1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat membuat para pengusaha mencari
strategi
yang
tepat
untuk
memasarkan
produknya.
Pesatnya
perkembangan pada dunia industri meningkatkan persaingan yang terjadi antar perusahaan dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan harga yang cukup bersaing. Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat pembelian ini menciptakan suatu motivasi dan keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya menyebabkan seorang pembeli harus mengaktualisasikan kebutuhan yang ada di benaknya itu. Menghadapi persaingan usaha yang cukup ketat, perusahaan harus memiliki strategi dan metode yang tepat sehingga produknya dapat tetap bersaing dan tetap menghasilkan keuntungan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Salah satu yang dianggap cukup ramai dalam persaingan yang semakin ketat ini adalah bisnis di bidang makanan. Padatnya aktivitas di zaman modern dewasa ini menyebabkan kebanyakan orang tidak mempunyai banyak waktu luang untuk mempersiapkan sendiri makanan di rumah dan cenderung ingin menikmati makanan yang siap saji. Bisnis ini cukup menjanjikan karena kebutuhan utama yang harus dipenuhi orang yang tidak bisa diingkari adalah makanan. Di Kota Semarang sendiri banyak perusahaan yang mengembangkan bisnis makanan dan semua bersaing
2
demi merebut kepercayaan dari konsumen bahwa produk yang mereka tawarkan adalah yang terbaik. Selain untuk dikonsumsi sendiri, salah satu makanan yang digemari para wisatawan dan sering dijadikan oleh-oleh dari Kota Semarang adalah Ikan Bandeng. Adapun keistimewaan ikan bandeng terletak pada cita rasanya yang gurih dan memiliki duri yang lunak karena diproses secara khusus sehingga hal ini membuat bandeng menjadi populer dan memiliki istilah “Bandeng Duri Lunak”. Produk bandeng duri lunak dipasarkan dalam tiga macam, yaitu kondisi mentah, setengah matang, dan matang atau siap dikonsumsi. Selama ini bandeng duri lunak dipasarkan di berbagai tempat baik di pasar tradisional dan berdasarkan pemesanan konsumen. Pengemasan produk bandeng duri lunak dikemas ke dalam dus lengkap dengan bumbu sambal sehingga siap untuk disantap. Besarnya kesempatan dan peluang yang menjanjikan dari pangsa pasar bandeng duri lunak tersebut serta didukung pula oleh banyaknya sumber daya yang ada membuat produsen bandeng duri lunak ini semakin populer. Hal ini berakibat tidak menutup kemungkinan dalam industri makanan ini terjadi persaingan bisnis yang sangat ketat bagi para pemasar maupun para produsen produk tersebut. Dengan demikian harga jual merupakan faktor yang sangat penting yang menjadikan pertimbangan pembeli produk bandeng presto duri lunak tersebut mengingat banyaknya produksi bandeng yang ada di daerah Kota Semarang saat ini. Keunggulan mutu produk terlihat dari penggunaan bahan baku yang berkualitas serta harga jual produk yang tetap dapat bersaing di pasar. Kedua hal
3
tersebut mengacu kepada perhitungan harga pokok produksi yang harus dibuat seakurat mungkin supaya harga pokok produksi benar-benar menggambarkan biaya yang sesungguhnya terjadi dalam proses produksi. Kegiatan produksi memerlukan pengorbanan sumber ekonomi berupa berbagai jenis biaya untuk menghasilkan produk yang akan dipasarkan. Biaya-biaya ini akan menjadi dasar dalam penentuan Harga Pokok Produksi (HPP). Harga Pokok Produksi dalam industri merupakan bagian terbesar dari biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Jika informasi biaya untuk pekerjaan atau proses tersedia dengan cepat, maka manajemen mempunyai dasar yang kuat untuk merencanakan kegiatannya. Perusahaan harus cermat dan rinci dalam membuat laporan keuangan terutama yang berkaitan dengan biaya produksi agar tidak terjadi penyimpanganpenyimpangan serta pemborosan biaya dalam proses produksi. Informasi harga pokok produksi dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan harga jual yang tepat kepada konsumen dalam arti yang menguntungkan perusahaan dan menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Biaya produksi merupakan unsur biaya yang besar jumlahnya dibandingkan jumah biaya keseluruhan. Mengingat pentingnya harga pokok produksi dalam perusahaan maka perusahaan harus dapat mengendalikan biaya produksi agar laba perusahaan menjadi lebih tinggi. Terlebih bagi perusahaan yang memiliki pesaing yang bergerak di bidang yang sama menuntut perusahaan untuk menjual produknya dengan harga yang lebih murah tetapi dengan mutu yang lebih baik, hal ini dikarenakan untuk memenangkan persaingan merebut simpati pasar. Tetapi apabila harga jual yang ditetapkan lebih kecil dari biaya yang terjadi maka akan menghasilkan kerugian namun jika harga jual ditetapkan terlalu tinggi maka akan
4
kalah bersaing di pasaran. Menurut penelitian terdahulu dalam penelitian mengenai penerapan metode full costing, yaitu yang dilakukan oleh Helmina Batu Bara (2013), Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual menurut metode full costing lebih baik dalam menganalisis biaya produksi, hal ini disebabkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing, tidak memasukkan biaya administrasi dan umum ke dalam biaya overhead. Sedangkan menurut Agus T.Poputra, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa HPP perusahaan lebih tinggi dari pada HPP yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan akuntansi biaya. Melihat perbandingan melalui penelitian terdahulu dalam menentukan harga pokok produk, peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian kembali mengenai penerapan metode full costing. Perbedaan peneliti terdahulu dengan sekarang ialah objek penelitian. Peneliti terdahulu melakukan penelitian pada pembuatan etalase kaca dan pembuatan makanan kecil yaitu martabak, sedangkan penelitian ini dilakukan pada perusahaan pembuatan makanan. Pada saat ini, masih ada beberapa perusahaan yang masih mempergunakan metode tradisional dalam menghitung harga pokok produksinya, salah satunya adalah usaha kecil dan menengah yang sedang berkembang di daerah Semarang adalah UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono yang berkedudukan di jalan Purwosari IV/& Tambakrejo Gayamsari, yang bergerak dalam usaha memproduksi Bandeng Presto. UKM Bandeng Presto Duri Lunak selama ini belum menerapkan analisis metode full costing. Industri ini biasanya dalam melakukan perhitungan harga
5
pokok produksi bandeng masih menggunakan metode yang relatif sangat sederhana yaitu hanya memperhitungkan biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya telepon. Industri ini belum menerapkan perhitungan harga pokok produksi sesuai kaidah akuntansi biaya karena masih ada beberapa komponen biaya overhead pabrik yang belum diperhitungkan dalam penentuan harga pokok saat ini, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya air dan biaya penyusutan peralatan dan mesin produksi. Selain itu perusahaan juga belum merinci biaya non produksi dalam menghitung harga pokok produksinya. Perhitungan harga polok produksi yang kurang tepat dapat menyebabkan perhitungan harga jual yang kurang tepat pula dan laba yang diinginkan pun kurang maksimal. Perubahan harga yang sangat kecil maupun yang sangat besar akan menyebabkan dampak serta perubahan yang signifikan bagi penjualan dalam kualitas yang cukup besar. Maka jika ada kesalahan dalam penentuan harga jual yang ditentukan terlalu rendah maupun terlalu tinggi. Oleh sebab itu, meningkatnya persaingan dalam industri ini menuntut suatu perusahaan memiliki keunggulan untuk dapat melangsungkan usahanya dalam jangka waktu yang relatif lama dan agar dapat mengembangkan usahanya supaya menjadi lebih besar. Selain itu, UKM Bandeng Presto yang berorientasi pada perolehan laba dan penentuan harga jual juga tidak terlepas dari masalah pengembalian modal dan biaya bahan baku seperti bandeng mentah sebagai bahan bakunya yang akan diolah menjadi bandeng presto. Elemen-elemen tersebut penting dalam penentuan harga pokok produksi dan dibagi dengan kapasitas yang dihasilkan, maka dari itu
6
UKM harus memiliki kualitas yang tinggi agar dapat bersaing dengan perusahaan lain dan pastinya dengan harga yang dapat bersaing dalam dunia usaha. Bahan baku yang berkualitas juga dapat menentukan kenaikan harga jual di pasaran. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahan dalam penentuan harga pokok produksi yang terjadi diperlukan suatu metode yang baik. Metode yang tepat digunakan dalam UKM Bandeng Presto Duri Lunak untuk menghitung harga pokok produksi adalah metode full costing. Dengan menerapkan metode ini diharapkan akan membantu UKM tersebut khususnya pada pihak manajemen Industri Bandeng Presto Duri Lunak dalam penentuan harga pokok produksi dan harga jual dapat berfungsi lebih optimal, efektif, dan efisien. Serta penetapan harga jual yang tepat dan akurat untuk mencapai penetapan harga yang sewajarnya. Untuk mempermudah penelitian, penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasan yaitu pada perhitungan harga pokok produksi dan penentuan harga jual pada UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mencoba untuk melakukan penelitian mengenai perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan metode full costing yang dapat menghasilkan produk dan biaya penuh dalam membantu menetapkan harga jual secara tepat di Industri Bandeng Presto Bu Darmono. Maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Penetapan Harga Pokok Produksi (HPP) produk Bandeng Presto menggunakan Metode Full Costing sebagai dasar penentuan harga jual (Studi Kasus Pada UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono).
7
1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan
uraian
diatas,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahan-
permasalahan yang akan diteliti antara lain: 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh UKM Bandeng Presto Bu Darmono? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing? 3. Bagaimana perbedaan penghitungan harga pokok produksi UKM Bandeng Presto dengan metode full costing serta perhitungan harga jualnya?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan oleh UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono. 2. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi di UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono dengan menggunakan metode full costing. 3. Untuk mengetahui perbedaan perhitungan harga pokok produksi UKM Bandeng Presto dengan metode full costing serta perhitungan harga jualnya.
