1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang begitu ketat telah mendorong penggunaan sarana yang semakin canggih dan SDM yang bermutu dan berkualitas, namun kecanggihan sarana komunikasi tersebut harus diimbangi dengan kemampuan manusia yang menggunakannya.
Era
canggih
seperti
sekarang
ini
menunjukkan
betapa
banyaknya SDM yang berkualitas dalam mengelola media informasi seperti televisi yang termasuk kedalam jenis komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk dari komunikasi. Dalam komunikasi massa, tentu akan banyak melibatkan media. Salah satu media yang digunakan dalam komunikasi massa adalah media televisi. Televisi merupakan media yang beredar secara cepat. Hal ini bisa dilihat hampir di setiap pelosok daerah dari setiap warganya memiliki televisi. Televisi jika dilihat untuk jaman sekarang sudah merupakan menjadi sebuah kebutuhan bagi seluruh masyarakat. Informasi yang cepat bisa masyarakat dapatkan melalui televisi. Televisi dari segi semantiknya berasal dari bahasa Inggris televission. Tetapi dipercaya banyak orang bahwa kata tele dipinjam dari bahasa Yunani yang berarti jauh dan vision (dipinjam dari bahasa Latin) yang berarti pandangan atau pemandangan. Jadi televisi adalah pemandangan jauh atau pandangan jauh. Globalisasi dan distribusi satelit semakin canggih, mengakibatkan perubahan yang fundamental dalam perkembangan media televisi sebagai sebuah industri.
2
Berangkat dari pengertian di atas bila dikaji dari segi pemanfaatannya, maka didapatkan pengertian pemanfaatan siaran televisi adalah pendayagunaan acara yang ditayangkan televisi. Media televisi dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar, baik oleh murid, guru maupun oleh seluruh lapisan masyarakat, karena sifat media ini yang menarik perhatian dan dapat menyajikan informasi yang otentik segera setelah peristiwa terjadi. Pemanfaatan siaran televisi oleh remaja akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam mencapai tujuan belajar dan meningkatkan hasil belajar. Siaran televisi sebagai media massa dapat dimanfaatkan untuk manunjukan pembelajaran apabila visi siarannya seperti Siaran Berita, Siaran Pembangunan, Talk Show, Siaran Seni dan Budaya serta siaran-siaran lainnya dimanfaatkan sebaik-baiknya, karena dapat meningkatkan kesadaran bermasyarakat dalam berbangsa dan bernegara sehingga mampu memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional dan memelihara stabilitas nasional sejalan dengan dinamika pembangunan dan kemajuan teknologi. Sehingga ikut serta dalam proses pembangunan bangsa. Sejarah perkembangan televisi yang sangat maju pesat adalah pada saat program televisi pertama kakli disiarkan pada Rapat Dewan Keamanan PBB yang berlangsung pada tahun 1946 di Gedung Olah Raga Perguruan Tinggi Hunter, New York. Saat itu orang dibuat aneh karena meskipun ruang sidang terhalang oleh tembok, namun dengan alat yang baru pertama kali orang lihat, seluruh tamu undangan bisa menyaksikan apa yang terjadi di ruang sidang dengan jelas. Sebelumnya,
pada tahun 1923
Vladmir Katajev Zworykin berhasil
menciptakan televisi elektris. Setelah itu, pada tahun selanjutnya yaitu pada tahun
3
1930 Philo T. Farnsworth menciptakan system televisi. Penemuan ini terus berkembang hingga akhirnya bisa dibuktikan pada tahun 1939, dipamerkannya televisi berukuran 8 x 10 inci pada New York World’s Fair. Dari tahap ini, akhirnya terciptalah tele visi yang sekarang kita kenal. Sejarah televisi yang berkembang di Indonesia, pertama kali di awali oleh TVRI tepatnya pada tanggal 19 Agustus 1962 yang studionya berada di kawasan Komplek Senayan Jakarta. Meskipun siaran televisi Indonesia belum secanggih Negara-negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang, Australia dan juga Negaranegara yang berada di benua eropa lainnya, karena Indonesia merupakan Negara yang menggunakan televisi relatif baru. Perkembangan TVRI pada masa itu juga memiliki hambatan, salah satunya adalah biaya. Untuk proses penyelenggaraan siaran itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan pada saat itu, periklanan yang menjadi