BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Karyawan merupakan aset penting dan mempunyai peran utama dalam
menjalankan kegiatan perusahaan, karena peran karyawan sebagai subyek pelaksanaan operasional (Mulyadi, 2007). Perusahaan merupakan suatu organisasi yang menghimpun sekelompok orang dalam melakukan kegiatan produksi dan distribusi untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan atau laba, besar kecilnya laba menjadi ukuran kesuksesan suatu manajemen (Mc.Leod et al., 2008). Manajemen perusahaan memberikan rasa kenyamanan bekerja dengan menciptakan kepuasan kerja karyawan sehingga karyawan merasa senang bekerja dan merasa memiliki pekerjaan sebagai upaya memajukan perusahaan. Mewujudkan kepuasan kerja karyawan merupakan hal yang tidak mudah, karena kepuasan kerja dapat tercipta apabila variabel-variabel yang mempengaruhinya seperti kecerdasan emosional dan stres kerja dapat diakomodasikan dengan baik dalam suatu perusahaan. Manajemen
perusahaan
harus
memperhatikan
faktor-faktor
yang
mendorong karyawan bekerja secara produktif, salah satunya adalah kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan di dapat apabila ada kesesuaian antara harapan karyawan dengan kenyataan yang didapatkan di perusahaan. Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan positif sebagai hasil evaluasi terhadap pekerjaan (Robbins, 2008). Menurut Noe et al. (2006), kepuasan kerja merupakan suatu 1
2
perasaan yang menyenangkan terhadap hasil dari pengalaman pekerjaan. Kepuasan kerja mencerminkan sikap karyawan terhadap pekerjaan, hal ini dapat dinyatakan dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang ada di perusahaan. Kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh banyak faktor, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah tantangan kerja, imbalan yang sesuai, kondisi dan rekan kerja yang mendukung (Robbins, 2008). Greenberg dan Baron (2003), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain kecerdasan sistem gaji, tingkat kerja, stres kerja, kondisi kerja yang menyenangkan, dan pekerjaan yang sesuai. Menurut Bowen et al. (2008), faktor-faktor yang memotivasi kepuasan kerja karyawan antara lain gaji, promosi, partisipasi tim dan interaksi lingkungan. Al-Zoubi (2012), mengungkapkan perusahaan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan dengan cara meningkatkan gaji dan tunjangan keuangan. Faktor-faktor kepuasan kerja dijadikan sebagai acuan oleh karyawan apakah mereka merasa puas atau tidak puas bekerja pada perusahaan tersebut. Ketika perusahaan tidak mampu memenuhi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja maka akan menimbulkan ketidakpuasan kerja bagi karyawan (Puspasari, 2011). Kepuasan kerja terhadap pekerjaan disebabkan oleh adanya pujian atas hasil kerja, penempatan dan suasana lingkungan kerja yang baik (Hasibuan, 2007). Fenomena yang terjadi di PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung adalah munculnya rasa ketidakpuasan dan stres kerja. Berdasarkan hasil observasi
3
awal yang dilakukan dengan mewawancarai 10 karyawan, bahwa karyawan mengalami hal-hal berikut: 1) Karyawan merasa kurang puas atas ketidakpedulian pimpinan terhadap kesejahteraan karyawan yaitu kebijakan pimpinan yang tidak sesuai dengan keinginan karyawan. Dalam hal ini kebijakan insentif yang biasanya dikeluarkan setiap tahun (dibayarkan setiap bulan) diubah menjadi tunjangan kinerja. Kebijakan tunjangan (gaji ke 13, jasa produksi) yang dikeluarkan tidak sesuai dengan jadwal. 2) Karyawan merasa stres karena keahlian/ketrampilannya karyawan tidak sesuai dengan bidang kerjaannya dan diharuskan untuk melakukan penyesuaian di bidang tersebut. 3) Karyawan merasa kurang puas dengan sistem penggajian, dimana penggajian karyawan yang memiliki beban kerja berlebihan sama dengan karyawan yang memiliki beban kerja standar. Perusahaan belum menggunakan sistem penilaian kinerja karyawan. Rasa ketidakpuasan karyawan dan stres kerja tersebut mengakibatkan karyawan menjadi tertekan dan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu karena tidak bersemangat dalam menjalankan tugas, hal ini sesuai dengan penelitian Mansoor et al. (2011); Ardakani (2013); dan Nahar et al. (2013). Kecerdasan emosional sangat diperlukan oleh karyawan agar dapat mengatasi stres. Kecerdasan emosional dapat mengatasi masalah karena dapat mengatur emosi diri sendiri sehingga mudah menyelesaikan masalah. Kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam dunia kerja karena kecerdasan emosional
4
memungkinkan karyawan untuk mengelola emosinya dengan baik sehingga membawa karyawan tersebut bekerja secara tepat dan efektif untuk mencapai sasaran dan tujuan perusahaan, hal ini dinyatakan pada penelitian Rahim (2010); Darvish (2011); Çekmecelioglu (2012); dan Karambut (2012). Kemampuan seseorang ditentukan oleh kecerdasan yang dimiliki pada diri sendiri seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan kreativitas dan kecerdasan spiritual. Menurut Mangkunegara (2009), sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan emosional yang kurang baik akan menyebabkan lemahnya kualitas sumber daya manusia. Menurut Martin (2005), kecerdasan emosional mengandung 2 (dua) hal yaitu kecerdasan dan emosi. Kecerdasan diartikan sebagai tingkat perkembangan akal budi seseorang sedangkan emosi diartikan sebagai respon biologis dan psikologis. Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence);
menjaga
keselarasan
emosi
dan
pengungkapannya
(the
appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurut Carmichael dalam Supriyanto dkk. (2012), kecerdasan emosional merupakan proses spesifik dari kecerdasan informasi yang meliputi kemampuan untuk memunculkan dan mengekspresikan emosi diri sendiri kepada orang lain, pengaturan emosi untuk mencapai tujuan. Menurut Goleman (2007), kecerdasan emosional terdiri dari 5 komponen yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan keterampilan sosial.
