BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau paling tidak akan mempertahankan status sehat mempertahankan
kesehatan
yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam
tersebut
mengakibatkan
terjadinya
pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan modern maupun pengobatan tradisional. (Tinendung, 2008) Pengobatan tradisional yang telah lazim dipergunakan, digunakan sebagai istilah pembanding pengobatan modern atau pengobatan di luar pengobatan kedokteran barat. Padahal di barat, pengobatan tradisional sudah modern, keduanya menjadi alternatif yang dipilih pasien. Pengobatan tradisional dan modern bisa dijadikan komplementer yang saling melengkapi (Melinda, 2009) Menurut Azwar (2001) masyarakat di Indonesia lebih menyukai pengobatan tradisional dibandingkan ke rumah sakit atau dokter. Pendapat diatas didukung oleh data susenas 2007 (Depkes),menunjukkan 38,7 % masyarakat menggunakan obat tradisional 28,1 % masyarakat mencari pengobatan dengan cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan, seperti ke dukun, tabib, dan sebagainya. Sedangkan 65,1 % lainnya melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat modern maupun obat tradisional. Kenyataan itu mungkin didukung dengan isu global kembali ke alam (back to nature), sehingga menambah keyakinan mereka akan pengobatan tradisional. Banyak faktor yang memengaruhi tindakan dalam mencari pola pengobatan baik faktor dari dalam diri sendiri seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, sosial
Universitas Sumatera Utara
ekonomi, maupun faktor dari luar yaitu sarana kesehatan serta sikap dan perilaku petugas. Menurut Weber yang dikutip oleh Sarwono (1997), individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan saranasarana yang paling tepat Sementara di Indonesia, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan pengobatan
tradisional. Berdasarkan data Depkes RI (2009), diketahui bahwa
62,65% penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke pengobatan medis, pengobat tradisional, dan tidak berobat. Menurut Azwar didalam Melinda (2009), masyarakat di Indonesia lebih menyukai pengobatan tradisional dibandingkan ke rumah sakit atau dokter. Pengobatan dan penyembuhan suatu jenis penyakit yang dilakukan baik secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobat tradisional (dukun, datuk maupun tabib) maupun pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan peralatan kedokteran yang serba modern. Kedua jenis (cara) ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat, baik masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang berada di pedesaan (Lubis, 1995). Menurut Melinda (2009), walaupun pelayanan kesehatan berkembang di Indonesia, namun
modern telah
jumlah masyarakat yang memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
pengobatan tradisional tetap tinggi. Bahkan ada kecenderungan minat masyarakat terhadap pengobatan tradisional meningkat baik yang asli Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia dikarenakan meningkatnya arus masuk obat tradisional, suplemen/herbal dan alat pengobatan dari luar negeri. Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa respons seseorang apabila sakit adalah tidak bertindak/kegiatan apa-apa (no action), tindakan mengobati sendiri, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy), mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop), mencari pengobatan ke fasilitasfasilitas pengobatan modren yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modren yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine) . Data berdasarkan hasil penelitian Tukiman dan Jumirah (2001) dalam Sitorus (2003) tentang “Perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit” diketahui bahwa ketika mengalami sakit ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa melakukan pengobatan, 5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati dengan jamu sebanyak 9%, memakai obat bebas sebanyak 63%, pergi ke dokter/puskesmas sebanyak 18%. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Pola pengobatan yang dilakukan masyararakat didasarkan oleh pola pencarian pengobatan yang dipahami dan diyakininya. Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu
mengatasi
setiap
masalah
kesehatan,
terlebih
dengan
semakin
beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi
Universitas Sumatera Utara
penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995). Bayi merupakan makhluk lemah dan sensitif yang memerlukan perawatan secara menyeluruh dan penuh dengan kasih sayang untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Pada umumnya bayi mudah terserang penyakit karena bayi belum mampu/belum memiliki daya tahan tubuh yang baik/kuat, oleh sebab itu orangtua harus berpartisipasi dalam merawat bayi sebelum sakit dan ketika sakit. Bila terdapat tanda bayi sakit maka segera orang tua mengambil kebijakan untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan, untuk menghindari keparahan dari penyakit yang dialami bayi maka beberapa orangtua memilih untuk melakukan pengobatan dengan pijat bayi. Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Sentuhan dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu berikan kepada buah hati melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan, perhatian dan ungkapan cinta kepada bayi, sehingga akan menguatkan hubungan ibu dengan anaknya dan mengalirkan kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001). Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para pakar telah membukt ikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan perubahan psikologi yang menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan
Universitas Sumatera Utara
tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik. Ilmu kesehatan modern telah membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuh dan pijat pada bayi mempunyai banyak manfaat terutama bila dilakukan sendiri oleh orang tua bayi. Penelitian tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok yang dipijat 9,44% (Prasetyono, 2009) Penelitian Field & Scafidi (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat akan terjadi peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak). Peningkatan aktivitas nervus vagus akan meyebabkan peningkatan produksi enzim penyerapan seperti gastrin dan insulin sehingga penyerapan makanan menjadi lebih baik. Kondisi inilah yang dapat menjelaskan berat badan bayi yang dipijat lebih meningkat (Indah, 2010). Menurut penelitian T.Field (1986) dan Scafidi (1990), menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gr), yang dipijat selama 3 kali 15 menit selama 10 hari, terjadi kenaikan berat badan 20% - 47% per hari, lebih dari yang tidak dipijat (Indah, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dasuko (2003) tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok yang dipijat 9,44% (Amelia, 2010) Pijat bayi menjadi penyelesaian masalah dari setiap ibu yang mempunyai bayi. Dengan memijat bayi-bayi mereka, rasa percaya diri orang tua bertambah. Mereka belajar untuk memperhatikan dan memahami reaksi bayi-bayi pada saat disentuh, mengetahui perkembangan naluri alamianya, apa-apa yang disukai dan tidak disukainya, sehingga membuat para orang tua lebih mudah mengerti dan
Universitas Sumatera Utara
terkadang menjadi sabar disaat mereka tidak sanggup menenangkannya. Saat para orang tua memperhatikan dan mengenali reaksi anak-anaknya dan memberikan responnya, para bayi memberikan reaksinya kembali dan terbangunlah sebuah hubungan yang positif di antara mereka (Ameilia, 2010) Pijat bayi merupakan salah satu bentuk pengobatan tradisional terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer. Dengan kata lain pijat bayi adalah seni perawatan di bidang kesehatan dan pengobatan tradisional yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam (Indah, 2010). Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman Mesir Kuno, Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 sebelum Masehi) yang menuliskan tentang pijat, diet dan olahraga sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di cina dari Dinasti Tang juga meyakini bahwa pijat bayi adalah salah satu 4 teknik pengobatan penting (Roesli, 2001). Pijat bayi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di Cina. Masyarakat Cina modern telah lebih dulu mengenal pijat bayi modern. Namun, negara-negara di daratan Asia lain yang telah lama mengenal pijat bayi sebagai seni dan terapi adalah Mesir kuno dan India. (Surbakti , 2008). Perkembangan pijat bayi khususnya di India, pijat bayi menjadi bagian tradisi dalam perawatan keseharian. Para ibu mempelajari teknik pemijatan dari ibu mertua atau ibu mertua. Terkadang, pijatan mulai dilakukan pada hari pertama bayi baru lahir, tapi biasanya saat bayi berumur lima hari, yaitu saat tali pusar sudah lepas dan dilanjutkan hingga si anak bisa berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Pijat bayi di Afrika telah menjadi bagian dari kepercayaan dan sugesti yang sangat kuat sejak zaman nenek moyang mereka. Keterbatasan dan kekurangan dalam akses pengetahuan serta kesejahteraan menyebabkan terbatasnya masyarakat Afrika kuno untuk belajar. Karenanya, ketika terjadi masalah kesehatan, pijat bayi adalah pilihan yang sangat diandalkan. Berbagai penyakit disembuhakan dengan cara pemijatan. Kini, pijat bayi menjadi aktivitas rutin para orangtua di Afrika agar anaknya tumbuh sehat. Beberapa teknik pijat bayi ala Afrika bahkan ditiru oleh negara-negara lain. Sementara itu, bangsa Eropa kuno di duga telah lama mengenal pijat bayi, bahkan sejak tanah Eropa didiami manusia. Pijat bayi ini dilakukan sebagai penyembuhan berbagai macam penyakit dan penenang. Kemudian ketika orang-orang Yunani semakin giat berlomba-lomba dalam ilmu pengetahuan, berbagai temuan kemudian bermunculan. Banyak ilmuan Yunani yang menghasilkan temuan dalam bidang kesehatan. Para ilmuan menulis buku dan disebarkan kepada masyarakat. Kini bangsa Eropa telah menjadi bangsa yang memimpin dalam bidang kedokteran. Pijat bayi pun dikenal sebagai bagian penting dalam perawatan dan kebiasaan
sehat
bayi.