salah satu pemasukan untuk TVRI belum terlalu pesat perkembangannya. Terlebih lagi pada tahun 1981, tepatnya pada tanggal 1 April, tidak menyiarkan iklan, Sehingga tidak ada pemasukan untuk TVRI. Namun kegiatan untuk tetap meluaskan jaringannya, TVRI masih terus berjalan. Sampai dengan tahun 1965, TVRI sudah memiliki dua satasiun penyiaran dan empat pemancar dan lima stasiun penghubung. Mulai tahun 1973 sampai dengan tahun 1978, TVRI sudah memiliki tujuh buah stasiun dan pemancar berjumlah 77 pemancar dan 11 stasiun penghubung. Tercatat pada tahun 1980, jangkauan TVRI sudah mencapai daerah seluas 400.000 km2 dengan 80% dari jumlah penduduk Indonesia.
4
Kemunculan TVRI membawa pengaruh untuk munculnya televisi-televisi lainnya yang didirikan oleh pihak swasta. Stasiun Televisi di Indonesia mulai bermunculan. Salah satunya Indosiar adalah salah satu stasiun televisi swasta nasional yang ada di Indonesia. Stasiun televisi ini beroperasi dari Daan Mogot, Jakarta Barat. Stasiun siaran media televisi gelombang beroperasi dari Jakarta sejak tahun 1994. Indosiar didirikan dan dikuasai oleh Grup Salim melalui PT Indosiar Karya Media Tbk yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Indosiar diluncurkan pada 11 Januari 1995. Bentuk logo yang mirip dengan bentuk logo Televisi Broadcasts Limited, Hongkong. Indosiar pada awalnya memang banyak manayangkan drama-drama Hongkong. Contohnya serial Return of The Condor Heroes yang dibintangi oleh Andy Lau, To Liong To yang dibintangi oleh Tony Leung. Keduanya cukup populer dikalangan penonton. Selain acara drama serial tersebut, masih banyak acara-acara Indosiar lainnya yang selalu mendekatkan Indosiar dengan seluruh lapisan masyarakatnya. Indosiar juga mempopulerkan acara-acara Indonesia yang bertemakan keluarga, cinta, realitas, serta acara berupa talk show tentang isu yang hangat. Acara talk show yang diproduksi Indosiar salah satunya adalah acara Halo Polisi. Halo Polisi Indosiar adalah sebuah acara talk show yang menghadirkan para narasumber dari Kepolisian Republik Indonesia yang akan ikut serta dalam membahas berbagai kejadian dan isu hangat di masyarakat yang berhubungan langsung dengan Polri. Dialog interaktif juga akan tersedia bagi para pemirsa untuk mengajukan pertanyaan maupun ikut serta membahas topik yang sedang di angkat disetiap episodenya. Halo Polisi hadir selama 30 menit dalam setiap
5
episodenya yang tayang setiap hari Jumat pagi dari mulai jam 07.00-07.30 WIB setelah sebelumnya program ini tayang setiap hari Jumat pada jam 10.00-10.30 pagi. Tayangan Halo Polisi sangat penting untuk diteliti karena tayangan ini merupakan salah satu program untuk memperbaiki citra polisi di masyarakat. Jika penelitian ini dilakukan langsung dengan objek penelitiannya adalah polisi, maka sejauh mana anggota polisi mengikuti tayangan yang menyangkut dengan profesinya sebagai pelayan masyarakat. Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Istilah polisi berasal dari bahasa Belanda politie yang mengambil dari bahasa Latin politia yang berasal dari kata Yunani politeia yang berarti warga kota atau pemerintahan kota. Kata ini pada mulanya dipergunakan untuk menyebut orang yang menjadi warga Negara dari kota Athena, kemudian pengertian itu berkembang menjadi kota dan dipakai untuk menyebut semua usaha kota. Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri di Indonesia tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dan dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin di Surabaya. Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa
6
dan negara Indonesia dimata dunia. Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalahmasalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk
Indonesia,
untuk
ikut
aktif dalam berbagai operasi kepolisian
(http://www.polri.go.id/organisasi/op/sp/). 1.2 Identifikasi Masalah Setelah dilihat, jika merunut pada penjelasan pada latar belakang di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rumusan masalahnya adalah Respons Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas berikut adalah rumusan masalahnya: 1.
