada bagian ini memungkinkan seseorang menjadi kreatif, visioner dan fleksibel. Seseorang menggunakan SQ pada saat:43 a. Berhadapan dengan masalah eksistensial pada saat merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masa lalu sebagai akibat penyakit dan kesedihan. b. Sadar bahwa seseorang mempunyai masalah eksistesial dan membuat mampu menanganinya atau sekurang-kurangnya. 40
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif (Jakarta: Prenada Media,2003), 19. Sukidi, SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ. Kompas 28 September 2001, 35 42 Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat (Jakarta: Prenada Media, 2004), 24. 43 Monty Satyadarma, Mendidik Kecerdasan, 44-45. 41
24
c. Seseorang berdamai dengan masalah tersebut. Kecerdasan spiritual memberi suatu rasa yang dalam menyangkut perjuangan hidup. Dengan demikian, SQ merupakan kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai serta kesadaran yang membuat seseorang menemukan dan mengembangkan bakat-bakat bawaan, intuisi, otoritas batin, kemampuan membedakan yang salah dan benar serta kebijaksanaan. 2. Karakteristik dan Indikator- indikator SQ Kecerdasan manusia dikendalikan oleh otak beserta jaringan syarafnya yang tersebar di seluruh tubuh. Berfikir rasional, logis dan taat asas disebut kecerdasan intelektual, sedang berfikir asosiatif disebut kecerdasan emosional. Satu kemampuan lain yang dimiliki manusia pada umumnya adalah rasa akan kesatuan (berfikir unitif) dalam menangkap situasi atau dalam melakukan reaksi terhadapnya. Pemahaman ini pada dasarnya bersifat holistik, yaitu kemampuan untuk menangkap seluruh konteks yang mengaitkan
antarunsur yang terlibat. Kemampuan ini
merupakan kunci dalam memahami argumen neorologis dari SQ. Otak menghasilkan dan menstrukturkan pemikiran seseorang, memungkinkan seseorang memiliki perasaan, dan menjembatani kehidupan spiritual, kesadaran akan makna, nilai dan konteks yang sesuai untuk memahami pengalaman.44
44
Siswo Murdwiyono, “Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa Akseleran”, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ed. Reni Akbar hawadi (Jakarta: Grasindo, 2004), 206-207.
25
Menurut Marsha Sinetar, sebagaimana dikutip oleh Monty Satyadarma bahwa pribadi yang memiliki SQ mempunyai kesadaran diri yang mendalam, intuisi dan kekuatan atau otoritas bawaan. Mereka biasanya mempunyai standar moral yang tinggi, kecenderungan merasakan pengalaman puncak dan bakat-bakat estetis.45 Sedangkan menurut Zohar dan Marshall, sebagaimana dikutip oleh Siswo Murdwiyono bahwa tandatanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik adalah sebagai berikut:46 a.
Kemampuan bersikap fleksibel.
b.
Tingkat kesadaran yang tinggi.
c.
Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
d.
Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.
e.
Kualitas hidup yang diilhami oleh kualitas visi dan nilai.
f.
Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu.
g.
Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik).
h.
Kecenderungan nyata untuk bertanya "mengapa?" atau "bagaimana jika?" Utuk mencari jawaban yang mendasar.
i.
Menjadi apa yang disebut oleh psikolog sebagai "bidang mandiri", yaitu memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.
45
Monty Satyadarma, Mendidik Kecerdasan, 46. Siswo Murdwiyono, “Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa Akseleran”, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ed. Reni Akbar hawadi, 208-209. 46
26
Orang-orang yang bisa berfikir dan memiliki SQ dan mengetahui sesuatu secara inspiratif, tidak hanya memahami dan memanfaatkan sebagaimana adanya, tetapi mengembalikanya pada asal ontologis yakni Allah SWT. Karena itu, orang-orang yang termasuk dalam kategori ini, yakni memiliki SQ, biasanya memiliki dedikasi kerja yang tulus dan jauh dari kepentingan pribadi (egoisme), apalagi bertindak zalim pada orang lain. Motivasi yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu juga sangat khas, yakni pengetahuan dan kebenaran. Itulah maka, sebagaimana dapat disimak dari sejarah hidup para Nabi dan biografi orang-orang cerdas dan kreatif, biasanya memiliki kepedulian terhadap sesama, memiliki integritas moral yantg tinggi, shaleh dan tentu juga integritas spiritual.47 Menurut Ary Ginanjar dalam meta kecerdasan dijelaskan bahwa tauhid akan mampu menstabilkan tekanan pada amygdala (sistem saraf emosi), sehingga emosi selalu terkendali. Pada saat inilah seseorang dikatakan memiliki EQ tinggi. Emosi yang tenang terkendali
akan
menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerja God Spot pada lobus temporal serta mengeluarkan suara hati Ilahiah dari dalam bilik peristirahatannya. Suara-suara Ilahiah itulah bisikan informasi maha penting yang mampu menghasilkan keputusan yang sesuai dengan hukum alam, sesuai dengan situasi yang ada dan sesuai dengan garis orbit spiritualitas. Pada momentum inilah, seseorang dikatakan memiliki SQ
47
Suharsono, Melejitkan IQ,IE dan SQ, 150-151.
27
yang tinggi.48 Orientasi spiritualisme tauhid yakni ketika terjadi masalah pada dimensi fisik, maka akan terjadi rangsangan pada dimensi emosi. Namun, karena aspek mental telah dilindungi oleh prinsip tauhid, maka emosi akan tetap tenang terkendali. Akibatnya, suara hati Ilahiah pada dimensi spiritual (SQ) bekerja dengan normal.49 Dr. Dimitri Mahayana sebagaimana dikutip oleh Agus Nggermanto menunjukkan beberapa ciri orang yang ber-SQ tinggi, di antaranya adalah memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat kesatuan dan keragaman, mampu memaknai setiap sisi kehidupan dan mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.50 Seseorang yang memiliki SQ tinggi menemukan makna terdalam dari segala sisi kehidupan. Karunia Tuhan berupa kenikmatan atau ujian dari-Nya samasama memiliki makna spiritual yang tinggi. Karunia Tuhan adalah manifestasi kasih sayang-Nya kepada manusia. Ujian-Nya adalah wahana pendewasaan spiritual manusia. Kondisi
spiritual
seseorang
itu
berpengaruh
terhadap
kemudahannya dalam menjalani kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia menjadi orang yang paling cerdas dalam kehidupan. Untuk itu, yang terbaik bagi setiap orang adalah memperbaiki hubungannya kepada Allah SWT, yaitu menguatkan sandaran vertikal dengan cara memperbesar
48
Ary Ginanjar, ESQ Power, 218. Ibid., 221. 50 Agus Nggermanto, Quantum Quotient: Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ secara Harmonis (Bandung: Nuansa, 2003), 123. 49
28
takwa dan menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian kepada-Nya. Dalam konsep Islam ada beberapa indikator yang menunjukkan seseorang atau diri ini telah memperoleh kecerdasan rohani (spiritual intelligence). Indikator-indikator tersebut antara lain:51 a.
Dekat, mengenal, cinta, dan berjumpa Tuhan-Nya Firman Allah SWT dalam Surah al-Wâqi’ah ayat 10-11:
tβθç/§s)ßϑø9$# y7Í×‾≈s9'ρé& . tβθà)Î7≈¡¡9$# tβθà)Î7≈¡¡9$#uρ “Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah”.52 b.
Selalu merasakan kehadiran dan pengawasan Tuhan-Nya di mana dan kapan saja Beberapa hal yang insyâallah bermanfaat untuk memperbesar rasa takwa dan menyempurnakan rasa tawakal serta memurnikan pengabdian pada-Nya yaitu meluruskan niat, berdo’a sebelum melangkah, serta menjaga keimanan dan kebersihan hati, banyak tafakur, dan menyandarkan pilihan pada pilihan Allah SWT.53 Salah satu indikator bahwa seseorang memiliki kecerdasan spiritual yang baik adalah apabila dirinya memiliki keimanan yang kokoh, serta hatinya bersih dari segala macam penyakit hati (seperti iri, dengki, sombong, dan lain-lain) termasuk pula bersih dari semua
51
Hamdani Bakran Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence Kecerdasan Kenabian: Membangun Potensi Robbani Melalui Peningkatan Kesehatan Rohani (Yogyakarta: Pustaka AlFurqan, 2006), 687. 52 Al-Qur'an, 56: 10-11. 53 Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal, 183.
29
keinginan yang buruk. Maka, untuk menuju ke puncak spiritual seseorang dituntut untuk meneguhkan keimanan yang ada di dalam dada, serta senantiasa membersihkan dan menjaga kebersihannya. c.
Tersingkapnya alam ghaib (transendental) atau ilmu mukâsyafah Dengan Tersingkapnya alam ghaib (transendental), seseorang akan memperoleh manfaat yang besar, di antaranya: 1) Dapat membedakan antara yang hâq dan yang bâtil. 2) Dapat mengetahui hakikat di balik ayat-ayat yang tersurat maupun yang tersirat dari ayat-ayat qauliyah maupun kauniyah. 3) Dapat terlepas dan terhindar dari kemarahan dan kemurkaan Allah SWT. 4) Dapat terlepas dan terhindar dari tipu daya dan kelicikan jin, setan, dan iblis, serta permainan dan olok-oloknya duniawi dengan segala isinya. 5) Dapat memberikan kemudahan dalam berinteraksi, beradaptasi, dan bersosialisasi dengan kehidupan rohani.54
d.
Shidiq (jujur/benar) Shidiq yaitu hadirnya suatu kekuatan yang membuat terlepasnya diri dari sikap dusta terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, maupun orang lain. Adapun langkah untuk mencapai ke puncak shidiq adalah sebagai berikut: 1) Membenarkan kebenaran (al-Hâq).
54
Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 693.
30
2) Sabar dalam kebenaran (taat dan disiplin). 3) Istiqomah dalam kebenaran. 4) Proporsional.55 e.
Amanah Amanah yaitu hadirnya sesuatu kekuatan yang dengannya ia mampu memelihara kemantapan ruhaninya, tidak berkeluh kesah bila ditimpa
kesusahan,
tidak
melampaui
batas
ketika
mendapat
kesenangan, serta tidak berkhianat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya ketika menjalankan pesan-pesan ketuhanan-Nya dan kenabian dari Rasul-Nya. f.