Para
dokter
dan
ilmuan
semakin
banyak
yang
merekomendasikan pentingnya pemijatan bagi bayi karena banyak manfaatnya. Di Indonesia, pijat adalah metode penyembuhan
tradisional yang sangat
akrab bagi masyarakat. Namun, pijat tradisional ini tidak diimbangi dengan penjelasan ilmiah dan manfaatnya. Pijat tradisional hanya diyakini dengan sugesti. Pijat bayi yang dimasyarakatkan di Indonesia tepatnya diperkotaan ini dapat dimulai dari promotor kesehatan ataupun bidan. Dikota-kota besar pada umumnya pijat bayi
Universitas Sumatera Utara
telah menjadi kebiasaan bagi ibu-ibu modern karena kebanyakan dari mereka melakukan proses persalinan dan kelahiran dirumah sakit. Rumah sakit inilah yang biasanya memperkenalkan pijat bayi kepada pasiennya sebagai terapi sehat dan bermanfaat. Beda halnya kita temukan di pedesaan, pijat bayi yang dilakukan oleh dukun pijat dengan ilmu yang turun-temurun hanya ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (Surbakti , 2008). Berdasarkan hasil penelitian Marisa (2009) menyebutkan bahwa kondisi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 yang tinggal di pedesaan pada umumnya masih memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan tradisional seperti dukun bayi untuk memijatkan bayinya . Hasil dari penelitian gambaran pelaksanaan persiapan pijat bayi oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Yogyakarta adalah baik dengan persentase 50,0%. Pelaksanaan pijat bayi pada bagian kaki bayi adalah kurang baik dengan persentase tertinggi 83,3%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian perut bayi persentase kurang adalah 100%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian dada bayi adalah kurang baik dengan persentase 100%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian tangan adalah kurang baik dengan persentase 66,7%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian wajah bayi adalah kurang dengan persentase 66.7%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian punggung bayi adalah kurang dengan persentase 83,3%, pelaksanaan gerakan relaksasi tidak dilakukan oleh dukun bayi dan pelaksanaan gerakan peregangan adalah kurang dengan persentase 100%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan persiapan pijat bayi oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 adalah baik, sedangkan pelaksanaan pemijatan bayi tidak dilakukan oleh dukun bayi dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Penduduk Sumatera Utara yang memiliki penduduk multi etnik dan kebudayaan yang beraneka ragam mempunyai warisan pusaka pengobatan tradisional yang telah digunakan turun temurun secara meluas oleh masyarakat dan menjadi milik masyarakat. Walaupun pelayanan modern telah berkembang di Indonesia dan khususnya di daerah Sumatera Utara, namun penggunaan fasilitas kesehatan belum mampu menjangkau masyarakat secara luas karena faktor biaya, hubungan sosial, komunikasi maupun kebiasaan/tradisi khususnya dalam hal pijat bayi. Daerah perkotaan di Sumatera Utara pijat bayi biasanya diperkenalkan kepada pasien oleh rumah sakit atau bidan tempat proses persalinan. Berbeda dengan daerah pedesaan, dimana masyarakat pedesaan pada umumnya memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bersifat tradisional seperti pelayanan ke dukun bayi. Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ada di wilayah Privinsi Sumatera Utara
yang memiliki 15 kecamatan dengan jumlah
penduduk di tahun 2010 sebanyak 311.232 orang. Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki penduduk multi etnik yaitu suku Batak, Minang, Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain. Penggunaan Pengobatan tradisional pijat bayi oleh dukun bayi menurut persepsi masyarakat suku Jawa di Kabupaten Tapanuli Tengah pijat bayi merupakan salah satu pengobatan tradisional yang cukup popular dikalangan ibu khususnya yang bersuku Jawa untuk mengobati bayi mereka ataupun untuk mencegah anak mereka terhindar dari sakit yang biasanya dilakukan oleh dukun pijat bayi di beberapa kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah. Kecamatan Pinangsori
merupakan salah satu kecamatan yang berada di
wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah yang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Tapanui Tengah dan Kotamadya Sibolga yang membuat wilayah ini sangat dekat dengan fasilitas kesehatan. Kecamatan Pinangsori memiliki 7 kelurahan dengan jumlah penduduk 22.550 orang. Kelurahan Pinangsori merupakan salah satu wilayah di kecamatan pinangsori yang memiliki jumlah penduduk 8560 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1651 jiwa/km2. Kelurahan Pinangsori merupakan salah satu wilayah yang dihuni dengan mayoritas suku jawa. Rasio perbandingan berdasarkan suku antara suku jawa dan selain suku jawa adalah 55% dan 45%. Di Kelurahan Pinangsori pengobatan tradisional masih bekembang dengan baik termasuk dalam penggunaan jasa dukun bayi dalam melakukan pijat bayi, dimana suku Jawa di Kelurahan Pinangsori ini memiliki kepercayaan bahwa bayi mereka yang sedang sakit akan semakin sehat jika semakin sering diberikan pijat bayi, selain itu jika bayi mereka sering menangis maka ada kepercayaan bahwa sang bayi sedang lelah dan ingin diberikan pijat bayi. Karena ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pijat bayi sering dipaksakan. Akibatnya, bayi menangis keras dan meronta-ronta. Setelah dipijat, bayi lelap karena kelelahan menangis, bukan karena tenang setelah dilakukan pemijatan oleh sang dukun bayi. Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir (Prasetyono, 2009). Padahal sudah banyaknya penelitian yang ditemukan tentang tata cara pemijatan bayi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tetapi masyarakat Suku Jawa di Kelurahan Pinangsori masih kerap melakukan pemijatan bayi kepada dukun bayi dan ini akan membahayakan bagi bayi. Hal ini dikarenakan menurut Brainbridge (2007), bahwa seorang yang akan melakukan pijat bayi, harus memperhatikan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan bayi sebelum dilakukan pemijatan. Apabila dilakukan pemijatan pada bayi yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik, hal ini dapat menyebabkan penyakitnya akan semakin parah. Bayi tidak boleh diberikan pemijatan pada saat bayi dalam keadaan demam jika kita tidak yakin apa yang menjadi penyebabnya. Pijat bayi yang dilakukan pada bayi yang terkena kanker akan menyebabkan kanker tersebut bisa menyebar. Selain itu, apabila bayi memiliki alergi dan diberikan pemijatan dengan menggunakan minyak yang sembarangan maka hal ini dapat menimbulkan alergi yang semakin banyak dan dapat menimbulkan iritasi pada kulit bayi. Pernyataan Roesli, (2008) yang mengatakan bahwa cara pemijatan pada setiap umur bayi berbeda. Jika seluruh gerakan pemijatan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang lama ketakutannya akan berakibat terjadinya pergeseran atau gangguan pada struktur tulang pada bayi. Oleh sebab itu,
Bayi yang berusia 0-3 bulan
disarankan lebih mendekati usapan-usapan dan gerakan halus disertai dengan tekanan yang ringan dalam waktu yang singkat. Hal ini juga di dukung oleh pernyataan Surbakti, (2008) yang mengatakan bahwa pijat bayi merupakan teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping. Namun bila pemijatan dilakukan terlalu dalam, dapat menyebabkan pendarahan serta penumpukan darah pada organ vital seperti hati. Pada umumnya dukun bayi di Pinangsori hanyalah masyarakat biasa yang tidak memiliki pendidikan, bahkan ada yang buta huruf. Pekerjaan sebagai dukun bayi umumnya tidak bertujuan untuk mencari uang, tetapi panggilan untuk menolong sesama tetapi tidak jarang dukun bayi ini juga menerima upah ataupun ongkos yang dibayar menurut kemampuan dari masing-masing orang yang menggunakan jasa pijat
Universitas Sumatera Utara
bayi. Disamping menjadi dukun bayi mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap seperti bertani atau berdagang sehingga dapat dikatakan pekerjaan dukun bayi hanyalah pekerjaan sambilan. Selain itu, dukun bayi di kelurahan Pinangsori merupakan orang yang cukup dikenal dan dihormati oleh masyarakat dikelurahan Pinangsori. Dukun bayi di Pinangsoi merupakan orang tua yang dapat dipercayai dan sangat besar pengaruhnya pada keluarga yang mereka tolong. Pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori tidak mengetahui ketentuan-ketentuan yang seharusnya dilakukan sebelum dan sesudah melakukan pijat bayi yang sesuai dengan ketentuan medis. Disamping Hal ini sesuai menurut pendapat pendapat Heath, (2006) bahwa sebelum melakukan pijat bayi ada ketentuan persiapan pemijatan seperti pemeriksaan kondisi fisik seorang bayi sebelum dilakukan pemijatan untuk memastikan kondisi kesehatan bayi, penggunaan alat untuk pijat bayi seperti minyak zaitun (Olive Oil), ketentuan bayi yang boleh dipijat dan tehnik pemijatan bayi yang sesuai dengan ketentuan medis. Hal ini didukung oleh pernyataan Roesli, (2008) yang mengatakan bahwa sebelum melakukan pijat bayi, seharusnya seorang pemijat harus mengatahui petunjuk pemijatan bayi, pedoman dasar pijat bayi, urutan pijat bayi yang sesuai dengan ketentuan medis, agar memberikan manfaat yang maksimal bagi bayi. Menurut observasi peneliti, Pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di kelurahan Pinangsori belum mengikuti pedoman dan tahapan pemijatan bayi dengan baik. Dukun bayi di kelurahan Pinangsori pada umumnya memijat bayi yang sedang dalam keadaan sakit. Hal ini tidak sesuai menurut pedoman yang sebaiknya bayi yang diberikan pemijatan harus dalam kondisi sehat, dan apabila bayi yang akan diberikan