8
1.4 MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat bermanfaat sebagai masukan bagi berbagai pihak yang membutuhkan, antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Pemilik UKM a. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pemilik UKM yang diteliti sebagai bahan acuan untuk menghitung harga pokok produksi dengan pendekatan
full costing dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan harga jual. b. Sebagai bahan masukan bagi pihak UKM agar semakin bijak dalam menerapkan metode full costing atas suatu produk yang diproduksi dengan penerapan yang berlaku. c. Sebagai bahan masukan bagi pihak UKM agar semakin bijak dalam menerapkan metode full costing atas suatu produk yang diproduksi dengan penerapan yang berlaku. 2. Bagi Pihak Lain Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk memperluas wawasan maupun sebagai acuan bagi peneliti yang mungkin akan melakukan penelitian, khususnya yang berkaitan dengan penerapan analisis metode full costing. 3. Bagi Penulis a. Penulis dapat mengetahui cara untuk menghitung harga pokok produksi yang tepat dan sarana untuk mengaplikasikan teori yang telah di dapat.
9
b. Dapat menambah informasi mengenai perhitungan harga pokok produksi yang ada di UKM tersebut. c. Dengan mengadakan penelitian secara langsung akan menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas tentang obyek yang diteliti. d. Dengan memberikan tambahan pengetahuan tentang penerapan metode full costing atas harga yang ditetapkan oleh perusahaan yang telah dipelajari melalui teori dimasa perkuliahan. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian skripsi ini dibagi dalam 5 bab dan tiap bab dibagi menjadi sub babsub bab, hal ini dimaksudkan agar lebih jelas dan mudah dipahami. Secara garis besar materi pembahasan dari masing-masing bab tersebut dijelaskan sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Tinjauan Pustaka Bab ini berisi tentang landasan teori yang mendasari penelitian ini dan untuk penganalisaan masalah yang dibahas, penelitian terdahulu sebagai dasar penelitian yang akan dilakukan dan kerangka teoritis dari penelitian ini. Bab III: Metode Penelitian Bab ini akan diuraikan mengenai variabel penelitian dan definisi operasional, objek penelitian, jenis dan sumber data penelitian, metode pengumpulan data serta metode analisis data.
10
Bab IV: Hasil dan Pembahasan Bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian. Bab V: Penutup Merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan, saran yang berguna bagi pihak terkait, implikasi dari hasil analisis data yang dibuat, serta keterbatasan yang mengemukakan kelemahan dari penelitian ini.
11
Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori 2.1.1 Definisi Biaya Dan Klasifikasi Biaya Informasi biaya berguna bagi perusahaan untuk mengukur apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba atau tidak, juga dapat dipakai sebagai dasar merencanakan alokasi sumber ekonomi yang dikorbankan untuk menghasilkan keluaran. Informasi biaya memungkinkan perusahaan melakukan pengelolaan alokasi berbagai sumber ekonomi untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Menurut Supriyono (2000), biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau yang digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Hansen dan Mowen (2004) menyatakan bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi. Dikatakan ekuivalen kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Sedangkan menurut Kuswadi (2005), biaya adalah uang kas atau setara kas untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan dijual dan diharapkan akan memberikan keuntungan atau laba. Pada dasarnya pengertian biaya memiliki persamaan yaitu biaya adalah pengorbanan ekonomis, yang di ukur dengan nilai
12
uang untuk memperoleh barang atau jasa. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya yaitu sebagai berikut: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi. 2. Diukur dalam satuan uang. 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi. 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. 2.1.2 Klasifikasi Biaya Menurut Mulyadi (2005), Biaya dapat digolongkan sebagai berikut: 1.
Penggolongan Biaya Menurut Obyek Pengeluaran Penggolongan biaya ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek pengeluaran. Biasanya penggolongan biaya berdasarkan obyek pengeluaran bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan pada umumnya untuk kepentingan penyajian laporan kepada pihak luar.
2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam perusahaan Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan, biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1) Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. (2) Biaya Pemasaran, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dan lain-lain.
13
(3)
Biaya
Administrasi
dan
Umum,
yaitu
biaya-biaya
untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian akuntansi, gaji personalia, dan lain-lain. 3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Jika perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi maka sesuatu yang
dibiayai
adalah
berupa
produk.
Sedangkan
jika
perusahaan
menghasilkan jasa, maka sesuatu yang dibiayai adalah berupa penyerahan jasa tersebut. Ada dua golongan dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, yaitu: (1) Biaya Langsung (direct cost), merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. (2) Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. 4. Penggolongan Biaya Menurut Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi: (1) Biaya Tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu. Contohnya gaji direktur produksi.
14
(2) Biaya Variabel (variable cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas. Contohnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. (3) Biaya Semi Variabel, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Contohnya biaya listrik yang digunakan. (4) Biaya Semi Fixed, yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. 5. Penggolongan Biaya Menurut Jangka Waktu Berdasarkan jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi menjadi dua yaitu; (1) Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. (2) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi. 6. Biaya dalam hubungan produk Menurut Carter dan Usry (2009), biaya dalam hubungan produk dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. a. Biaya Produksi Biaya produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya utama (prime cost) adalah gabungan antara lain biaya
15
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Sedangkan biaya konversi (conversi cost) adalah gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi ini disebut juga dengan biaya produk, yaitu biaya-biaya yang dapat dihubungkan dengan suatu produk, dimana biaya ini merupakan bagian dari persediaan. 1) Biaya bahan baku langsung Semua bahan baku yang membentuk bagian integrasi dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk kepada produk selesai. 2) Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang digunakan dalam merubah atau mengonversi bahan baku langsung menjadi produk selesai dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. 3) Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur, beban manufaktur, atau beban pabrik yang terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi :
16
a. Bahan baku tidak langsung Bahan baku tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam penyelesaian suatu produk tetapi pemakaiannya tidak diklasifikasikan sebagai bahan baku langsung karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. b. Tenaga kerja tidak langsung Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. c. Biaya tidak langsung lainnya Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya yang selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. d. Biaya non produksi Biaya non produksi ini disebut beban komersial, beban ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Beban pemasaran Beban pemasaran adalah biaya yang dimulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir, yaitu ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual.
17
2. Beban administrasi Beban administrasi adalah biaya yang dikeluarkan dalam hubungannya
dengan
kegiatan
penentu
kebijakan,
pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. 2.2 Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi atau products cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produksi pada dasarnya menunjukan harga pokok produk (barang dan jasa) yang diproduksikan dalam suatu periode akuntansi tertentu. Hal ini berarti bahwa harga pokok produksi merupakan bagian dari harga pokok, yaitu harga pokok dari produk yang terjual dalam suatu periode akuntansi. Menurut Witjaksono (2006) harga pokok produksi yaitu sejumlah nilai aktiva tetapi apabila selama tahun berjalan aktiva tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan, aktiva tersebut harus dikonveksikan ke beban(expense). Sedangkan menurut Mulyadi (2007) harga pokok produksi atau disebut harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Penetapan harga pokok adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.
18
2.2.1 Manfaat Harga Pokok Produksi Pada dasarnya tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk menentukan secara tepat jumlah biaya per unit produk jadi, sehingga dapat diketahui laba atau rugi suatu perusahaan per periode. Menurut Mulyadi (2007) manfaat dari penentuan harga pokok produksi secara garis besar adalah sebagai berikut: 1. Menentukan Harga Jual Produk tersebut Perusahaan yang berproduksi massal memproses produknya untuk memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi
per satuan
produk. Penentuan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan disamping data biaya lain serta data non biaya. 2. Memantau Realisasi Biaya Produksi Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan dibandingkan dengan rencana produksi yang telah ditetapkan, oleh sebab itu akuntansi biaya digunakan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. 3. Menghitung Laba Rugi Periodik Guna mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode tertentu mampu menghasilkan laba bruto. Manajemen memerlukan
19
ketepatan penentuan laba periodik, sedangkan laba periodik yang tepat harus berdasarkan informasi biaya dan penentuan biaya yang tepat pula. 2.2.2 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi Dalam pembuatan produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan kegiatan administrasi dan umum. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk. Menurut Firdaus, Abdullah (2012), pengumpulan harga pokok dapat dikelompokkan menjadi dua metode yaitu : 1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method) Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produksi dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya Firdaus, Abdullah (2012). Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari pelanggan atau pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikan pesanan, tanggal pesanan diterima, dan harus diserahkan.
20
Tujuan produksi untuk melayani pesanan dan sifat produksinya akan terputus-putus, selesai diolah pesanan yang sah dilanjutkan pengolahan pesanan yang lain. Harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan, jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. 2. Metode harga pokok proses (process cost method) Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Kegiatan produksi ditentukan oleh bugdet produksi untuk satu waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh bagian produksi untuk melaksanakan produksi. Tujuan produksi adalah untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual kepada pembeli, oleh karena itu sifat produksi homogen dan bentuknya standar maka kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara terus menerus. Harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan, jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung pada saat pesanan selesai. 3. Metode harga pokok proses (process cost method) Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu. Perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk bersifat standar, dan tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli. Kegiatan produksi
21
ditentukan oleh bugdet produksi untuk satu waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh bagian produksi untuk melaksanakan produksi. Tujuan produksi adalah untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan dijual kepada pembeli, oleh karena itu sifat produksi homogen dan bentuknya standar maka kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara terus menerus. Berikut ini perbedaan antara sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses. Tabel 2.I Perbedaan Sistem harga pokok pesanan dan harga pokok proses Sistem harga pokok pesanan
Sistem harga pokok proses
Berdasarkan pesanan
Operasi berulang
Produk heterogen
Produk homogeny
Volume produksi rendah
Volume produksi tinggi
Fleksibilitasi produk tinggi
Fleksibilitas produk rendah
Standarisasi rendah
Standarisasi tinggi
22
2.2.3 Metode Penentuan harga pokok produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing (Mulyadi, 2005). 1. Pendekatan Full Costing Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Full Costing secara sederhana mengelompokkan biaya menurut fungsi pokok organisasi perusahaan manufaktur, sehingga biaya dikelompokkan menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan komponen biaya penuh produk, sedangkan biaya non produksi (biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum) diperlakukan sebagai biaya periode dalam full costing. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya berikut ini (Mulyadi, 2005): Persediaan awal
Xxx
Biaya bahan baku langsung
Xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Xxx
Biaya overhead pabrik variabel
Xxx
23
Biaya overhead pabrik tetap
Xxx
Total biaya produksi
Xxx Xxx
Persediaan akhir
(xxx)
Harga pokok produksi
Xxx
Dengan demikian harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum). 2.3 Harga Jual Manajer biasanya berupaya menentukan harga yang akan memaksimalisasi nilai
perusahaan.
