BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran berperan sebagai sumber karbohidrat, protein nabati, vitamin, dan mineral serta bernilai ekonomi tinggi. Sayuran memiliki keragaman yang sangat banyak baik dari jenis tanaman dan produk yang dikonsumsi. Indonesia merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis berbasis sayuran karena potensi sumber daya lahan pertanian yang menyebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan beragam kondisi agroekosistem dan petani yang mempuyai keahlian di bidang usaha budidaya sayuran maupun tanaman pangan lainnya. Bardosono (2014) menyatakan produksi sayuran di Indonesia untuk komoditas Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Daun, Kentang, Kol/Kubis, Kembang Kol, Petsai/Sawi, Wortel, Lobak, Kacang Merah, Kacang Panjang, Cabe Besar, Cabe Rawit, Paprika, Jamur, Tomat, Terung, Buncis, Ketimun, Labu Siam, Kangkung, Bayam, Melinjo, Petai dan Jengkol tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 berturut-turut adalah 10.628,285 ton, 10.706,386 ton, 10.871,224ton dan 11.264,972 ton. Ada peningkatan sebesar 6% jika dibandingkan antara produksi tahun 2012 dengan produksi empat tahun yang lalu yaitu tahun 2009. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan produksi sayuran untuk mengimbangi
1
peningkatan kebutuhan komoditas sayuran sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Bayam (Amaranthus spp. L.) dari sudut pandang manusia awam merupakan komoditas sederhana, dalam pengertian mudah didapat setiap saat, harga murah dan dapat diolah untuk makanan sederhana. Masing-masing jenis bayam mempunyai daerah sebar yang sangat luas karena mampu hidup di ekosistem yang beragam. Nilai nutrisi bayam sayur juga amat tinggi dengan kandungan protein, kalsium dan besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran kubis dan selada (Sahat, 1996). Beberapa alasan tersebut mendasari fakta bahwa konsumsi bayam di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Konsumsi bayam untuk bahan makanan pada tahun 2007 sebesar 151,00 ton, pada tahun 2008 sebesar 158,34 ton dan pada tahun 2009 sebesar 168,00 ton (Anonim, 2012) dengan nilai impor sayuran tersebut sebesar 78,017 ton pada tahun 2007, 79,017 ton pada tahun 2008 dan 84,754 ton pada tahun 2009 (Budi, 2010). Berbeda halnya dengan akumulasi komoditas sayuran secara umum di Indonesia yang mengalami peningkatan, produksi bayam mengalami masalah penurunan produksi. Permintaan yang meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan produksi komoditas bayam di Indonesia. luas lahan budidaya bayam yang semakin berkurang terutama di Pulau Jawa, perubahan iklim yang tidak kondusif dan buruknya kualitas produk yang dihasilkan petani menjadi alasan terhambatnya produksi komoditas sayuran bayam (Rosliani, 2005). Menurut Bardosono (2014), produksi bayam di Indonesia dari tahun 2009 hingga tahun 2012 mengalami penurunan. Produksi bayam di Indonesia tahun 2009, 2010,
2
2011 dan 2012 berturut-turut adalah 173,750 ton, 152,334 ton, 160,513 ton dan 155,070 ton. Ada penurunan sebesar 10,75% jika dibandingkan antara produksi tahun 2012 dengan produksi empat tahun yang lalu yaitu tahun 2009. Hal ini menunjukan perlu adanya peningkatan produksi bayam agar dapat mencukupi kebutuhan masyarakat setiap tahunnya dengan salah satu upayanya yaitu menerapkan teknologi di bidang pertanian pada budidaya bayam. Seiring dengan perkembangan teknologi, sayuran telah dibudidayakan secara hidroponik. Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah yang secara harfiah berarti penanaman dalam air yang mengandung campuran hara agar potensi maksimum tanaman untuk berproduksi dapat tercapai dengan cara mengoptimalkan pertumbuhan perakaran tanaman. Hal ini akan menghasilkan pertumbuhan tunas atau bagian atas yang sangat tinggi sehingga tanaman akan tumbuh dengan optimal (Rosliani, 2005). Budidaya tanaman secara hidroponik memiliki beberapa keuntungan yaitu pertumbuhan tanaman dapat di kontrol, tanaman dapa tberproduksi dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi, tanaman jarang terserang hama penyakit karena terlindungi, pemberian air irigasi dan larutan hara lebih efisien, dapat diusahakan terus menerus tanpa tergantung oleh musim, dan dapat diterapkan pada lahan yang sempit (Harris, 1988 dalam Susila, 2013). Alasan inilah mengapa hidroponik dapat menjadi salah satu teknik budidaya yang cocok untuk tanaman bayam. Penerapan teknologi selanjutnya adalah penggunaan greenhouse pada budidaya tanaman. Secara umum greenhouse dapat didefinisikan sebagai konstruksi bangunan dengan penutup transparan untuk produksi tanaman dengan
3
