BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang Salah satu bentuk modal pembangunan kesehatan adalah sumber daya manusia yang sehat yaitu sehat fisik, mental dan sosial. Agar manusia indonesia mempunyai produktivitas kerja yang optimal diperlukan derajat kesehatan yang tinggi. Manusia tidak sehat bisa kehilangan kesempatan dalam belajar, akhirnya menjadi beban dalam masyarakat. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan harus dimulai sejak dini, yaitu sejak masa kanak kanak bahkan sejak dalam kandungan. Pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan salah satu upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang ditujukan kepada peserta didik (usia sekolah) yang merupakan hal penting dalam meningkatkan kualitas fisik penduduk (Depkes, 2010). Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan kegiatan sekolah yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan di sekolah, baik untuk siswa maupun guru/karyawan di sekolah tersebut, UKS juga merupakan upaya pendidikan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggung jawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membimbing untuk menghayati, menyenangi dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta didik sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana diketahui saat ini jumlah anak sekolah diperkirakan mencapai 30% dari total penduduk Indonesia atau sekitar 73 juta orang, dengan jumlah sebesar ini, maka masalah kesehatan yang dihadapi anak usia sekolah tentu sangat kompleks dan bervariasi (Depkes, 2010). Pada usia anak sekolah dasar penyakit yang sering dihadapi biasanya berkaitan dengan hidup bersih dan sehat seperti kebiasaan cuci tangan pakai
sabun,
potong
kuku,
gosok
gigi,
dan
membuang
sampah
sembarangan (Depkes, 2007). Berdasarkan data departemen kesehatan tahun 2010 diperoleh bahwa masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak sekolah dasar adalah kurang gizi sebesar 13%, penyakit karies dan periodontal anak usia 5-14 tahun sebesar 21%, kemudian diare yang menurut hasil survey subdit pada tahun 2002 dan 2003 pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi antara 2,2 % 96,3%, dan anemia pada anak 5-14 tahun sebesar 9,4% (Depkes RI, 2008) Program tentang pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah/satuan pendidikan luar sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok (TRIAS UKS) yang meliputi: Pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan secara intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Pelayanan kesehatan merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya, dibawah koordinasi guru pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat. Pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar (Depkes RI,2007).
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan UKS pada akhirnya akan terlihat dan tercermin pada perilaku hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik. Dengan telah diberlakukannya Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka berbagai program pelaksanaan UKS di setiap daerah pada dasarnya diserahkan sepenuhnya kepada Tim Pembina UKS di daerahnya masingmasing untuk menentukan prioritas programnya. Berdasarkan pengamatan Tim Pembina UKS 2010, ternyata pelaksanaan UKS sampai dengan saat ini dirasakan masih kurang sesuai dengan yang diharapkan. Belum semua sekolah melaksanakan program dengan baik, kendala dan tantangan dalam pelaksanaan UKS yang sering terbentur pada tenaga guru yang belum dilatih untuk melaksanakan UKS (Depkes, 2007). Suatu penelitian yang dilakukan oleh Hilderia (2006) di SD Negeri wilayah kerja puskesmas Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun dalam pelaksanaan UKS didapat hasil sebagai berikut sekitar 68,5% pelaksanaan pendidikan kesehatan tergolong cukup, sebanyak 53,9% pelaksanaan pelayanan kesehatan tergolong cukup, dan sebanyak 62,9% pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah tergolong cukup. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chuswatun (2008), di Puskesmas rangkah Kecamatan Tambaksari dalam pelaksanaan UKS di dapat hasil sebagai berikut sebanyak 23 (38%) sekolah status kesehatan lingkunganya tergolong buruk. Sekitar 19 (31%) tergolong baik dari 61 sekolah yang diteliti. Angka ini jika dibandingkan dengan Indikator Kinerja Standart Pelayanan Minimal bidang kesehatan masih sangat rendah yaitu 70% lingkungan sekolah
