1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tuntutan akan pelayanan rumah sakit yang bermutu seiring dengan semakin baiknya kesadaran masyarakat tentang mutu, membuat rumah sakit sebagai pemberi pelayanan kesehatan harus meningkatkan pelayanannya dari berbagai aspek. Berbagai fakta menunjukkan, banyaknya warga Indonesia pergi ke luar negeri untuk berobat disebabkan pelayanan rumah sakit di Indonesia belum mampu memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Sebagai gambaran menurut Gatra dalam Kurniana (2008), tercacat kurang lebih 200 ribu pasien Indonesia berobat di luar negeri, seperti Singapura dan Malaysia. Fakta juga telah menunjukkan bahwa orang indonesia yang mencari pengobatan ke luar negeri antara lain dijaringan rumah sakit national healthcare group yang merupakan salah satu jaringan rumah sakit pemerintah Singapura, pasien Indonesia tercatat 11.000 orang dari 374.000 pasien asing pada 2005. Rumah sakit sebagai organisasi publik yang terdiri dari beberapa tenaga dengan berbagai disiplin ilmu, diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu kepada masyarakat. Dalam era globalisasi seperti sekarang, mutu pelayanan sangat menentukan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Mutu pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tetap dapat menjaga keberadaan suatu rumah sakit (Lubis, 2009).
2
Tinggi rendahnya mutu pelayanan kesehatan rumah sakit, antara lain dapat segera dilihat dengan lengkap tidaknya catatan pengobatan yang tercantum dalam rekam medis. Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa, kapan, di mana, dan bagaimana layanan kesehatan itu akan atau telah dilakukan (Pohan, 2007). Di samping itu adanya tuntutan masyarakat yang tidak hanya ingin tahu tentang hasil pelayanan kesehatan rumah sakit, tetapi juga kejelasan proses pelaksanaannya yang semua itu terdokumentasi di dalam rekam medis. Rekam medik dipergunakan sebagai bukti tertulis yang dapat dipertanggungjawabkan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Djojodibroto, 1997). Maka dari itu, rekam medis merupakan salah satu bagian penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Hal ini mengingat rekam medis merupakan salah satu standar yang harus dipenuhi oleh rumah sakit untuk mendapatkan predikat akreditasi (Depkes RI, 1997). Rekam medis menurut Permenkes Nomor: 269/Menkes/PER/III/2008 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Setiap sarana kesehatan wajib membuat rekam medis. Hal ini disebabkan karena catatan yang terdapat dalam rekam medis merupakan bukti dokumentasi tertulis berupa perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Rekam medis harus berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan di masa lalu, masa kini dan perkiraan terjadi dimasa yang akan datang (Depkes RI, 1997).
3
Rekam medis disebut lengkap apabila rekam medis tersebut telah berisi seluruh informasi tentang pasien termasuk resume medis, keperawatan dan seluruh hasil pemeriksaan penunjang serta telah diparaf oleh dokter yang bertanggung jawab. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit menyatakan bahwa pada jenis pelayanan rekam medis, indikator kelengkapan pengisian rekam medis 1x24 jam setelah selesai pelayanan, dengan standar kelengkapan pengisian rekam medis 100%. Salah satu lembaran di rekam medis yang harus berisi informasi lengkap adalah lembar Ringkasan Masuk dan Keluar (RMK). Lembar RMK adalah lembaran yang berisi informasi tentang identitas pasien, cara penerimaan pasien melalui cara masuk, dikirim oleh, serta berisi ringkasan data pada pasien keluar. Lembaran ini penting sebagai sumber informasi untuk mengindeks rekam medis, serta menyiapkan laporan rumah sakit (Depkes RI, 1997). Lembar ringkasan masuk dan keluar juga merupakan salah satu lembar yang tidak dimusnahkan (Budi, 2011). Karena lembar ini disimpan selamanya, maka kelengkapan pengisian pada lembar ini sangatlah penting. Dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, seorang dokter, dokter Spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis dalam melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien. Oleh karena itu setiap dokter,
dokter
spesialis,
dokter
gigi
dan dokter gigi spesialis
dalam
4
