BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan image yang menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116 perguruan tinggi yang tiap tahunnya menarik mahasiswa baru dari luar wilayah jogja untuk merantau ke Yogyakarta, sehingga setiap tahunnya selalu mengalami pertambahan penduduk. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi konsumsi terhadap
barang-barang
kebutuhan.
Bertambahnya
informasi
berdampak pada permintaan kebutuhan yang berkembang. Isu yang ada saat ini, didominasi dengan perkembangan teknologi dan informasi, serta perubahan permintaan yang semula sederhana menjadi lebih kompleks, berimplikasi terhadap perubahan pola hidup masyarakat menjadi cenderung konsumtif. Budaya konsumtif ini menuntut sebuah pemenuhan akan kebutuhannya. Dengan adanya perubahan jaman, informasi dan teknologi yang cepat berubah. Masyrakat menjadi orang-orang modern yang berkebutuhan tinggi namun menuntut fasilitas yang simple dan mudah dicapai dalam memenuhi kebutuhannya. Sandang merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Pada masa ini kebutuhan sandang manusia bukan hanya sekedar pakaian namun pakaian yang mengikuti gaya fashion terbaru. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut 1
dibutuhkan suatu wadah fasilitas. Salah satu jenis retail pakaian ialah Factory Outlet. Factory Outlet merupakan suatu toko pakaian yang menjual pakaian jadi dengan merk terkenal dan merupakan sisa ekspor dengan kualitas-kualitas berbeda. Masyarakat masa kini menuntut fasilitas yang mudah, nyaman, menarik, namun dengan harga yang relatif terjangkau. FO merupakan fasilitas yang paling memenuhi kriteria kebutuhan masyarakat saat ini. Factory Outlet sekarang ini semakin menjamur dikota - kota besar, bahkan sudah menjadi tujuan wisata. Pada masa ini konsumen tidak lagi hanya sekedar berbelanja tetapi juga ingin menikmati suasana dan fasilitas perbelanjaan. Saat ini kebanyakan orang berbelanja cenderung tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan tetapi sekaligus untuk menghibur diri sendiri. Sehubungan dengan keberadaan perilaku dan kebutuhan konsumen yang berbeda beda, fasilitas harus bisa memenuhi dan memuaskan konsumen baik itu melalui produk yang ditawarkan ataupun dari suasana yang diberikan oleh outlet itu sendiri. Penataan suasana lingkungan toko yang baik sangat penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Melalui penciptaan store atmosphere yang kreatif, desain bangunan yang menarik, pengaturan jarak antar rak, temperatur, musik yang diputar, tidak hanya memberikan nilai tambah produk yang dijual tetapi juga menciptakan suasana lingkungan pembelian yang menyenangkan dan nyaman bagi konsumen.
2
Dapat diketahui bahwa store atmosphere bertujuan untuk menarik perhatian konsumen untuk berkunjung, memudahkan mereka untuk mencari barang yang dibutuhkan, mempertahankan mereka untuk berlama – lama berada di dalam toko, memotivasi mereka
untuk
membuat
perencanaan
secara
mendadak,
mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian, memberikan kepuasan dalam berbelanja dan memberikan kenyamanan saat berbelanja. Store atmosphere yang dilaksanakan dengan baik akan memberikan pengaruh positif terhadap keputusan pengunjung untuk melakukan pembelian pada outlet tersebut.
B.
Alasan Memilih Yogyakarta 1.
Jogjakarta Sebagai Kota Pelajar
Yogyakarta sebagai kota pelajar merupakan image yang menjadi ciri khas Yogjakarta. Yogyakarta meiliki banyak sekolah dan perguruan tinggi sehingga setiap tahunnya selalu mengalami pertambahan penduduk dari berbagai daerah untuk belajar di Yogyakarta. 2. Kurangnya tempat Perbelanjaan yang memadai di Jogjakarta Yogyakarta sebagai pusat mode tidak pernah terlintas didalam benak masyarakat umum. Namun sebenarnya, atmosfer kota Yogyakarta
cukup
mendukung
dalam
perkembangan
fashion.
Yogyakarta terkenal akan kota pelajar sehingga para pelajar dan mahasiswa yang semakin banyak tersebut merupakan konsumen yang 3
sangat mendukung pada perkembangan fashion, dimana para pelajar dan mahasiswa merupakan konsumen terbesar dalam fashion di Yogyakarta, terbukti dengan semakin maraknya butik-butik dan distro di Yogyakarta. Namun fasilitas perbelanjaan yang nyaman masih kurang memadai. Rata-rata fasilitas perbelanjaan ini merupakan tokotoko kecil di daerah padat yang tidak memiliki fasilitas parkir dan sirkulasi yang baik.
C.
Permasalahan 1.
Permasalahan Umum
Bagaimana merancang dan merencanakan suatu Factory outlet yang berfungsi sebagai sarana perbelanjaan berkembang menjadi wadah rekreasi.
Bagaimana menciptakan wadah fisik serta kebutuhan ruang yang dibutuhkan factory outlet dan sarana rekreasi. Hal ini mecakup : desain fisik bangunan, tata ruang yang efektif.
Bagaimana merancang bangunan ini hingga dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas perbelanjaan yang besifat terpadu dengan kegiatan lain. Sehingga kegiatan yang terwadahi dapat menghidupkan suasana hingga terciptanya wadah sosialisasi yang baik.
2.
Permasalahan Khusus
Konsep perancangan dan perencanaan fasade bangunana yang dapat menampilkan citra bangunan yang memiliki kekhasan dan keunikan. 4
Perencanaan dan perancangan system sirukulasi yang terorganisir serta rekreatif.