Universitas Sumatera Utara
harus memenuhi persyaratan kesehatan tahun 2009. Selanjutnya sebanyak 21 responden (34,4%) tingkat keterlibatanya terhadap kesehatan lingkungan tergolong rendah dan hanya 17 (27,9%) responden keterlibatanya tergolong tinggi terhadap kesehatan lingkungan sekolah. Oleh karena itu, dipandang perlu adanya pemberdayaan tatanan UKS pada setiap jenjang dalam rangka memantapkan pelaksanaan program-program UKS. Seperti yang kita ketahui, UKS merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin. Atas dasar tersebut pelaksanaan program UKS perlu dilaksanakan secara optimal di sekolah, yang meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan (Depkes, 2007). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti pada puskesmas Matiti kecamatan Doloksanggul kabupaten Humbang Hasundutan diperoleh data bahwa program UKS telah dilakukan pada sekolah yang ada pada wilayah kerja puskesmas tersebut. program UKS telah dilakukan pada sekolah yang ada pada wilayah kerja setiap tahunya yaitu penjaringan kesehatan pada anak baru kelas I setiap awal tahun ajaran baru, melakukan penyuluhan, pembagian obat cacing dua kali setahun yaitu pada bulan Mei dan November, Imunisasi Anak Sekolah) yang biasa dilakukan
melakukan BIAS (Bulan
pada
bulan Oktober atau
November, pencabutan Gigi susu sekali setahun, dan melakukan pengamatan kesehatan lingkungan sekolah seperti pengawasan terhadap sumber air bersih, pengawasan kamar mandi/wc dan pengawasan terhadap kantin sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak sekolah di wilayah kerja puskesmas kecamatan Doloksanggul ini adalah kurangnya kesadaran akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terutama pada sekolah-sekolah yang letaknya jauh dari pusat kabupaten Humbang hasundutan, ditemukan sekitar 75 % anak mengalami penyakit karies gigi. Selain itu sarana dan prasarana yang kurang dimana penyediaan peralatan UKS seperti kotak P3K, alat penjaringan, dan alat pengukur tinggi badan disetiap sekolah ditemukan banyak mengalami kerusakan. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan program UKS di sekolah-sekolah negeri yang ada di wilayah kerja puskesmas kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
Universitas Sumatera Utara
2. Pertanyaan penelitian Bagaimana pelaksanaan program UKS di sekolah- sekolah dasar negeri yang ada di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. 3. Tujuan penelitian Mengidentifikasi pelaksanaan program UKS di sekolah- sekolah dasar negeri yang ada di wilayah kerja puskesmas Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. 4. Manfaat penelitian 4.1 Bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi pendidikan keperawatan untuk meningkatkan dan mengembangkan program UKS di masa yang akan datang. 4.2 Bagi pelayanan kesehatan/ praktik keperawatan Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
menjadi
masukan
bagi
pengembangan praktek keperawatan komunitas khususnya pada peserta didik ditingkat sekolah dasar. 4.3 Bagi sekolah Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi instistusi sekolah, Pembina, dan pengurus UKS untuk meningkatkan dan mengembangkan program UKS di masa yang akan datang
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.
Konsep Usaha Kesehatan Sekolah
1.1 Pengertian UKS Usaha
Kesehatan
Sekolah
(UKS)
adalah
upaya
membina
dan
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah. UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah. (Mubarak, 2009) UKS adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK sampai SMA/SMK/MA (Tim Pembina UKS, 2010) Menurut Departemen kesehatan UKS adalah suatu usaha kesehatan masyarakat di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai objek sasaran utama. Usaha Kesehatan Sekolah juga merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat, yang pada giliranya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan nasional UKS adalah upaya mengembangkan dan membina kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha- usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Undang-Undang No.23 pasal 45 tentang UKS ditegaskan bahwa “Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmoni dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas.” (Menkes, 2006).
1.2 Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah 1.
Tujuan umum. Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. 2.