Bagaimana Perhatian Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar?
2. Bagaimana Pemahaman Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar? 3. Bagaimana Penerimaan Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar?
7
1.4 Tujuan & Kegunaan 1.4.1 1.
Tujuan Untuk mengetahui sejauh mana Perhatian Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar.
2.
Untuk
mengetahui
sejauh
mana
Pemahaman
Polisi
Terhadap
Polisi
Terhadap
Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar. 3.
Untuk
mengetahui
sejauh
mana
Penerimaan
Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar. 1.4.2
Kegunaan Penelitian
Adapun beberapa manfaat atau kegunaan yang dapat diambil dari penenlitian ini adalah : 1.4.2.1 Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis berfungsi sebagai bahan referensi dari hasil penelitian dengan mempergunakan metodologi penelitian tertentu. Kegunaan teoritis ini diharapkan akan menambah pembendaharaan informasi bagi pengembangan bidang komunikasi terutama mengenai fungsi serta peran lembaga pemerintah seperti media elektronik televisi Indosiar pada khususnya. 1.4.2.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis berfungsi sebagai bahan masukan bagi praktisi sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan suatu pengambilan keputusan dalam organisasi, perusahaan atau institusi. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan lembaga pemerintahan atau perusahaan yang mengelola media
8
elektronik, terutama dalam hal program yang ditayangkan dan materi yang ditekankan khususnya Tayangan Halo Polisi yang berpengaruh pada citra Polri. 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1
Tinjauan Pustaka
Ada beberapa contoh penelitian yang telah dilakukan berupa skripsi yang menjadi bahan referensi yang berhubungan dengan analisis wacana khususnya. Referensi tersebut tentu sangat berguna dalam menunjang penelitian ini. Peneliti mengambil beberapa contoh penelitian yakni sebagai berikut: Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu yang Serupa Pengarang
Judul Skripsi
Metode
Tahun
Kesimpulan
penelitian Ilma
Nurweli (UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Respon
Metode
2012
Respon pelajar
Pelajar
Deskriptif
terhadap tayangan
Terhadap
Kuantitatif
Laptop Si Unyil
Tayangan
diTrans 7 bersifat
Laptop Si
positif. Hasilnya
Unyil Di
bisa dilihat dari
Trans 7
indicator
(Penelitian
perhatian lebih
Deskriptif
dari setengahnya
Kuantitatif
56%, indicator
Pelajar
pemahaman
SMPN 3
61.7% dan
Karawang
indicator
Barat
penerimaan
Kelas VIII)
sebanyak 53.7%.
9
Penelitian ini menunjukkan bahwa responden menyukai tayangan Laptop Si Unyil di Trans 7 karena tayangan ini juga selain memberikan hiburan, juga memberikan penegtahuan bagi pelajar. Ismail S.