Tablîgh Tablîgh secara hakikat adalah hadirnya kekuatan seruan nurani yang senantiasa mengajak diri ini agar tetap keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan.
g.
Fâthonah Fâthonah yaitu hadirnya sesuatu kekuatan untuk dapat memahami hakikat segala sesuatu yang bersumber pada nurani, bimbingan, dan pengarahan Allah SWT secara langsung atau melalui utusan-Nya.
h.
Istiqomah Istiqomah yaitu hadirnya kekuatan untuk bersikap dan berperilaku lurus serta teguh dalam berpendirian, khususnya di dalam
55
Abdullah, Meledakkan IESQ, 228.
31
menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.56 Orang yang istiqomah biasanya mereka mempunyai tujuan, mereka adalah orang yang kreatif, mereka sangat menghargai waktu, dan bersikap sabar. Mereka yang sangat menghargai waktu memiliki ciri-ciri: 1) Tanggung jawab dan disiplin Sikap disiplin dengan menjadikan waktu sebagai salah satu parameter (tolak ukur) menyebabkan mereka yang memiliki kecerdasan ruhaniah dan etos kerja yang mengilahi itu, akan menunjukkan sikapnya yang bertanggung jawab, yaitu dengan cara membuat perencanaan (time scheduling) lalu menepati waktu dengan penuh rasa waspada dan hati-hati. 2) Tidak menunda-nunda waktu Semangat untuk tepat waktu adalah menerangi seluruh kalbu. Hal itu karena seseorang sadar bahwa waktu adalah milik Allah SWT dan setiap saat Sang Pemilik bisa saja mengambil hak miliknya, sedangkan manusia hanya memiliki hak pakai, sehingga mereka akan menjadikan waktu sebagai lapangan untuk berbuat kebaikan.57 i.
Tulus ikhlas Tulus ikhlas adalah hadirnya sesuatu kekuatan untuk beramal atau beraktivitas dalam hehidupan sehari-hari semata-mata karena menjalankan pesan agama dengan bening dari Allah SWT dan untuk
56 57
Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 701. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah, 211.
32
Allah SWT; atau semata-mata mengharap ridha cinta dan perjumpaan dengan-Nya. j.
Selalu bersyukur kepada Allah SWT yaitu suatu ungkapan rasa terimakasih terhadap apa-apa yang diberikan-Nya. Aplikasi rasa syukur kepada Allah SWT melalui atau dilakukan dengan cara antara lain: 1) Ucapan lisan, yaitu mengucapkan kalimat “Alhamdulillah”. 2) Senantiasa meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan, pengamalan keimanan, keislaman, keihsanan dan ketauhidan pada Allah SWT. 3) Senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan fisik, mental, spiritual, finansial, dan sosialnya. 4) Senantiasa meningkatkan kecerdasan-kecerdasan diri hingga membawa keberkahan dan kerahmatan bagi diri dan lingkungannya secara luas dan universal.58
k.
Malu melakukan perbuatan dosa dan tercela Rasa malu yang sesungguhnya dalam pandangan ajaran Islam adalah antara lain: 1) Malu meninggalkan perintah Allah dan malu melanggar laranganNya. 2) Malu melakukan perbuatan dosa dan kedurhakaan yang menodai hak-hak-Nya dan hak-hak hamba dan makhluk-Nya.
58
Az-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 704-705.
33
3) Malu menampakkan aurat atau kehormatan diri kepada orang lain. 4) Malu melakukan pembelaan diri dari akibat perbuatan yang buruk, jahat dan bertentangan dengan hukum-hukum Allah dan hak-hak hamba-Nya dengan mengajukan berbagai dalil dan alasan, bahkan tidak segan-segan ia mengambinghitamkan orang lain yang tidak bersalah.59 3. Pengembangan SQ di Sekolah Kecerdasan adalah karunia tertinggi yang diberikan Tuhan kepada manusia. Ia akan mencapai puncak aktualisasinya jika dipergunakan, sebagaimana visi keberadaan manusia yang ditetapkan Tuhan baginya. Karena itu ketika manusia belajar atau meningkatkan kecerdasan, yang didorong oleh hal-hal yang murni, manusiawi dan rasa ingin tahu untuk sampai pada kebenaran berdasarkan fitrah itu sendiri, maka dari fitrah, ia “memancar” dari kedalaman diri manusia, jika dorongan-dorongan keingintahuan dilandasi kesucian, ketulusan dan tanpa pretensi egoisme. Manusia juga harus melakukan “pendakian” yang bersifat transendental atau menjalani hidup spiritual secara intensif. Ada tiga alasan yang dapat membuat seseorang terlambat secara spiritual, yaitu: a. Karena yang bersangkutan tidak mengembangkan beberapa bagian dari dirinya sama sekali;
59
Ibid., 706.
34
b. Telah mengembangkan beberapa bagian namun tidak proporsional atau dengan cara yang salah (destruktif); c. Adanya pertentangan atau buruknya hubungan antarbagian.60 Kesulitan
dalam
pengembangan
SQ
terletak
pada
tidak
terharmonisnya perkembangan IQ dan EQ, yang keseluruhannya dipersatukan oleh perkembangan SQ yang seimbang. Sehingga IQ dan EQ adalah salah satu persyaratan penting untuk menumbuhkan inteligensi spiritual. Zohar dan Marshall sebagaimana dikutip oleh Monty Satyadarma mengemukakan enam jalan untuk mengembangkan kecerdasan spiritual yang dapat diterapkan di lingkungan keluarga ataupun sekolah. Mengembangkan SQ di sekolah di antaranya: a. Melalui “jalan tugas”. Berikan ruang kepada siswa untuk melakukan kegiatannya sendiri dan latih mereka memecahkan masalahnya sendiri. b. Melalui “jalan pengasuhan”. Guru perlu menciptakan suasana kelas penuh kegembiraan di mana setiap siswa saling menghargai, saling memaafkan apabila terjadi konflik satu dengan yang lain. c. Mematuhi
“jalan
pengetahuan”.
Guru
perlu
mengembangkan
pelajaran dan kurikulum sekolah yang mampu mengembangkan realisasi diri siswa. Di sini kepekaan terhadap nilai dan makna kemanusiaan dapat ditumbuhkan apabila siswa diajak untuk
60
Satyadarma, Mendidik Kecerdasaan, 47.
35
berefleksi, menyadari dan ikut merasakan bagaimana berada seperti orang lain. d. Melalui “jalan perubahan pribadi” (kreativitas). Dalam
setiap
kegiatan belajar mengajar seharusnya guru merangsang kreativitas siswanya. Guru-guru menciptakan kondisi di mana daya kreativitas yang sudah ada dalam diri mereka dapat diekspresikan dengan penuh makna. e. Melalui “jalan persaudaraan”. Guru perlu mendorong setiap siswa untuk saling menghargai dan saling memahami pendapat dan perasaan masing-masing. Bila terjadi konflik, siswa perlu diajak berdialog untuk mencari cara pemecahan yang dapat diterima oleh semua pihak. Lingkungan seperti ini membantu siswa mengembangkan kemampuan mengelola konfliknya sendiri dan inilah SQ. f.
Melalui “jalan kepemimpinan yang penuh pengabdian” gurulah yang menjadi model secara pemimpin yang diamati siswanya.61
B.
Tadarus Al-Qur’an Senantiasa membaca al-Qur’an untuk membangun dialog dengan Allah SWTmerupakan salah satu upaya meningkatkan keimanan sehingga akan terus mengalami bimbingan-bimbingan yang bersifat langsung dan tanpa batas.62 Menurut Syaikh Muhammad Saleh bin Utsamain, membaca al-Qur’an ada dua macam: pertama tilawah hakimah, yaitu membaca al61 62
Satyadarma, Mendidik Kecerdasan, 51-53. Djarot Sensa, Quranic Quetient: Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Qur’an, 291.
36
Qur’an dengan membenarkan isinya dan menjalankan hukumnya, dan kedua tilawah lafdziyah yaitu membaca rangkaian kalimat dalam alQur’an semata.63 Dalam dianjurkan
penumbuhan memperbanyak
SQ,
sesungguhnya
ibadah-ibadah
seseorang
sunah.
sangat
Sesungguhnya
diibaratkan bahwa ibadah sunah adalah suatu pendakian transendental. Ibadah-ibadah sunah yang penting, antara lain ialah menyelenggarakan shalat malam (Qiyâmul lail). Di samping tentunya membaca dan mengaji al-Qur’an secara tartîl. Qiyâmul lail dan tartîlul Qur’an adalah sebuah metode atau bahkan paradigma tranformasi Islam yang khas. Rasulullah SAW dan para sahabatnya diperintahkan untuk mentransformasikan diri, sebelum mengemban tugas-tugas dakwah dan membangun peradaban baru. Kenyataannya, jika diperiksa Biografi para sahabat, maka akan nampak bahwa mereka adalah orang-orang tercerahkan. Artinya, Qiyâmul Lail dan tartîlul Qur’an adalah suatu proses penempaan yang bisa mengubah sebongkah batu menjadi permata yang bercahaya.64 Firman Allah SWT dalam surah An-Naml: 91-92
$yϑ‾ΡÎ*sù 3“y‰tF÷δ$# Çyϑsù ( tβ#uöà)ø9$# (#uθè=ø?r& ÷βr&uρ ∩⊇∪ tÏϑÎ=ó¡ßϑø9$# zÏΒ tβθä.r& ÷βr& ßNöÏΒé&uρ ∩⊄∪ tÍ‘É‹Ζßϑø9$# zÏΒ O$tΡr& !$yϑ‾ΡÎ) ö≅à)sù ¨≅|Ê tΒuρ ( ϵšø1uΖÏ9 “ωtGöκu‰ "aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku Termasuk 63
Syaikh Muhammad Saleh bin Utsamain, Kultum Ramadan: Panduan Bagi Para Da’i (TP: 2002), 60-61. 64 Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS, 162-163.