Tujuan khusus. Untuk meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup:
a. Upaya menurunkan angka kesakitan anak sekolah. b. Meningkatkan kesehatan peserta didik, baik fisik, mental maupun sosial. c. Memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak sekolah. e. Meningkatkan daya tangkal dan daya hayat tehadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol dan obat berbahaya lainya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dijalankan usaha-usaha yaitu: mempertinggi nilai kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta rehabilitasi anak- anak sekolah dan lingkunganya sehingga didapatkan anak-anak yang sehat jasmani, rohani, dan sosialnya. Dengan demikian setiap anak mempunyai kesempatan tumbuh dan belajar secara harmonis, efisien, dan optimal. 1.3 Sasaran usaha kesehatan sekolah Sasaran pelayanan UKS
menurut Effendi dan Makfuali (2009) adalah
seluruh peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan sekolah, mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, pendidikan khusus (sekolah luar biasa). Untuk sekolah dasar Usaha Kesehatan Sekolah diprioritaskan pada kelas I,III, dan kelas VI. Alasanya adalah: a. Kelas I Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertianya tentang kesehatan. Disamping itu kelas satu adalah saat yang baik untuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Kelas III Dilaksanakan di kelas tiga untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan di dalam program pembinaan UKS. c. Kelas VI Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup. Sasaran pembinaan dilakukanya UKS adalah peserta didik, pembina UKS, sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan, lingkungan sekolah. UKS dijalankan atas dasar titik tolak pemikiran bahwa: (1). Sekolah merupakan lembaga yang sengaja dihidupkan untuk mempertinggi derajat bangsa dalam segala aspek. (2). Usaha kesehatan melalui masyarakat sekolah mempunyai kemungkinan yang lebih efektif diantara beberapa usaha yang ada, untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada umumnya, karena masyarakat sekolah: a) mempunyai prosentase yang tinggi, b) merupakan masyarakat yang telah terorganisir, sehingga mudah dicapai dalam rangka pelaksanaan usaha-usaha kesehatan masyarakat, c) peka terhadap pendidikan pada umumnya, dapat menyebarkan modernisasi (sebagai agent of change), karena dalam usia ini anak-anak sekolah berada dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan, mudah dibimbing dan dibina. Pada masa ini adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat dengan harapan agar mereka
Universitas Sumatera Utara
dapat meneruskan serta mempengaruhi lingkungannya sekarang dan dimasa yang akan datang. Masyarakat sehat yang akan datang merupakan salah satu hasil dari sikap dan kebiasaan hidup sehat yang dimiliki anak-anak pada waktu sekarang. (Soenaryo, 2002)
2.
Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah. Menurut Adik Wibowo (2002) struktur organisasi UKS mengikuti struktur
organisasi Departemen Kesehatan RI yaitu: 2.1 Tingkat Pusat Sub Direktorat Kesehatan Sekolah dan Olahraga, Direktorat Kesehatan Masyarakat terdiri dari beberapa seksi yaitu : seksi kesehatan anak sekolah dan mahasiswa, seksi kesehatan anak-anak luar biasa, seksi olahraga kesehatan, seksi pengembangan metode. Fungsi dan tanggung jawabnya membuat program kerja melakukan koordinasi, melakukan bimbingan dan pengawasan pelaksanaan UKS di seluruh Indonesia, mengusahakan bantuan teknis dan materiil, bersama-sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyusun kurikulum tentang kesehatan pada umumnya dan UKS pada khususnya, menyelenggarakan lokakarya, seminar, rapat kerja diskusi penataran dan lain-lain. 2.2 Tingkat Provinsi Fungsi dan tanggung jawabnya adalah sebagai koordinator pelaksana UKS di tingkat provinsi yang meliputi : membuat rencana program kerja, membuat bimbingan teknis, melakukan koordinasi dan pengawasan, menerima laporan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan dari tingkat kabupaten/ kota melaporkan kegiatan ke tingkat pusat, memberi bantuan materi dan keuangan ke daerah dan lain-lain usaha yang dianggap perlu. 