Harga
yang
ditentukan
untuk
sebuah
produk
akan
mempengaruhi pendapatan perusahaan. Perusahaan menentukan harga produk mereka dengan pertimbangan biaya produksi, suplai persedian, dan harga persaingan. Beberapa perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan.metode penentuan harga ini disebut penentuan harga berdasarkan biaya. Penentuan harga berdasarkan biaya berupaya untuk memastikan bahwa biaya produksi dapat ditutupi.
24
Penentuan harga jual yang akan memberikan laba pada perusahaan menuntut adanya pengetahuan tentang biaya-biaya produk dalam hubungannya dengan volume. Dalam tahapan perencanaan, pengetahuan mengenai tingkat biaya dimasa yang akan datang, berikut tingkat potongan-potongan yang harus diberikan, pada tingkat produksi dan penjualan yang berfluktuasi akan sangat membantu pimpinan perusahaan. Kebijaksanaan harga yang diambil haruslah sedemikian rupa, sehingga perusahaan akan tetap dapat mengharapkan laba sekalipun harus berusaha di dalam pasar dengan persaingan yang sangat ketat. Permintaan dan penawaran memang merupakan dasar untuk penentuan harga. Suatu industri dalam menentukan harga jual biasanya dengan meminimalkan biaya-biaya yang dapat meminimalkan harga jual. Karena harga yang ditentukan sangat mempengaruhi pendapatan dan kelangsungan hidup suatu industri. Dalam melakukan penetapan harga, suatu industri harus mempertimbangkan berbagai faktor, diantaranya yaitu biaya produksi, persediaan, dan harga persaingan. Harga Jual adalah jumlah biaya total (biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum) ditambah jumlah laba (markup) yang diinginkan perusahaan (Halim dan Supomo, 2005). Harga merupakan nilai pertukaran barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Suatu perusahaan, sebagai suatu unit ekonomi berkecimpung dalam dua pasar. Perusahaan memperoleh faktor-faktor produksinya, seperti bahan baku dan tenaga kerja, pada pasar masukan atau input market harga-harga yang terjadi pada pasar masukan disebut harga masukan atau input prices.
25
Dilain pihak, perusahaan menjual hasil produksinya di pasar keluaran atau output prices atau exit prices. Penetapan harga adalah proses manual atau otomatis dari penerapan harga untuk perintah membeli dan menjual, yang didasarkan pada faktor seperti jumlah yang ditetapkan, impas kuantitas, promosi atau kampanye penjualan, kutipan penjual spesifik, harga yang berlaku pada masukan, pengiriman atau tanggal faktur, kombinasi berbagai pesanan atau bentuk, dan banyak lainnya. Harga jual (selling price) adalah harga yang dibebankan atau dikenakan untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan produk yang akan dijual, dan ditetapkan oleh manajemen berdasarkan pada pertimbangan atau evaluasi biaya, kompetitor, besarnya investasi, area pasar dan lain-lain faktor yang ada hubungannya dengan harga tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi barang ditambah dengan laba yang diinginkan oleh perusahaan. Dalam penetapan harga jual ada beberapa strategi penetapan harga seperti berikut: 1. Penetapan harga yang berpedoman pada biaya Cara yang digunakan yaitu dengan menambah prosentase laba dan biaya: Harga Jual = Harga Beli + Laba yang diinginkan + Biaya
26
2. Penetapan harga biaya (cost plus pricing) Penetapan cost plus pricing adalah suatu kegiatan dimana harga penjualan suatu produk yang ditetapkan dengan cara menjumlahkan prosentase tertentu yang ditetapkan sebelumnya atas biaya produk tersebut. Harga jual = Harga pokok + Biaya + Laba
3. Penetapan harga yang berpedoman pada pesaing yaitu dengan menetapkan harga: diatas harga pesaing, sama dengan harga pesaing atau dibawah harga pesaing. 4. Penetapan harga yang berorientasi pada permintaan Cara yang dipakai adalah dengan diskriminasi harga. Sasaran dari diskriminasi harga ini adalah para pelanggan khusus yang memerlukan perlakuan khusus. 5. Harga psikologikal Adalah harga yang diharapkan dapat memberikan efek psikologis pada konsumen.
27
2.3.1 Peranan Harga Harga memainkan peranan penting bagi perekonomian secara makro, konsumen, dan perusahaan. 1. Bagi perekonomian Harga produk mempengaruhi tingkat upah, sewa, bunga, dan laba. Harga merupakan regulator dasar dalam sistem perekonomian, karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, tanah, modal, dan kewirausahaan. 2. Bagi konsumen Dalam penjualan ritel, ada segmen pembeli yang sangat sensitif terhadap faktor harga (menjadikan harga sebagai satu-satunya pertimbangan membeli produk) dan ada pula yang tidak. 3. Bagi perusahaan Dibandingkan dengan bauran pemasaran lainnya (produk, distribusi dan promosi) yang membutuhkan pengeluaran dana dalam jumlah besar, harga merupakan satu-satunya elemen bauran yang mendatangkan pendapatan. 2.3.2 Tujuan Penetapan Harga Program penetapan harga merupakan pemilihan yang dilakukan perusahaan terhadap tingkat harga umum yang berlaku untuk produk tertentu, relatif terhadap tingkat harga para pesaing. Keputusan harga memiliki peran strategik yang penting dalam implementasi strategi pemasaran.
28
2.3.3 Tipe-tipe Program Penetapan Harga Penetapan harga adalah proses manual atau otomatis dari penerapan harga untukv perintah membeli dan menjual, yang didasarkan pada ensio seperti jumlah yang ditetapkan, impas kuantitas, promosi atau kampanye penjualan, kutipan penjual spesifik, harga yang berlaku pada masukan, pengiriman atau tanggal faktur, kombinasi berbagai pesanan atau bentuk, dan lain-lain. Secara garis besar, ada tiga tipe program penetapan harga, yaitu: 1. Penetapan Harga Penetrasi (Penetration Pricing) Dalam program lini, perusahaan menggunakan harga murah sebagai dasar utama
untuk
menstimulasi
permintaan.
Kondisi
yang
mendukung
keberhasilan penerapan program penetapan harga penetrasi meliputi: a. Permintaan pasar (market demand) bersifat elastis. b. Permintaan perusahaan (company demand) bersifat elastis, dan pesaing tidak dapat menyamai tingkat harga perusahaan dikarenakan cost disadvantages. c. Perusahaan juga menjual produk komplementer yang marjinnya lebih besar. d. Terdapat sejumlah besar pesaing potensial yang kuat. e. Terdapat skala ekonomis yang ekstensif, sehingga variable-cost approach dapat digunakan untuk menentukan harga minimum. f. Tujuan penetapan harga adalah untuk mencapai salah satu dari dua kemungkinan berikut: (a) menciptakan permintaan primer ataupun (b) mendapatkan pelanggan baru dengan jalan mengalahkan pesaing.
29
2. Penetapan Harga Paritas (Parity Princing) Dalam program ini, perusahaan menetapkan harga dengan tingkat yang sama atau mendekati tingkat harga pesaing. Situasi yang mendukung keberhasilan program penetapan harga paritas antara lain: a. Permintaan pasar bersifat inelastis, sedangkan permintaan perusahaan bersifat elastis. b. Perusahaan tidak memiliki keunggulan biaya dibandingkan para pesaing. c. Tujuan penetapan harga adalah menyamai pesaing. 3. Penetapan Harga Premium (Premium Princing) Program ini menetapkan harga di atas tingkat harga pesaing. Program ini akan lebih berhasil jika diterapkan dalam situasi berikut: a. Permintaan perusahaan bersifat inelastis. b. Perusahaan tidak memiliki kapasitas berlebih.. c. Keuntungan dari skala ekonomis relatif kecil, sehingga metode biaya penuh digunakan untuk menentukan harga minimum. d.
Tujuan penetapan harga adalah menarik pelanggan baru pada aspek kualitas.
30
2.3.4 Penentuan Harga Jual Halim, dkk(2013), menyatakan bahwa penentuan harga jual produk atau jasa merupakan salah satu jenis pengambilan keputusan manajemen yang penting. Bagi manajemen, penentuan harga jual produk atau jasa bukan hanya merupakan kebijaksanaan dibidang pemasaran atau bidang keuangan, melainkan merupakan kebijakan yang berkaitan dengann seluruh aspek kegiatan perusahaan. Harga jual produk atau jasa, selain mempengaruhi volume penjualan atau jumlah pembeli produk atau jasa tersebut, juga akan mempengaruhi jumlah pendapatan perusahaan. 2.3.5 Strategi Penentuan Harga Jual Dua bentuk strategi yang dapat diterapkan perusahaan untuk penentuan harga jual produk atau jasa baru sebagai berikut: 1. Skrimming pricing Merupakan bentuk strategi penentuan harga jual produk atau jasa baru, dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi. Tujuan strategi ini adalah agar perusahaan memperoleh laba yang maksimum dalam jangka pendek. 2. Penetration pricing Merupakan bentuk strategi penentuan harga jual dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif rendah, sehingga perusahaan dapat meraih pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa tersebut dalam jangka pendek.
