BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa sekolah merupakan keadaan yang rawan terjadinya kemerosotan moral, perkelahian, tawuran, dan berbagai bentuk kenakalan yang banyak dilakukan oleh generasi yang kurang pemahamannya tentang kejujuran, kurangnya pendidikan kejujuran serta pembinaan kejujuran pada anak. Apabila anak telah memahami hikmah dan pentingnya mempelajari kejujuran dengan baik berarti mereka telah dibimbing untuk senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, yang akan membawa kepada ketenangan jiwa dan akan timbul perasaan takut hendak melakukan perbuatan dosa karena ia telah yakin bahwa dirinya senantiasa berada di bawah pengawasan Allah SWT. Madrasah Ibtidaiyah sangat dibutuhkan peranannya dalam membantu orang tua serta melanjutkan pemberian pemahaman kejujuran serta pembinaan kejujuran pada anak didik yang sudah mereka dapatkan dari rumah. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, meskipun masa puber merupakan periode singkat yang bertumpang tindih dengan masa akhir kanak-kanak dan permulaan masa remaja. Namun, ciri utama masa ini adalah bergejolaknya dorongan seksual. Oleh karena itu, interaksi mereka dengan kekuatan barunya ini tergolong salah satu problem yang paling berat.1
1
Netty Hartati, Islam dan Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 39-
40.
1
2
Pendidikan adalah wadah utama untuk membentuk karakter peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan pula sebagai sarana utama untuk membangun bangsa yang kokoh dan bermartabat.2 Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Nasional, berbagai inovasi Pendidikan sangat dibutuhkan. Pemerintah telah melakukan berbagai inovasi yang tidak hanya meningkatkan kualitas dibidang akademik semata, tetapi juga pembinaan kejujuran pun telah mendapat perhatian. Salah satunya yaitu dengan membuat Kantin Kejujuran. Kantin kejujuran lahir atas dasar UndangUndang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dimana dalam pasal 16 disebutkan bahwa: “kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional…”. Kantin kejujuran di sekolah dibuat untuk memberikan pendidikan kejujuran kepada siswa dan pembelajaran kejujuran.3 Kantin kejujuran merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan kejujuran, yang harus diakui merupakan salah satu penyakit atau problema bangsa yang hingga kini masih merajalela di bumi pertiwi. Virus ketidakjujuran telah merajalela hampir disemua lini di setiap orde pemerintahan. Ketidakjujuran yang subur telah menyengsarakan rakyat banyak secara berkepanjangan, bahkan menghambat kemajuan bangsa dan negara ini ke depan. Sangat sulit memang memutus mata rantai ketidakjujuran ini sebab kebanyakan menganggapnya sebagai budaya. Padahal kalau bercermin dengan kultur budaya Indonesia mengambil sesuatu tanpa seizin 2
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 114. 3 Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 16.
3
pemiliknya adalah sangat memalukan, sebuah persepsi yang keliru jika menganggap ketidakjujuran adalah budaya. 4 Kantin kejujuran merupakan upaya untuk mendidik kejujuran siswa agar berperilaku jujur. Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual segala kebutuhan anak didik baik berupa makanan, minuman serta segala perlengkapan siswa baik berupa alat tulis menulis maupun buku tulis. Semuanya dipajang dalam etalase kantin kejujuran tanpa ada penjaga, sebagaimana lazimnya sebuah kantin yang di kenal selama ini. Di dalam Kantin dipajang kotak uang, yang berguna untuk menampung hasil transaksi siswa. Bila ada kembalian maka mereka sendiri yang mengambil dan menghitung hasil kembaliannya. Dikantin ini dibangun kesadaran siswa untuk berbuat jujur tanpa harus diawasi oleh guru ataupun pengelola kantin. Tujuan utamanya adalah mengukur kejujuran anak didik sehingga dengan pengalaman mereka itu ia akan menjadi anggota masyarakat yang jujur kedepan.5 Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang memiliki kantin yang berlandaskan konsep kantin kejujuran. Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual makanan kecil dan minuman. Kantin kejujuran tidak memiliki penjual dan tidak dijaga. Makanan atau minuman dipajang dalam kantin. Dalam kantin tersedia kotak uang, yang berguna menampung pembayaran dari yang membeli makanan atau minuman. Bila ada kembalian, pengunjung/pegawai mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut. Di kantin ini, kesadaran 4
Abdul Majid, Character Building Through Education, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 99 5 Ibid., hlm. 100.