2.3 Tingkat Kota/Kabupaten Penanggung jawab UKS pada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fungsi dan tanggung jawabnya meliputi : membuat rencana kerja harian, melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada anak didik dan masyarakat sekolah, melakukan pengawasan pelaksanaan UKS di sekolah, melaporkan kegiatan ditingkat provinsi, menyelenggarakan kursus-kursus kesehatan, kursus UKS bagi guru, murid, dan petugas kesehatan setempat, memupuk kerjasama yang ada hubungannya dengan pelaksanaan UKS. 2.4 Tingkat Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu usaha kesatuan unit organisasi kesehatan yang langsung memberi pelayanan kepada masyarakat secara menyeluruh dan terintegrasi di wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan. 2.5 Tingkat Sekolah Keanggotaan Tim Pelaksana UKS di sekolah ditetapkan oleh kepala sekolah. Keanggotaannya terdiri dari unsur Pemerintah Desa/Kelurahan, Kepala Sekolah, Guru, Pamong Belajar, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), Puskesmas, Orang tua murid, serta unsur lain yang relevan. Tugas Tim Pelaksana UKS antara lain sebagai berikut: 1).Melaksanakan Tiga Program Pokok (TRIAS UKS) yang terdiri dari Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan dan Pembinaan Lingkungan
Universitas Sumatera Utara
Sekolah Sehat sesuai ketentuan dan pedoman yang telah ditetapkan oleh Pembinaan UKS. 2). Menjalin kerjasama dengan orang tua murid, instansi lain dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan UKS. 3). Menyusun program, melaksanakan penilaian/evaluasi dan menyampaikan laporan kepada Tim Pembina UKS Kecamatan. 4). Melaksanakan ketatausahaan Tim Pelaksana UKS Sekolah; Dari tingkat pelaksanaan UKS di sekolah-sekolah hingga tingkat pusat (pemerintah), diperlukan adanya organisasi yang baik. Untuk memperlancar usaha pembinaan dan pengembangan, serta mencegah terjadinya tumpang tindih dari berbagai kegiatan pembinaan UKS sebaiknya diwujudkan dalam satu wadah atau badan. Dengan demikian kerjasama lintas sektoral dari berbagai instansi yang berkepentingan mutlak diperlukan. Kerangka kerjasama pengorganisasian sistem kerja operasional UKS harus dipahami sebaik-baiknya, karena tidak sedikit sekolah atau guru yang beranggapan bahwa UKS merupakan tugas dari petugas kesehatan saja, ataupun sebaliknya petugas kesehatan menganggap UKS merupakan tanggung jawab jajaran pendidikan sekolah atau guru semata-mata.
3. Program pokok Usaha Kesehatan di Sekolah Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program pokok (Trias UKS) (Depkes RI, 2003). Penjelasan mengenai trias UKS adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
3.1 Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras, seimbang, dan sehat baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau latihan yang diperlukan bagi perananya saat ini maupun dimasa yang akan datang. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), pendidikan kesehatan ditekankan pada sikap dan perilaku hidup sehat. Hal ini sesuai dengan defenisinya, bahwa KBK merupakan pernyataan tentang apa yang harus dicapai oleh siswa yang mencakup aspek kognitif, psikomotor dan afektif yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Untuk itu, kompetensi yang dituntut pada pendidikan kesehatan diharapkan dapat direfleksikan dalam cara berpikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari. Tujuan pendidikan kesehatan adalah: 1). Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur. 2). Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat. 3). Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. 4). Peserta didik dapat memiliki pertumbuhan termasuk bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang seimbang. 5). Peserta didik dapat mengerti dan menggunakan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitanya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. 6). Peserta didik dapat memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar. 7). Peserta didik dapat memiliki
Universitas Sumatera Utara
tingkat kesegaran jasmani dan derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit. Agar tujuan pendidikan kesehatan bagi para peserta didik dapat tercapai secara optimal,dalam pelaksanaanya hendaknya memperhatikan hal-hal berikut: sesuai dengan tingkat kemampuan dan perbedaan individual peserta didik, diupayakan sebanyak-banyaknya dengan melibatkan peran aktif peserta didik, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, selalu mengacu pada tujuan pendidikan kesehatan termasuk upaya alih teknologi, memperhatikan kebutuhan pembangunan nasional, mengikuti atau memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelaksanaan
pendidikan
kesehatan
dilaksanakan
melalui