Universitas Sumatera Utara
pemijatan dalam keadaan sakit sebaiknya harus dilakukan pemeriksaan kondisi kesehatan apabila tidak diketahui penyebabnya. Pada umumnya pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi dikelurahan Pinangsori ditujukan untuk mengatasi penyakit, pijat bayi ini sering dipaksakan. Akibatnya, bayi menangis keras dan meronta-ronta. Setelah dipijat, bayi lelap karena kelelahan menangis, bukan karena tenang. Sedangkan pijat bayi sehat yang dimasyarakatkan seharusnya menunggu kesiapan bayi. Hal ini akan membuat bayi senang. Setelah itu, menjadi santai dan tidur karena puas dan nyaman. Selain itu, minyak pijat bayi yang dipakai oleh dukun bayi di kelurahan Pinangsori menggunakan ramuan-ramuan pemijatan yang terkadang tidak menjamin aman bagi kulit bayi. Misalnya parutan jahe, bawang, atau dedaunan yang dihancurkan dan dicampurkan kedalam minyak tanpa melakukan tes alergi pada kulit bayi terlebih dahulu. Ramuan ini mengandung minyak atsiri yang dapat menyebabkan rasa gatal, panas, atau perih pada kulit bayi. Hal Berbeda dengan pedoman yang dilakukan secara medis, minyak yang dipakai untuk pemijatan sebaiknya harus dilakukan tes alergi sebelum dioleskan ke permukaan kulit bayi untuk meyakinkan kulit bayi tidak mengalami alergi atau iritasi yang disebabkan ramuan-ramuan atau minyak yang digunakan Oleh karena itu, hal ini bertentangan dengan cara pandang masyarakat di Kelurahan Pinangsori tentang pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi. Masyarakat di Kelurahan Pinangsori memilih pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi. Hal ini dikarenakan unsur pengalaman masa lalu, unsur sosial budaya dan pengetahuan yang kurang tentang pelaksanaan pijat bayi yang sesuai dengan anjuran medis. Perbedaan
Universitas Sumatera Utara
persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan khususnya dalam hal pijat bayi. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan modern seperti tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar baik di daerah perkotaan maupun pedesaan, namun pengobatan secara tradisional pada dukun bayi masih berfungsi dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa, sehingga setiap individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas pijat bayi. Tindakan individu ini merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku masyarakat suku
Jawa dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan
Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat suku Jawa dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.3.2. Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui karakteristik (umur, parietas, pendidikan, penghasilan keluarga) ibu dalam melakukan pijat bayi ke dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012
2.
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012
3.
Untuk mengetahui tingkat sikap ibu dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012
4.
Untuk mengetahui niat ibu dalam menggunakan jasa dukun bayi untuk melakukan pijat bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.
5.
Untuk mengetahui kelompok acuan dalam hal penggunaan pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.
6.
Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam melakukan pijat bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.
7.
Untuk mengetahui tingkat tindakan ibu dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian 1. Untuk memberikan informasi mengenai gambaran perilaku masyarakat Suku Jawa dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012. 2. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan untuk melakukan berbagai kegiatan mengenai pemberian informasi kesehatan khususnya mengenai pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012. 3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini. 4. Bagi peneliti, mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama bangku kuliah.
Universitas Sumatera Utara