4
pengunjung/pegawai sangat dituntut untuk berbelanja dengan membayar dan mengambil uang kembalian jika memang berlebih, tanpa harus diawasi oleh pegawai kantin. Salah satu motto yang ditanamkan di kantin ini adalah Allah Melihat Malaikat Mencatat. Kantin Kejujuran merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan ketidakjujuran.6 Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis mengangkat judul sebagai berkut: “Pengaruh Kantin Kejujuran Terhadap Kejujuran Siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang”, dengan alasan: 1. Pendidikan kejujuran harus ditanamkan dalam pendidikan sekolah mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi sehingga terbentuk generasi yang jujur dan ketidakjujuran. Kejujuran adalah salah satu sikap utama
yang
mempunyai
sumbangan
besar
terhadap
perilaku
ketidakjujuran. Pembiasaan perilaku kejujuran berarti juga pembiasaan terhadap sikap jujur. Pembiasaan sikap kejujuran ini salah satunya dapat dilakukan melalui kantin kejujuran. 2. Sebagai generasi bangsa, siswa yang terlibat dalam kantin kejujuran kalau diberi amanah untuk berbuat baik tentunya mereka mampu untuk melakukannya. Sebab inti dari sebuah proses pendidikan tidak hanya pengetahuan semata tetapi mengubah perilaku menjadi lebih baik. Jadi siswa-siswa ini perlu diajari soal kejujuran agar kelak jika mereka telah berbaur dengan warga masyarakat mereka tidak lagi berusaha mengemplang dan sabet sana sabet sini. Pelajaran dari kantin kejujuran 6
Hasil observasi di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang pada tanggal 2 Desember 2013.
5
ini perlu ditanamkan sejak dini, dimulai dari sekolah sebab dianggap langkah mujarab dalam memberantas ketidakjujuran.
B. Rumusan Masalah Dari judul tersebut terdapat beberapa pertanyaan yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana pengelolaan kantin kejujuran di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang? 2. Bagaimana kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang? 3. Bagaimana pengaruh kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang? Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindari pemahaman diluar konteks yang diajukan, maka berikut ini dapat dipaparkan beberapa penegasan istilah, yakni: 1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak.7 2. Kantin Kejujuran Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual makanan kecil dan minuman. Kantin kejujuran tidak memiliki penjual dan tidak dijaga. Makanan atau minuman dipajang dalam kantin. Dalam kantin tersedia kotak uang, yang
7
W.J.S. Purwadarminto, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), hlm.731.
6
berguna menampung pembayaran dari yang membeli makanan atau minuman. Bila ada kembalian, pengunjung/pegawai mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut. Di kantin ini, kesadaran pengunjung/pegawai sangat dituntut untuk berbelanja dengan membayar dan mengambil uang kembalian jika memang berlebih, tanpa harus diawasi oleh pegawai kantin. 8 3. Kejujuran Kejujuran berasal dari kata dasar jujur. Jujur dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan dengan lurus hati, tidak curang. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jujur diartikan dengan lurus hati, tidak curang, tulus, ikhlas. Kejujuran sendiri diartikan sebagai kelurusan hati dan ketulusan hati”. 9 4. Siswa Siswa adalah pelajar atau anak didik.10 Yang dimaksud siswa dalam penelitian ini adalah siswa yang berada di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. 5. MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang adalah salah satu madrasah ibtidaiyah yang berada di desa Sengon Kecamatan Subah Kabupaten Batang yang memiliki kantin berlandaskan kantin kejujuran.
8
Abdul Majid, op.cit., hlm. 99 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),
9
hlm. 367. 10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 1076.
7
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian ini adalah penelitian tentang daya yang timbul dari keberadaan kantin kejujuran yang tidak memiliki penjual dan tidak dijaga terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang tertulis dalam perumusan masalah, yaitu: 1. Untuk mengetahui pengelolaan kantin kejujuran di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. 2. Untuk mengetahui kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. 3. Untuk mengetahui pengaruh kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang.