37
orang-orang yang berserah diri. Dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka Barangsiapa yang mendapat petunjuk Maka Sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan Barangsiapa yang sesat Maka Katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan". (QS. An-Naml: 91-92) Dari ayat tersebut jelas bahwa Allah memerintah agar menjalankan tiga perkara salah satunya adalah membaca al-Qur’an. Salah satu adab atau cara membaca al-Qur’an yang mencerdaskan adalah membacanya dengan tertib dan hikmat, tidak tergesa-gesa dan disertai dengan berdo’a. Al-Qur’an dapat melunakkan hati dan meneranginya. Maksudnya hati lunak untuk dimasuki petunjukatau peringatan, mau menerima dan merasa puas, mudah sadar dan insaf serta mwerendah diri. Orang Islam dengan mengaji al-Qur’an bisa mendasari kesantriannya. Maka mengajilah yang sungguh-sungguh dan sampai pandai yang terlihat telah mendapat didikan terbiasa tekun baca. Dengan demikian, al-Qur’an akan betul-betul memberi spirit hidup agar selalu cerah pandangan hidupnya dan selalu memberkahi kehidupannya.65 Di antara hikmah membaca dan mengamalkan al-Qur'an adalah: 1.
Hidupnya selalu disertai para malaikat Allah yang mulia lagi sangat taat kepada Allah SWT.
2.
Orang mukmin yang selalu membaca al-Qur'an akan memperoleh kemuliaan dan keberkahan hidup.66
65 Maftuh Basthul Biri, Menekuni Al-Qur’anul Karim Hidangan Segar Pemberkah dan Pembangkit Ummat Siap-siap Kiamat (Kediri: Madrasah Murottilil Qur’an Pon. Pes. Lirboyo,2002), 17. 66 Ad-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 162.
38
3.
Allah akan mengangkat derajat, kehormatan dan kemuliaan orang yang membaca al-Qur'an.
4.
Para pembaca al-Qur'an akan memperoleh kebaikan-kebaikan Allah SWT melalui huruf demi huruf.67 Syarat utama untuk memperoleh kebaikan-kebaikan yang banyak dari Allah SWT di antaranya adalah membaca al-Qur'an dengan penuh keyakinan dan ketekunan kepada-Nya. Tidak kalah pentingnya
adalah
pengulangan-pengulangan
dan
seringnya
membaca al-Qur'an sampai khatam, serta adanya pemahaman yang kuat terhadap makna-makna dan pesan yang terkandung dalam ayat demi ayat. 5.
Al-Qur'an akan menjadi pembela bagi pambaca dan yang mengamalkannya di hari kiamat.68
6.
Kemahiran dan ketekunan dalam mempelajari, mengkaji dan menghayati pesan-pesannya melalui tafsir dan takwil, hal itu akan mendidik dan mengembangkan kecerdasan akal. Sedangkan mengamalkannya untuk diri dengan membacanya sebagai amalan atau
wirid
hingga
khatam,
hal
itu
akan
mendidik
dan
mengembangkan kecerdasan ruhaniah (spiritual). Hakikinya jika keduanya dapat dikakukan secara harmonis, maka seorang hamba akan meperoleh hakekat pesan-pesan al-Qur'an secara keilmuan (lahiriah) dan secara pengamalan ruhani (batiniah). Sedangkan 67 68
Ibid., 164-165. Ibid., 168.
39
mengamalkan dan mengajarkan al-Qur'an, seperti cara membacanya, terjemahannya, atau tafsirnya, hal itu akan mendidik dan mengembangkan kecerdasan emosional.69
69
Ibid., 170.
40
BAB III MEMBANGUN KECERDASAM SPIRITUAL (SQ) SISWA MELALUI KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN A. Gambaran Umun Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MTs Ma’arif al-Basyariyah MTs al-Basyariyah didirikan pada tahun 1978 yang dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat yang ingin mendirikan sekolah menengah untuk mendidik generasi muda dalam pendidikan agama. Kemudian, karena MTs al-Basyariyah merupakan lembaga pendidikan Ma’arif NU cabang Ponorogo mengeluarkan surat pengesahan bahwa MTs al-Basyariyah Lengkong berdiri pada Tanggal 1 Juni 1978 dengan no Surat: 15/MT/78/82. Adapun yang mempelopori berdirinya madrasah tersebut adalah orang-orang yang pada saat itu aktif dalam pengembangan keagamaan di desa Lengkong di antaranya adalah: Kyai Nurwakhid, H. Djasim Nahrowi, Mustaqim, Sugiono, Masturi, Moh. Badri Syakur dan Sjahwan. Pada mulanya, pelaksanaan belajar mengajar dilakukan pada sore hari di rumah-rumah penduduk yang memiliki kepedulian. Kemudian sempat berpindah ke serambi masjid dan selanjutnya bergabung dengan MI. Dalam perkembangannya, masyarakat dan pendidiknya mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap madrasah, karena proses pembelajaran tidak berhasil maksimal. Akhinya, para pelopor, para Wali murid, dan para anggota masyarakat sekitar sepakat untuk membeli sebidang tanah untuk mendirikan gedung madrasah. Adapun tanah yang dibeli tersebut sekitar 1400 m2 dengan harga Rp. 1.400.000,00 dari dana yang diperoleh dari wali murid dan masyarakat, kemudian tanah tersebut diwakafkan oleh H. Kusen.70 40 2. Letak Geografis MTs Ma’arif al-Basyariyah terletak di daerah pedesaan tepatnya di desa Lengkong kecamatan Sukorejo kabupaten Ponorogo, atau sekitar 5 km arah utara kota Ponorogo. MTs Ma’arif al-Basyariyah berada di daerah pedesaan yang dikelilingi perumahan penduduk dan persawahan. Di sekitar gedung tidak terdapat pabrik atau industri sehingga alamnya yang asri sangat mendukung terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar. Gedung madrasah dibangun di atas tanah seluas 1400 m2, sebelah utara berbatasan dengan persawahan, sebelah barat dan timur berbatasan dengan perumahan penduduk, sedang sebelah selatan berbatasan dengan gedung 70
Lihat Transkrip Wawancara nomor : 20/12-W/F-5/21-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian.
41
MI Ma’arif Lengkong dan masjid Darussalam. Di samping itu, gedung MTs Ma’arif al-Basyariyah jauh dari kebisingan lalu lintas kendaraan, sehingga keadaan tersebut sangat mendukung pelaksananaan proses belajar mengajar.71 3. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan suatu bagan tatanan dalam suatu lembaga atau badan perkumpulan tertentu dalam menjalankan roda organisasi. Demikian halnya dengan bentuk program kerja MTs Ma’arif al-Basyariyah yang dijalankan sekolah berdasarkan program-program yang telah disusun dalam struktur organisasi madrasah. Struktur organisasi ini dibuat dengan harapan tugas yang telah dibebankan sesuai dengan jabatan dan tanggung jawabnya masing-masing dapat dilaksanakan dengan baik dengan adanya koordinasi dan kerjasama dalam pelaksanaannya. Sehingga madrasah tidak tumpang tindih untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah berdasarkan program-program yang disusun dalam organisasi madrasah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam lampiran.72 4. Keadaan Guru dan Siswa Dalam pembelajaran, guru adalah sebagai salah satu faktor yang mendukung terjadinya proses belajar. Guru merupakan seorang pendidik yang secarara administratif bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar serta berkewajiban membimbing dan mengarahkan anak didik mencapai tujuan yang diharapkan.73 Yang dimaksud siswa adalah mereka yang secara resmi menjadi siswa di MTs Ma’arif al-Basyariyah dan terdaftar dalam buku induk sekolah. Adapun pada saat pelaksanaan penelitian ini jumlah siswa yang ada di tahun pelajaran 2007/2008 adalah sebanyak 108 siswa.74 5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran. Pada masing-masing lembaga pendidikan dan pengajaran akan dapat mencapai tujuannya apabila sarana dan prasarananya mendukung. Sarana dan prasarana di MTs Ma’arif al-Basyariah dapat dilihat dalam lampiran.75 71
Lihat Transkrip Observasi nomor: 01/O/F-6/19-II/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
72
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
73
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 02/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
74
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 03/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
75
penelitian.
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 04/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
42
6. Visi, Misi dan Tujuan a. Visi madrasah Terbentuknya insan yang unggul dalam imtaq dan iptek serta berakhlâqul karimah. b. Misi madrasah 1) Menumbuhkembangkan sikap dan amaliah keagamaan. 2) Menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga madrasah baik dalam prestasi akademik maupun non akademik. 3) Menciptakan calon tenaga terampil yang profesional. 4) Meningkatkan
mutu
pendidikan
sesuai
dengan
tuntutan
masyarakat, perkembangan jaman serta sesuai dengan potensi yang dimiliki peserta didik. 5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga madrasah dan komite madrasah. 6) Menciptakan lingkungan madrasah yang sehat, bersih, dan indah. c. Tujuan madrasah 1) Mensukseskan pendidikan dasar 9 tahun. 2) Mengantarkan peserta didik menjadi insan yang beriman dan bertakwa, menguasai iptek, dan berakhlâqul karimah. 3) Memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 4) Meningkatkan kualitas sikap dan amaliyah keagamaan Islam warga madrasah. 5) Meningkatkan kepedulian warga madrasah terhadap lingkungan madrasah.