Respon
Metode
2011
Hasil penelitian
(UIN
Penonton
Deskriptif
menyimpulkan
Sunan
Terhadap
Kuantitatif
bahwa perhatian
Gunung
Siaran
masyarakat
Djati
Berita
merespon hampir
Bandung)
Ineraktif
setengahnya
“Sampuras
terhadap bahasa
un” pada
yang digunakan
siaran
dalam Siaran
Televisi
Berita Interaktif
Lokal
“Sampurasun”
PJTV
sebanyak 42%,
Bandung
dalam pemahaman merespon hamper setengahnya terhadap isi materi berita dalam Siaran
10
Berita Ineraktif “Sampurasun” sebanyak 41.2%, dan penerimaan merespon sebagian kecil pembaca berita dalam Siaran Berita Ineraktif “Sampurasun” sebanyak 38.5%. Supaya terus meningkatkan perhatian, pemahaman dan penerimaan masyarakat, Siaran Berita Interaktif “Sampurasun” hendaknya memperhatikan kualitas, agar pesan lebih actual dan kritis serta lebih bervariasi. Erine
Respon
Deskriftif kuantitatif
2012
Hasil dari
Maytisna
Mahasiswa
penelitian ini
Rahmawati
Terhadap
menyatakan bahwa
(UIN
Reportase
minat menonton
Sunan
Investigasi
mahasiswa tinggi
Gunung
di Trans
sebanyak 68%.
11
Djati
Tv.
Sikap mahasiswa
Bandung)
juga positif sebanyak 69%. Dan dari segi perilaku juga ada yang berubah dari segi apektif, kognitif, dan konatif sebanyak 71%.
1.5.2
Tinjauan Teoritis
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori S-O-R (Stimulus Organism Respons). Teori S-O-R ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian menjadi juga teori komunikasi, tidak mengherankan, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap
stimulus
khusus,
sehingga
seseorang
dapat
mengharapkan
memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. unsur dalam model ini adalah : a. Pesan (Stimulus, S) b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Respons, R)
dan
Jadi unsur –
12
Hosland, etal (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti disini.
Tetapi bila
stimulus diterima oleh organisme berarti ada
perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka
ia
mengerti stimulus
ini dan
dilanjutkan
kepada
proses
berikutnya.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya
(bersikap).
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
13
Mar’at (sikap manusia) dalam Onong U. Effendy mengutip pendapat Hovland, Janis dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting yaitu : (a) perhatian (b) pengertian/pemahaman (c) penerimaan Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas,
kepemimpinan,
gaya
berbicara sangat menentukan keberhasilan
perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat. Gambar 1.1 Teori S-O-R
Stimulus
Organisme - Perhatian - Pengertian/pemahaman - penerimaan
Sumber: Hovland, Janis, dan Kelley dalam Onong Uchjana Effendy 2003:255
Respons
14
Teori ini S-O-R ini merupakan teori atau model komunikasi yang paling dasar. Model ini menunjukkan reaksi komunikasi yang sangat sederhana. Model ini juga mengasumsikan bahwa kata-kata, gambar-gambar, isyarat nonverbal, serta tindakan-tindakan akan merangsang orang lain untuk melakukan tindakan tertentu. Model ini menggambarkan proses pertukaran atau pemindahan informasi sehingga menimbulkan banyak efek dari kegiatan timbale balik komunikasi tersebut. (Mulyana. Ilmu Komunikasi, 2010:143-144). Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Halo Polisi
1. Perhatian 2. Pemahaman 3. Penerimaan
Respons Polisi
Sumber : diolah oleh peneliti Pada penelitian yang dilakukan oleh penulis ini, menggunakan dua variable, yakni variable (x) dan variable (y). Variabel x bisa juga dikatan variable bebas, sedangkan variable y bisa dikatan sebagai variable yang terikat. Yang disebut sebagai variable bebas dalam penelitian ini yakni respon Anggota Polisi Polres
Cibarusah
yang
meliputi
perhatian,
pemahaman,
dan
penerimaan.
Sedangkan yang disebut sebagai variable terikat yaitu sajian Halo Polisi, penayangan, dan penyiar.