melaksanakan praktik kedokteran atau kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya, di mana dalam rangka pelaksanaan kegiatan tersebut dapat diselenggarakan audit medis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 496/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, pengertian audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis yang dilaksanakan oleh profesi medis. Kebijakan yang menguatkan tentang pelaksanaan rekam medis yang dilakukan dokter dan dokter gigi ini tertuang dalam Pasal 16 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1419/Menkes/PER/X/2005. Pasal 16 menyebutkan bahwa dokter dan dokter gigi dalam pelaksanaan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis. Pada Pasal 18 diatur mengenai kewajiban dokter untuk menyimpan rahasia pasien terkait dengan pemeriksaan pasien, interprestasi penegakan diagnosa dalam melakukan pengobatan termasuk segala sesuatu yang diperoleh dari tenaga kesehatan lainnya. Dengan adanya ketentuan tersebut maka siapapun yang bekerja di rumah sakit, khususnya bagi mereka yang berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Rekam Medis pada studi pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 12 Desember 2012 di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito diketahui bahwa kelengkapan pengisian rekam medis khususnya di lembar RMK yang terdapat dalam berkas rekam medis
5
pasien di rawat inap jarang terisi terutama item yang diisi oleh dokter seperti nama dokter, tandatangan dokter dan diagnosis pasien. Hal ini terjadi diduga karena kesibukan dari dokter yang bekerja di rumah sakit tersebut. Dokter di rumah sakit ini bukan hanya berperan sebagai dokter saja tapi juga sebagai angkatan yang juga mempunyai kewajiban sebagai seorang anggota TNI, sehingga jika ada tugas keluar maka jarang ditempat, sehingga ini berakibat kepada ketidaklengkapan berkas rekam medis. Penyebab lainnya adalah setelah pasien selesai diberikan tindakan, dokter tidak langsung mengisi berkas rekam medis. Selain itu dari hasil wawancara dengan petugas rekam medis Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito mengatakan bahwa di rumah sakit tersebut belum menjalankan analisis kuantitatif untuk melihat prosentase kelengkapan berkas rekam medis pasien rawat inap. Petugas rekam medis tersebut juga mengatakan bahwa bagian rekam medis belum ada yang menjadi penanggungjawab yang memintakan kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap kepada dokter yang bersangkutan jika belum lengkap. Sehingga dokternya juga tidak tahu untuk melengkapi berkas rekam medisnya yang belum lengkap. Padahal kelengkapan pengisian berkas rekam medis ini berpengaruh kepada hasil pelaporan rumah sakit dan mutu rekam medis itu sendiri. Selain itu menurut Hanafiah (1999), catatan pada rekam medis yang baik dan lengkap sangat berguna untuk mengingatkan dokter dengan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan kepada pasien, hal ini berguna untuk memudahkan strategi pengobatan pasien.
6
Dilihat
dari
penyebab
ketidaklengkapan
pengisian
tersebut
bahwa
kedisiplinan terhadap peraturan dan motivasi dokter dalam melaksanakan tugasnya sangat berpengaruh. Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturanperatuan yang berlaku dalam organisasi. Sedangkan motivasi biasanya terkandung keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif. Dengan demikian suatu motif adalah keadaan kejiwaan yang mendorong,
mengaktifkan
dan
menggerakkan
dan
motif
itulah
yang
menggerakkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak-tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan (Siagian, 2001). Kedisiplinan praktisi kesehatan dalam melengkapi informasi medis sesuai dengan jenis pelayanan yang telah diberikan kepada pasien merupakan kunci terlaksananya kegunaan rekam medis. Namun, masih banyak dokter dan perawat yang tidak mengisi rekam medis dengan benar, karena alasan terbatasnya waktu atau anggapan bahwa hanya penting untuk keperluan administrasi rumah sakit (Dewi, 1999). Melihat pentingnya kelengkapan dari lembar RMK tersebut, peneliti tertarik membahas tentang Dampak Kedisiplinan dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Lembar Ringkasan Masuk dan Keluar Pasien Rawat Inap pada Bangsal Melati di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito.