31
2.4 Penelitian Terdahulu Berikut adalah daftar penelitian terdahulu, yang telah dilakukan sebelumnya:
NO 1.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Objek Sitty Rahmi 2013 Analisis penentuan harga Lasena pokok produksi pada PT.Dimembe Nyiur Agripo.
Hasil Hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengenalkan penentuan harga pokok produksi dengan menerapkan metode full costing .
2.
Andre Henri Slat
2013
Analisis hargasis pokok produk dengan metode full costing dan penentuan harga jual.
Hasil penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penentuan harga pokok produk dan penetapan harga jual yang dilakukan perusahaan, untuk dibandingkan dengan metode penentuan harga pokok proses dengan pendekatan full costing.
3.
Helmina Batu Bara
2013
Penentuan harga pokok produksi berdasarkan metode full costing pada pembuatan atalase kaca dan alumunium di UD.Istana Alumunium Manado.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perhitungan harga pokok produksi sebagai dasar penetapan harga jual menurut metode full costing lebih baik dalam menganalisis biaya produksi, hal ini disebabkan perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing, tidak memasukan biaya administrasi dan umum ke dalam biaya overhead, karena biaya-biaya tersebut merupakan komponen biaya pada laporan rugi laba perusahaan.
4.
Agus T.Poputra
2014
Penentuan harga pokok produksi dalam menetapkan harga jual pada UD.Martabak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penentuan perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan dengan intuisi atau naluri perusahaan.
32
Mas Narto di Manado.
Hasil akhirnya bahwa harga pokok produksi menurut perusahaan UD. Martabak Mas Narto lebih tinggi daripada harga pokok produksi yang telah ditentukan berdasarkan perhitungan akuntansi biaya.
2.5 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini, peneliti akan menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing. Peneliti akan membandingkan apakah perhitungan yang sedang digunakan oleh UKM atau dengan menggunakan metode full costing, yang lebih baik digunakan untuk menentukan harga jual produk pada Bandeng Presto Duri Lunak. Menurut peneliti, dalam menentukan harga jual produk dengan menggunakan metode full costing lebih baik digunakan daripada perhitungan yang digunakan oleh UKM saat ini. Karena perhitungan yang diterapkan oleh UKM dirasa belum menggambarkan berapa jumlah biaya sesungguhnya yang digunakan. Ini dapat menyebabkan kerugian terhadap perusahaan atau justru kerugian pada pihak konsumen. Dan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
33
UKM Bandeng Presto Duri Lunak
Identifikasi Biaya Produksi 1. Biaya bahan bahan baku 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Biaya Overhead Pabrik Variabel 4. Biaya Overhead pabrik Tetap 5.
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing
Perhitungan Harga Pokok Produksi menurut UKM
Perbedaan Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menentukan Harga Pokok Produksi
GAMBAR 3.1 Kerangka Pemikiran
34
2.6 Tahap-tahap Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini antara lain:
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah Penelitian
Studi Lapangan
Studi Pustaka
Identifikasi Biaya Produksi
Membandingkan perhitungan harga pokok produksi menurut Pabrik dengan metode Full Costing
Menentukan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing
Menganalisa Harga Jual
Penarikan kesimpulan dan saran
GAMBAR 3.2 Tahap-tahap Penelitian
35
Tahap-tahap utama yang akan dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap identifikasi masalah dan perumusan masalah penelitian. Tahap pertama dalam penelitian ini adalah menentukan topik, judul, latar belakang, serta merumuskan masalah dan tujuan dari penelitian. 2. Tahap identifikasi biaya produksi Tahap kedua dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui identifikasi biaya produksi seperti biaya-biaya yang dikeluarkan oleh UKM dalam proses produksinya. Datanya didapatkan dengan melakukan wawancara kepada manajemen yang terkait dan dilakukan studi pustaka dan studi lapangan untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian ini. Setelah seluruh data mengenai biaya produksi perusahaan didapatkan, lalu menentukan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,dan biaya overhead pabrik. 3. Tahap perbandingan perhitungan harga pokok produksi menurut UKM dengan metode full costing. Tahap ketiga dalam penelitian ini adalah membandingkan tentang perhitungan harga pokok yang dilakukan oleh UKM dengan metode full costing. 4. Tahap perbandingan harga jual UKM dengan metode full costing. Tahap keempat dalam penelitian ini adalah membandingkan harga jual UKM dengan harga jual metode full costing.
36
5. Tahap analisa harga jual. Tahap kelima dalam penelitian ini adalah menganalisa harga jual yang telah dihitung menggunakan harga pokok produksi metode full costing. Dalam analisa tersebut maka dapat diketahui apakah suatu perusahaan dalam menentukan harga jual untuk produknya lebih rendah atau lebih tinggi dari biaya produksi yang seharusnya. Dan pihak manajemen dapat memperoleh informasi mengenai harga jual untuk produk yang dihasilkan. 6. Tahap penarikan kesimpulan dan saran. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah menarik kesimpulan apakah perusahaan mengalami laba atau rugi dengan harga penjualan yang telah ditetapkan.
37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan
di Usaha kecil dan Menengah Bandeng
Presto Bu Darmono, yang berlokasi di jalan Purwosari IV/17 Tambakrejo Gayamsari Semarang. Industri ini di miliki Ibu Darmono. Industri ini adalah industri yang memproduksi bandeng presto. Industri ini bersedia memberikan informasi serta data yang diperlukan untuk penelitian ini. Penelitian ini hanya membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi untuk penetapan harga jual. 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Untuk melengkapi penelitian ini, data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan skripsi adalah : 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dengan mengadakan observasi secara langsung dilapangan guna memperoleh data intern kemudian diolah oleh peneliti. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber lain, dikumpulkan untuk maksud tertentu. Data yang diperoleh menggunakan literatur dan juga berhubungan dengan penelitian skripsi ini. Data ini diperoleh dengan menggunakan metode studi lapangan dan studi pustaka.
38
3.2.2
Sumber Data Sumber data yang didapat dari data primer dan sekunder pada UKM
Bandeng Presto Duri Lunak adalah: 1. Dokumen, data yang dibutuhkan baik bersifat umum maupun khusus dalam penelitian ini diambil langsung dari objek penelitian, yaitu berasal dari informasi yang diberikan oleh pihak UKM serta publikasi akuntansi seperti buku yang menunjang penelitian dan jurnal akuntansi. 2. Responden, data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak UKM mengenai data yang dibutuhkan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan penyusunan laporan ini, penulis berencana menggunakan beberapa metode pengumpulan data (Jogiyanto, 2010) antara lain: 1. Survey awal Metode ini dilakukan oleh peneliti dengan cara mengunjungi objek penelitian dan meminta ijin untuk melakukan penelitian. 2. Metode Penelitian Kepustakaan Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang menunjang penelitian untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai konsep dan landasan teori.
39
3. Metode Studi Lapangan a. Wawancara Metode pengumpulan data ini dengan menggunakan metode wawancara kepada pemilik UKM Bandeng Presto untuk memberikan keteranganketerangan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. b. Observasi Dalam metode ini peneliti melakukan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung obyek datanya. 4. Dokumentasi Dalam metode ini peneliti akan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait dengan harga pokok produksi dan untuk memperoleh pengetahuan dan landasan teori dari berbagai literatur, referensi dan hasil penelitian yang berhubungan dengan objek penelitian. 3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang didapat dari penelitian akan diuji dengan menggunakan perhitungan harga pokok produksi metode full costing untuk menentukan harga jual pada konsumen. Hal ini dilakukan untuk menelusuri objek biaya langsung dan tidak langsung serta mengetahui biaya overhead pabrik dari perusahaan tersebut. Data yang diperoleh kemudian dirinci dan diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. Hasil perhitungan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar penetapan harga pokok produksi yang paling efektif dan efesien bagi UKM .
40
Dalam menganalisis, analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan pada perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing dan perhitungan harga jual dilakukan setelah harga pokok produksi telah ditemukan. Menurut Mulyadi (2005), unsur biaya produksi yang digunakan dalam perhitungan metode full costing adalah sebagai berikut: Biaya bahan baku langsung
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik tetap
xxx
Biaya overhead pabrik variabel
xxx
Harga pokok produksi
xxx
+
Sedangkan untuk menghitung harga jual digunakan rumus sebagai berikut: Biaya produksi
xxx
Biaya nonproduksi yang dibebankan xxx Total biaya
xxx
Laba yang diinginkan
xxx
Harga jual
xxx
+
+
41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinjauan Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono didirikan sejak tahun 1980, UKM ini memiliki kegiatan usaha untuk memproduksi bandeng presto yang mengolah bandeng segar mentah menjadi bandeng presto duri lunak. Ibu Hartini Darmono merupakan pendiri utama usaha ini. Pada awalnya sebelum didirikannya UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono, terdapat Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Mina Makmur. KSM ini didirikan oleh Ibu Hartini Darmono dengan mengajak para wanita nelayan (istri nelayan) untuk turut menambah penghasilan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kesadaran yang timbul dari sebagian besar wanita pengolah ikan akan perlunya suatu wadah yang dapat menampung aktivitas dan tempat memecahkan masalah, serta memperoleh informasi di bidang usaha pengolahan, menumbuhkan keberanian beberapa tokoh masyarakat untuk membentuk suatu kelompok. Setelah para wanita nelayan mampu mendirikan usahanya sendiri pada akhirnya Ibu Hartini Darmono memutuskan untuk
membuka usaha sendiri dalam pembuatan bandeng presto di
rumahnya yang terletak di jalan Purwosari IV / 17 Tambak Rejo Kec. Gayamsari, Kota Semarang. Dengan ketelitian dan
keahliannya dalam memproduksi bandeng
presto, usaha Ibu Hartini Darmono berkembang pesat sampai sekarang.
