http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan
secara
interaktif,
inspiratif,
menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, maka menurut Sanjaya (2007:133) ada sejumlah prinsip khusus yang harus diterapkan
dalam
pengelolaan pembelajaran yaitu; (1) Interaktif. Prinsip ini mengandung makna bahwa mengajar bukan sekadar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dengan demikian proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara siswa dan sumber belajar, antara siswa dan media pembelajaran, maupun antara siswa dan lingkungannya. Melalui proses interaksi memungkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual. (2) Inspiratif. Proses pembelajaran adalah proses inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukanlah harga mati yang
1
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang siswa untuk mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu guru harus membuka berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan siswa. Biarkanlah siswa berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri. (3) Menyenangkan. Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (enjoyful learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan menata ruangan yang menarik serta mengelola pembelajaran yang hidup dan bervariasi. (4) Menantang. Proses pembelajaran adalah proses yang menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu siswa melalui kegiatan mencoba, atau bereksplorasi. Apapun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang siswa untuk berpikir dan melakukan. Apabila guru akan memberikan informasi, hendaknya tidak memberikan informasi yang sudah jadi, akan tetapi informasi yang mampu membangkitkan siswa untuk mau mengolahnya, memikirkannya sebelum dia mengambil kesimpulan. (5) Motivasi. Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan
2
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan. Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya.
Oleh karena itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru
harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi pelajaran dalam kehidupan siswa.
Dengan demikian siswa akan belajar bukan sekadar untuk
memperoleh nilai akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya. Kemampuan seorang guru dalam menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran tersebut sangat ditentukan oleh pemahaman dan keterampilan guru dalam mengimplementasikan pendekatan, strategi, metode ataupun teknik-teknik pembelajaran. Salah satu pendekatan yang efektif digunakan untuk menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran seperti yang dimaksud di atas adalah pendekatan CTL (Sanjaya, 2006:109). Oleh karena itu pendekatan CTL adalah pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan untuk digunakan guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dari beberapa kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) khususnya MGMP IPS SMP yang sering penulis fasilitasi, terungkap bahwa masih banyak guru yang belum mengimplementasikan pendekatan CTL dalam kegiatan pembelajaran. Pada umumnya
mereka masih menggunakan
pendekatan
pembelajaran yang terpusat pada guru atau pembelajaran konvensional yang didominasi oleh metode ceramah.
Menurut pengakuan mereka, hal ini
3
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
disebabkan karena mereka belum memahami pendekatan CTL itu sendiri secara utuh, baik dalam tataran konseptual maupun implementasinya dalam kegiatan pembelajaran. Kurangnya pemahaman guru tentang pendekatan CTL tersebut perlu mendapatkan perhatian. Oleh karena itu informasi tentang CTL dan contoh implementasinya dalam kegiatan pembelajaran merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh guru-guru di sekolah untuk dijadikan referensi dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran berbasis CTL. Merespons hal tersebut, maka penulis
menguraikannya dalam makalah ini dengan judul “Implementasi
Pendekatan CTL Dalam Pembelajaran IPS di SMP”
B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan berkaitan dengan Pendekatan CTL yang akan diuraikan dalam makalah ini, yaitu 1. Apakah pendekatan CTL itu? 2. Bagaimanakah mengimplementasikan Pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS di SMP?
4
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar CTL Di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dewasa ini, pendekatan CTL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang banyak dibicarakan orang. Bahkan ada yang menganggap bahwa pendekatan CTL merupakan ”mukanya” KTSP, artinya CTL merupakan salah satu
pendekatan
yang
dapat
diandalkan
dalam
mengembangkan
dan
mengimplementasikan KTSP di satuan pendidikan. Lalu seperti apakah pendekatan CTL itu? Berikut uraiannya.
1. Pengertian CTL Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2003:1). Dari konsep tersebut menurut Sanjaya (2006:109) ada tiga hal yang harus kita pahami.