D.
Perencanaan dan perancangan kemudahaan aksesibilitas
Tujuan dan Sasaran 1.
Tujuan
Mendapatkan rumusan konsep perencanaan dan perancangan bangunan
Factory
Outlet
yang
berfungsi
sebagai
sarana
perbelanjaan di Jogjakarta dengan memperhatikan aspek-aspek tuntutan kebutuhan masyarakat akan bangunan komersial.
Mewujudkan konsep penataan ruang dan sirkulasi pada Factory Outlet di Yogyakarta yang efektif, terarah, komunikatif dan aksesibel bagi pengunjung baik diluar ataupun dalam bangunan.
Memaksimalkan elemen-elemen store atmosphere yang nyaman, dan efektif 2.
Sasaran
Mengidentifikasi fasad bangunan dengan menampilkan ciri arsitektur modern dengan memperhitungkan ciri arsitektur lokal
Mengidentifikasi sirkulasi ruang dalam dan ruang luar Fatory Outlet dengan nyaman sesuai dengan standart besaran sirkulasi, besaran ruang, kebutuhan dan orientasi bangunan.
Mengindetifikasi desain general interior dan interior display yang nyaman dan funsional. 5
Mengidentifikasi standar sirkulasi yang rekreatif pada bangunan factory outlet melalui survey lapangan dan study literature
E.
Lingkup Pembahasan
Pembahasan masalah diluar segi arsitektur perancangan fisik dengan pendekatan asumsi dan logika sederhana. Dalam rancangan Factory Outlet ini diasumsikan konsumen merupakan kalangan menengah
keatas
namun
tidak
menutup
kemungkinan
bagi
masyarakat menengah kebawah. Pembahasan masalah dalam segi arsitektural mencakup sirkulasi luar dan dalam bangunan sesuai dengan standart besaran sirkulasi, besaran ruang, kebutuhan dan orientasi bangunan., tinjauan terhadap sirkulasi yang rekreatif luar dan dalam bangunan, serta tampilan citra bangunan. F.
Metode Pembahasan Dalam
menganalisa,
memecahkan
permasalahan,
dan
merumuskan konsep dalam perancangan bangunan Factory Outlet ini dengan melakukan pembahasan dimulai dari masalah yang brsifat umum ke masalah yang bersifat khusus dengan menggunakan metode deskriptif, studi literature, studi lapangan, pengambilan data dari instansi terkait, sertadilakukan wawancara untuk memperoleh data yang konkrit. 1. Study Literatur Kegiatan study literatur yang dilakukan antara lain: 6
study literatur mengenai prinsip dan standar bangunan factory outlet
study literatur kebutuhan ruang, dan
2. Observasi Kegiatan observasi yang dilakukan antara lain:
study fasilitas factory outlet yang sudah ada di Yogyakarta dan factory yang ada di Bandung.
study yang dilakukan meliputi dimensi ruang, kelengkapan fasilitas, zoning, dan lokasi eksisting fasilitas-fasilitas tersebut.
3. Wawancara Kegiatan wawancara meliputi:
Calon Customer, mahasiswa yang menjadi sasaran utama pasar Factory Outlet ini
Pemilik bisnis outlet, mengenai kebutuhan fasilitas untuk factory outlet serta kesulitan apa yang ditemui selama pengelolaan
4. Analisa dan Pendekatan Analisa yaitu melakukan kajian lebih dalam terhadap jenisjenis fasilitas yang dibutuhkan factory outlet , serta bangunannya sendiri untuk menemukan permasalahan yang ada dan melakukan upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. 5. Perumusan Konsep Perumusan Konsep adalah tahap mengumpulkan semua penyelesaian atas permasalahan yang ada.
7
G.
Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan Berisi tentang batasan pengertian Judul, latar belakang permasalahan mengapa diperlukan Factory Outlet di Yogyakarta disertai dengan penjelasan singkat tujuan, sasaran dan lingkup pembahasan serta metode yang digunakan BAB II Kajian Factory Outlet Tinjauan Factory outlet sebagai sarana perbelanjaan, Rekreasi dan tinjauan sirkulasi pada Factory Outlet BAB III Kajian Kota Yogyakarta Tinjauan Lokasi Site yang berisi keadaan kawasan rencana lokasi Factory Outlet dan perkembangannya. BAB IV Analisa Konsep Desain Mengulas tentang organisasi ruang, dimensi ruang, kapasitas ruang dan bangunan, serta tata ruang secara umum dari setiap fungsi fasilitas Factory Outlet BAB V Konsep Perencanaan dan Perancangan Berisi tentang penerapan konsep dalam penataan ruang luar dan dalam bangunan berdasarkan analisa yang sudah dilakukan H.
Keaslian Penulis Sebagai perbandingan penulisan ini dengan penulisan-
penulisan yang lain adalah dilihat dari penekanan pembahasan serta permasalahan dari judul yang diambil. Penekanan pada tulisan ini
8
adalah pada sirkulasi factory outlet yang rekreatif. Penulisan yang dianggap serupa adalah:
Ratnadevi
Pualamsari,
Shopping
mall
di
Surakarta,
penekanan pada sirkulasi dan penampilan bangunan, Tugas Akhir, UGM, 2000.
Hendri Rijaya, Fasilitas Rekreasi Tengan Kota di Pekanbaru, Penekanan pada Perwujudan, pengolahan dan penempatan Fasilitas rekreasi yang representative, Tugas akhir, UGM, 2002.
Rustam, Shopping Mall di Palu, Penekanan Pada Penataan Kegiatan Perbelanjaan, Tugas Akhir, UGM, 2002.
I.
Kerangka Berpikir
9
10