BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Remaja merupakan investasi masa depan bangsa karena mereka merupakan generasi penerus yang produktif dan sangat berharga bagi kelangsungan pembangunan di masa mendatang, akan tetapi teknologi informasi serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (Iptek) yang mengalami perkembangan pesat, membawa dampak timbulnya permasalahan remaja yang semakin meningkat. Fenomena ini berpengaruh terhadap status kesehatan reproduksi remaja dan kualitas remaja di masa mendatang. United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) menyatakan terjadi trend yang menghawatirkan karena terjadi peningkatan jumlah kematian remaja yang berusia 10-19 tahun akibat Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di seluruh dunia yaitu 71.000 remaja pada tahun 2005 meningkat menjadi 110.000 jiwa pada tahun 2012 ( Herman, 2013). Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan prevalensi umur perkawinan yang terjadi pada umur kurang dari 15 tahun yaitu sebesar 2,6 % dan usia 15-19 tahun sebanyak 23,9 %. Fenomena inilah yang menyebabkan terjadinya ibu yang melahirkan pada usia terlalu muda (<20 tahun), bahkan ada yang melahirkan pada usia kurang dari 15 tahun. Data lainnya dari badan kesehatan keluarga berencana nasional (BKKBN) pada tahun 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 4,38 % remaja usia 10-14 tahun telah melakukan aktivitas seks bebas, sedang remaja usia 14-19 tahun sebanyak 41,8 %. Kejadian aborsi menurut catatan komisi nasional perlindungan anak terjadi peningkatan, yaitu dari 86 kasus pada tahun 2011 menjadi 121 kasus pada tahun 2012. Kasus tersebut mengakibatkan delapan orang meninggal.
Berdasarkan data tersebut, kejadian ini cukup memprihatinkan karena kehamilan dan persalinan remaja di bawah umur 20 tahun sangat berisiko apalagi ditunjang dengan perilaku seks yang berisiko pula sehingga menambah deret permasalahan remaja khususnya yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi. Permasalahan lain yang erat kaitannya dengan remaja dan berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah masalah gizi, merokok serta narkotik dan zat adiktif (napza). Data Riskesdas 2013, menyebutkan bahwa remaja pendek (stunting) menurut prevalensi nasional sebanyak 30,7 %, remaja kurus sebanyak 11,2 %, remaja yang merokok pada usia 10-19 tahun sebanyak 19,7 %, dan menurut badan narkotika nasional (BNN) terjadi peningkatan pengguna narkoba yaitu pada tahun 2012 dari 3,6 juta orang menjadi 3,8 juta orang pada tahun 2013 dan 22 % diantaranya adalah remaja ( Rohan & Siyoto, 2013) Di Bali permasalahan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja juga menunjukkan angka yang memprihatinkan, Berdasarkan penelitian, menyebutkan bahwa dari tiga ratus dua puluh tujuh remaja di Badung, 5 % (enam belas orang) diantaranya pernah berhubungan sex pada usia 14-19 tahun, dari enam belas orang tersebut, satu pernah terkena penyakit kelamin dan dua pernah hamil hingga berakhir dengan aborsi. Pada tahun 2013, penelitian lain menyebutkan bahwa dari enam ratus tiga puluh tiga pelajar, 10-31 % remaja yang belum menikah pernah punya pengalaman berhubungan sex. Untuk pengguna narkoba Bali menyumbangkan angka 1,8 % atau lima ribu lima ratus lima puluh tiga orang . Berdasarkan data diatas, menunjukkan bahwa di Bali terjadi peningkatan yang signifikan terkait dengan masalah kesehatan reproduksi dan masalah lain yang terkait dengan remaja ( Faturrohman, 2009). Di Indonesia, Pemerintah mengadakan beberapa strategi untuk menyelesaikan permasalahan terkait kesehatan reproduksi remaja dan permasalahan remaja lainnya. Salah satu strateginya adalah program pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR). PKPR adalah suatu