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks CTL tidak
5
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Misalnya ketika seorang guru akan mengajarkan tentang “Pasar”, maka seharusnya guru tidak lagi menjelaskan apa itu pasar, tetapi dapat menugaskan siswanya untuk melakukan observasi pasar, dan mencatat apa yang ada dan terjadi di pasar, kemudian didiskusikan di kelas lalu disimpulkan sendiri apa itu pasar, apa fungsi pasar dan sebagainya. Kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Dengan demikian materi pelajaran tersebut lebih bermakna dan tertanam dalam memori siswa sehingga tidak akan mudah dilupakan. Misalnya jika siswa sudah mempelajari “Hukum permintaan dan Hukum Penawaran” maka tentu siswa dapat memahami dan menjelaskan mengapa jumlah barang yang akan dibeli (diminta) bertambah ketika terjadi diskon atau penurunan harga terhadap barang tersebut di pasar. Demikian pula siswa bisa memahami dan menjelaskan mengapa banyak petani cengkeh beralih menanam coklet ketika harga coklat di pasaran melambung tinggi. Ketiga
CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya,
akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya setelah siswa
6
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
mempelajari materi tentang “Prinsip Ekonomi”, maka diharapkan siswa dapat menerapkan prinsip ekonomi itu dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Karakteristik CTL Pendekatan CTL memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya
dengan pendekatan pembelajaran lainnya.
Adapun karakteristik pendekatan
CTL menurut Muslich (2007:42) adalah sebagai berikut; (1)
Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam pembelajaran yang alamiah.
(2)
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna.
(3)
Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
(4)
Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman.
(5)
Pembelajaran
memberikan
kesempatan
untuk
menciptakan
rasa
kebersamaan , bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam. (6)
Pembelajaran
dilaksanakan
secara
aktif,
kreatif,
produktif,
mementingkan kerja sama. (7)
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
7
dan
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
3.
Komponen CTL Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, CTL memiliki tujuh komponen
yang
membedakannya
dengan
pendekatan
pembelajaran
lainnya
(Depdiknas, 2003:10). Komponen ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Oleh karena itu sebuah kegiatan pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika telah menerapkan ketujuh komponen CTL yang dimaksud. Ketujuh komponen CTL tersebut dijelaskan di bawah ini: (1)
Konstruktivisme (Constructivism) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL,
yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. (2)
Menemukan (Inquiry) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan
8
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Misalnya Isi atau bunyi “hukum permintaan dan hukum penawaran” seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan menurut buku. (3)
Bertanya (Questioning) Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya
pembelajaran
yang
merupakan berbasis
bagian
penting
inquiry,
yaitu
dalam
melaksanakan
menggali
informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. (4)
Masyarakat belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. (5)
Pemodelan (Modeling) Yang dimaksud dengan modeling adalah adalah proses pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.
9
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
Misalnya guru memberikan contoh bagaimana cara mengoperasikan sebuah alat, guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara melempar bola, guru kesenian memberikan contoh bagaimana cara memainkan alat musik dan sebagainya. Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika ada siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa „contoh‟ tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai „standar‟ kompetensi yang harus dicapainya. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi „model‟ cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya. Modeling merupakan komponen yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran teoritis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. (6)
Refleksi (Reflection) Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan pendekatan
CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang
10
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
baru
diterimanya.
Misalnya,
ketika
pelajaran
Ekonomi
tentang
Hukum
Permintaan berakhir, siswa merenung kalau begitu ternyata pemahaman saya selama ini tentang hukum permintaan salah, ya! Bukannya “apabila harga naik permintaan berkurang,” melainkan “apabila harga naik jumlah barang yang diminta berkurang.” Dengan kata lain bahwa „permintaan‟ itu berbeda dengan „jumlah barang yang diminta.‟ (7)
Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Dalam
CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
perkembangan kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata (authentic assessment). Aunthentic Assessment, adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benarbenar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual dan mental siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar. Adapun bentuk penilaian autentik yang dapat digunakan oleh guru menurut Muslich (2007:51) adalah portofolio, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Sedangkan menurut Depdiknas (2003:20) bentuk penilaian autentik yang dapat digunakan adalah
11
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
proyek/kegiatan dan laporannya, Pekerjaan Rumah (PR), Kuis, Karya siswa, Presentasi atau penampilan siswa, Demonstrasi, Laporan, Jurnal, Hasil tes tertulis, dan Karya tulis.
B.
Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran IPS di SMP Sebuah kegiatan pembelajaran dikatakan menggunakan pendekatan CTL
jika menerapkan komponen-komponen CTL seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dan untuk melaksanakan hal tersebut tidaklah sulit karena CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, mata pelajaran apa saja, dan kelas bagaimanapun keadaannya (Depdiknas, 2003:10).
1) Langkah-langkah Implementasi Pendekatan CTL Secara garis besar langkah-langkah implementasi pendekatan CTL dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2003:10); (1)
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
(2)
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
(3)
Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
(4)
Ciptakan ‟masyarakat belajar‟ (belajar dalam kelompok-kelompok).
(5)
Hadirkan ‟model‟ sebagai contoh pembelajaran.
(6)
Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
(7)
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
12
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
2)
Contoh Implementasi Pendekatan CTL dalam Pembelajaran IPS Konsep CTL sebagaimana telah diuraikan di atas tentu masih bersifat
teoritis-abstrak jika tidak disertai dengan contoh implementasinya dalam kegiatan pembelajaran.
Oleh
karena
itu
untuk
lebih
memahami
bagaimana
mengimplementasikan pendekatan CTL dalam kegiatan pembelajaran, di bawah ini disajikan contoh implementasinya. Misalkan pada suatu hari guru akan membelajarkan Bidang Studi IPS pada peserta didiknya di SMP kelas VIII semester 1 tentang “Bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat”. Kompetensi Dasar yang harus dicapai adalah
“Mengidentifikasi bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat”
(dikutip dari standar Isi yang diatur dalam Permendiknas No.22 Tahun 2006). Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut dirumuskan beberapa indikator pencapaian kompetensi dasar, yaitu; (1)
Mendeskripsikan pengertian pasar.
(2)
Menjelaskan jenis-jenis pasar.
(3)
Membedakan karakteristik antara pasar tradisional dengan pasar modern (misalnya swalayan atau mall).
(4)
Menyimpulkan fungsi pasar.
(5)
Membuat karangan yang ada kaitannya dengan pasar.
13
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
a. Pola Pembelajaran Konvensional Untuk mencapai kompetensi dasar di atas, mungkin guru menerapkan strategi pembelajaran berikut: (1) Siswa disuruh membaca buku tentang pasar. (2) Guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan pokok-pokok materi pelajaran seperti yang terkandung dalam indikator pencapaian kompetensi dasar. (3) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada hal-hal yang dianggap kurang jelas. (4) Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dilanjutkan dedngan menyimpulkan. (5) Guru melakukan postes sebagai upaya untuk mengecek pemahaman siswa tentang materi pelajaran yang telah disampaikan. (6) Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar” Dengan model pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas, maka tampak bahwa proses pembelajaran sepenuhnya ada pada kendali guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi. Pengalaman belajar siswa terbatas, hanya sekadar mendengarkan. Melalui pola pembelajaran semacam itu, maka jelas faktor-faktor psikologis anak tidak berkembang secara utuh, misalnya mental dan motivasi belajar siswa.
14
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
b. Pola Pembelajaran CTL Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan CTL guru melakukan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
1) Pendahuluan (a) Guru mengaitkan materi pembelajaran sekarang dengan pengalaman peserta didik atau pembelajaran sebelumnya. (b) Guru menjelaskan kompetensi dasar yang harus dicapai serta manfaat materi pelajaran yang akan dipelajari. (c) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran berbasis CTL: Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi lapangan, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional, dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan. Menggali informasi dari siswa untuk membuat instrumen (lembar observasi). Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di pasar-pasar tersebut. (c) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.
15
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
2) Inti Di Lapangan (a) Siswa melakukan observasi ke pasar sesuai dengan pembagian tugas kelompok. (Komponen CTL yang muncul dari kegiatan ini adalah: Questioning, Inquiri). (b) Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di pasar sesuai dengan lembar observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya. (Komponen CTL yang muncul dari kegiatan ini adalah: Inkuiri, learning community). Di dalam Kelas (a) Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing, dan guru melakukan bimbingan serta pengamatan terhadap diskusi yang sedang berlangsung (Komponen CTL yang muncul dari kegiatan ini adalah: Questioning, Inquiri, Konstruktivisme, Learning community, Authentic Assessment) (b) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas, dan kelompok lain menanggapi atau mengajukan pertanyaan (Komponen CTL yang muncul ari kegiatan ini adalah: Modeling, Questioning, Authentic Assessment). (c) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.(Komponen CTL yang muncul dari kegiatan ini adalah: Learning community, Authentic Assessment). (d) Guru memberi konfirmasi atau atas informasi yang telah disampaikan oleh siswa.