42
4.1.2 Visi dan Misi 4.1.2.1 Visi: Produk olahan bandeng menjadi ikon oleh-oleh Kota Semarang yang terkenal dan mengangkat perekonomian masyarakat nelayan, khususnya bagi ibu-ibu nelayan agar dapat membantu penghasilan suaminya. 4.1.2.2 Misi: Ibu rumah tangga dapat menjadi wirausaha mandiri dari hasil olahan ikan nelayan dan dapat menyekolahkan anak-anaknya serta memenuhi semua kebutuhan rumah tangga berkat pemberdayaan pengolahan ikan bandeng. 4.1.3 Struktur Organisasi UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono Dalam melaksanakan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang diharapkan oleh UKM Bandeng Presto, maka sangat diperlukan adanya sebuah struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan hubungan di antara pimpinan maupun bidang kerjasama satu sama lainnya. Struktur organisasi UKM Bandeng Presto Duri Lunak adalah sebagai berikut:
Pemilik UKM
Bagian Administrasi
Bagian Penyiangan
Bagian Pelumuran Bumbu
Bagian Produksi
Bagian Pengukusan/ Mempresto
Bagian Penggorengan
Bagian Sekertaris
Bagian Pembersihan Alat
Gambar 3.3
Struktur Organisasi UKM Bandeng Presto Duri Lunak
Bagian Distribusi
43
UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono memiliki 12 karyawan, yang terdiri dari bagian penyiangan, bagian pelumuran bumbu, bagian pengukusan atau mempresto, bagian penggorengan, bagian pembersihan alat, dan bagian distibusi. Berikut tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam struktur organisasi tersebut: 1. Pemilik UKM Pemilik UKM merupakan orang yang mempunyai usaha dari Bandeng Presto Duri Lunak yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan dan kebijakan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan. Pemilik dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak adalah Ibu Hartini Darmono. 2. Bagian Administrasi Bagian Administrasi adalah orang yang diberikan tanggung jawab untuk mengelola data keuangan. Bagian Administrasi dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak bernama Bapak Darmono. 3. Bagian Produksi Bagian Produksi merupakan orang yang menangani orang-orang yang memproduksi dan atau melakukan kinerja pelayanan, serta bertanggung jawab untuk hasil atas orang-orang yang diawasi terutama mutu dan jumlah dari produk dan pelayanan. Bagian produksi dari UKM Bandeng Presto ini adalah Ibu Sukarni.
44
4. Bagian Sekertaris Bagian Sekertaris adalah orang yang diberikan tanggung jawab untuk merekrut, memberikan bimbingaan, penggajian, penyusunan tata tertib, dll terhadap karyawan. Bagian Sekertaris dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak bernama Ibu Ratna. 5. Bagian Penyiangan Bagian penyiangan bertugas membersihkan bandeng mentah yang segar dengan terlebih dahulu membuang isi perut, sisik dan memotong insangnya. Setelah itu, bandeng yang sudah dicuci kemudian ditaruh didalam baskom. Bagian penyiangan dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak ada 2 orang yaitu Ibu Rokayati dan Ibu Sugiarti. 6. Bagian Pelumuran bumbu Bagian pelumuran bumbu bertugas melumuri bandeng mentah segar yang sudah dibelah dan dicuci bersih dengan bumbu yang sudah diracik dan dicampur dengan garam lalu dibungkus dengan daun pisang. Bagian Pelumuran bumbu dalam UKM Bandeng Presto Duri Lunak ada 3 orang yaitu Ibu Puji Rahayu, Ibu Tiyani Asih dan Ibu Sukarni. 7. Bagian Pengukusan atau Mempresto Bagian pengukusan atau mempresto bertugas menata bandeng ke dalam loyang kemudian memasukkan ke dalam panci presto. Bagian pengukusan dari UKM Bandeng Presto ada 2 orang yaitu Ibu Yuroh dan Ibu Ninik.
45
8. Bagian Pengorengan Bagian pengorengan bertugas untuk menggoreng bandeng yang sudah dikukus atau dipresto agar menjadi kuning kecoklatan. Bagian pengorengan dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak ada 2 orang yaitu Ibu Doh dan Ibu Reni. 9. Bagian Pembersihan Alat-alat Bagian pembersihan bertanggungjawab membersihkan peralatan masak, mesin penggiling bumbu, freser, almari es dan membereskan kotoran yang ada dilantai. Bagian pembersihan alat-alat dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak ada 2 orang yaitu Ibu Dartik dan Ibu Riyani. 10. Bagian Distribusi Bagian distribusi bertugas untuk mengirimkan pesanan bandeng presto agar sampai pada konsumen. Bagian distribusi dari UKM Bandeng Presto Duri Lunak adalah Pak Widodo. 4.1.4 Kegiatan UKM Bandeng Presto Duri Lunak Produk yang dihasilkan di UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono ini adalah produk yang berupa bandeng mentah yang dimasak dengan cara dipresto. Produk yang dihasilkan merupakan produk barang mentah yang diproses menjadi barang jadi dan siap untuk dijual. Bahan baku yang digunakan adalah bandeng mentah yang masih segar. Selain bahan baku utama, proses produksi juga didukung oleh peralatan dan perlengkapan lainnya untuk menunjang kegiatan
46
produksi antara lain adalah panci presto, timbangan, kompor, alat goreng, freser box, almari es, serok, sutil, dan peralatan lainnya. Mesin dan peralatan dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 2.3 Daftar mesin dan peralatan produksi No
Jenis
Fungsi
1.
Auto Clap (panci presto)
Alat untuk mempresto bandeng mentah agar menjadi bandeng presto.
2.
Timbangan besar
Untuk menentukan berapa kg bandeng mentah yang akan digunakan.
3.
Timbangan kecil
Untuk menentukan banyaknya bumbu yang akan digunakan.
4.
Mesin pengering bandeng
Alat untuk mengeringkan bandeng yang sudah dipresto.
5.
Mesin vacum
Alat melaminating dan mengepak bandeng presto yang sudah siap jual.
6.
Mesin penggiling bumbu
Alat untuk menggiling bumbu yang akan digunakan untuk jadi bahan penyedap rasa.
7.
Kompor
Alat untuk menggoreng dan mempresto bandeng.
8.
Alat penggorengan
Alat yang digunakan untuk menggoreng bandeng presto.
9.
Rak hasil produksi
Tempat untuk meletakkan dan menata bandeng yang sudah dipresto dan digoreng.
10. Serok
Alat yang digunakan untuk mengambil bandeng presto yang sudah digoreng dalam wajan
11. Sutil
Alat yang digunakan untuk membolak-balikan bandeng presto saat digoreng agar rata.
12. Baskom
Tempat untuk mencuci dan tempat bandeng yang sudah bersih.
13. Pisau
Alat yang digunakan untuk menyiangi bandeng
47
mentah segar dan meracik bumbu. 14. Kipas Angin
Alat yang digunakan untuk mendinginkan bandeng yang sudah digoreng. Dan masih banyak lagi.
15. Telenan
Alat yang digunakan sebagai alas untuk memotong bahan yang akan digunakan untuk memasak.
16. Loyang
Tempat untuk menata bandeng yang sudah dilumuri bumbu racik.
17. Basket
Tempat untuk ikan mentah
Sumber: UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono Dari daftar tabel 2.3, dapat dilihat terdapat beberapa peralatan produksi yang digunakan untuk memproduksi bandeng antara lain, panci presto, timbangan, kompor, alat penggoreng, baskom, pisau dll. Auto clap atau panci presto yang digunakan oleh UKM bandeng presto duri lunak sebanyak 1 unit, timbangan besar sebanyak 1 unit, timbangan kecil sebanyak 1 unit, mesin pengering bandeng sebanyak 1 unit, mesin vacum sebanyak 1 unit, mesin penggiling bumbu sebanyak 1 unit, kompor gas sebanyak 15 unit, rak hasil produksi sebanyak 1 unit, baskom sebanyak 20 unit, kipas angin sebanyak 2 unit, serok sebanyak 10 unit, sutil sebanyak 5 unit, pisau sebanyak 25 unit, alat penggoreng sebanyak 8 unit, loyang sebanyak 100 unit, telenan sebanyak 3 unit, basket 1 unit dan lain-lain. Dalam rangka menjaga ketahanan peralatan di dalam UKM, UKM ini melakukan perawatan peralatan secara rutin agar kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan baik. Perawatan tersebut dilakukan dengan membersihkan sebagian peralatan dan mengganti order deal yang sudah tidak layak dipakai dalam mesin.