7
B. Rumusan Masalah Apakah kedisiplinan dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, dan supervisi) berdampak terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian lembar RMK pada berkas rekam medis pasien rawat inap?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui dampak kedisiplinan dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam pelaksanaan pengisian data klinis pada lembar RMK pasien rawat inap di bangsal Melati Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito. 2. Tujuan Khusus: a) Untuk mengetahui kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian data klinis pada lembar RMK pasien rawat inap di bangsal Melati Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito. b) Untuk mengetahui dampak dari kedisiplinan terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian data klinis pada lembar RMK pasien rawat inap di bangsal Melati Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito. c) Untuk mengetahui dampak motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja dan supervisi) terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian data klinis pada lembar RMK pasien
8
rawat inap di bangsal Melati Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang bisa didapat dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan berupa saran yang membangun dalam membuat kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja pelayanan rumah sakit. 2. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang berharga secara langsung di rumah sakit dengan menerapkan teori yang peneliti peroleh dari institusi pendidikan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Memberikan
masukan
materi
yang
berharga
sebagai
sumber
pembelajaran bagi pendidikan mahasiswa DIII Rekam Medis dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan gambaran atau penerapan di lapangan. 4. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
9
E. Keaslian Penelitian Penelitian ini belum pernah dilaksanakan di Rumah Sakit TNI AU dr. S. Hardjolukito, akan tetapi ada beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini, yaitu: 1. Elynar Lubis (2009) dengan judul “Pengaruh Karakteristik Individu dan Motivasi Ekstrinsik Terhadap Kinerja Dokter dalam Kelengkapan Pengisian Rekam Medis Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit PT Perkebunan Nusantara IV (PERSERO) Tahun 2008”. Hasil penelitian: Variable yang diteliti dalam penelitian ini adalah karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama kerja, serta variabel motivasi ekstrinsik meliputi kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur, dan supervisi. Dari semua variabel tersebut, yang berpengaruh terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis adalah kondisi kerja dengan nilai p = 0,001 < p = 0,05 dan supervise dengan nilai p = 0,047 < p = 0,05. Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian Lubis (2009) bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu responden dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan pengisian lembar RMK pada berkas rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito dan untuk mengetahui dampak dari kedisiplinan dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja dan mutu supervisi) terhadap kinerja
10
dokter dalam kelengkapan pengisian lembar RMK pada berkas rekam medis pasien rawat inap bangsal Melati di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito. Jenis penelitian yang digunakan oleh Lubis (2009) adalah jenis penelitian explanatory research, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti Elynar Lubis, menggunakan 2 variabel independent, yaitu berupa karakteristik individu (X1) dan motivasi ekstrinsik (X2), dan menggunakan 1 variabel dependent yaitu kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian rekam medis pasien rawat inap (Y). Sedangkan peneliti ini menggunakan 2 variabel independent yaitu kedisiplinan (X1) dan motivasi ekstrinsik (X2), dan 1 variabel dependent yaitu kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian lembar RMK pasien rawat inap (Y). Variabel independent (X1) peniliti ini adalah kedisiplinan berupa patuh terhadap peraturan yang telah diterapkan di rumah sakit dan peneliti sekarang lebih menekankan kelengkapan pada lembar ringkasan masuk dan keluar pasien rawat inap di bangsal Melati Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito. Persamaan dengan penelitian ini adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara serta variabel independent (X2) yang digunakan dalam penelitian ini sama yaitu motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja, mutu supervisi) serta variabel dependent (Y) yaitu kinerja dokter dalam pengisian rekam medis pasien rawat inap.
11
2. Yuliana
Leli
(2010)
dengan
judul
“Upaya
Menyelesaikan
Masalah
Ketidakterisian Diagnosis Akhir pada Lembar Ringkasan Masuk dan Keluar di Rumah Sakit Panti Rini Kalasan Yogyakarta”. Hasil
penelitian:
Berdasarkan
hasil
studi
dokumentasi
diperoleh
ketidakterisian diagnosis akhir mencapai 74% dari 50 berkas rekam medis. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter, perawat, petugas rekam medis bahwa penyebab ketidakterisian diagnosis akhir karena kesibukan dokter, keterbatasan waktu dokter, lembar RMK tersusun diurutan paling belakang dari berkas rekam medis, belum direvisinya protap pengisian rekam medis. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan keterisian diagnosis akhir yakni petugas rekam medis mendatangi dokter secara langsung untuk mengisi, melalui pengambilan berkas ke bangsal yaitu melalui memo pemberitahuan ketidaklengkapan item yang harus diisi dan secara lisan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah dari tujuan penelitian. Penelitian Leli (2010) bertujuan untuk mengupayakan menyelesaikan masalah ketidakterisian diagnosis akhir pada lembar RMK, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan pengisian lembar RMK pada berkas rekam medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito dan untuk mengetahui dampak dari kedisiplinan dan motivasi ekstrinsik (kompensasi, kondisi kerja, status kepegawaian, prosedur kerja dan mutu supervisi) terhadap kinerja dokter dalam kelengkapan pengisian lembar RMK pada berkas rekam medis pasien rawat inap bangsal Melati di Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. S. Hardjolukito.