43
6) Meningkatkan kualitas & kuantitas sarana prasarana dan fasilitas pendukung peningkatan prestasi.76 B. Deskripsi Data 1. Latar Belakang Kegiatan Tadarus al-Qur’an di MTs Ma’arif al-Basyariyah Seiring dengan berkembangnya zaman di era globalisasi ini, MTs Ma’arif Al-Basyariyah berkeinginan meningkatkan eksistensinya sebagai sekolah umum yang berciri khas Islam. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah maupun dalam menginternalisasikan nilai-nilai religius dalam setiap mata pelajaran. Pemahaman al-Qur’an yang diawali dengan proses membacanya terlebih dahulu, akan berbeda hasilnya dengan pemahaman yang hanya melalui pendengaran, apalagi bila cara membacanya tersebut dibaca dengan benar dan bagus sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Untuk itu, manusia harus mengaktualisasikan nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupannya sehari-hari agar mampu memenuhi kekosongan nilai moral kemanusiaan dan spiritual. Kegiatan Tadarus al-Qur’an adalah salah satu progam pembiasaan bagi siswa. Kegiatan tersebut tercetus berdasarkan rapat dan musyawarah guru yang dilatarbelakangi oleh pembiasaan belajar mengaji bagi siswa dan makna do’a yang terkandung dalam tadarus tersebut. Sebagaimana yang diceritakan oleh Bapak Drs. Sumani: Tadarus al-Qur’an ini diadakan sebagai tindak lanjut untuk menciptakan pribadi muslim yang berimtaq yaitu sebagai pembiasaan belajar mengaji (progam pembiasaan bagi siswa) dan tadarus ini juga mengandung makna do’a. Disamping itu, juga untuk menciptakan suasanan religius di lingkungan madrasah. Progam ini tercetus berdasarkan rapat atau musyawarah guru.77
Bapak Drs. Sumani menambahkan bahwa target yang ingin dicapai dalam tadarus sebelum pelajaran dimulai adalah agar siswa kelas VII dapat hafal Juz ’Amma, kelas VIII hafal surah Yâsîn dan kelas IX dapat menghafal surah al-Wâqi’ah. Pelaksanaannya setiap hari sebelum pelajaran dimulai sekitar (10-15 menit) mulai pukul 07.00 WIB. Yang diawasi oleh guru piket atau guru pengajar jam pelajaran pertama. Ibu Dra. Nurul Badriyah menyatakan: Tadarus al-Qur’an dilaksanakan setiap hari sebelum pelajaran dimulai sekitar (10-15 menit) mulai pukul 07.00 WIB. Untuk kelas VII pelaksanaannya kondisional yaitu jika guru pengajar telah datang, tadarus al-Qur’an dihentikan meskipun belum 1 Juz dibaca, dan biasanya 76
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 05/D/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil
penelitian.
77
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 02/2-W/F-1/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
44
1 Juz selesai dalam 3 sampai 4 hari. Tapi untuk kelas VIII dan IX diakhiri dengan berakhirnya dengan satu surat. Sebagai pengawas secara keseluruhan yaitu guru piket untuk 3 kelas, kemudian yang mengkondisikan guru pengajar masing-masing. Bagi siswa yang telambat membacanya di luar kelas.78
Sebagai alasan terpilihnya materi dalam tadarus yaitu juz 'Amma adalah sebagai pengenalan surah-surah pendek, klelas VIII surah yâsîn karena surah yâsîn merupakan surah yang mustajab, dan kelas IX yaitu surah al-Wâqi'ah supaya Allah SWT memudahkan rizqi bagi siswa. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh bapak Moh. Badri Syakur berikut ini: Kalau kelas VII, materinya juz 'Amma itu adalah sebagai pengenalan surah-surah pendek kepada siswa supaya lebih mendalami dan mampu menghafalkannya. Untuk kelas VIII yaitu surah Yâsîn karena surah Yâsîn merupakan surah yang mustajab (untuk permohonan kepada Allah SWT), sedangkan kelas IX yaitu surah al-Wâqi'ah dengan alasan karena kelas IX membutuhkan biaya banyak untuk persiapan ujian. Membaca surah alWâqi'ah tersebut dengan harapan supaya Allah SWT memberikan kemudahan rizqi.79
Tadarus al-Qur’an ini juga diadakan dalam rangka meningkatkan iman atau kecerdasan spiritual siswa, supaya siswa bertambah hafalannya serta menumbuhkan kedisiplinan siswa. Siswa sangat antusias mengikuti tadarus al-Qur’an. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Isnaman sebagai berikut: Kegiatan ini mulai diadakan pada tahun ajaran baru (Juli 2007) dengan alasan dan tujuan supaya anak semakin tambah hafalan, dalam rangka peningkatan iman dan kedisiplinan siswa dalam tata tertib sekolah semakin betambah. Sebelum tahun ajaran ini, kegiatan semacam ini memang sudah pernah diadakan yaitu sebelum jam pelajaran sekitar pukul 06.30 WIB, tapi tidak berjalan maksimal. Sehingga di tahun ini pelaksanaannya dimulai pada pukul 07.00 WIB selama 10-15 menit. Tetapi rencana penambahan mathla’ah tafsir al-Qur’an yang dialokasikan di akhir jam pelajaran belum terealisasikan. Hal ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan isi amalan al-Qur’an.80
Meskipun ide gagasan kegiatan tadarus ini sudah ada sejak 2006 lalu, tapi baru terealisasi pada tahun ajaran 2007/2008. Dengan berbagai karakter yang dimiliki oleh siswa, maka program ini membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melancarkan tadarus ini. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Sugiharto berikut ini:
78
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/3-W/F-1/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 79 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 25/15-W/F-1/08-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 80 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 16/11-W/F-1/19-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
45
Sebenarnya ide ini sudah ada sejak 2006 lalu, tapi baru berjalan pada tahun ajaran ini. Awalnya sulit sekali mengkondisikan siswa dalam kegiatan tersebut. Kekompakan terjalin ± setelah berjalan 3 bulan, yaitu siswa yang baru datang setelah berdoa langsung membaca al-Qur’an.81
Tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah merupakan kegiatan rutinan membaca al-Qur'an yakni juz 'Amma, surah Yâsîn, dan surah al-Wâqi'ah yang dilaksanakan setiap pagi sebelum pelajaran dimulai. Dengan demikian, yang melatarbelakangi kegiatan tadarus alQur’an adalah pembiasaan belajar mengaji, dalam rangka meningkatkan iman dan menumbuhkan kedisiplinan siswa serta makna do’a yang terkandung dalam kegiatan tersebut. 2. Perilaku Siswa Selama Mengikuti Kegiatan Tadarus al-Qur’an di MTs Ma’arif al-Basyariyah Siswa pada perkembangan tingkat Tsanawiyah belum jauh berbeda dengan siswa pada tingkat Ibtidaiyah. Karena tadarus al-Qur’an siswa kelas VII merupakan lanjutan dari tingkatan Ibtidaiyah. Ketika bel telah berbunyi, para siswa bergegas masuk kelas. Kemudian melaksanakan tadarus al-Qur’an dengan sungguh-sungguh. Namun ada beberapa siswa yang tidak mau mengikutinya. Tapi setelah guru datang di kelas, suasana dapat terkendali, yakni kegiatan dapat berlangsung dengan lancar.82 Perilaku siswa selama kegiatan berlangsung sangat beraneka ragam ada yang sungguh-sungguh dan sebagian kecil ada yang tidak memperhatikan pada saat-saat tertentu. Sebagaimana diceritakan oleh Ibu Dra. Nurul Badriyah: Sebagian siswa ada yang tidak memperhatikan, tapi jika ada yang mengawasi, anak lebih konsentrasi dan sungguh-sungguh dalam membaca al-Qur'an.83
Sedangkan menurut bapak Syahri, bahwasannya setelah bel berbunyi semua siswa aktif dan langsung membaca al-Qur'an sesuai dengan tugas yang diberikan, hal ini dilakukan agar siswa terbiasa membaca al-Qur'an setiap hari.84 Keterangan tersebut juga diperkuat oleh keterangan bapak Isnaman: Karena masing-masing siswa atau individu itu bebeda-beda, maka perilaku siswapun bermacam-macam ada yanga aktif (membaca alQur’an dengan baik), disiplin atau lancar dalam membaca (sesuai tajwid), 81
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 82 Lihat Transkrip Observasi nomor: 02/O/F-2/15-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 83 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/3-W/F-2/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 84 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/7-W/F-2/18-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
46
dan sebagian kecil yang belum lancar membaca biasanya mengganggu teman sebangkunya.85
Di samping itu, siswa pun sangat menghayati ayat-ayat al-Qur’an yang mereka baca.86 Perilaku siswa sangat tertib, membaca al-Qur’an dengan hikmat, dan tidak ada satupun yang berbicara sendiri. Sebagaimana diceritakan oleh bapak Sugiharto berikut ini: Sejak terjadinya banjir kemarin, banyak siswa yang kehilangan buku, sehingga banyak siswa yang menghafalkan. Kelas VII menghafal Juz ‘Amma sedang kelas VIII berusaha menghafal surah Yasin. Jadi perilaku siswa tersebut sangat tertib, membaca al-Qur’an dengan hikmat, dan tidak ada satupun yang berbicara sendiri.87
Kegiatan pembiasaan tadarus ini juga dimaksudkan untuk mendisiplinkan siswa. Bapak Sumani mengatakan bahwa dengan tadarus maka anak lebih disiplin. Karena kalau terlambat, anak takut kalau membaca al-Qur’an di luar ruangan. Sebenarnya hal ini bukan hukuman tapi proses pendidikan agar siswa disiplin.88 Siswa mengalami perubahan perilaku sebelum dan sesudah kegiatan tadarus al-Qur’an dilaksanakan yaitu: siswa lebih mudah menerima nasehat dari guru,89 dan kedisiplinan siswa semakin bertambah serta semakin tertib.90 Dengan demikian, perilaku siswa selama mengikuti kegiatan tadarus al-Qur’an di antaranya: sangat tertib, membaca al-Qur’an dengan hikmat dan menghayatinya dengan sungguh-sungguh. Sebagian kecil kurang memperhatikan tetapi jika guru datang semua terkendali. Hal ini menjadikan siswa mudah menerima nasehat dan kedisiplinanpun bertambah. 3. Manfaat Tadarus al-Qur’an dalam Membangun Kecerdasan Spiritual Siswa di MTs Ma’arif al-Basyariyah Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk atau pedoman jalan kehidupan orang muslim. Dengan mengikuti petunjuk itu ia akan menjadi orang yang berbahagia, yang beruntung di dunia dan di akhirat. 85
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 17/11-W/F-2/19-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 86 Lihat Transkrip Observasi nomor: 04/O/F-2/18-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 87 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 88 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 03/2-W/F-2/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 89 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/3-W/F-2/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 90 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
47
Mengamalkan al-Qur’an untuk diri dengan membacanya sebagai amalan merupakan cara untuk mengembangkan kecerdasan spiritual seseorang. Kegiatan tadarus al-Qur’an yang dilaksanakan di MTs Ma’arif alBasyariyah ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan spiritual bagi siswa dan dalam internalisasi pendidikan agama Islam sehingga dapat menumbuhkan iman dan takwa siswa serta bersikap disiplin. Hal ini sebagaimana yang diceritakan bapak Sumani berikut ini: Dengan diterapkannya tadarus ini, kegiatan siswa lebih bertambah yaitu dalam pendidikan agama Islam agar siswa lebih dekat dan cinta kepada Allah SWT serta para siswa bersikap disiplin.91
Beberapa manfaat dari tadarus al-Qur'an adalah dapat menumbuhkan sikap tolong menolong, malu mengerjakan perbuatan dosa dan tercela, membuat hati tenang dan pikiran jernih. Sebagaimana dikatakan oleh Siti Ilmiah bahwa: Dengan tadarus al-Qur'an sebelum pelajaran dimulai, membuat hati tenang, pikiran jernih, dan saya semakin lancar dalam membaca alQur'an.92
Hal tersebut senada sebagaimana yang diungkapkan oleh Siti Umayatul bahwa dia senang dengan tadarus al-Qur’an ini karena dapat membuat hatinya lebih tenang dan menjadikannya hafal surah Yâsîn. Di samping itu tadarus al-Qur’an dapat menumbuhkan rasa ikhlas bagi siswa dalam melaksanakan aktivitasnya.93 Ini merupakan salah satu indikator yang telah dicapai dalam kecerdasan spiritual siswa. Tadarus al-Qur’an dapat membuat hati damai dan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, serta mengetahui makna surah yang mereka baca meskipun tidak secara rinci. Sebagaimana diceritakan oleh Tri Wulandari: Saya merasa senang dengan kegiatan tadarus al-Qur'an ini karena membuat hati damai dan rasanya semakin dekat dengan Allah SWT dan juga dapat menambah pengetahuan tentang kandungan atau isi surat dalam al-Qur'an, karena dulu waktu kegiatan ini akan dilaksanakan, para guru memberikan penjelasan makna surah tersebut.94
91
Lihat Transkrip hasil penelitian ini. 92 Lihat Transkrip hasil penelitian ini. 93 Lihat Transkrip hasil penelitian ini. 94 Lihat Transkrip hasil penelitian ini.