48
4.1.5 Identifikasi Proses Produksi UKM Bandeng Presto Duri Lunak Proses produksi meliputi tahapan atau kegiatan yang mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi yang melalui proses transformasi dengan menggunakan sumber daya. Sumber daya yang digunakan meliputi bahan baku, mesin, peralatan, dan SDM yang berkualitas. Tahap produksi yang dilakukan oleh UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono adalah sebagai berikut:
Pemilihan bandeng segar
Penggorengan bandeng dengan bautan telur
Penimbangan bandeng segar
Penirisan bandeng presto
Penyiangan isi perut ikan
Pengukusan/mempresto bandeng
Pencucian ikan bandeng
Pelumuran dalam bumbu
GAMBAR 3.4 Tahap Proses Produksi Bandeng Presto Duri Lunak
49
1. Pemilihan Bandeng Segar Proses pertama adalah pemilihan bandeng mentah yang layak dan masih segar untuk digunakan untuk pembuatan bandeng presto. 2. Penimbangan Bandeng Proses kedua adalah penimbangan bandeng mentah sesuai dengan takaran yang telah ditentukan. 3. Penyiangan atau pembersihan bandeng Proses ketiga adalah membersihkan isi perut ikan bandeng mentah dan memotong ingsangnya kemudian mencuci hingga bersih. 4. Pelumuran bumbu ke dalam bandeng Proses keempat adalah memberikan bumbu yang sudah diracik kedalam bandeng yang sudah dibelah sesuai takaran yang telah ditentukan. 5. Pengukusan atau mempresto bandeng Proses kelima adalah memasukkan bandeng ke dalam panci presto yang sebelumnya air rebusan dari panci telah diberi tambahan bumbu penyedap yaitu berupa daun salam, serai, dan lengkuas. Kemudian dipresto selama 1 jam 15 menit. 6. Penirisan Proses keenam adalah meniriskan bandeng yang sudah dipresto lalu di letakkan pada tempat yang sudah disediakan.
50
7. Penggorengan Proses terakhir adalah proses penggorengan. Dalam proses ini bandeng yang sudah dipresto di diamkan sejenak lalu dilumuri dengan telur dan digoreng hingga warna kuning kecoklatan. 4.2 Penghitungan Harga Pokok Produksi UKM Bandeng Presto Duri Lunak Penghitungan harga pokok produksi yang telah dilakukan UKM Bandeng Presto Duri Lunak saat ini masih terbilang sederhana dan belum memasukkan semua biaya-biaya secara terperinci dalam proses produksi. Dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi , pihak UKM belum menghitung seluruh unsur-unsur biaya overhead pabrik. Pihak UKM hanya menghitung biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Penghitungan biaya overhead pabrik oleh perusahaan biasanya tidak dihitung secara rinci melainkan beberapa biaya dihitung berdasarkan biaya yang ditaksirkan oleh perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat tabel 2.4.
51
Tabel 2.4 Penghitungan Harga Pokok Produksi UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono No.
Keterangan
Kebutuhan Per Bulan
Biaya Per Satuan (Rp)
Jumlah
Biaya Bahan Baku 1.
Bandeng Segar
7200kg
23.000 /kg
Rp.165.600.000,00
2.
Gas elpiji
60 tabung
18.000/tabung
Rp. 1.080.000,00
3.
Minyak Goreng
15 drijen
85.000/drijen
Rp. 1.275.000,00
(per drijen isi 5kg) 4.
Biaya Pengolahan
Rp.5.506.500,00
4.
Biaya Kemasan
Rp.5.175.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.
Tenaga Kerja Langsung
2.
Biaya obat-obatan
11 Orang
Rp.1.350.000,00/orang
Estimasi Perusahaan
Rp.14.850.000,00 Rp.420.000,00
Biaya Overhead Pabrik 1.
Biaya Listrik
Rp.650.000,00
2.
Biaya Telepon
Rp.450.000,00
Total Biaya Jumlah Produksi
Rp.195.066.500,00 7200kg
28800 ekor bandeng presto
Harga Pokok Produksi per ekor bandeng presto
Rp. 6773,14
Pembulatan
Rp.6773,-
Harga Jual
Rp.11.000/ekor
Sumber: UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono
52
4.3 Penghitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Full Costing Full Costing merupakan salah satu metode penghitungan harga pokok yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang tetap maupun variabel. 1.
Biaya Produksi
a.
Biaya Bahan Baku Bahan baku utama yang digunakan untuk membuat bandeng presto adalah
bandeng mentah segar. Pada produksi UKM Bandeng Presto Duri Lunak ini bandeng mentah segar yang digunakan untuk proses produksi selama satu bulan sebanyak 7200 kg dengan total biaya yang dikeluarkan Rp.165.600.000,00. Untuk lebih jelasnya tentang perhitungan biaya bahan baku dapat dilihat pada tabel 2.5. Tabel 2.5 Biaya Bahan Baku selama satu bulan Bahan
Kebutuhan / bulan Harga
Jumlah (Rp)
Bandeng mentah segar
7200 kg
Rp.165.600.000,00
Jumlah
b.
23.000/kg
Rp.165.600.000,00
Biaya Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang langsung terlibat dalam
proses produksi. Pada UKM Bandeng Presto Duri Lunak ini memiliki tenaga kerja langsung berjumlah 11 orang di bagian pengolahan dan 2 orang di bagian
53
pengepakan dengan pembayaran gaji dihitung per satu orang pekerja sebesar Rp 1.350.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Biaya Tenaga Kerja Langsung selama satu bulan Keterangan
Jumlah Pekerja
Lama kerja
Total (Rp)
Bagian Pengolahan
11
30 Hari
Rp.14.850.000,00
Bagian Pengepakan
2
30 Hari
Rp. 2.700.000,00
Jumlah
Rp.17.550.000,00
c. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah biaya yang mempengaruhi proses produksi tetapi secara tidak langsung. Biaya inilah yang sering kali tidak dihitung secara terperinci oleh perusahaan. Ada beberapa biaya overhead pabrik yang berhubungan dengan proses produksi bandeng presto. Biaya-biaya tersebut antara lain adalah biaya overhead variabel dan biaya overhead tetap. Biaya overhead yang digunakan pada UKM Bandeng Presto Duri Lunak adalah sebagai berikut: 1. Biaya Overhead Variabel 1.1.Biaya Bahan Penolong Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetap nilainya relatif kecil. Pada UKM Bandeng Presto Duri Lunak, penggunaan biaya bahan penolong yang digunakan adalah:
54
1.1.1. Bumbu Racik Dalam proses produksi Bandeng Presto Duri Lunak, bumbu racik digunakan untuk pencampuran penyedap rasa bandeng presto. Bumbu racik yang digunakan untuk membumbui bandeng presto agar rasa yang dihasilkan itu terdapat cita rasa. Bumbu racik ini
didapatkan dari
macam-macam bumbu dapur yang diproses dengan cara di giling sesuai takaran yang telah ditentukan sebagai penyedap rasa bandeng presto. Terdapat macam-macam bumbu yang digunakan dan bahan lainnya serta harga dapat dilihat dalam tabel 2.7. Tabel 2.7 Biaya Bumbu Racik selama satu bulan No
Keterangan
Satuan unit per bulan
Harga beli
Total Biaya perbulan
1.
Bawang Putih
40Kg
11.000/kg
Rp.440.000,00
2.
Kunyit
20kg
5.000/kg
Rp.100.000,00
3.
Lengkuas
20kg
3000/kg
Rp. 60.000,00
4.
Jahe
20kg
18.000/kg
Rp.360.000,00
5.
Daun Salam
8kg
10.000/kg
Rp.80.000,00
6.
Serai
10kg
10.000/kg
Rp.100.000,00
7.
Kemiri
20kg
22.000/kg
Rp.440.000,00
8
Daun Jeruk
10kg
15.000/kg
Rp.150.000,00
9.
Daun Pisang
250lembar
30.000/hari
Rp.900.000,00
10.
Telur
45kg
16.000/kg
Rp.720.000,00
55
11.
Tomat
15kg
15.000/kg
Rp.225.000,00
12.
Gula Pasir
15kg
11.000/kg
Rp.165.000,00
13.
Terasi
20kg
40.000/kg
Rp.800.000,00
14.
Garam Batang
45kg
3700/kg
Rp.166.500,00
15.
Cabai
40kg
20.000/kg
Rp.800.000,00
Total Keseluruhan
Rp.5.506.500,00
1.1.2. Pengemasan Dalam pengemasan Bandeng Presto Duri Lunak dibutuhkan plastik dan juga kardus untuk kemasan bandeng presto siap saji. Biaya kemasan yang digunakan UKM Bandeng Presto Duri Lunak selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Biaya Pengemasan Bandeng Presto selama satu bulan No .
Keterangan
Jumlah perbulan
unit Harga beli
1.
Kardus kecil
14400 lembar
1Lembar
Total Biaya per bulan Rp.3.600.000,00
Rp250,00 2.
Plastik tenteng
7200 lembar
1 Lembar
Rp.1.080.000,00
Rp.150,00 3.
Plastik tebal
60 Bendel
1 Bendel
Rp.390.000,00
Rp.6.500,00 4.
Plastik Sambel
30 Bendel
1 Bendel
Rp.105.000,00
Rp.3.500,00 Total keseluruhan
Rp. 5.175.000,00
56
1.1.3. Minyak Goreng Dalam proses produksi bandeng presto, minyak goreng sangat dibutuhkan untuk proses pengorengan dari bandeng kukus menjadi bandeng presto goreng. Minyak goreng yang digunakan untuk sebulan adalah sebanyak 15 drijen dengan harga Rp.85.000,00/drijen, sedangkan per drijen berisi 5kg minyak goreng dengan harga Rp.17.000/kg. Jadi total biaya minyak goreng yang digunakan untuk satu bulan adalah Rp.1.275.000,00. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.9. Tabel 2.9 Biaya Minyak Goreng selama satu bulan Pemakaian Minyak Goreng
Biaya/liter (Rp)
Total (Rp)
15 drijen
85.000/derijen
Rp.1.275.000
Jumlah
Rp.1.275.000
57
Total keseluruhan biaya penolong pada UKM Bandeng Presto Duri Lunak selama 1 bulan dapat dilihat pada tabel 2.10 Tabel 2.10 Biaya Bahan Penolong selama satu bulan No.
Keterangan
Total
1.
Biaya Bumbu
Rp. 5.506.500,00
2.
Biaya Pengemasan
Rp. 5.175.000,00
3.
Minyak Goreng
Rp.