program yang dikembangakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja yang menekankan kepada Puskesmas. Pengertian PKPR sendiri adalah suatu pelayanan yang ditujukan dan dapat di jangkau oleh remaja, peka akan kebutuhan terkait kesehatannya, dapat menjaga rahasia, efektif dan efisien dalam memnuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya, PKPR adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk remaja, dimana pelayanannya dapat diakses oleh semua golongan remaja. Secara khusus, tujuan dari PKPR adalah meningkatkan pemanfaatan puskesmas oleh remaja untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, meningkatan penyediaan pelayanan kesehatan remja yang berkualitas, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan, meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan remaja. Sasaran program ini adalah laki-laki dan perempuan usia 10-19 tahun dan belum menikah, baik yang sekolah maupun tidak sekolah. Program ini dibentuk sejak tahun 2003 dan kegiatan yang rutin dilakukan salah satunya adalah penjaringan ke sekolah- sekolah SMP, SMA maupun perkumpulan remaja seperti karang taruna dan remaja masjid untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi remaja (Kemenkes RI, 2011). Menurut wawancara dengan Dinas Kesehatan Provinsi Bali, PKPR merupakan salah satu program remaja yang masih aktif sampai saat ini. Program ini dijalankan melalui Puskesmas untuk memfasilitasi kasus-kasus kesehatan reproduksi dan permasalahan remaja lainnya di wilayah Puskesmas. Di Puskesmas Kuta Selatan program PKPR ini sudah berjalan sejak tahun 2007, Puskesmas sebagai home based telah melaksanakan kegiatan rutin dan sosialisasi ke sekolah- sekolah akan tetapi selama ini pemanfaatannya di Puskesmas sangat sedikit. Permasalahan remaja di wilayah Puskesmas masih kompleks, berbagai kasus ditemukan oleh darbin dan informasi dari berbagai sumber, akan tetapi
kasus-kasus remaja tersebut tidak tercatat sehingga tidak ada data tentang besaran masalahnya. Data di Puskesmas Kuta Selatan untuk bulan Agustus 2014 ada satu remaja dengan merokok, satu remaja putri anemia dan satu remaja hamil di usia enam belas tahun. Karena cakupan di Puskesmas sangat sedikit maka Puskesmas melakukan penjaringan ke sekolah-sekolah untuk memberikan materi terkait kesehatan reproduksi dan masalah remaja lainnya. Peneliti memilih wilayah Puskesmas Kuta Selatan karena Puskesmas Kuta Selatan merupakan salah satu Puskesmas yang cakupan remaja dan sekolahnya paling banyak diantara Puskesmas lain di Provinsi Bali, yaitu 9161 remaja dan dua puluh sekolah. Hal lain yang mendasari pemilihan Kuta Selatan karena wilayah Kuta Selatan merupakan kawasan wisata. Menurut penelitian Ida Ayu Alit Laksmini (2003), menyebutkan bahwa pembangunan daerah wisata membawa dampak negatif terhadap perkembangan perilaku reproduksi/ perilaku sex remaja, selain itu juga berdampak terhadap meluasnya masalah remaja lainnya seperti peredaran narkoba. Di Bali, pelaksanaan PKPR lebih ditujukan ke sekolah menengah pertama (SMP), karena mengingat upaya pencegahan sebaiknya dimulai sejak dini. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program di Puskesmas, didapatkan informasi bahwa diantara dua puluh sekolah tersebut, yang pelasksanaan PKPRnya belum berjalan dengan baik yaitu SMP Dwijendra dan SMP yang program PKPRnya sudah berjalan dengan baik yaitu sekolah menengah pertama negeri (SMPN) 3 Kuta Selatan, dimana di SMP tersebut sudah mempunyai konselor sebaya di sekolah. Beranjak dari data dan permasalahan di atas , Peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang “Persepsi Remaja Terhadap Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Wilayah Puskesmas Kuta Selatan”. Penelitian ini penting untuk dilakukan, agar dapat memberi masukan kepada instansi terkait mengenai bagaimana persepsi remaja saat ini.