Wawancara nomor: 04/2-W/F-3/17-III/2008 dalam lampiran laporan Wawancara nomor: 01/1-W/F-3/15-III/2008 dalam lampiran laporan Wawancara nomor: 08/4-W/F-3/17-III/2008 dalam lampiran laporan Wawancara nomor: 09/5-W/F-3/18-III/2008 dalam lampiran laporan
48
Pembiasaan melalui tadarus al-Qur’an dapat memperlancar siswa dalam membaca al-Qur’an. Adam Wijianto menerangkan bahwa pikirannya semakin tenang dan dia bersungguh-sungguh mengikuti tadarus ini agar dapat membaca al-Qur'an dengan baik dan lancar, karena cara membacanya tidak dengan suara yang kencang tapi pelan dan pasti.95 Tadarus al-Qur’an dapat menumbuhkan kejujuran pada diri seseorang dan dapat dijadikan sebagai wahana untuk memperlancar siswa dalam mengaji al-Qur’an. Muhammad Hammam al-Rosyid menerangkan bahwa kalau di kelas VIII biasanya berjalan dengan lancar, tapi terkadang ada anak yang berbicara atau ngobrol dengan teman sebangku guru pengawas langsung bertindak mengeluarkan mereka dan disuruh membaca di luar. Sedangkan manfaat tadarus tersebut menurutnya adalah sebagai berikut: Saya siswa pindahan dari Jogjakarta yang sama sekali belum lancar membaca al-Qur’an, dengan adanya tadarus ini saya bisa belajar mengaji, menjadikan otak encer hati terasa tenteram, saya bisa bersikap jujur kalau saya belum lancar baca makanya saya mau belajar, di samping itu tadarus juga dapat mengusir setan (pengganggupengganggu) sehingga berikutnya kami dapat belajar dengan tenang.96
Hal ini berbeda dengan yang diceritakan oleh Eviz Ardiyan bahwasanya dengan tadarus al-Qur’an setiap pagi, menjadikanya sadar bahwa Allah SWT telah memberikan nikmat yang begitu besar terhadapnya sehingga dia berusaha menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, dan selalu bersyukur atas karunia yang diberikan.97 Sedangkan menurut Junaidi manfaat tadarus al-Qur’an adalah menjadikannya lebih giat belajar dan menurutnya tadarus al-Qur’an merupakan do’a untuk meminta pertolongan Allah SWT.98 Kegiatan tadarus al-Qur’an juga berdampak positif bagi kegiatan belajar mengajar mata pelajaran selanjutnya. Datanya dapat diperoleh dari hasil wawancara sebagai berikut: 1. Siswa lebih terfokus dan siap dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mata pelajaran selanjutnya. Keterangan tersebut juga diperkuat oleh keterangan Bapak Syahri yaitu:
95
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 10/6-W/F-3/18-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 96 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 14/9-W/F-3/19-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 97 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 15/10-W/F-3/19-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini. 98 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 24/14-W/F-3/22-III/2008 dalam lampiran hasil penelitian ini.
laporan laporan laporan laporan
49
Siswa lebih tertata dan siap untuk menerima materi pelajaran selanjutnya. Karena kalau jam pertama kosong, biasanya dalam KBM selanjutnya siswa ada yang berkeliaran. Sehingga dengan tadarus ini, para siswa lebih bersikap sopan.99
2. Tadarus al-Qur’an bagi siswa merupakan awal untuk berfikir sehingga kegiatan belajar mengajar akan terkendali sebgaimana hasil wawancara dengan Bapak Sugiharto berikut ini: Ya jelas ada dampak positifnya, yaitu awal yang baik maka sampai siangpun terkondisional (dengan awal yang hikmat maka proses pembelajaran sampai siang atau akhir jam akan terkendali). Sehingga bagi anak-anak merupakan start awal untuk berfikir melalui tadarus alQur’an ini, dan siswa siap untuk menerima pelajaran selanjutnya. Karena jika dari awal tidak ada konsentrasi maka diantara siswa belum ada kekompakan.100
3. Siswa memperhatikan pelajaran, prestasi belajar meningkat dan dapat meningkatkan
rasa
keimanan
bagi siswa,
sebagaimana
yang
dinyatakan oleh Bapak Isnaman berikut ini: Membaca al-Qur’an merupakan amal ibadah sehingga kegiatan tadarus ini berdampak positif bagi kegiatan belajar yaitu diantaranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, iman seseorang semakin kuat dan para siswa juga semakin memperhatikan pelajaran karena hati mereka baru saja diberi sentuhan rohani.101
Manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa dalam mengikuti kegiatan tadarus al-Qur'an antara lain adalah menumbuhkan iman dan takwa, siswa dapat bersikap disiplin, malu mengerjakan perbuatan dosa dan tercela, membuat hati tenang, damai, dan tenteram; dapat membuat pikiran jernih, mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperlancar baca al-Qur'an bahkan sampai menghafal surah Yâsîn dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. 4. Kendala yang Dihadapi dalam Kegiatan Tadarus al-Qur'an dalam Membangun Kecerdasan Spiritual Siswa di MTs Ma’arif al-Basyariyah 99
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/7-W/F-3/18-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 100 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 22/13-W/F-3/22-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 101 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 18/11-W/F-3/19-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
50
Pembiasaan tadarus al-Qur'an telah berdampak positif dalam meningkatkan kecerdasan spiritual siswa, dan juga keberhasilan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain. Namun, kelancaran kegiatan tadarus al-Qur'an tidak lepas dari adanya berbagai kendala ysng dihadapi dalam pelaksanaannya. Salah satu kendala yang dihadapi dalam kegiatan ini adalah terkadang masih ada siswa yang terlambat sehingga dapat menyebabkan konsentrasi siswa lain sedikit terganggu.102 Oleh karena itu, peneliti akan memperkuat kembali data tersebut melalui hasil wawancara dengan Ibu Dra. Nurul Badriyah selaku waka kurikulum di MTs Ma’arif alBasyariyah sebagai berikut ini: Kendala yang pertama yaitu ada beberapa siswa yang belum lancar membaca al-Qur'an, solusinya langsung ditangani oleh guru agama masing-masing kelas yaitu pada waktu kegiatan belajar mengajar bidang studi al-Qur'an Hadits, Fiqh, dan Bahasa Arab. Kedua, anak yang terlambat, solusinya anak harus membaca di luar ruangan, hal ini dilakukan untik mendisiplinkan siswa dan menciptakan pribadi yang berimtaq.103
Dengan demikian, kendala yang dihadapi dalam tadarus ini yaitu siswa yang belum lancar dan adanya beberapa siswa yang terlambat. Di antara para guru saling bekerjasama dalam menangani siswa yang belum lancar membaca al-Qur'an. Menurut Bapak Agus Triyatno bahwa siswa yang biasanya terlambat disebabkan karena jarak sekolah dari rumah yang berjauhan, sebelum berangkat sekolah membantu orang tua terlebih dahulu dan lain-lain. Namun sejauh ini, 50% siswa telah mampu menghafal surah atau materi yang diberikan.104 Sedangkan menurut bapak Syahri, SAg. di samping siswa yang kurang lancar, juga ada siswa yang tidak mau membaca.Tetapi setelah didekati, secara perlahan siswa juga akan terbiasa. Hai ini sebagaimana diceritakan oleh beliau berikut ini: Target utamanya tadarus al-Qur'an ini adalah siswa kelas VII bisa hafal juz 'Amma, kelas VIII surah Yâsîn, dan kelas XI surah al-Wâqi'ah. Karena itu, kendalanya siswa yang dari SD kurang lancar dalam membaca al-Qur'an, solusinya bekerja sama dengan guru Qur'an Hadits yang mana siswa tadi akan memperoleh bimbingan darinya. Kedua, ada siswa yang tidak mau membaca, tapi setelah didekati guru, mereka mau mengikutinya dan lama-lama akan terbiasa sehingga menjadi bisa.105
102
Lihat Transkrip Observasi nomor: 03/O/F-4/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 103 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 05/3-W/F-4/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 104 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 13/8-W/F-4/18-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 105 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 12/7-W/F-4/18-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini.