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain: 1. Bersifat teoritis, sebagai informasi bagi pemerhati bidang pendidikan tentang pentingnya menanamkan kedisiplinan dan kejujuran di lingkungan madrasah ibtidaiyah. 2. Bersifat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Subah untuk memberikan pendidikan kejujuran bagi peserta didiknya melalui kantin kejujuran.
8
E. Kajian Pustaka 1. Analisis Teoritis Kantin kejujuran adalah warung yang menjual makanan kecil dan minuman yang tidak memiliki penjual, tidak dijaga, makanan dan minuman dipajang dalam warung, dalam warung tersedia kotak uang yang berguna menampung pembayaran dari pembeli yang membeli makanan dan minuman. Bila ada kembalian, pembeli mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut.11 Kantin kejujuran adalah kantin yang menjual makanan kecil dan minuman. Kantin kejujuran tidak memiliki penjual dan tidak dijaga. Makanan atau minuman dipajang dalam kantin. Dalam kantin tersedia kotak uang, yang berguna menampung pembayaran dari yang membeli makanan atau minuman. Bila ada kembalian, pengunjung/pegawai mengambil dan menghitung sendiri uang kembalian dari dalam kotak tersebut. Di kantin ini, kesadaran pengunjung/pegawai sangat dituntut untuk berbelanja dengan membayar dan mengambil uang kembalian jika memang berlebih, tanpa harus diawasi oleh pegawai kantin.12 Kejujuran berasal dari kata dasar jujur. Jujur dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan dengan lurus hati, tidak curang. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, jujur diartikan dengan lurus hati,
11
Abdul Majid, Character Building Through Education, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 99-100. 12 Fransori. “Membentuk Karakter dan Membina Akhlak Siswa Melalui Kantin Kejujuran”. http://nenggelisfransori.wordpress.com/2012/09/12/membentuk-karakter-danmembina-akhlak-siswa-melalui-kantin-kejujuran/. Diakses, 2 Desember 2013.
9
tidak curang, tulus, ikhlas. Kejujuran sendiri diartikan sebagai kelurusan hati dan ketulusan hati. 13 Imam Suraji dalam bukunya Etika dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits menjelaskan bahwa jujur atau benar dalam bahasa Arab disebut sidiq. Secara hakikat jujur dapat diartikan dengan menyampaikan segala sesuatu sesuai dengan kenyataan yang ada. Penyampaian tersebut tidak hanya melalui perkataan, tetapi juga melalui tulisan, isyarat, dan perbuatan. Kejujuran harus meliputi seluruh aktifitas setiap muslim, dimulai dari niat sampai pelaksanaannya, baik berupa perkataan, tulisan, kesaksian, ataupun perbuatan-perbuatan lainnya. Kejujuran atau kebenaran adalah salah satu sendi terpenting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat.14 Nurul Zuriah menerangkan bahwa jujur diartikan sebagai sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan.15 Linda dan Eyre sebagaimana dikutip oleh Masganti Sit, menjelaskan bahwa kejujuran terdiri dari kejujuran terhadap diri sendiri, orang lain, dan masyarakat. Kejujuran ini timbul dari kekuatan percaya diri yang berasal dari dalam diri karena tidak ada yang harus disembunyikan. Oleh karena itu, pendidikan kejujuran
13
Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),
hlm. 367. 14
Imam Suraji, Etika dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadits (Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Baru, 2006), hlm. 250. 15 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Ed. 1, Cet. 2, hlm. 83.
10
harus dimulai dengan membuat anak merasa percaya diri mengakui kesalahannya dan mengatakan yang sebenarnya.16 2. Penelitian Terdahulu Yang Relevan Selain literatur di atas, ditemukan pula beberapa penelitian terdahulu yang relevan, antara lain: Skripsi karya I’anah yang berjudul “Pemanfaatan Kantin Kejujuran Sebagai Media Pendidikan Akhlak Siswa SMP N 1 Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kantin kejujuran berperan penting dalam mendidik akhlak siswa, khususnya akhlak yang baik seperti bersikap jujur, dapat dipercaya, bertanggung jawab, serta ikhlas dalam perbuatan. Serta adanya pemanfaatan kantin kejujuran sangat membantu mempengaruhi akhlak siswa dalam kehidupan sehari-hari.17 Skripsi karya Bambang Sugito yang berjudul “Penanaman Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di Sekolah (Studi Kasus di SMA N 3 Pekalongan)”. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penanaman nilai antikorupsi melalui pembelajaran PAI meliputi: pembelajaran materi, keteladanan, kejujuran dan kesadaran. Materi yang disampaikan diantaranya membiasakan sifat-
16
Masganti Sit, “Mengajarkan Kejujuran pada Anak Usia Dini, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), Vol. 15, No. 2, Edisi Maret, hlm. 340. 17 I’anah, “Pemanfaatan Kantin Kejujuran Sebagai Media Pendidikan Akhlak Siswa SMP N 1 Sragi Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 76-77.
