BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV) masih merupakan masalah yang umum. Insiden PONV terjadi pada 25-30% pasien pascaoperasi dengan anestesi umum dan dapat mencapai 70% pada pasien pascaoperasi dengan resiko tinggi. Meskipun dikatakan bahwa mual dan muntah jarang mengakibatkan sesuatu yang fatal, tetapi jelas mengakibatkan terlambatnya pemulihan pasien dari ruang pulih, menurunnya tingkat kepuasan pasien, serta meningkatnya penggunaan sumberdaya perawatan di ruang pulih . Selain itu dapat meningkatkan resiko terjadinya aspirasi, ruptur esofagus, emfisema subkutan, terlepasnya luka jahitan, dan pneumotoraks bilateral (Gautam, 2008). Apfel dkk menciptakan suatu daftar (simplified risk factor cart) untuk mengidentifikasi secara sederhana keempat faktor resiko primer terjadinya mual dan muntah pascaoperasi pada pasien yang menerima anestesi inhalasi balans, yaitu wanita, tidak merokok, riwayat PONV dan penggunaan opioid. Insiden terjadinya mual dan muntah pascaoperasi tanpa adanya faktor resiko dan dengan adanya satu, dua, tiga, atau semua faktor resiko adalah kurang lebih 10%, 20%, 40%, 60% dan 80%. Pasien dengan resiko sedang sampai sangat berat memerlukan profilaksis terhadap mual dan muntah dengan 2 atau lebih anti emetik (Gan, TJ,2007), karena penyebab mual dan muntah pascaoperasi adalah multifaktorial dan melibatkan beberapa reseptor dan stimuli yang berbeda, maka terapi PONV dapat dilakukan dengan pemberian obat yang bekerja pada reseptor
1
yang berbeda. Etiologi dari PONV adalah multifaktor, bisa dari segi pasien, anestesi dan prosedur pembedahannya. Berbagai macam anti emetik telah digunakan untuk mengatasi PONV dan tidak ada obat tunggal yang efektif untuk menanggulangi
permasalahan tersebut.
Kombinasi
beberapa obat
untuk
memblokade beberapa tipe reseptor akan lebih efektif jika dibandingkan dengan menggunakan obat tunggal yang dosisnya dinaikkan, jika terapi dengan satu anti emetik tidak efektif, maka disarankan untuk tidak memberikan obat yang sama tapi berikan obat anti emetik lain dari golongan obat yang berbeda. Kombinasi deksametason dan ondansetron telah dibuktikan efektif untuk mengatasi PONV pada prosedur pembedahan umum, orthopedi, dan ginekologi (Gan, TJ, 2007). Ondansetron merupakan antagonis 5-HT3 yang efektif sebagai anti emetik pada pasien pascaoperasi. Deksametason adalah golongan glukokortikoid yang efektif digunakan pada pasien pasien kemoterapi dengan efek samping yang minimal, dari studi, deksametason juga efektif untuk mengatasi mual dan muntah pascaoperasi. (Miller, 2010) Lopez dkk (1996) mengatakan bahwa insiden mual dan muntah pada kombinasi deksametason 8 mg dan ondansetron 4 mg ini
lebih
rendah
dibandingkan dengan dosis tunggal deksametason saja atau ondansetron saja pada pasien dengan operasi ginekologi. Thomas dkk (2001) juga mengatakan hal yang sama bahwa kombinasi dari deksametason dan ondansetron mampu mengatasi PONV dengan baik pada kasus ginekologi. Dikatakan bahwa kombinasi dari kedua obat tersebut efektif dan aman untuk pasien pediatri, obstetrik, operasi kanker payudara, dan operasi telinga tengah.