tujuan mengoptimalkan transmisi cahaya, mengatur kondisi di dalam ruangan dan melindungi tanaman dari pengaruh iklim yang tidak kondusif (Jones, 2005). Erat kaitannya dengan metode hidroponik, greenhouse merupakan tempat yang ideal untuk budidaya sayuran seperti bayam secara hidroponik. Pada budidaya tanaman secara hidroponik di dalam greenhouse, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu nutrisi dan cahaya. Pada metode hidroponik, tidak dibutuhkan media tanah dalam melakukannya sehingga ketersediaan nutrisi yang dilarutkan dalam air perlu dijaga namun dengan takaran yang seimbang. Kekurangan nutrisi akan menyebabkan tanaman tumbuh tidak optimal sedangkan kelebihan nutrisi akan berbahaya bagi tanaman itu sendiri karena dapat meracuni tanaman (Jones, 2005). Melihat keuntungan dari budidaya secara hidroponik, metode ini bukanlah tanpa kelemahan. Jensen (1981 dalam Jones, 2005) menyebutkan bahwa hidroponik membutuhkan biaya yang besar per luas tanamnya, membutuhkan sumber daya manusia yang mengetahui cara budidaya tanaman dan jumlah nutrisi yang harus diberikan, persyaratan kondisi petumbuhan setiap tanaman akan berbeda yang membutuhkan penelitian dan pengembangan, dan reaksi tanaman terhadap nutrisi yang diberikan sangat cepat sehingga harus dilakukan pengamatan setiap hari. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan perencanaan yang baik dalam pembuatan sarana hidroponik di dalam greenhouse berdasarkan jenis tanaman yang akan ditanam sehingga tujuan pembuatan greenhouse yaitu mengoptimalkan pertumbuhan tanaman untuk memaksimalkan profit dapat tercapai (Aldrich, 1994).
4
Pada kenyataannya, belum ada informasi yang terkait pertumbuhan bayam harian secara hidroponik pada greenhouse secara detail. Ditambah lagi jika ditinjau dari segi ketersediaan nutrisinya. Hal ini akan menyulitkan bagi para praktisi dalam merencanakan waktu tanam, waktu panen, perencanaan biaya produksi, dan kadar nutrisi yang akan diberikan. Penelitian ini mencoba untuk mengkaji analisis pengaruh nutrisi pada pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolorL.) secara hidroponik pada greenhouse. Hasil analisis nantinya akan menjadi sumber informasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bayam berdasarkan perlakuan yang diberikan. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat dilakukan perencanaan dalam menentukan jumlah nutrisi yang harus diberikan serta menghemat biaya produksi sehingga mengoptimalkan
proses
produksi
komoditas
bayam
dan
meningkatkan
keuntungan budidaya bayam cabut. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisispengaruh variasi nutrisi terhadap pertumbuhan luas daun, pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan jumlah daun tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolorL.) dari hasil budidaya secara hidroponik pada greenhouse. 2. Menentukan variasi nutrisi yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolorL.) dari hasil budidaya secara hidroponik pada greenhouse.
5
1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah menjadi sumber informasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman bayam berdasarkan perlakuan yang diberikan sehingga dapat dilakukan perencanaan dalam menentukan jumlah nutrisi yang harus diberikan, menghemat biaya produksi serta pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan budidaya bayam cabut. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang mengenai budidaya secara hidroponik pada greenhouse yang dalam hal ini difokuskan pada budidaya bayam cabut (Amaranthus tricolorL.), maka dari itu ada 2 (dua) hal yang menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanapengaruh variasi nutrisi terhadap pertumbuhan luas daun, pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan jumlah daun tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolorL.) dari hasil budidaya secara hidroponik
pada
greenhouse ? 2. Apa variasi nutrisi yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus tricolorL.) dari hasil budidaya secara hidroponik
pada
greenhouse ? 1.5 Batasan Masalah Batasan masalah dalampenelitian tentang Analisis Pengaruh Nutrisi Pertumbuhan Tanaman Bayam Cabut (Amaranthus tricolorL.) Secara Hidroponik Pada Greenhouse adalah : 1. Percobaan dilakukan dengan skala laboratorium (greenhouse). 6
2. Media yang digunakan yaitu sekam bakar tanpa penambahan unsur hara lain. Ketersediaan unsur hara (nutrisi) untuk tanaman tidak dikaji di dalam penelitian ini. 3. Cahaya yang digunakan adalah cahaya buatan dari lampu. Pengaruh cahaya dari luar ruangan yang masuk ke dalam greenhousetidak dikaji di dalam penelitian ini. 4. Periode pertumbuhan yang diamati dimulai dari masa pemindahan bibit hingga 20 hari di greenhouse.
7