11
sifat terpuji, mencontoh kejujuran Nabi dan menjauhi sifat tercela. Keteladanan dengan memberikan nasihat kepada peserta didik dan guru melaksanakan apa yang dinasihatkan. Peserta didik ditanamkan untuk jujur kepada diri sendiri dan orang lain, bentuknya adalah dengan memberikan kebebasan peserta didik untuk melakukan aktivitas seharihari dengan menjunjung tinggi kejujuran seperti halnya kantin kejujuran SMA N 3 Pekalongan. Peran keluarga dalam hal ini adalah orang tua harus membantu merealisasikan penanaman nilai agama di lingkungan keluarga mereka.18 Skripsi karya Tutik Fidyaningrum yang berjudul “Korelasi PAI dalam Pembentukan Karakter Kejujuran Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal”. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa PAI peserta didik kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal memiliki korelasi positif yang signifikan dengan karakter kejujuran peserta didik. Indikator jujur adalah dalam perbuatan, perkataan, berfikir dan pergaulan.19 Skripsi karya Khaerul Huda yang berjudul “Urgensi Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam Membentuk Kejujuran Siswa di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan”. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitiannya bahwa pembelajaran aqidah akhlak di MTs Al Hikmah
18
Bambang Sugito, “Penanaman Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di Sekolah (Studi Kasus di SMA N 3 Pekalongan)”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 80. 19 Tutik Fidyaningrum, “Korelasi PAI dalam Pembentukan Karakter Kejujuran Peserta Didik Kelas VIII SMP N 1 Wonotunggal”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm.73.
12
Proto Kedungwuni Pekalongan mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan kejujuran siswa, namun dibutuhkan juga kerjasama antara peran guru dan orang tua siswa, sehingga dalam kesehariannya kepribadian siswa tidak kehilangan arah setelah usai jam sekolah. Dalam merubah dan mendidik karakter perilaku siswa dibutuhkan proses pembelajaran mengenai perilaku yang harus ditunjukkan oleh guru dan orang tua siswa, yang berdasarkan pada keimanan. Kerjasama antara guru dengan orang tua diperlukan dalam hal ini guna sang anak tidak kehilangan sosok panutan di rumah. Proses pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk karakter dasar siswa dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.20 Ada beberapa hal yang perlu peneliti jelaskan berkaitan dengan penelitian ini, antara lain: a. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini menekankan pada penelitian kuantitatif yakni penelitian yang menekankan data-data numerikal (angka) dengan menggunakan rumus analisa product moment, dimana data yang peneliti dapatkan diperoleh dari pembagian angket kepada siswa MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, sehingga analisis data pada penelitian ini adalah analisis korelasional. b. Posisi peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai peneliti sekaligus penyebar angket untuk mengumpulkan data tentang pengelolaan kantin 20
Khaerul Huda, “Urgensi Pembelajaran Aqidah Akhlak dalam Membentuk Kejujuran Siswa di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan”, Skripsi Pendidikan Agama Islam (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2012), hlm. 82.