15
Tabel 1.2 Operasional Variabel Variabel
Dimensi
1.
Talk Show
Variabel (X) Halo Polisi
2. Pembawa Acara
3. Penayangan
1. Perhatian
Variabel (Y) Respons
2. Pemahaman
Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar
Indikator -
Mendidik
-
Informasi
-
Menghibur
-
Menarik Perhatian
-
Menghibur
-
Komunikatif
-
Sering menyaksikan
-
Durasi
-
Minat
-
Keinginan
-
Menyimak
-
Menyaksikan
-
Peduli
-
Memahami
-
Mengerti
-
Menjelaskan
-
Menyimpulkan
-
Menyukai
-
Menerima
-
Menambah Wawasan
3. Penerimaan
-
Melakukan
-
Mempengaruhi
-
Memuaskan
-
Merubah/Perubahan
-
Memilih
16
1.6 Langkah-langkah Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian 1.6.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Polsek Cibarusah Jl. Raya Loji Cibarusah no. 01 Bekasi 17340. Hal ini dikarenakan yang menjadi responden adalah Anggota Kepolisian Polsek Cibarusah. Alasan mengapa peneliti memilih Polsek Cibarusah sebagai lokasi dalam penelitian
ini,
karena
lebih
mudah untuk
mancari
respondennya, sehingga bisa mengefisiensikan waktu. Selain itu, jarak lokasi penelitian yang dekat dengan tempat tinggal peneliti bisa mempermudah peneliti baik dari segi waktu yang ditempuh, biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Keterkaitan atau hubungan tayangan Halo Polisi dengan bidang responden sebagai anggota Polisi yaitu penulis bisa mengetahui sejauh mana responden bisa memahami, dan menerima sajian tersebut. 1.6.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari tanggal 1 – 30 Juni 2013 untuk proses penyebaran angket. Setelah itu peneliti akan melanjutkan pada proses pengolahan data dari hasil penyebaran angket tersebut. 1.6.2 Metode yang di Gunakan Dalam penelitian Respons Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun
Televisi Indosiar,
penulis menggunakan metode deskriptif.
Dimana
metode deskriptif dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk : (1) mengumpulkan informasi secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, (2) mengidentifikasikan masalah atau memeriksa
17
kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, (3) membuat perbandingan atau evaluasi, (4) menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. (Rakhmat, 2010:25 dalam skripsi Maytisna R, Erine, 2012). Penelitian
ini adalah
jenis
penelitian
kualitatif,
karena
berhubungan
dengan angket dalam pengumpulan datanya. Menurut Sugiyono (2011: 9): Metode penelitian kulitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, dan juga tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Dimana metode deskriptif ini termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif yang dilengkapi dengan data perhitungan untuk memperjelas hasil npenelitian. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena dirasa metode memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Objek dari penelitian ini adalah Anggota Polisi di Polsek Cibarusah yang akan dimintai responnya terhadap Tayangan Halo Polisi di Indosiar. Tentu keterkaitan antara metode dan penelitian yang dilakukan adalah mengamati mengenai respons dari objek penelitian. Selain itu, metode ini juga dapat menggambarkan bagaimana Anggota Polisi dapat mengingat, melakukan, merasakan pesan yang disampaikan dari Tayangan Halo Polisi di Indosiar.
