BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong timbulnya komunitas baru yakni komunitas homoseksual. Homoseksual menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin yang berarti ‘sama’. Kaum homoseksual adalah istilah yang digunakan untuk hubungan dengan satu jenis yang sama (Himawan, 2007:68). Pada awalnya mereka merupakan kaum yang menutup diri karena minoritas dan dianggap menyimpang. Namun kini di beberapa Negara seperti Amerika, banyak yang dengan bangga menyatakan bahwa dirinya adalah seorang homoseksual.
Lain halnya dengan Indonesia, meskipun sudah ada beberapa golongan masyarakat yang dapat menerima perbedaan tersebut, namun masyarakat Indonesia mayoritas masih bersikap heterosexism. Heterosexism merupakan suatu sikap yang menganggap bahwa segala perbuatan, tingkah laku, bahasa dan tindakan kaum homoseksual dan lesbian merupakan hal yang tidak sepantasnya dilakukan dan harus dikucilkan (Devito, 2009:113). Individu yang melakukan hal ini juga menganggap bahwa kaum homoseksual memiliki ketidaksehatan jiwa dan bisa berisiko melakukan aksi kriminal dibandingkan dengan kaum heteroseksual (Koppelman, dalam Devito, 2009: 114).
Homoseksual atau yang lebih sering disebut gay masih bersifat suatu hal yang tabu untuk dianggap wajar di Indonesia. Mereka masih mengalami
1
diskriminasi dan penolakan di Indonesia. Fenomena homoseksual masih dianggap kontroversial di Indonesia.
Karena adanya situasi ini, kaum homoseksual di Indonesia masih sangat menutup diri dari lingkungan dan melakukan penyangkalan diri semampu mereka agar tidak dikucilkan oleh masyarakat. Teknologi merupakan saluran aspirasi kaum homoseksual yang sangat membantu mereka dalam berinteraksi dengan sesama homoseksual.
Perkembangan media sosial yang begitu pesat di dunia termasuk di Indonesia membuat mereka dapat membentuk suatu komunitas gay virtual tanpa diketahui orang banyak yang menentang hal tersebut. Penggunaan media sosial oleh kaum homoseksual ini dikarenakan adanya kebebasan mengatur diri dan mengembangkan kepribadian , tanpa melalui proses tatap muka, serta kecepatannya dalam menyampaikan informasi, interaksi menjadi lebih mudah dilakukan dimana saja tanpa perlu dihadiri langsung oleh komunikator dan komunikan (Escobar, dalam Devito, 2009: 95). Begitu juga dengan pasangan gay yang dahulu menutup dirinya, dengan media sosial saat ini mereka bisa membuka dirinya kepada sesama mereka. Media sosial kini digunakan untuk komunikasi tidak intim sampai kepada komunikasi yang intim.
Pemanfaatan web 2.0 sebagai sarana mereka untuk dapat saling berinteraksi antara sesama kaum homoseksual ini sudah ada sejak situs Friendster muncul.
2
Situs media sosial ini yang menjadi wadah mereka beraspirasi adalah Facebook. Terbukti dengan adanya halaman di facebook khusus untuk kaum gay di Indonesia seperti halaman “Gay Indonesia” yang disukai oleh 10.000 anggotanya. Facebook digunakan mereka untuk saling berkenalan lewat fiturfitur yang disediakan. Setelah berkenalan mereka dapat mengungkapkan secara jujur jati diri mereka, saling berdiskusi, dan mencari pasangan sebab media sosial ini dapat menjaga privasi mereka.
Selain Facebook, situs jejaring sosial Twitter pun kerap digunakan kaum gay untuk saling berinteraksi, berkenalan, dan berbagi informasi. Terdapat beberapa akun Twitter yang dibuat untuk memfasilitasi mereka untuk saling bertukar identitas diri, dari bertukar nomor handphone, alamat email, informasi preferensi seksual mereka, dan kontak lainnya. Namun Twitter juga disalahgunakan oleh beberapa penggunanya dengan menyebarkan gambargambar yang vulgar dan tidak senonoh oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Twitter dan Facebook merupakan situs media sosial yang tidak dikhususkan untuk kaum homoseksual, namun tetap dapat digunakan oleh mereka untuk memfasilitasi mereka dalam berinteraksi. Ada beberapa situs dan forum, salah satu dari perkembangan dan teknologi web 2.0, yang dikhususkan untuk kaum homoseksual dalam menyampaikan aspirasi mereka dan saling berinteraksi. Beberapa forum yang masih aktif digunakan adalah seperti
3
www.Boyzforum.com,
dan
www.Gayindoforum.com.
Tidak
seperti
facebook dan twitter, forum ini tidak menggunakan foto dan data diri yang lengkap untuk menjadi anggota, dan bentuk dari forum ini adalah diskusi dan berbagi informasi mengenai homoseksual.
Media sosial lainnya yang diciptakan khusus untuk kaum homoseksual ternyata tidaklah sedikit. Perkembangan web 2.0 ini sangat digunakan oleh mereka untuk dapat saling berkenalan karena selama ini mereka hanya dapat menutup diri dari masyarakat. Salah satu situs besar homoseksual adalah www.manjam.com. Media sosial Manjam ini dikhususkan untuk para kaum homoseksual di dunia. Konsep pada situs ini sama seperti facebook dengan tampilan data diri serta foto. Namun mereka dapat menyamarkan nama mereka jika tidak ingin terlalu terbuka.
Perkembangan
teknologi
media
sosial
masih
terus
berjalan.