Penelitian dari Fauzia Bona dkk (2008) pada operasi kolesistektomi, membandingkan
antara
deksametason
dan
kombinasi
ondansetron
dan
deksametason didapatkan bahwa kejadian PONV lebih rendah pada grup deksametason dan ondansetron (p=0,035), dan penggunaan rescue anti emetik lebih tinggi pada grup deksametason (p=0,022). Penelitian dengan kombinasi anti emetik pada operasi laparaskopi ginekologi juga dilakukan oleh Usha Daria dkk (2012) dengan kombinasi anti emetik (deksametason-ondansentron) dapat mencegah PONV sebanyak 90%. Pada penelitian yang dilakukan Gautam dkk (2008) pada pasien yang menjalani operasi laparaskopi kolesistektomi didapatkan bahwa insiden PONV yang tinggi 6 jam pascabedah pada grup deksametason dibandingkan dengan grup ondansetron dan deksametason. Dosis deksametason untuk pencegahan PONV pada orang dewasa berkisar antara 2,5 mg-10 mg intravena (Miller, 2010). Dosis umum yang digunakan adalah 5-10 mg intravena yang diberikan setelah induksi (Ho, 2011). Dari beberapa studi dikatakan dosis 2,5 mg adalah dosis minimum untuk pencegahan PONV pada operasi ginekologi (Ho, 2011). Pada penelitian yang dilakukan Wang dkk, dimana meneliti varian dosis deksametason untuk pencegahan PONV pada operasi tiroidektomi, didapatkan bahwa dosis deksametason 2,5 mg intravena memberikan partially effect untuk pencegahan PONV pada operasi tiroidektomi. Pemberian deksametason 5-10 mg intravena untuk pencegahan PONV yang diberikan sebelum induksi, pada pascaoperasi didapatkan memberikan efek samping diantaranya peningkatan level gula darah, infeksi luka operasi,
penyembuhan luka yang terhambat, ulkus gaster, avascular necrosi (Bartleet, 2013). Terdapat juga penelitian yang dilakukan di Indonesia yang membandingkan antara anti emetik tunggal dan kombinasi. Penelitian yang dilakukan Denny Wijayanto (2013) memberi hasil yang sama dimana skoring mual muntah pada pemberian anti emetik kombinasi lebih rendah dibanding yang tunggal. Penelitian mengenai PONV sebelumnya telah dilakukan di RSUP Sanglah oleh Widi (2013) pada pasien wanita pascalaparatomi, membandingkan obat haloperidol dan ondansetron, di RSUP Sanglah belum pernah diteliti mengenai perbandingan efektivitas anti emetik tunggal dengan anti emetik kombinasi dimana dosis deksametason yang digunakan pada penelitian ini merupakan dosis terendah untuk mengatasi PONV yang akan berpotensisasi dengan ondansetron sebagai anti emetik. Hal inilah yang mendorong perlunya dilakukan penelitian untuk melihat efektifitas kombinasi obat anti emetik untuk penanganan PONV. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, timbul pertanyaan apakah kombinasi dari deksametason 2,5 mg dan ondansetron 4 mg lebih efektif dibandingkan dengan deksametason 5 mg untuk mencegah PONV pada pasien pascaoperasi dengan anestesi umum. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efek pemberian kombinasi deksametason 2,5 mg + ondansetron 4 mg intravena dalam mencegah mual muntah pascaoperasi pada
pasien dengan anestesi umum bila dibandingkan dengan pemberian deksametason 5 mg saja. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui efek pemberian deksametason 2,5 mg + ondansetron 4 mg intravena dalam mencegah mual muntah pascaoperasi dengan anestesi umum. 2. Untuk mengetahui perbandingan efek pemberian kombinasi deksametason 2,5 mg dan ondansetron 4 mg intravena dalam mencegah kejadian mual muntah pascaoperasi dengan anestesi umum. 1. 4 Manfaat Penelitian 1. Menambah informasi ilmiah tentang pemberian kombinasi deksametason 2,5 mg + ondansetron 4 mg intravena sebagai alternatif mencegah mual dan muntah pascaoperasi dengan anestesi umum. 2. Penelitian ini dapat memberikan manfaat klinis untuk pencegahan mual dan muntah pada pasien pascaoperasi dengan anestesi umum.