18
1.6.3 Sumber dan Jenis Data 1.6.3.1 Sumber Data 1.6.3.1.1 Sumber Data Primer Sumber data primer tentu hasil dari penyebaran angket, observasi, dan juga wawancara langsung kepada responden. Sedangkan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Anggota Polisi Polsek Cibarusah Jl. Raya Loji Cibarusah no. 01 Bekasi 17340, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi. 1.6.3.1.2 Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder merupakan sumber-sumber penunjang lain adalah dari buku-buku atau studi pustaka, skripsi, blog atau internet dan juga arsip-arsip yang berhubungan dengan penelitian ini, dan juga dari artikel-artikel yang ada yang berhubungan dengan pnelitian ini. 1.6.3.2 Jenis Data Setelah peneliti melihat pada permasalahan yang dirumuskan di atas, ternyata jenis data dapat simpulkan kedalam dua jenis data, yakni kualitatif yang dilengkapi dengan data kuantitatif atau angka-angka sebagai penunjang. Data kualitatif merupakan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis dari perilaku orang-orang yang dapat diamati dalam proses penelitian ini. Data kualitatif dapat diambil dari hasil observasi dan juga wawancara yang berkaitan tentang penerimaan, pemahaman, dan perhatian Anggota Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Indosiar. Data kualitatif ini bisa didapatkan dari hasil observasi serta wawancara yang dilakukan oleh penekiliti yang meliputi:
19
1. Data tentang perhatian Anggota Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar. 2. Data tentang pemahaman Anggota Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar. 3. Data tentang penerimaan Anggota Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar. Sedangkan data kuantitatif adalah diperoleh dari perhitungan angka-angka tentang respons dari Anggota Polisi Terhadap Tayangan “Halo Polisi” di Stasiun Televisi Indosiar dari hasil penyebaran angket. 1.6.4 Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. Dalam penelitian ini, populasi yang dijadikan subjek adalah Anggota Polisi dari Polsek Cibarusah. Sedangkan sampel yang di teliti merupakan perwakilan dari populasi. Untuk menentukan sampelnya, peneliti merujuk pada pendapat Arikunto, jika jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15 % atau 20-25 %, tetapi jika populasi kurang dari 100 orang, maka populasi yang dijadikan sampel adalah keseluruhan dari populasi tersebut. Berdasarkan data dari Polsek Cibarusah dan hasil Wawancara singkat, populasi yang dijadikan sebagai bahan penelitian yang merupakan Anggota Polisi dari Polsek Cibarusah yang berjumlah 47 orang. Hasil dari wawancara sekilas menunjukkan seluruhnya mengetahui serta sering menyaksikan tayangan Halo Polisi yang tayang setiap hari Jumat di Stasiun Televisi Indosiar. Dari jumlah populasi tersebut, maka seluruhnya akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.
20
Alasan mengapa seluruhnya dijadikan sampel, karena jumlah populasi kurang dari 100 orang. 1.6.5 Teknik Pengumpulan Data 1.6.5.1 Angket Teknik ini yaitu dengan cara memberikan sejumlah pernyataan atau pertanyaan pada responden untuk dijawab secara tertulis. Angket ini diberikan kepada Anggota Polsek Cibarusah mengenai tayangan Halo Polisi yang tayang di Stasiun Televisi Indosiar untuk mendapatkan data yang lengkap mengenai respons terhadap tayangan tersebut. Angket yang dibagikan menggunakan angket yang tertutup, dimana jawaban untuk responden jawab sudah tersedia. 1.6.5.2 Wawancara Pengertian dari interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara, dalam hal ini adalah peneliti untuk memperoleh informasi dari terwawancara atau responden. Dalam melaksanakan wawancara, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan kepada narasumber yang akan diwawancara. Wawancara yang
biasa dilakukan bisa menggunakan dengan dua
pendekatan wawancara. Wawancara baku terdiri dari seperangakat pertanyaan yang dipegang oleh pewawancara dan tidak boleh menyimpang dari pertanyaan yang sudah dipersiapkan. Sedangkan wawancara tidak baku pewawancara diperbolehkan untuk tidak terpaku pada pertanyaan yang sudah disiapkan.