Jumlah
1.275.000,00
Rp. 11.956.500,00
1.2. Tenaga Kerja Tidak Langsung Tenaga Kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang tidak terlibat langsung dalam proses produksi. UKM Bandeng Presto Duri Lunak ini memiliki tenaga kerja tidak langsung berjumlah satu orang yaitu di bagian pengawasan produksi. Bagian pengawasan produksi ini menerima gaji sebulan sebesar Rp. 1.350.000,00. Berkut tabel penerimaan gaji bagian produksi: Tabel 2.11 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Keterangan Bagian Pengawasan Produksi
Jumlah Pekerja 11
Lama kerja
Total (Rp)
30 Hari
Rp.1.350.000,00
Jumlah
Rp.1.350.000,00
58
1.3.Gas elpiji Gas elpiji digunakan untuk melakukan proses pngukusan dan penggorengan bandeng presto. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli gas elpiji isi 3kg dengan harga Rp.18.000/tabung gas elpiji. Selama satu bulan sebanyak 60 tabung gas elpiji yang mempunyai biaya sebesar Rp 1.080.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.12. Tabel 2.12 Biaya Gas Elpiji selama satu bulan Pemakaian Gas Elpiji
Biaya/tabung (Rp) Total (Rp)
60 Tabung gas elpiji
18.000/tabung gas
RP.1.080.000,00
Jumlah
Rp.1.080.000,00
1.4. Biaya Listrik Listrik digunakan untuk penerangan dan penggunaan alat lainnya dalam proses pembuatan bandeng presto. Pada proses pembuatan bandeng presto dikerjakan dari pagi hingga sore hari. Listrik yang digunakan UKM Bandeng presto duri lunak selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 2.13. Tabel 2.13 Biaya Listrik selama satu bulan Keterangan
Total Biaya (Rp)
Biaya Listrik
Rp.650.000,00
Jumlah
Rp.650.000,00
59
1.5. Biaya Air Air dalam proses pembuatan bandeng presto merupakan komponen yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena air dibutuhkan dari awal hingga akhir proses pembuatan Bandeng presto. Terutama dalam proses penyiangan, pencucian dan digunakan untuk lain-lain. Dalam proses pencucian bandeng segar, air dibutuhkan dalam volume yang cukup banyak, agar bandeng mentah benar-benar bersih sehingga bandeng presto yang dihasilkan akan bagus. Biaya air yang dibutuhkan sebesar 435.000/bulan karena menggunakan pam. Biaya air yang digunakan UKM Bandeng presto selama 1 bulan dapat dilihat pada tabel 2.14. Tabel 2.14 Biaya Air dalam satu bulan Keterangan
Total Biaya (Rp)
Biaya Air
Rp. 435.000,00 Jumlah
Rp. 435.000,00
1.6. Biaya Telepon Telepon digunakan sebagai alat komunikasi guna pembelian bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses produksi dan pemesanan bandeng presto yang siap jual. Biaya telepon yang digunakan UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 2.15.
60
Tabel 2.15 Biaya Telepon dalam satu bulan Total Biaya (Rp)
Keterangan Biaya Telepon
Rp. 450.000,00
Jumlah
Rp. 450.000,00
1.7. Biaya Penyusutan Peralatan Dalam kegiatan produksi pastinya penggunaan peralatan akan mengalami penyusutan nilai dari peralatan tersebut. Penyusutan yang terjadi akan menyebabkan berkurangnya nilai peralatan yang disebut dengan biaya penyusutan. Untuk menghitung biaya penyusutan peralatan di UKM Bandeng Presto Duri Lunak ini digunakan dengan metode nilai ekonomis atau juga disebut metode garis lurus. Inilah rumus perhitungannya: Beban Penyusutan = (Harga Beli – Nilai Sisa) Umur Ekonomis
61
Tabel 2.16 PENYUSUTAN PERALATAN SELAMA SATU BULAN HARGA PER UNIT
JUMLAH /UNIT
HARGA BELI
NILAI SISA
UMUR EKONO MIS
BEBAN PENYUSUT AN/TH
BEBAN PENYUSUTAN/ Bulan
KETERANGAN Auto clap
35.000.000
1
35.000.000
3.500.000
10
3.150.000
262.500
Vacum Package
50.000.000
1
50.000.000
5.000.000
10
4.500.000
375.000
Mesin penggiling bumbu
5.000.000
1
5.000.000
500.000
10
450.000
37.500
Drying/ Oven
5.000.000
1
5.000.000
500.000
10
450.000
37.500
Timbangan besar
2.000.000
1
2.000.000
200.000
5
360.000
30.000
Timbangan kecil
20.000
1
20.000
2.000
5
3.600
300
Kompor gas
250.000
4
1.000.000
100.000
5
180.000
15.000
Loyang
60.000
60
3.600.000
360.000
5
648.000
54.000
Kipas Angin
80.000
2
160.000
16.000
5
28.800
2.400
Blong basah
250.000
10
2.500.000
250.000
5
450.000
37.500
Meja stanlise
1.500.000
4
6.000.000
600.000
5
1.080.000
90.000
Freezer box
2.500.000
4
10.000.000
1.000.000
5
1.800.000
150.000
125.000
8
1.000.000
100.000
5
180.000
15.000
Almari es
1.250.000
2
2.500.000
250.000
5
450.000
37.500
Rak hasil produksi
2.000.000
2
4.000.000
400.000
5
720.000
60.000
10.000
10
100.000
10.000
4
22.500
5.000.000
1
5.000.000
500.000
10
450.000
37.500
Telenan
75.000
3
225.000
22.500
5
40.500
3.375
B asket
80.000
5
400.000
40.000
5
72.000
6.000
Straples
20.000
4
80.000
8000
5
14.400
1.200
Mesin pengering
25.000.000
1
25.000.000
2.500.000
10
2.250.000
187.500
Tempat produksi
200.000.000
1
200.000.000
20.000.000
10
18.000.000
1.500.000
Baskom
40.000
20
800.000
80.000
5
144.000
12.000
Tabung gas
17.000
60
1.020.000
102.000
5
183.360
15.280
Serok
15.000
10
150.000
15.000
5
27.000
2.250
Sutil
15.000
5
75.000
7.500
5
13.500
1.125
35.667.660
2.972.305
Alat Penggoreng
Pisau Pompa Air
JUMLAH
1.875
62
Berdasarkan tabel 2.16, Dapat diketahui bahwa beban penyusutan peralatan dan kendaraan dalam 1 tahun sebesar Rp 35.667.660,00, sedangkan beban penyusutan per bulan sebesar Rp 2.972.305,00. 1.8. Fasilitas Biaya Obat – Obatan Fasilitas biaya obat ini adalah fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawannya
apabila
karyawannya
sakit.
Setiap
bulan
perusahaan
mengestimasi biaya obat – obatan untuk karyawannya sebesar Rp. 420.000,00. Berikut adalah tabel fasilitas biaya obat: Tabel 2.17 Fasilitas Biaya Obat – Obatan Keterangan
Total Biaya (Rp)
Fasilitas Biaya Obat
Rp. 420.000,00
Jumlah
Rp. 420.000,00
Jadi total biaya overhead pabrik yang terdiri dari biaya bahan penolong, biaya gas elpiji, biaya air, biaya listrik dapat dilihat pada tabel 2.18: Tabel 2.18 Penghitungan Biaya Overhead Pabrik Selama Satu Bulan KETERANGAN
TOTAL BIAYA (Rp)
BOP Variabel: Biaya Bahan Penolong
Rp. 11.956.500,00
Tenaga Kerja Tidak Langsung
Rp. 1.350.000,00
Biaya Gas elpiji
Rp. 1.080.000,00
Biaya Telepon
Rp.
450.000,00
63
Biaya Air
Rp.
435.000.00
Biaya Listrik
Rp.
650.000,00
BOP Tetap : Biaya Penyusutan
Rp. 2.972.305,00
JUMLAH
Rp. 18.893.805,00
2.
Menghitung Biaya Non Produksi Untuk
menghitung
biaya
nonproduksi
dihitung
berdasarkan
biaya
administrasi serta biaya pemasaran, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.19 Biaya Non Produksi UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono KETERANGAN
TOTAL (Rp)
Biaya Gaji Pemilik UKM (1 Orang)
Rp.3.000.000,00
Biaya Pegawai Kantor (2 Orang)
Rp.3.000.000,00
Biaya Gaji Distribusi (1 Orang)
Rp.1.350.000,00
Biaya Pemasaran (1 Orang)
Rp.1.000.000,00
Biaya Bensin
Rp 975.000,00
JUMLAH
Rp.9.325.000,00
Setelah diketahui hasil perhitungan dari biaya produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik serta biaya non produksi maka dapat dilakukan proses penghitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing yang dapat dilihat pada tabel 2.20.
64
Tabel 2.20 Penghitungan Harga Pokok Produksi Menggunakan Metode Full Costing No. Keterangan
Kebutuhan Per Bulan
Biaya Per satuan
Total Biaya
Biaya Produksi: 1. Bahan Baku Langsung 1.
Bandeng segar
7200kg
23.000/kg
Rp. 165.600.000,00
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 1
Tenaga Kerja Langsung
13 Orang
Rp.1.350.000/orang Rp. 17.550.000,00
3. Biaya Overhead Pabrik 1.
Minyak Goreng
2.
15 drijen
85.000/drijen
Rp.
1.275.000,00
Biaya Pengolahan
Rp.
5.506.500,00
3.
Biaya Kemasan
Rp.
5.175.000,00
4.
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
1 Orang
Rp.1.350.000/orang Rp.
1.350.000,00
5.
Biaya Gas elpiji
60 tabung gas
18.000/tabung
Rp.
1.080.000,00
6.
Biaya Air
Rp.
435.000,00
7.
Biaya Listrik
Rp.
650.000,00
8.