51
Bapak Isnaman selaku guru piket menambahkan bahwa selain siswa yang datang terlambat, kendala lain adalah adanya guru piket yang kurang tepat jadwal sehingga menyebabkan tidak adanya pengawas yang mengkondisikan siswa, meskipun hal ini jarang terjadi.106 Keterangan tersebut juga diperkuat oleh keterangan bapak Sugiharto berikut ini: Untuk memaksimalkan agar tertib yaitu kekurangan tenaga pengawas karena satu piket mengawasi 3 kelas. Sehingga kalau guru jam pertama belum datang, piket mengalami kesulitan untuk mengkondisikan siswa sebanyak 3 kelas.107
Dengan demikian, beberapa kendala yang dihadapi dalam kegiatan tadarus al-Qur’an adalah adanya siswa yang terlambat, siswa yang belum lancar membaca, siswa yang tidak mau membaca, guru piket yang kurang tepat jadwal, dan kurangnya tenaga atau guru piket yang mengawasi kegiatan tersebut.
BAB IV ANALISIS DATA MEMBANGUN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA MELALUI KEGIATAN TADARUS AL-QUR’AN A. Analisis Latar Belakang Diadakannya Tadarus al-Qur'an dalam Membangun SQ Siswa di MTs Ma'arif al-Basyariyah Al-Qur'an merupakan kitab yang berdialog dengan akal yang dapat meninggikan derajat dan dapat mendorong pembacanya untuk mengambil hikmah darinya. Munculnya kegiatan tadarus al-Qur’an MTs Ma'arif al106 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 19/11-W/F-4/19-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 107 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 23/13-W/F-4/22-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini
52
Basyariyah Lengkong Sukorejo Ponorogo yang dilaksanakan setiap pagi sebelum waktu belajar jam pertama dimulai salah satunya dalam rangka meningkatkan iman dan sebagai program pembiasaan belajar mengaji bagi siswa. Hal ini disebabkan karena anak yang dari SD kurang lancar dalam membaca al-Qur'an, sehingga masing-masing siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda mengenai pendidikan agama. Upaya sekolah untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mengadakan program pembiasaan membaca al-Qur'an yaitu juz 'Amma, surah Yâsîn dan al-Wâqi'ah, di samping juga untuk menciptakan suasana religius di lingkungan madrasah. Terpilihnya juz 'Amma sebagai materi tadarus al-Qur'an yaitu sebagai pengenalan surah-surah pendek kepada siswa agar siswa mampu mendalami dan menghafalkannya.108 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi'i dalam Tarîkh Adab al-Arab, sebagaimana dikutip oleh Suwaid bahwa surah-surah yanng pendek ini sesungguhnya mempunyai maksud tersendiri, dan juga mempunyai hikmah yang sangat menakjubkan jika seseorang mau merenungkannya sehingga yang terpatri dalam jiwa adalah bukti-bukti Ilahiyah yang penuh dengan kemukjizatan.109 Surah Yâsîn sebagai materi tadarus al-Qur'an bagi kelas VIII karena surah Yâsîn merupakan surah yang mustajab dan sebelum tadarus diadakan, guru memberikan motifasi kepada siswa tentang keutamaan surah Yâsîn. Rasulullah SAW bersabda:
E ِ Lَ 9 ْ N7 K ا8ِ <ْ M َ E ُ Fْ 8ُ >ْ Lَ 9 ُ 3َ56َ 87 9 َ 3َK3َ@ Hٍ >ِ َوآE ُ Fْ ن ُ 3َ>Bْ C ُ ُ@ َ? ْ> َ< ُ; َو3َ56َ 87 9 َ [ِ \ِ 3َ]Zُ ْEM َ 8ٍ L7 T َ Zُ QِFن َأ َ رُو3َْ هEM َ U ٍ Kِ 3َV E ِ Fْ E ِS َ T َ Kْ ْ اEM َ Q PC ِ ؤَاNP Kا fَ d7C َ َوeِ >ْ dَ M َ eُ d7K اc7dV َ Q P <ِ 57 K َل ا3َ@ َل3َ@ ` ٍ aَ ْ َأEM َ َد َة3َ?@َ ْEM َ ن َ 37>9 َ E ِ Fْ eُ Kَ eُ d7K اm َ ?َ ` َآo َأNَ @َ ْEZَ ` َوo ن ِ nْN]ُ Kْ اm ُ dْ @َ َو3ً
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 25/15-W/F-1/08-IV/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 109 Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid (Solo: Pustaka Arafah,2006), 155. 110 Muhammad Isa bin surah At Tirmidzi, Sunan AT Tirmidzi juz IV terj. Muh Zuhri dkk (Semarang: CV. Asy-syifa, 1992), 484-485.
53
diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dalam 'Amalul Yaum wal-Lailah sebagaimana yanng dikutip oleh Suwaid bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ًاWَ Xَ ُ` ^َ] َ\ ٌ[ أaْ b ِ cُ ْdَ e [ٍ gَhْ eَ j i َ[ ُآlَ \ِ َاmeْ َر َة اmp ُ َأqَ \َ ْrsَ Artinya: “Barangsiapa membaca surah al-Wâqi’ah pada tiap-tiap malam, niscaya tidak mengenai akan dia oleh kefaqiran selamalamanya”111 Jadi, dari latar belakang munculnya kegiatan tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah tersebut sudah bersesuaian dengan hikmah membaca al-Qur'an yaitu menurut Majdi al-Hilali bahwa cara paling efektif yang dapat membantu kita untuk melampaui bentuk sikap kita terhadap al-Qur'an dan yang dapat memasukkan kita merasakan kemanisan iman yang timbul darinya adalah memohon pertolongan kepada Allah SWT, benar-benar berdo'a kepada-Nya.112 Karena munculnya kegiatan tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah juga dilatarbelakangi oleh makna do'a yang terkandung dalam kegiatan tersebut. Al-Qur'an merupakan kitab Allah yang berisi kalamullah yang suci dan benar. Apabila seorang yang telah beriman, bermakrifat, dan bertauhid kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, maka bacaan al-Qur'an yang tercapai oleh lisan, terhayati oleh hati dan jiwa, serta terimplementasi dalam perilaku kehidupan akan mengandung berkah-berkah yang tidak terhingga. Latar belakang tadarus al-Qur’an yang lain adalah meningkatkan keimanan sebagaimana firman Allah SWT:113
öΝÍκön=tã ôMu‹Î=è? #sŒÎ)uρ öΝåκæ5θè=è% ôMn=Å_uρ ª!$# tÏ.èŒ #sŒÎ) tÏ%©!$# šχθãΖÏΒ÷σßϑø9$# $yϑ‾ΡÎ) ∩⊄∪ tβθè=©.uθtGtƒ óΟÎγÎn/u‘ 4’n?tãuρ $YΖ≈yϑƒÎ) öΝåκøEyŠ#y— …çµçG≈tƒ#u “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayatayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”.( QS. Al-Anfal:2) Kemahiran dan ketekunan dalam mempelajari, mengkaji dan menghayati pesan-pesannya melalui tafsir dan takwil, hal itu akan mendidik dan mengembangkan kecerdasan akal. Sedangkan mengamalkannya untuk diri dengan membacanya sebagai amalan atau 111
Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid, 156. Majdi al-Hilali, Manajemen SQi-Sukses Qur’ani, terj. Ahmad Sunarto (Semarang: Pustaka Nuun, 2006), 95. 113 Al-Qur’an, 8:2. 112
54
wirid hingga khatam, hal itu akan mendidik dan mengembangkan kecerdasan ruhaniah (spiritual). Hakikinya, jika keduanya dapat dikakukan secara harmonis, maka seorang hamba akan meperoleh hakekat pesanpesan al-Qur'an secara keilmuan (lahiriah) dan secara pengamalan ruhani (batiniah). Sedangkan mengamalkan dan mengajarkan al-Qur'an, seperti cara membacanya, terjemahannya, atau tafsirnya, hal itu akan mendidik dan mengembangkan kecerdasan emosional.114 Dengan demikian, kegiatan tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif alBasyariyah tersebut yang dilatarbelakangi oleh program pembiasaan bagi siswa dapat dikatakan sesuai dalam rangka menumbuhkan kecerdasan spiritual siswa karena dengan membaca al-Qur'an akan mendidik dan mengembangkan kesehatan ruhani dan kecerdasan spiritual. B. Analisis Perilaku Siswa Selama Mengikuti Kegiatan Tadarus alQur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah Berdasarkan dari data hasil wawanacara dan observasi yang telah peneliti peroleh bahwa perilaku siswa selama tadarus berlangsung sangat beraneka ragam. Secara umum perilakunya tertib dan membaca al-Qur'an dengan hikmat115 Adab membaca al-Qur'an adalah tata cara atau sikap sopan santun ketika akan, sedang, dan setelah membaca al-Qur'an. Melalui adab ini, diharapkan al-Qur'an yanng telah dibaca akan dapat dengan mudah dipahami dan diamalkan serta Allah SWT berkenan menurunkan hikmahhikmah-Nya ke dalam jiwa, kalbu, akal pikiran, indera, dan diri secara totalitas.116 Membaca al-Qur'an akan lebih utama dan mulia, jika dengan tartîl, yaitu dengan perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa, tenang serta dengan ucapan yang benar menurut ilmu tajwid. Allah SWT berfirman: 117
∩⊆∪ ¸ξ‹Ï?ös? tβ#uöà)ø9$# È≅Ïo?u‘uρ ϵø‹n=tã ÷ŠÎ— ÷ρr& Artinya: “atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan”. (QS. Al-Muzammil: 4) Maka, perilaku siswa dengan hikmat membaca al-Qur'an tersebut sudah bersesuaian dengan penumbuhan SQ menurut Suharsono bahwa sesungguhnya seseorang sangat dianjurkan memperbanyak ibadah-ibadah sunnah, antara lain ialah menyelenggarakan shalat lail, disamping tentunya membaca dan 114
Hamdani Bakran Ad-Dzakiey, Prophetic Intelligence (kecerdasan kenabian) (yogyakarta: Pustaka al-Furqan, 2006), 170. 115 Lihat transkrip wawancara nomor: 21/13-W/F-2/22-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 116 Adz-Dzakiey, Prophetic Intelligence, 160. 117 Al-Qur’an, 73: 4.