5
Kecerdasan emosional yang tinggi akan membantu karyawan dalam mengatasi konflik secara tepat dan menciptakan kondisi kerja yang baik sedangkan kecerdasan emosional yang rendah akan berdampak buruk karena karyawan kurang dapat pengambilan keputusan dan tidak bisa menghadapi konflik secara tepat. Kecerdasan manusia bukanlah suatu hal yang bersifat dimensi tunggal yang hanya bisa diukur dari satu sisi dimensi saja yaitu dimensi inteligensi. Menurut Goleman (2002), terdapat 80% kesuksesan manusia ditentukan oleh kecerdasan emosional dan 20% ditentukan oleh kecerdasan intelektual. Kecerdasan emosional ini sangat dibutuhkan oleh seorang karyawan, melalui kecerdasan emosional ini seorang karyawan mengelola perasaannya sehingga dapat mengekspresikannya secara tepat dan efektif. Perusahaan menginginkan karyawan yang memiliki integritas tinggi dalam melakukan pekerjaan. Stres dalam bekerja dapat menyebabkan gangguan fisik maupun psikis. Gangguan fisik dapat berupa meningkatnya tekanan darah, permasalahan pencernaan, sakit kepala, penyakit jantung koroner. Gangguan psikis dapat berupa rasa frustrasi, depresi, mudah sedih dan perasaan tidak berdaya. Stres diakibatkan oleh tuntutan profesionalitas karyawan seperti beban kerja yang semakin berat, adanya persaingan yang semakin ketat dan tingkat pendapatan yang tidak seimbang dengan biaya hidup. Menurut Handoko (2008), stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya (Mangkunegara, 2009). Stres kerja karyawan yang dibiarkan tanpa adanya suatu
6
penanganan oleh perusahaan akan menyebabkan karyawan tersebut menjadi tertekan dan frustasi. Hubungan antara kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja dibuktikan dari beberapa penelitian. Menurut Supriyanto (2012), kecerdasan emosional memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Semakin meningkat tingkat kecerdasan emosional maka kepuasan kerja akan semakin meningkat. Oleh karena itu, kemampuan seseorang dalam mengolah dan menggunakan emosi dengan cerdas dalam bekerja merupakan bagian penting dan harus dipelihara terus menerus dan dipertahankan. Penelitian Karambut (2012), menyatakan bahwa kecerdasan emosional sangat berhubungan dengan kepuasan kerja. Kecerdasan emosional berpengaruh secara langsung dan positif terhadap kepuasan kerja. Semakin tinggi kecerdasan emosional seorang karyawan maka semakin tinggi tingkat kepuasan kerja, dan sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional maka semakin rendah kepuasan kerja. Ashraf et al. (2014), menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan kerja. Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan berkorelasi secara signifikan dengan kepuasan kerja karyawan yang bekerja pada sektor jasa (pelayanan) di Sindh Pakistan. Kecerdasan emosional dapat mengelola stres kerja sehingga terjadi kepuasan kerja pada karyawan Sindh Pakistan. Hubungan antara kecerdasan emosional terhadap stres kerja dibuktikan dari beberapa penelitian. Menurut Mayuran (2013), kecerdasan emosional memiliki hubungan positif terhadap stres kerja pada guru-guru sekolah dan karyawan bank. Hal ini dapat dijadikan suatu alasan melakukan penelitian tentang
7
kecerdasan emosional terhadap stres kerja. Nikolau et al. (2002), menyatakan bahwa kecerdasan emosional memiliki hubungan negatif terhadap stres kerja. Karambut (2012), menyatakan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh secara langsung dan negatif terhadap stress kerja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosional karyawan semakin rendah tingkat stres kerja, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional karyawan maka semakin tinggi tingkat stres kerja. Hubungan antara stres kerja terhadap kepuasan kerja diungkap dari beberapa penelitian. Menurut Bemana et al. (2013), ada hubungan negatif dan signifikan antara stres kerja dan kepuasan kerja. Penelitian Ardakani et al. (2013), menyatakan bahwa stres kerja dapat mempengaruhi individu dan menyebabkan ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja dipengaruhi oleh kondisi fisik. Oleh karena itu, stres kerja memiliki hubungan negatif yang signifikan terhadap kepuasan kerja. Menurut Nahar et al. (2013), menyatakan bahwa stres kerja memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Stres kerja yang signifikan ditemukan pada karyawan bukan pemerintah karena memiliki beban kerja yang tinggi dan keamanan kerja yang kurang. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan emosional mempunyai pengaruh terhadap stres kerja dan kepuasan kerja. Stres kerja mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja. Kepuasan kerja karyawan yang tinggi dapat membuat karyawan bekerja lebih baik. Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting dalam memberikan situasi yang kondusif di perusahaan.
8
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres kerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung? 2) Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung? 3) Bagaimana pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung? 1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
penelitian tersebut antara lain: 1) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap stres kerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. 2) Untuk menganalisis pengaruh kecerdasan emosional terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. 3) Untuk menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kepuasan kerja karyawan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:
1) Manfaat teoritis
9
Secara teoritis diharapkan hasil dari penelitian dapat memberikan bukti empiris pada aplikasi teori kepuasan kerja karyawan dengan variabel kecerdasan emosional serta variabel stres kerja. 2) Manfaat praktis Penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran / masukan kepada PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam upaya peningkatan kepuasan kerja.