16
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
3) Penutup (a) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah pasar sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi dasar.(Komponen
CTL
yang
muncul
dari
kegiatan
ini
adalah:
Konstruktivisme, Authentic Assessment) (b) Guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang pengalaman belajar mereka dengan tema “pasar”. (Komponen CTL yang muncul dari kegiatan ini adalah: Authentic Assessment) (c) Guru menunjuk salah seorang siswa maju ke depan kelas untuk menyampaikan perasaannya (Refleksi) setelah mengikuti kegiatan pembelajaran hari ini (Komponen CTL yang muncul dari kegiatan ini adalah: Refleksi) (d) Guru menyampaikan pesan moral sebagai bagian dari pendidikan karakter bangsa. Dari pola pembelajaran di atas nampak bahwa tujuh komponen CTL terimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Melalui kegiatan observasi pasar dan diskusi di kelas siswa dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya tentang pasar (Construktivism). Pengetahuan dan pengalaman siswa tersebut diperoleh dari kegiatan menemukan (Inquiry). Selanjutnya dalam diskusi kelompok atau diskusi kelas selalu ada unsur bertanya (Questioning), dengan demikian dalam diskusi kelompok terbentuk pula masyarakat belajar (Learning
Community).
mempresentasikan
Setelah
selesai
diskusi
kelompok,
siswa
laporan hasil kerja kelompoknya, berarti siswa tersebut
17
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
melakukan
pemodelan (Modelling). Pada akhir kegiatan pembelajaran guru
memberikan kesempatan kepada salah seorang siswa untuk menyampaikan perasaannya atau penilaiannya terhadap kegiatan pembelajaran yang telah diikutinya (Reflection). Selanjutnya guru melakukan penilaian terhadap laporan tugas kelompok serta semua aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran (Authentic Assessment). Dengan demikian dalam pembelajaran pola CTL di atas nampak bahwa pembelajaran menantang,
berlangsung memotivasi
secara
peserta
interaktif,
didik
untuk
inspiratif,
menyenangkan,
berpartisipasi
aktif,
serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik sesuai dengan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
18
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan 1. CTL atau pembelajaran kontekstual mempunyai dua pengertian, yakni
kontekstual materi dan kontekstual pembelajaran. Kontekstual materi berarti bahwa materi pelajaran dikaitkan dengan situasi dunia nyata siswa. Sedangkan kontekstual
pembelajaran
berarti
bahwa
dalam
kegiatan
pembelajaran
terimplementasikan tujuh komponen CTL yang meliputi Constructivism, Inquiry, Questioning,
Learning
Community,
Modeling,
Reflection
dan
Authentic
Assessment. 2. Untuk mengimplementasikan pendekatan CTL dalam pembelajaran IPS di SMP, pertanyaan yang harus dijawab oleh guru dalam merancang kegiatan pembelajaran adalah kegiatan apa yang akan dilakukan oleh siswa agar tujuh komponen CTL terimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. B.
Saran 1.
Dalam
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran,
hendaknya
guru
senantiasa menggunakan pendekatan CTL untuk semua kompetensi dasar, agar kegiatan pembelajaran lebih bermakna. 2.
Untuk
lebih
memahami
bagaimana
merancang
dan
mengimplementasikan pendekatan CTL dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS di SMP, guru dapat berbagi pendapat dan pengalaman (sharing) dalam wadah MGMP.
19
http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=180:implementasi-ctl&catid=42:widyaiswara&Itemid=206
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, (2003), Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning) Jakarta: Direktorat PLP Dikdasmen Depdiknas. Permendiknas Nomor 22, (2006), Standar Isi Jakarta: Depdiknas. Muslich Masnur, (2007), KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan Jakarta: Bumi Aksara Sanjaya Wina, (2006), Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Jakarta: Kencana Prenada Media Group. -------------------, (2007), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media Group
20