55
mengkaji al-Qur'an secara tartil. Qiyamul lail dan tartîlul Qur'an adalah sebuah metode atau bahkan paradigma transformasi Islam yang khas.118 Penyikapan dan perlakuan yang baik terhadap al-Qur’an akan berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh. Termasuk cara penghormatan dan pemuliaan terhadap al-Qur’an adalah membacanya dengan tertib dan hikmat. Hal ini bukan saja karena al-Qur’an sebagai sesuatu yang sangat suci, melainkan disebabkan pembaca al-Qur,an akan menduduki derajat mulia di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
r َ tْ qِ u َ v `ِ Xِ wُ x َ tَ ً] َوsَاm\ْ ب َأ ِ ]َ{|ِ eْ َ~}َا اXِ wُ ^َ ْqtَ َ نا i ِإ Artinya: Sesungguhnya Allah akan mengangkat deerajat beberapa kaum melalui al-Qur’an dan akan merendahkan kaum yang lain dengan al-Qur’an juga. (H.R. Muslim dari Umar bin Khattab, Ra.)119 Dengan membaca al-Qur'an dengan hikmat dan menghadap kiblat, maka akan timbul dalam diri seseorang suatu ketenangan jiwa. Hal ini menjadikan siswa lebih siap dalam mengikuti mata pelajaran selanjutnya. Seorang guru dalam memulai tadarus al-Qur’an memberikan penjelasan makna dari surah yang dibaca meskipun secara garis besar. Pesan-pesan yang terkandung dalam al-Qur’an akan selalu membimbing siapa saja yang beriman, percaya, yakin, dan mengenal Allah SWT. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Adz-Dzakiey bahwa dengan mempelajari, membaca, dan mengamalkan al-Qur’an dengan baik dan benar, diri akan menjadi sehat secara mental, spiritual, moral, sosial, dan fisik. Sebagaimana firman Allah SWT:
tÏϑÎ=≈©à9$# ߉ƒÌ“tƒ Ÿωuρ tÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ Ö!$x1Ï© uθèδ $tΒ Èβ#uöà)ø9$# zÏΒ ãΑÍi”t∴çΡuρ ∩∇⊄∪ #Y‘$|¡yz āωÎ) Artinya: “dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(QS. Al-Isra:82)120 Siswa melakukan tadarus al-Qur'an dengan menghadap kiblat. Hsal ini sesuai bahwa Membaca al-Qur'an lebih utama dan mulia jika dilakukan dengan menghadap kiblat, di samping dalam keadaan suci 118
Suharsono, Melejitkan IQ, IE dan IS (Depok: Inisiasi Press, 2004), 162. Imam an-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an ,13. 120 Al-Qur’an, 17: 82. 119
56
dan bersih. Secara lahir menghadap ke Baitullah, sedangkan secara batin hati menghadap kepada Allah SWT. Perhatian siswa meningkat selama tadarus al-Qur’an berlangsung, hal ini terjadi apabila di kelas ada yang mengawasi dan mengendalikan tadarus al-Qur'an. Karena itu, dibutuhkan seorang guru yang mengkondisikan kelas yang efektif dan efisien, yaitu menurut Zohar dan Marshall melalui "jalan pengasuhan". Guru perlu menciptakan suasana kelas penuh kegembiraan di mana setiap anak saling menghargai, saling memaafkan jika terjadi konflik di antara mereka. Hal ini terbukti bahwa di antara mereka saling toleransi dan apabila terjadi konflik mereka saling melerai.121 Semenjak tadarus al-Qur’an diterapkan siswa mengalami perubahan perilaku yaitu mudah menerima nasehat guru. Siswa yang sebelumnya bandel menjadi patuh, misalnya ketika guru memerintahkan untuk mengulang bacaan, siswa mau mengikutinya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Kyai Maftuh bahwa al-Qur’an dapat melunakkan hati dan meneranginya yaitu hati lunak untuk dimasuki petunjuk atau mau menerima dan merasa puas. Sebagaimana firman Allah SWT:
tÏ%©!$# ߊθè=ã_ çµ÷ΖÏΒ ”Ïèt±ø)s? u’ÎΤ$sW¨Β $YγÎ6≈t±tF•Β $Y6≈tGÏ. Ï]ƒÏ‰ptø:$# z|¡ômr& tΑ¨“tΡ ª!$# “y‰èδ y7Ï9≡sŒ 4 «!$# Ìø.ÏŒ 4’n<Î) öΝßγç/θè=è%uρ öΝèδߊθè=ã_ ß,Î#s? §ΝèO öΝåκ®5u‘ šχöθt±øƒs† ∩⊄⊂∪ >Š$yδ ôÏΒ …çµs9 $yϑsù ª!$# È≅Î=ôÒムtΒuρ 4 â!$t±o„ tΒ ÏµÎ/ “ωöκu‰ «!$# Artinya: “Allah telah menurunkan Perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.”(QS. Az-Zumar: 23)122 Dari berbagai perilaku siswa selama tadarus berlangsung tersebut, dapat diketahui bahwa siswa mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi sebagai hamba Allah SWT. Dan inilah salah satu tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik.
121
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 01/1-W/F-3/15-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 122 Al-Qur’an, 39: 23.
57
C. Analisis Manfaat Tadarus al-Qur'an di MTs Ma’arif al-Basyariyah dalam Membangun Kecerdasan Spiritual Siswa Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan bahwa manfaat yang diperoleh siswa dalam kegiatan tadarus al-Qur'an di samping memperlancar membaca al-Qur'an adalah: 1. Menumbuhkan sikap tolong menolong Apabila di antara mereka ada yang belum bisa atau lancar membaca al-Qur'an, mereka saling membantu yaitu dengan mengajarinya. Maka hal itu sesuai dengan yang dikatakan oleh Suharsono bahwa orang yang memiliki SQ, biasanya memiliki dedikasi kerja yang lebih tulus dan jauh dari kepentingan pribadi serta memiliki kepedulian terhadap sesama. Jika terjadi konflik di antara siswa, mereka saling melerai dan mencari pihak mana yang benar melalui berdialog dengan guru. Hal tersebut sebagaimana dikatakan oleh Zohar dan Marshall bahwa diperlukan guru yang mampu mendorong setiap siswa untuk saling menghargai dan memahami pendapat dan perasaan masing-masing dalam menumbuhkan SQ. 2. Menumbuhkan iman dan takwa Dengan pembiasaan tadarus yakni membaca al-Qur'an setiap pagi, siswa akan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, serta mengkokohkan keimanan dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan upaya meningkatkan keimanan menurut Djarot Sensa bahwa senantiasa membaca al-Qur’an merupakan salah satu upaya meningkatkan keimanan sehingga seseorang akan terus mengalami bimbinganbimbingan yang bersifat langsung dan tanpa batas. Dan inilah salah satu indikator yang telah tercapai bahwa siswa memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Firman Allah SWT:123
tβθç/§s)ßϑø9$# y7Í×‾≈s9'ρé& . tβθà)Î7≈¡¡9$# tβθà)Î7≈¡¡9$#uρ “Dan orang-orang yang beriman paling dahulu, Mereka Itulah yang didekatkan kepada Allah”(QS. Al-waqi’ah:10-11) 3. Malu mengerjakan perbuatan dosa dan tercela Hal tersebut merupakan indikator kecerdasan spiritual. Dengan membaca al-Qur'an, akan timbul dalam diri siswa perbuatan yang baik dan yang buruk. Sebagaimana yang dikatakan Siti Ilmiah bahwa bila 123
Al-Qur’an, 56: 10-11.