Geo
Socialnetworking, merupakan salah satu teknologi yang memfasilitasi penggunanya untuk mengakses informasi suatu wilayah geografis. Teknologi ini membuat kita dapat mengetahui dimana keberadaan orang dan juga sebaliknya. Pada awal tahun 2000, teknologi ini pertama kali digunakan oleh Google, untuk aplikasi petanya, lalu Amazon.com yang merupakan situs jual beli online dunia. Kini Geo Socialnetworking sudah merambah ke dunia media sosial. Facebook dan Twitter kini pun sudah menggunakan program tersebut untuk memperlengkap kecanggihannya.
4
Media sosial juga diciptakan untuk pengguna smartphone, atau ponsel pintar. Perangkat ponsel pintar yang berkembang di dunia saat ini dikuasai oleh perusahaan Apple, Android atau Google dan Blackberry.
Perkembangan
pengguna smartphone di Indonesia begitu pesat. Terbukti dari penjualan smartphone Blackberry, hingga Agustus 2012 pengguna terbanyak masih disandang Indonesia. Dikutip dari situs web teknologi TechRepublic, pemakaian ponsel pintar di Indonesia lebih banyak digunakan untuk layanan pesan teks (92%), panggilan telepon (71%) dan jejaring sosial 57%. Dikutip dari Republika.com, penggunaan ponsel pintar Android sejak tahun 2011 bertumbuh pesat hingga 1500%. Sekitar 2,5 juta penduduk Indonesia kini sudah menggunakan ponsel pintar Android.
Dengan adanya perkembangan ponsel pintar, media sosial yang kerap digunakan oleh banyak orang di terapkan pada ponsel pintar, termasuk dengan teknologi terbarunya yaitu geosocial networking. Perangkat lunak untuk kaum homoseksual pun diciptakan pada ponsel pintar segingga mereka semakin mudah berinteraksi satu sama lain. Aplikasi yang diciptakan antara lain
seperti
Grindr,
dan
Jack’d.
Grindr
merupakan
aplikasi
geo
socialnetworking promotor untuk para gay yang memfasilitasi mereka untuk berinteraksi secara mobile.
5
Program Grindr ini hanya dapat digunakan pada ponsel pintar Blackberry, Apple dan Android, dan tidak tersedia pada situs komputer. Sama halnya dengan perangkat lunak Jack’d, yang merupakan aplikasi sejenis Grindr, namun aplikasi ini hanya dapat diakses melalui perangkat Apple atau Android. Jack’d merupakan aplikasi yang banyak digunakan para kaum homoseksual di dunia termasuk Indonesia. Dengan aplikasi ini mereka para sesama kaum homoseksual dapat saling berinteraksi dengan mudah, dan melihat berapa jarak mereka secara geografis dengan program geo socialnetworking. Sesama pengguna aplikasi dapat melihat
mereka yang
menggunakan aplikasi ini juga.
Pada aplikasi Jack’d dilarang untuk menggunakan foto yang tidak senonoh, atau foto yang menunjukan bagian aurat. Pengguna akan diblokir dari penggunaan aplikasi tersebut jika hal tersebut dilakukan. Jack’d juga dinobatkan sebagai aplikasi gay terbaik pada majalah online Gay Live, dan menurut informasi pada saat pengunduhan aplikasi tersebut, pengguna Jack’d kini sudah mencapai 2,5 juta diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Banyak kaum homoseksual yang menggunakan aplikasi ini sebagai sarana mereka untuk dapat dengan mudah berinteraksi, dan mengetahui seberapa jauh jarak mereka sehingga mereka dapat bertemu juga dengan mudah.
Dari foto yang diunduh pada data diri, mereka dapat saling tertarik satu sama lain. Ketertarikan fisik merupakan hal utama yang dilihat seseorang dan lebih
6
mudah mengingat orang yang mempunyai keadaan fisik yang menarik diabndingan dengan orang yang secara fisik dianggap biasa (Monin, dalam (Devito, 2009:130). Fenomena interaksi kaum homoseksual menggunakan media sosial geonetworking ini ternyata juga terjadi di Indonesia. Penggunaannya pun berbeda pada setiap individu.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang diatas, rumusan masalah peneliti adalah: Bagaimanakah elemen
CMC
pada penggunaan media geosocial
networking oleh kaum homoseksual pada aplikasi Jack'd?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengetahui elemen CMC pada penggunaan media geosocial networking oleh kaum homoseksual dalam aplikasi Jack’d.
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah 1. Secara teoritis dapat menambah kajian ilmu komunikasi dilihat dari bagaimana cara kaum homoseksual berinteraksi, tujuan mereka berinteraksi, dan bagaimana mereka membuka diri melalui media sosial.
7
2. Secara praktis dapat menambah wawasan mengenai penggunaan dan perkembangan teknologi komunikasi kaum homoseksual di Indonesia, serta mengungkap interaksi yang mereka lakukan menggunakan media sosial.
1.5
Batasan Penelitian Melalui penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada cara kaum homoseksual
berinteraksi
melalui
aplikasi
ponsel
pintar
Jack’d,
keterbukaan narasumber dalam cara dan tujuan penggunaan aplikasi sampai peneliti menemukan jawaban atas persoalan yang peneliti angkat. Peneliti akan meneliti semua hal yang berkaitan dengan interaksi dan keterbukaan diri narasumber homoseksual pada media sosial melalui pesan pribadi, data diri pribadi, serta pengunduhan gambar narasumber dengan izin nara sumber.
8