13
kejujuran dan data tentang kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. c. Fokus penelitian ini adalah pengaruh kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. 3. Kerangka Berfikir Berdasarkan analisis teoritis tersebut, maka penulis merumuskan kerangka berfikir sebagai berikut: Budaya jujur dalam penggunaan jasa kantin di madrasah merupakan bagian dari upaya mewujudkan pendidikan antikorupsi dari sektor yang cukup sederhana. Kesadaran pengguna jasa terhadap peraturan kantin di madrasah merupakan barometer seberapa tingkat ketaatan mereka dalam persoalan finansial. Apabila seseorang memiliki kebiasaan tertib dalam urusan finansial paling akan berpengaruh secara positif terhadap urusan-urusan yang bersentuhan dengan non finansial seperti kepribadian dan kejujuran. Pengembangan budaya ini juga diharapkan dapat menghilangkan atau mengurangi secara bertahap kasus-kasus mencuri di kantin yang sedang marak terjadi pada sebagian kantin di madrasah. Kantin kejujuran sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi melalui kedisiplinan dan kejujuran siswa dalam menggunakan jasa kantin di madrasah, karena kantin adalah tempat yang sering dikunjungi oleh siswa. Di kantin, siswwa membiasakan diri dalam mematuhi peraturan kantin, dengan menerapkan sikap jujur dan disiplin dalam mengambil dan membeli makanan dan minuman. Kebiasaan-kebiasaan
14
tersebut akan membentuk sikap jujur dan disiplin siswa yang akan menjadi barometer bagi siswa terhadap perbuatan-perbuatan buruk seperti korupsi. Sikap jujur dan disiplin merupakan nilai-nilai terpenting dalam tindakan antikorupsi. Dengan begitu, siswa dapat menerapkan nilai-nilai antikorupsi dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam menggunakan jasa kantin kejujuran di madrasah. Dengan kerangka berpikir tersebut kiranya dapat dibuat alur atau skema sebagai berikut : Mengajarkan kejujuran kepada siswa
Madrasah
Akhlak siswa terbina
Siswa memiliki perilaku yang jujur
Madrasah menyediakan kantin kejujuran
Siswa terbiasa dengan kantin kejujuran yang ada di madrasah
4. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara yang mempunyai dua kemungkinan, yaitu
benar atau salah. Dengan kata lain, hipotesis
merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang diusulkan.21 Hipotesis suatu penelitian dapat pula diartikan sebagai sebuah dugaan yang mungkin benar atau salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.22 Dari hasil analisis teoritis dan kerangka berfikir di atas maka peneliti mengambil hipotesis, sebagai berikut yaitu: “Bahwa terdapat pengaruh 21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, 2003), hlm. 63. 22 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 61.
15
yang signifikan antara kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang”.
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Desain
penelitian
adalah
proses
yang
diperlukan
dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang terdiri dari: a. Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang analisisnya menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.23 b. Jenis penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya. Penelitian lapangan mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.24 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang arahnya korelasional. Deskriptif analitik, bertujuan untuk menggambarkan data tentang apa yang dilakukan dan menganalisis data tersebut. Sedangkan metode korelasional bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
23
Saifudin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 5. Kartini Kartono, Pengantar Metodoloiogi Research Sosial (Bandung: Penerbit Alumni, 2003), hlm. 27. 24
16
pengaruh kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. 2. Variabel Penelitian Variabel adalah kondisi-kondisi atau karakteristik-karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi.25 Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu: a. Variabel bebas (Independent variabel) Variabel bebas ialah kondisi atau karakteristik yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan di dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasikan.26 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengelolaan kantin kejujuran di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, indikatornya meliputi: 1) Pengawasan di kantin kejujuran 2) Proses/prosedur barang yang dijual di kantin kejujuran 3) Pembayaran di kantin kejujuran Angket yang peneliti sebarkan dalam variabel bebas ini sebanyak 45 pertanyaan dengan masing-masing indikator 15 pertanyaan. b. Variabel tergantung (Dependent variabel) Variabel tergantung ialah kondisi atau karakteristik yang berubah, atau muncul, atau yang tidak muncul ketika pengeksperimen mengintroduksikan, merubah, atau mengganti variabel bebas. Dengan demikian, variabel tergantung menunjukkan pada akibat atau pengaruh 25
Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 2002),
26
Ibid., hlm. 83.
hlm. 82.