58
dia ingin mengerjakan perbuatan yang buruk, dia selalu ingat bahwa hal itu tidak baik. Firman Allah SWT:124
∩⊇⊆∪ 3“ttƒ ©!$# ¨βr'Î/ Λs>÷ètƒ óΟs9r& Artinya: “tidaklah Dia mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?”.(QS. Al-Alaq: 14) Dengan perasaan malu yang dimiliki siswa tersebut dapat dikatakan bahwa melalui tadarus al-Qur’an, SQ siswa mulai berkembang karena satu indikator SQ telah tercapai. 4. Membuat hati tenang, damai dan tenteram Tadarus al-Qur'an setiap pagi ini merupakan awal kegiatan belajar. Dengan ketenangan hati yang dimiliki siswa, mereka lebih mudah tertata dan fokus dalam menerima pelajaran. Sehingga mereka dapat dikatakam memiliki kemampuan bersikap fleksibel. Hal ini sesuai dengan tanda-tanda kecerdasan spiritual yang berkembang menurut Zohar dan Marshall sebagaimana dikutip oleh Siswo yakni kemampuan bersikap fleksibel dan tingkat kesadaran yang tinggi.125 Misalnya, anak memiliki pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan di saat mengalami situasi dilematis, saat pelajaran dimulai, siswa fokus memperhatikan pelajaran. Hal tersebut juga sesuai syair lagu tombo ati karangan Sunan Bonang bahwa satu di antara lima obat atau penawar hati adalah membaca al-Qur’an dan maknanya. Meskipun tadarus di MTs tersebut pemberian maknanya secara garis besar, namun talah memberikan hikmah yaitu hati mereka dijadikan tenteram. Firman Allah SWT:
y7Ï9≡x‹Ÿ2 4 Zοy‰Ïn≡uρ \'s#÷Ηäd ãβ#uöà)ø9$# ϵø‹n=tã tΑÌh“çΡ Ÿωöθs9 (#ρãx1x. tÏ%©!$# tΑ$s%uρ ∩⊂⊄∪ Wξ‹Ï?ös? çµ≈oΨù=¨?u‘uρ ( x8yŠ#xσèù ϵÎ/ |MÎm7s[ãΖÏ9 Artinya: “berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).”(al-Furqon: 32) 5. Pikiran jernih atau otak encer Berfikir jernih merupakan salah satu jalan menuju kecerdasan spiritual. Hal itu sesuai dengan jalan menuju kecerdasan spiritual 124
Al-Qur’an, 96: 14. Siswo Murdwiyono, “Kiat Mengembangkan SQ bagi Siswa Akseleran”, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ed. Reni Akbar Hawadi (Jakarta: Grasindo, 2004), 208. 125
59
menurut Siswo Murdwiyono yaitu menciptakan pribadi yang hening.126 Firman Allah SWT:127
#Zöyz u’ÎAρé& ô‰s)sù sπyϑò6Åsø9$# |N÷σムtΒuρ 4 â!$t±o„ tΒ sπyϑò6Åsø9$# ’ÎA÷σム∩⊄∉∪ É=≈t6ø9F{$# (#θä9'ρé& HωÎ) ãā2¤‹tƒ $tΒuρ 3 #ZÏWŸ2 Artinya: “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah”. (QS. Al-Baqoroh: 269). Pribadi yang hening sangat dibutuhkan agar siswa mempunyai kebiasaan berfikir jernih ketika menghadapi sesuatu di sekelilingnya. Kecerdasan spiritual yang menekankan pemberian nilai dan makna kehidupan memiliki sumbernya pada kejernihan batin sehingga anak sampai pada pemikiran yang mendasar tentang dirinya. 6. Bersikap disiplin Dengan adanya tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif al-Basyariyah kedisiplinan siswa semakin bertambah. Maka kedisiplinan siswa tersebut bersesuaian dengan salah satu indikator kecerdasan spiritual yaitu istiqomah. Firman Allah SWT:128
öΝèδ Ÿωuρ óΟÎγøŠn=tæ ì∃öθyz Ÿξsù (#θßϑ≈s)tFó™$# §ΝèO ª!$# $oΨš/z’ (#θä9$s% tÏ%©!$# ¨βÎ) ∩⊇⊂∪ šχθçΡt“øts† Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”.(QS. Al-Ahqaf: 13). Orang yang istiqomah biasanya mempunyai tujuan, termasuk orang yang kreatif, bersikap sabar dan menghargai waktu. Dan salah satu cirinya adalah tanggung jawab dan disiplin. Sikap disiplin dengan menjadikan waktu sebagai salah satu parameter menyebabkan mereka yang memiliki kecerdasan spiritual akan menunjukkan sikapnya yang 126
Ibid., 209. Al-Qur’an, 2: 269. 128 Al-Qur’an, 46: 13. 127
60
bertanggungjawab dan menepati waktu dengan penuh rasa waspada dan hati-hati.129 Hal ini terbukti bahwa siswa semakin rajin berangkat pagi dan siswa yang terlambat berkurang. 7. Menumbuhkan rasa syukur dan sikap jujur Dengan tadarus yaitu membaca al-Qur’an secara târtil atau tidak tergesa-gesa, menjadikan siswa lebih mudah untuk belajar membaca al-Qur’an. Sehingga sebagian dari mereka dapat meresapi makna yang terkandung dan mereka berusaha bersikap jujur serta bila mendapat kebahagiaan mengucapkan “alhamdulillah”. Dan inilah salah satu indikator dari kecerdasan spiritual yang dapat dicapai melalui tadarus al-Qur’an. Firman Allah SWT:130
Å7ù=ßϑø9$# ’Îû Ô7ƒÎŸ° …ã&©! ä3tƒ óΟs9uρ #V$s!uρ õ‹Ï‚−Gtƒ óΟs9 “Ï%©!$# ¬! ߉ôϑptø:$# È≅è%uρ ∩⊇⊇⊇∪ #MÎ7õ3s? çν÷Éi9x.uρ ( ÉeΑ—%!$# zÏiΒ @’Í
D. Analisis Kendala yang Dihadapi Kegiatan Tadarus al-Qur'an di MTs Ma’arif al-Basyariyah dalam Membangun Kecerdasan Spiritual Siswa Semenjak diterapkannya tadarus al-Qur'an di MTs Ma'arif alBasyariyah, banyak sekali perubahan yang terjadi baik menyangkut diri atau pribadi siswa maupun lingkungan madrasah tersebut. Penciptaan suasana religius di lingkungan sekolah adakalanya telah berjalan maksimal. Target yang ingin dicapai tadarus tersebut yakni 50% siswa telah menghafal surah-surah yang ditugaskan kepada mereka. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat berbagai kendala yang dihadapi yaitu, adanya siswa yang terlambat dapat mengganggu
129 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah: Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlaq (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 211. 130 Al-Qur’an, 17: 111.
61
konsentrasi dalam membaca al-Qur'an.131 Upaya sekolah dalam mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan peraturan bahwa siswa yang terlambat harus membaca al-Qur'an di luar kelas dan di hadapan seorang guru. Hal ini dilakukan untuk mendisiplinkan siswa agar takut jika harus mengulanginya, dan ini termasuk dalam pendidikan nilai. Hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai kehidupan menurut Linda dan Eyre sebagaimana dikutip oleh Siswo Murdwiyono bahwa nilai-nilai yang baik akan menjadikan orang lebih, hidup lebih baik, dan memperlakukan orang lain secara lebih baik. Eyre menunjukkan 12 nilai yang telah dipilihnya. Separuh di antaranya disebut nilai nurani karena nilai-nilai itu bermula dengan berkembangnya sikap dalam diri seseorang yang akan menentukan perilaku serta cara seseorang memperlakukan orang lain. Nilai-nilai nurani yaitu kejujuran, keberanian, cinta damai, keandalan diri, disiplin, dan kemurnian. Separuh yang lain disebut nilainilai memberi karena bermula ketika seseorang memberi kepada orang lain dan selanjutnya berpengaruh terhadap siapa dirinya. Nilai-nilai tersebut adalah hormat, sayang, setia, tidak egois, ramah, dan murah hati.132 Dengan demikian, disiplin merupakan nilai nurani yang dapat membawa siswa ke jalan menuju kecerdasan spiritual. Kurangnya apresiasi siswa, menyebabkan tidak mau membaca karena malu dirinya belum lancar membaca al-Qur'an. Tetapi setelah didekati oleh guru dan dengan pembiasaan tadarus tersebut setiap hari, lama kelamaan siswa akan terbiasa dan menjadi bisa. Kurangnya konsistensi guru piket dan minimnya guru piket, yakni 1 piket untuk 3 kelas, membuat guru piket mengalami kesulitan untuk mengawasi kegiatan tadarus al-Qur'an tersebut sebelum guru pengajar jam pertama datang. Dengan demikian, diperlukan kerjasama atau koordinasi di antara para guru agar kegiatan tadarus al-Qur'an dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA 131
Lihat Transkrip Observasi nomor: 03/O/F-4/17-III/2008 dalam lampiran laporan hasil penelitian ini. 132 Siswo Murdwiyono, Kiat Mengembangkan SQ bagi Siswa Akseleran, 211.
62
Abdullah, Mas Udik. Meledakkan IESQ Dengan Langkah Takwa dan Tawakal. Jakarta: Dzikrul Hakim, 2005. Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. Prophetic Intellegence: Kecerdasan kenabian. Yogyakarta: Pustaka Al-Furqon, 2006. Agustian, Ary Ginanjar. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui al-Ihsan. Jakarta: Arga, 2006. Al-Hilali, Majdi. Manajemen SQi-Sukses Qur’ani, terj. Ahmad Sunarto. Semarang: Pustaka Nuun, 2006. Amin, Muhammad. Konsep Masyarakat Islam. Jakarta: Fikahati Aneka, 1992. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek Edisi revisi IV. Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Azra, Azyumardi. Malam Seribu Bulan: Renungan-renungan 30 Hari Ramadan. Jakarta: Erlangga, 2005. Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Chaplin, CP. Kamus Lengkap Psikologi. terj. Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grasindo Persada, 1999. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta: YPFP UGM, 1987. Isa, Muhammad bin surah At Tirmidzi. Sunan AT Tirmidzi juz IV terj. Muh Zuhri dkk. Semarang: CV. Asy-syifa, 1992. Khozin. Jejak-jejak Pendidikam Islam di Indonesia: Rekontruksi Sejarah untuk Aksi, edisi revisi. Malang: UMM Press, 2006. Lopa, Baharudin. Al-Qur’an Dan Hak-Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PT Dana Bakti Prima Yasa, 1996. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Miles, Matthew dan Michael Hubberman. Analisis Data Kualitatif. terj.Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI Press,1992. Moloeng, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000. Muhaimin. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: PSAPM, 2004. Murdwiyono, Siswo. “Kiat Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Siswa Akseleran”, dalam Akselerasi: A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual, ed. Reni Akbar hawadi. Jakarta: Grasindo, 2004. Nggermanto, Agus. Quantum Quotient: Cara Cepat Melejitkan IQ, EQ dan SQ secara Harmonis. Bandung: Nuansa, 2003. Partanto, Pius A dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arkola, 1994. Satyadarma, Monty dan Fidelis E Waruwu. Mendidik Kecerdasan: Pedoman bagi orang tua dan guru dalam mendidik anak cerdas. Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2003.
63
Sensa, Muhammad Djarot. Quranic Quetient: Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Qur’an. Jakarta: Hikmah, 2004. Spradley, Participant Observation. New York: Holt Rinchart and Winston, 1980. Straus, Anselm & Juliet Corbin. Dasar-dasar penelitian Kualitatif. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997. Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfa Beta, 2007. ________. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2002. Suharsono. Melejitkan IQ,IE dan SQ. Depok: Inisiasi Pres, 2004. Sukidi. SQ Lebih Penting daripada IQ dan EQ. Kompas 28 September 2001. Sulistami, Ratna dan Erlinda Manaf Mahdi. Universal Intelligence: Tonggak kecerdasan Untuk Menciptakan Strategi dan Solusi Menghadapi Perbedaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006. Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: raja Grasindo Persada,1998. Suwaid, Muhammad. Mendidik Anak Bersama Nabi SAW, terj. Salafudin Abu Sayyid. Solo: Pustaka Arafah, 2006. Tasmara, Toto. Kecerdasan Ruhaniah (Transendental Intelligence): Membentuk Kepribadian yang Bertanggung jawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta: Gema Insani Press, 2001. Tebba, Sudirman. Tasawuf Positif. Jakarta: Prenada Media,2003. ________. Kecerdasan Sufistik: Jembatan Menuju Makrifat. Jakarta: Prenada Media, 2004. Yayasan Penyelenggara penterjemah/penafsir al Qur’an. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta, 1971.