21
1.6.5.3 Pengamatan Langsung Pengamatan Langsung meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, pengamatan langsung dapat
dilakukan
malalui penglihatan,
penciuman,
pendengaran,
perasa dan
pengecap dengan mengamati keadaan lingkunan secara natural. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung karena peneliti mengamati secara langsung tanpa merubah keadaan objek. 1.6.6 Teknik Analisis Data Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket disusun oleh peneliti dengan berdasarkan variabel yang ada dalam penelitian, yaitu angket untuk mengungkapkan data mengenai respons Polisi Terhadap Tayangan Halo Polisi di Stasiun Televisi Indosiar. Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data ordinal untuk variabel X dan Y. Dalam penelitian ini, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini adalah kegiatan
ini
dilakukan
untuk
mengecek
kelengkapan
identitas
responden,
kelengkapan data serta isian data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah data berhasil di cek, maka akan dilakukan langkah selanjutnya. 1.6.6.1 Teknik dalam menganalisis data adalah dengan cara mengumpulkan data atau hasil dari angket yang disebarkan kepada responden. Data tersebut baru akan diolah untuk selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif yang dilengkapi dengan perhitungan angka-angka menggunakan rumus tertentu.
22
Untuk perhitungan data persentasi hasil dari angket menggunakan rumus berikut: Keterangan:
P=
P
= Angka Presentase
F
= Frekuensi Jawaban
N
= Jumlah Data
%
= Bilangan Tetap
x 100 %
(Zanzzawi Soejoeti, 2007:13)
1.6.6.2 Jika semua persentase jawaban dari setiap pertanyaan sudah dihitung, maka akan dimasukkan kedalam table tabulasi dari Ruslan (2006:167) Tabel 1.3 Tabel Tabulasi No.
Jawaban Pertanyaan
F
%
1.6.6.3 Langkah selanjutnya dalam proses pengumpulan data, peneliti mengikut sertakan Skala Likert. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variable yang akan diukur disederhanakan menjadi indicator-indikator yang akan dijadikan sebagai tolak ukur dalam proses pembuatan pernyataan atau pertanyaan dalam angket (Sugiyono, 2012:93).
23
Jawaban setiap instrumen yang menggunakan Skala Likert, dapat berupa kata-kata yang memiliki skor dari setiap kata-katanya. Seperti Sangat Setuju (5), Setuju (4), Cukup Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju (1). 1.6.6.5 Setelah data semuanya diurutkan, langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata jawaban dengan mengalikan jawaban responden dengan masing-masing
nilai
skor
jawaban.
Agar
mempermudah
dalam
proses
perhitungan, maka dibuatlah table seperti berikut ini: Table 1.4 Untuk Perhitungan Nilai Skor Item
SS
S
CS
TS
STS
P1
47
P2
47
P3
47
P4
47
P5
47
1.6.6.6 Setelah data tersebut terkumpul, maka akan dimasukkan kedalam Skala Likert sesuai dengan garis-garis yang sesuai pada Skala Likert seperti berikut: Gambar 1.3 Skala Likert STS
(Sugiyono, 2012:95)
TS
CS
S
SS
24
Untuk menghitung garis Skala Likert, bisa menggunakan rumus dari (Arikunto, 2005:353-356) sebagai berikut: Nilai Indeks Minimum
=
(Skor Minimum) X (Jumlah Pertanyaan) X
(Jumlah Responden) Nilai Indeks maksimal
= (Skor Maksimum) X (Jumlah Pertanyaan) X (Jumlah Responden)
Interval
=
(Nilai
Indeks
Minimum)
–
(Nilai
Indeks
Maksimum) Jarak Interval
= Interval : Jenjang
1.6.6.7 Apabila jumlah skor keseluruhan telah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan menggunakan penggkategorian persentase,
untuk
langkah ini peneliti menggunakan table dari (Sugiyono,
2012:184) berikut ini: Table 1.5 Kategori Penilaian No
Persentasi Kategori
Kategori
1
81-100%
Sangat Setuju
2
61-80%
Setuju
3
41-60%
Cukup Setuju
4
21-40%
Kurang Setuju
5
1-20%
Tidak Setuju