17
yang dikenakan variabel bebas.27 Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, indikatornya meliputi: 1) Kejujuran siswa terhadap teman 2) Kejujuran siswa terhadap guru 3) Kejujuran siswa terhadap orang tua Angket yang peneliti sebarkan dalam variabel bebas ini sebanyak 45 pertanyaan dengan masing-masing indikator 15 pertanyaan. 3. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.28 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 235 siswa. Sampel adalah sebagian individual yang menjadi wakil dalam populasi. Untuk menentukan sampel yang dipandang representative terhadap populasi ini, bertolak pada pendapat yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto bahwa jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %”.29 Karena jumlah populasi pada penelitian ini mencapai 100, maka peneliti menggunakan sampel sebesar 20 % x 235 anak = 47 anak. Peneliti menggunakan teknik random sampling atau sampel acak
27
Ibid., hlm. 83. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 115. 29 Ibid., hlm. 107. 28
18
dalam memberikan angket, yakni kepada siswa kelas IV sebanyak 15 anak, kelas V sebanyak 15 anak dan kelas VI sebanyak 17 anak. 4. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Angket Metode angket adalah sejumlah pertanyaan yang disusun secara tertulis untuk memperoleh data-data berupa jawaban dari para responden (orang yang menjawab).30 Angket yang peneliti gunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya
sehingga
responden
tinggal
memilih.31
Hal
ini
dimaksudkan untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan dari jawaban-jawaban, di satu sisi agar memudahkan responden dalam menjawabnya. Angket atau kuisioner ini dipergunakan untuk menggali data tentang kejujuran siswa dan pengaruh kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan meneliti bahan-bahan yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, raport, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.32 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang
30
Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 173. 31 Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 120. 32 Ibid., hlm. 136.
19
profil MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, meliputi: sejarah berdiri, letak geografis, visi dan misi, stuktur organisasi, keadaan guru dan siswa, serta keadaan sarana dan prasarana. 5. Metode Analisis Data Dalam
menganalisis
data
yang
telah
terkumpul
peneliti
menggunakan metode statistic dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Analisis pendahuluan Data yang diperoleh dari angket disebarkan selama penelitian dimasukkan dalam tabel persiapan dan diberi skor bobot nilai pada setiap alternatif jawaban responden yaitu menjadi data yang bersifat kuantitatif dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Alternatif jawaban a dengan nilai 4 2) Alternatif jawaban b dengan nilai 3 3) Alternatif jawaban c dengan nilai 2 4) Alternatif jawaban d dengan nilai 1 b. Analisis Statistik Regresi Linier Sederhana Analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisa. Analisa data tersebut merupakan temuan-temuan di lapangan.33 Dalam penelitian ini secara garis besar untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengukuran tentang pengaruh kantin 33
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 192.
20
kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, sehingga peneliti menggunakan analisa data dengan rumus regresi linier sederhana sebagai berikut : 1) Menghitung persamaan regresi linier sederhana b
=
n xy x y
n x 2 x y x a = -b n n 2) Menghitung kesalahan standar estimasi 2
y 2 ay bxy se = 2 3) Menentukan nilai ttes (thitung) ttes
=
b Sb
di mana : b
: Koefisien regresi
: 0 karena pada perumusan hipotesis nol (Ho)1 = 0
Sb
: adalah kesalahan standar koefisien regresi ditentukan
dengan rumus : Sb
=
Se 2
2
c. Analisis Lanjut Uji Hipotesis dengan membandingkan tb dengan tt Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang
21
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang
G. Sistematika Penelitian Adapun secara rinci sistematika penelitian adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian. Bab II Kantin Kejujuran dan Kejujuran. Terdiri dari dua sub bab. Bagian pertama tentang Kantin Kejujuran, meliputi: Pengertian Kantin Kejujuran, Sejarah Berdirinya, Kendala dan Hambatan Kantin Kejujuran, dan Pengendalian Kantin Kejujuran. Bagian kedua tentang Kejujuran, meliputi: Pengertian Kejujuran, Jenis-Jenis Kejujuran dan Faktor-Faktor Yang Menghalangi Kejujuran. Bab III Gambaran Umum MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, berisi tiga sub bab. Bagian pertama tentang Profil MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang meliputi: sejarah berdiri, letak geografis, visi dan misi, stuktur organisasi, keadaan guru dan siswa, serta keadaan sarana dan prasarana. Bagian kedua tentang pengelolaan kantin kejujuran di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. Bagian ketiga tentang kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang.
22
Bab IV Analisis Data, meliputi: Analisis data tentang pengelolaan kantin kejujuran di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, Analisis data tentang kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang, dan Pengaruh kantin kejujuran terhadap kejujuran siswa di MI Salafiyah Sengon Subah Kabupaten Batang. Bab V Penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.