Diharapkan pendidikan pendidikan kespro remaja dapat memiliki kurikulum tersendiri di sekolah dan pada akhirnya penelitian ini dapat bermanfaat dalam melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan peduli remaja baik di Puskesmas maupun di sekolah, meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung untuk program ini, mengembangkan informasi sehingga remaja tahu dan mau memanfaatkan program ini dan diharapkan lingkungan sosial tidak menstigma remaja yang mengalami permasalahan. 1.2 Rumusan Masalah Program PKPR yang merupakan salah satu strategi dalam mencegah masalah remaja sudah dilaksanakan di Puskesmas Kuta Selatan sejak tahun 2007, program tersebut sudah rutin dilaksanakan baik di Puskesmas maupun sosialisasi dan kunjungan ke sekolah, bahkan disekolah juga sudah dibetuk konselor sebaya, akan tetapi rata-rata kunjungan remaja ke puskesmas dengan permasalahan kespro dan permasalahan remaja lainnya di Puskesmas Kuta Selatan < 5 remaja perbulan. Kunjungan remaja pada konselor sebaya di sekolah juga sangat minim, padahal sebenarnya permasalahan remaja di wilayah Puskesmas Kuta Selatan sangat kompleks. Berdasarkan data tersebut, peneliti ingin mengetahui apa saja yang menjadi faktor penghambat dan pendukung program PKPR ini di wilayah puskesmas Kuta Selatan. Berdasarkan fakta tersebut, maka pertanyaan penelitian diuraikan seperti di bawah ini. 1.
Bagaimana persepsi remaja terhadap keberadaan, faktor pendukung dan faktor penghambat PKPR?
2.
Bagaimana persepsi remaja tentang bentuk kegiatan PKPR?
3.
Bagaimana persepsi remaja tentang materi dan cara penyampaiannya PKPR?
4.
Bagaimana persepsi remaja tentang peran konselor sebaya ?
5.
Bagaimana harapan remaja terhadap PKPR?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui persepsi remaja di wilayah Puskesmas Selatan terhadap pelayanan kesehatan peduli remaja. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui persepsi remaja seperti yang diuraikan berikut ini. 1. Persepsi remaja tentang keberadaan, faktor pendukung dan faktor penghambat PKPR. 2. Persepsi remaja tentang bentuk kegiatan PKPR. 3. Persepsi remaja tentang materi dan cara penyampaian PKPR 4. Persepsi siswa tentang peran konselor sebaya 5. Harapan remaja terhadap PKPR 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan dijadikan sebagai masukan serta tambahan informasi serta pengembangan untuk penelitian selanjutnya, mungkin untuk mencari proporsi dari faktorfaktor yang berkaitan dengan program PKPR. 1.4.2
Manfaat Praktis
1. Bagi tenaga kesehatan dan penyelenggaran PKPR yaitu Puskesmas Kuta Selatan diharapkan
dengan
penelitian
ini
mampu
memberikan
masukan
untuk
mengembangkan program PKPR. 2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai tambahan informasi kepada masyarakat pada umumnya, orang tua dan guru pada khususnya bahwa pendidikan kespro remaja penting bagi anak. Dengan tambahan informasi tersebut diharapkan masyarakat dapat turut serta menyukseskan program PKPR ini sehingga dapat mengurangi deret permasalahan remaja di masyarakat dan menjadikan lingkungan masyrakat yang aman dan kondusif. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak sekolah untuk menentukan kebijakan terkait pendidikan kesehatan reproduksi remaja
dan
permasalahan remaja lainnya di sekolah. Sekolah memiliki kurikulum tersendiri tentang peningkatan status kesehatan remaja dan pada akhirnya penelitian ini dapat bermanfaat dalam melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan peduli remaja di sekolah. 4.
Bagi remaja, pengembangan dan perbaikan program PKPR diharapkan menjadikan remaja lebih antusias mengikuti kegiatan terkait pelayanan kesehatan peduli remaja dan bisa mencegah permasalahan terkait kesehatan reproduksi dan masalah remaja lainnya