Biaya Telepon
Rp.
450.000,00
10.
Biaya Penyusutan
Rp.
2.972.305 ,00
11.
Fasilitas biaya obat
Rp
420.000,00
Estimasi Perusahaan
Total Biaya Overhead Pabrik
Rp. 19.313.805,00
Total Biaya Produksi
Rp.202.463.805,00
Biaya Non Produksi
Rp.
Harga Pokok Produksi
Rp.211.788.805,00
Jumlah Produksi
28800 ekor bandeng presto /bulan
9.325.000,00
65
Harga Pokok Produksi per ekor bandeng presto
Rp. 7.353,78
Pembulatan
Rp. 7.354,-
Harga Jual
Rp. 11.000,00 / ekor
4.4 Perbandingan Hasil Penghitungan Harga Pokok Produksi antara Metode yang digunakan dalam UKM dengan Metode Full Costing Berdasarkan penghitungan yang dihasilkan terdapat perbandingan antara penghitungan harga pokok produksi metode full costing dengan metode yang dilakukan oleh UKM Bandeng Presto Duri Lunak. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.21. Tabel 2.21 Perbandingan Hasil Penghitungan Harga Pokok Produksi antara Metode yang digunakan dalam UKM Bandeng Presto dan Metode Full Costing KETERANGAN
Metode Full Costing (Rp)
Metode Perusahaan Selisih (Rp) (Rp)
Harga Pokok Produksi 28.800 Ekor
211.788.805
195.066.500
16.722.305
Harga Pokok Produksi Per Ekor
7.354
6.773
566
Berdasarkan tabel 2.21, diketahui bahwa kedua metode penghitungan harga pokok produksi antara metode yang digunakan di UKM dengan metode full costing terdapat perbandingan atau perbedaan nilai yang dihasilkan. Dengan menggunakan metode full costing nilai yang dihasilkan lebih tinggi daripada
66
penghitungan yang dilakukan oleh UKM. Hal ini dikarenakan penghitungan metode full costing lebih secara proposional dan terinci. Sedangkan metode perusahaan belum menghitung secara proposional seperti biaya overhead pabrik yang belum semuanya dihitung, sehingga nilai yang dihasilkan lebih rendah. Maka dapat diselisihkan untuk harga pokok produksi bandeng presto per ekornya adalah Rp.211.788.805 – Rp. 195.066.500 = Rp. 16.722.305 Metode full costing mencakup perhitungan semua sumber daya yang digunakan oleh UKM sehingga hasilnya lebih tepat. Perhitungan dengan metode full costing dapat mencerminkan beberapa biaya yang sebenarnya dikorbankan perusahaan untuk melakukan kegiatan produksinya. Biaya-biaya yang dihitung dalam metode full costing mencakup semua biaya yang timbul karena adanya aktivitas-aktivitas proses produksi. Beberapa biaya yang muncul adanya aktivitas proses produksi adalah biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya air, dan biaya penyusutan. Perhitungan dengan metode full costing akan berguna bagi perusahaan karena nilai yang dihasilkan lebih tepat maupun dalam penetapan harga jual sesuai dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh perusahaan.
67
4.5 Perbandingan Hasil Penghitungan Laba antara UKM dengan Metode Full Costing Perbandingan penghitungan laba antara perusahaan dengan metode Full Costing dapat dilihat pada tabel berikut ini. UKM Penjualan Harga Pokok Produksi
316.800.000
316.800.000
(195.066.500)
(211.788.805)
Laba Kotor
121.733.500
a. Porsentase Laba UKM = Penjualan – Harga Pokok Produksi x 100 Harga Pokok Produksi = 316.800.000 – 195.066.500 x 100 % 195.066.500
= 121.733.500 x 100 % 195.066.500
= 62,4 %
Full Costing
105.011.195
68
b. Porsentase Laba Full Costing = Penjualan – Harga Pokok Produksi x 100 Harga Pokok Produksi = 316.800.000 – 211.788.805 x 100 % 211.788.805 = 105.011.195 x 100 % 211.788.805 = 49,6 % Tabel 2.22 Perbandingan Laba Metode UKM dengan Metode Full Costing Selama satu bulan KETERANGAN
Laba
HARGA JUAL
SELISIH
Metode Full Costing
Metode Perusahaan
Laba
49,6 %
62,4 %
12,8 %
Pada tabel 2.22, ditunjukkan perbedaan angka pada perhitungan laba antara metode perusahaan dengan metode full costing. Laba yang dihasilkan metode perusahaan sebesar 62,4% sedangkan metode full costing sebesar 49,6 %. Ternyata laba yang dihasilkan metode perusahaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan metode full costing. Perbedaan hasil ini disebabkan oleh perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan masih relatif sangat sederhana. Karena perusahaan hanya memasukkan biaya produksi sedangkan biaya non produksi belum dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi. selain itu di dalam memasukkan biaya overheadnya pun belum terinci semuanya, yang
69
terdiri dari biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya air, dan biaya penyusutan. Berbeda dengan perhitungan full costing. Metode ini telah merinci semua biaya yang terjadi pada saat proses produksi sehingga dalam menghitung harga pokok produksi dan laba hasilnya lebih tepat dibandingkan metode perusahaan. Karena hasil perhitungan harga pokok produksi ini sebagai dasar untuk menentukkan besarnya laba yang diinginkan perusahaan memiliki pengaruh besar dalam menghitung harga jual.
70
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan 1. UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono masih melakukan penghitungan dengan metode yang sederhana. Biaya yang dihitung oleh UKM ini belum mencakup semua biaya yang dikeluarkan. Dalam perhitungannya, biaya produksi yang dihitung hanya biaya bahan baku berupa bandeng mentah segar, biaya pemakaian gas elpiji, biaya minyak goreng, biaya bumbu, biaya kemasan, biaya listrik, biaya telepon, dan biaya tenaga kerja langsung. Jadi, masih ada biaya yang belum diperhitungkan dalam proses produksi tersebut antara lain, biaya air dan biaya penyusutan peralatan dan kendaraan. Hasil penghitungan
menurut
UKM
Bandeng
Presto
Duri
Lunak
adalah
Rp.6773,14.dibulatkan menjadi Rp.6773/ekor bandeng presto dengan laba sebenarnya sebesarnya 62,4 %. 2. Hasil penghitungan biaya pokok produksi dengan metode full costing adalah Rp.7353,78 dibulatkan menjadi Rp.7354/ekor bandeng presto dengan besarnya laba yang dihasilkan 49,6 %. Penghitungan ini diperoleh biaya produksi yang lebih tinggi karena biaya yang ada dalam proses produksi tersebut dihitung secara terperinci. Perbedaan biaya produksi ini disebabkan karena penghitungan metode yang diterapkan oleh UKM tidak merinci semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi.
71
3.Perbedaaan antara penghitungan metode full costing dengan metode UKM terletak pada perhitungan biaya overhead pabrik, yaitu biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya air dan biaya penyusutan. Selain itu metode full costing juga merinci semua biaya non produksi. Jadi, penghitungan yang dilakukan oleh UKM tidak menghitung biaya overhead pabrik yang berperilaku tetap maupun vaiabel secara terperinci sehingga hasilnya pun kurang tepat dan akurat. Kesalahan dalam penghitungan harga pokok produksi dapat berpengaruh pada penentuan harga jual serta laba yang diinginkan oleh suatu perusahaan. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpuan di atas, maka ada beberapa saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya UKM Bandeng Presto Duri Lunak Bu Darmono menggunakan perhitungan dengan metode full costing dalam menghitung biaya produksi. Karena metode ini merinci semua biaya yang dikeluarkan selama proses produksi secara realistis. Sehingga akan menghasilkan perhitungan yang lebih tepat dan akurat dibandingkan dengan metode yang digunakan oleh perusahaan selama ini. 2. Untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang tepat, sebaiknya dilakukan identifikasi biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi secara akurat. Sehingga UKM dapat menentukan mark up laba yang tepat untuk penentuan harga jual bandeng prestonya. Dengan penetapan harga jual produk yang tepat, perusahaan dapat bersaing dengan kompetitornya sehingga dapat terus mempertahankan dan mengembangkan usahanya.
72
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Wasillah dan Firdaus A Dunia. 2012 .” Akuntansi Biaya”. Jakarta: Salemba Empat. Batubara, Helmina.2013. “Penentuan Harga Pokok Produksi berdasarkan Metode Full Costing (Studi Kasus : Pembuatan Etalase Kaca dan Alumunium di UD.Istana Alumunium Manado)”. Carter, William K. 2009. “Akuntansi Biaya”. Edisi ke- 14. Jakarta: Salemba Empat. Halim, Abdul dan Bambang Supomo. 2005 . Akuntansi Manajemen . Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. Halim Abdul, Supomo Bambang, kusufi syam muhammad.2013. Akuntansi Manajerial. Edisi kedua Cetakan ketiga. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Yogyakarta. Hansen, Don R dan Maryanne M. Mowen. 2001. Akuntansi Manajerial. Salemba Empat : Jakarta. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta. HendriSlat , Andre. 2013. “Analisis Harga Pokok Produk Dengan Metode Full Costing Dan Penentuan Harga Jual”. Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Akuntansi Keuangan Dan Akuntansi Biaya. Gramedia. Jakarta. Mulyadi. 2005. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Penerbit Aditya Media. Yogyakarta. Poputra. Agus T.2014. “Penentuan Harga Pokok Produksi dalam menetapkan harga jual (Studi Kasus: UD Martabak Mas Narto Manado)”. RahmiLasena, Sitty.2013.”Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi ( Studi Kasus: PT.Dimembe Nyiur Agripro)”.
73
Supriyono, R.2000. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: STIE YKPN.
Witjaksono, Armanto.2006 .” Akuntansi Biaya”. Jakarta: Graha Ilmu.