12
Persamaan antara penelitian Leli (2010) dengan penelitian ini adalah fokus penelitian dan jenis penelitian. Penelitian Leli (2010) memfokuskan penelitiannya pada lembar RMK dalam berkas rekam medis, sama halnya dengan peneliti ini yang juga memfokuskan penelitian pada lembar RMK dalam berkas rekam medis pasien rawat inap. Jenis penelitian dari penelitian Leli (2010) sama dengan peneliti ini yaitu menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross sectional.
F. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PUSAT TNI AU dr. S. HARDJOLUKITO 1. Sejarah Rumah Sakit Pusat (RSP) TNI AU dr. S. Hardjolukito Berdasarkan buku profil RS Pusat TNI-AU dr. S. Hardjolukito Yogyakarta tahun 2012 diketahui bahwa semula rumah sakit ini adalah TPS yang berdiri pada tahun 1945 dan setelah beberapa lama beroperasi 11 fasilitasnya makin berkembang, dan kemudian atas izin Departemen Kesehatan RI pada tanggal 9 April 1990 TPS secara resmi diubah menjadi Rumah Sakit TNI Angkatan Udara “dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta” dan tergolong dalam rumah sakit kelas IV/tipe D yang pengawasanya masih oleh Lanud Adisutjipto. Karena sumber daya manusia yang terus meningkat dan fasilitas di Rumah Sakit dr. Suhardi Hardjolukito semakin berkembang pesat, Kemudian pada tahun 2004 tepatnya tanggal 1 Maret 2004 status Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito telah dinaikkan menjadi Rumah Sakit Tingkat III dengan Skep KASAU nomor: Kep/5/III/2004 tanggal 1 Maret 2004. Semula Rumah Sakit dr. Suhardi Hardjolukito bertempat di dalam
13
Lanud Adisutjipto. Pada tanggal 27 Mei 2006 Rumah Sakit TNI AU dr. Suhardi
Hardjolukito mengalami
rusak
berat
karena
terjadi gempa
Yogyakarta. Oleh karena itu mulai tanggal 29 Mei 2006 secara bertahap kegiatan pelayanan kesehatan Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta dipindahkan ke bangunan yang baru yang berlokasi di Jalan Raya Janti, Yogyakarta. Rumah Sakit Pusat TNI AU dr. Suhardi Hardjolukito Yogyakarta dengan penggunaan gedung yang barunya diresmikan pada tanggal 2 Agustus 2007 oleh Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Herman Prayitno dan dikelola langsung oleh Markas Besar TNI Angkatan Udara yang pengawasannya di bawah Dinas Kesehatan Angkatan Udara disingkat Diskesau. Pada tanggal 12 sampai dengan 14 Desember 2010 Rumah Sakit dr. Suhardi Hardjolukito Diskesau telah melakukan Akreditasi Ulang Untuk 5 (lima) 12 Pelayanan dasar, yakni Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Keperawatan, dengan hasil Terakreditasi Penuh Tingkat Dasar. Nomor Sertifikat: Ym.01.10/III.1964/10 dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, dan sekarang Rumah sakit dr. Suhardi Hardjolukito telah menjadi Rumah sakit TK. II. a) Visi Terwujudnya rumah sakit menjadi rumah sakit rujukan terbesar di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
14
b) Misi (1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan bermutu, efektif, dan efisien terhadap anggota TNI, keluarga dan masyarakat umum. (2) Menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan oleh setiap anggota TNI, keluarga dan masyarakat umum. (3) Meningkatkan
kemampuan
profesional
personil
secara
berkesinambungan. c) Falsafah “Jiwa dan semangat pengabdian TNI, keluarga dan masyarakat umum adalah landasan dalam melaksanakan pelayanan”. d) Motto “Melayani dengan sepenuh hati bagi setiap insani”. e) Tujuan Rumah sakit bertujuan menyelenggarakan dukungan kesehatan yang diperlukan dalam setiap kegiatan operasi dan latihan TNI AU, meliputi dukungan kesehatan, pelayanan gawat darurat, perawatan umum, spesialistik dan kesehatan preventif serta penunjang kesehatan dalam kegiatan rumah sakit.