kegiatan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler (Tim Pembina UKS 2008). Pelaksanaan pendidikan melalui kegiatan intrakurikuler adalah pelaksanaan pendidikan kesehatan pada jam pelajaran sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran mata pelajaran sains, olahraga dan kesehatan dan ilmu pengetahuan sosial. Pelaksanaanya dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, penanaman nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. Materi pendidikan kesehatan disekolah dasar yang masuk dalam sains pada KBK adalah kebersihan dan kesehatan pribadi, makanan bergizi, pendidikan kesehatan reproduksi, dan pengukuran tingkat kesegaran jasmani. (Nursalam, 2009)
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan dimasukkan kedalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka menanamkan perilaku hidup sehat peserta didik. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain pendekatan individual dan kelompok. Pendekatan kelompok terbagi lagi menjadi pendekatan kelompok kelas, bebas, dan lingkungan keluarga. Sedangkan metode yang dapat digunakan oleh guru dan pembina, dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan adalah belajar kelompok, kerja kelompok (penugasan), diskusi, belajar perorangan, pemeriksaan langsung, karya wisata, bermain peran, ceramah, demonstrasi, tanya jawab, simulasi, dramatisasi, dan bimbingan (konseling). 3.2 Pelayanan Kesehatan. Penekanan utama pada pelayanan kesehatan di sekolah atau madrasah adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan secara serasi dan terpadu terhadap peserta didik yang pada khususnya dan warga sekolah pada umumnya dibawah koordinasi pembina UKS dengan bimbingan teknis dan pengawasan puskesmas setempat (Nursalam, 2004). Pelayanan kesehatan disekolah atau madrasah pada dasarnya dilaksanakan dengan kegiatan yang komprehensif, yaitu kegiatan peningkatan kesehatan (promotif) berupa penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan memberikan pelayanan kesehatan, kemudian
kegiatan
pencegahan (preventif) berupa
Universitas Sumatera Utara
kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit, dan kegiatan penghentian proses penyakit ssedini mungkin, serta selanjutnya adalah kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) berupa kegiatan mencegah cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal. Namun demikian, upaya pelayanan kesehatan di sekolah, pemeriksaan berkala seluruh siswa, penyuluhan kesehatan dan imunisasi. 3.2.1
Tujuan pelayanan kesehatan Tujuan umum pelayanan kesehatan adalah meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik dan seluruh warga masyarakat sekolah secara optimal. Dan tujuan khususnya adalah: a). Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat. b). Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan mencegah terjadinya penyakit, kelainan, dan cacat. c). Menghentikan proses penyakit
dan
pencegahan
komplikasi
akibat
penyakit
atau
kelainan,
pengembalian fungsi, dan peningkatan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal. d). Meningkatkan pembinaan kesehatan baik fisik, mental, sosial, maupun lingkungan. 3.2.2
Tempat melaksanakan pelayanan kesehatan. Tempat dilaksanankanya pelayanan kesehatan yaitu di sekolah atau
madrasah dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, di puskesmas dan tempat pelayanan kesehatan (misalnya dokter praktik) yang ada disekitar sekolah atau madrasah sesuai kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3
Pelaksanaan pelayanan kesehatan. Dilakukan melalui serangkaian kegiatan peningkatan status kesehatan
(kuratif dan rehabiltatif). Pelaksanaan pelayanan kesehatan dilakukan secara terpadu, melalui kegiatan pokok dari puskesmas maupun bersama dengan peran serta para tenaga pendidik, peserta didik, dan orang tua mereka. 3.2.4
Kegiatan utama pelayanan kesehatan di sekolah dasar. Pelayanan kesehatan di sekolah dasar diutamakan pada upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit, (preventif), serta penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehbilitatif) yang dilaksanakan melalui kegiatan sebagai berikut. 1). Peningkatan kesehatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler dan penyuluhan kesehatan serta latihan keterampilan oleh tenaga kesehatan di sekolah. Misalnya kegiatan penyuluhan gizi, kesehatan pribadi, penyakit menular, cara menggosok gigi yang benar, cara mengukur tinggi dan berat badan, serta cara memeriksa ketajaman pengelihatan. 2). Tindakan pencegahan (preventif) dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, mata rantai pemutusan rantai penularan penyakit, dan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit. Misalnya, imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, pengobatan sederhana oleh dokter kecil, kegiatan penjaringan (skrining) kesehatan bagi siswa sd kelas satu dan pemeriksaan berkala setiap enam bulan bagi seluruh siswa. 3.). Penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) dilakukan melalui kegiatan pencegahan komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang
Universitas Sumatera Utara
cedera atau cacat agar dapat berfungsi dengan normal lagi. Kegiatan dapat berupa pengobatan ringan dan pertolongan pertama di sekolah serta rujukan medis ke puskesmas untuk mengurangi derita sakit, kecelakaan, keracunan atau kondisi lain yang membahayakan nyawa, dan kasus penyakit khusus. 3.3
Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaaan
lingkungan keluarga, masyarakat sekitar, dan unsur -unsur penunjang. 3.3.1 Program pembinaan lingkungan sekolah. Menurut Tim Pembina UKS (2008) yang menyatakan pembinaan lingkungan sekolah sehat merupakan salah satu unsur penting dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan seluruh komunitas sekolah serta peningkatan daya serap siswa dalam proses belajar mengajar maka pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat dilaksanakan baik pemeliharaan secara fisik dan secara non fisik (mental) a.
Lingkungan fisik sekolah Pembinaan lingkungan fisik sekolah dapat dilakukan seperti: penyediaan
dan pemeliharaan tempat penampungan air bersih, pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah, pengadaan dan pemeliharaan air limbah, pemeliharaan kamar mandi, WC, kakus, urinoar, pemeliharaan kebersihan dan kerapian ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium dan tempat ibadah, pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan taman sekolah
Universitas Sumatera Utara
(termasuk penghijauan sekolah), pengadaan dan pemeliharaan warung sekolah, pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah. b.
Lingkungan mental dan sikap. Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan
melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyata mandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah, sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah. 3.3.2 Pembinaan lingkungan keluarga Pembinaan
lingkungan
keluarga
bertujuan
untuk:
meningkatkan
pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal- hal yang berhubungan dengan kesehatan, meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat. Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain dengan: kunjungan rumah yang dilakukan pelaksana UKS, ceramah kesehatan yang dapat diselenggarakan di sekolah bekerjasama dengan dewan sekolah atau dipadukan dengan kegiatan di masyarakat dengan koordinasi LKMD. 3.3.3
Pembinaan masyarakat sekitar Pembinaan dilakukan dengan cara pendekatan kemasyarakatan, dapat
dilakukan oleh kepala sekolah atau madrasah dan pondok pesantren, guru, ataupun pembina UKS. Misalnya dengan membina hubungan baik atau kerjasama dengan masyarakat, LKMD atau dewan kelurahan, ketua RT/RW, dan organisaasi-organisasi kemasyarakatan lainya.
Universitas Sumatera Utara
Penyelenggaraan penyuluhan tentang kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat. Untuk itu masyarakat bisa diundang kesekolah, pembicara dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, dan narasumber lainya seperti lembaga swadaya masyarakat. Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak dan audiovisiual. Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah atau madrasah dan pondok pesantren. 3.3.4 Program pembinaan unsur penunjang. Program pembinaan unsur penunjang meliputi pembinaan ketenagaan dan pembinaan sarana serta prasarana yang mendukung usaha kesehatan di sekolah.
4.
Perkembangan anak sekolah dasar Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa
pertengahan dan akhir anak yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan dan akhir ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial anak. 4.1
Perkembangan fisik Perkembangan fisik pada masa ini lambat dan relatif seragam sampai
mulai terjadi perubahan-perubahan pubertas. Peningkatan berat badan anak lebih banyak daripada panjang badannya. Peningkatan berat badan anak selama masa
Universitas Sumatera Utara
ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh. 4.2
Perkembangan motorik Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan makin pandai meloncat. Anak juga mampu menjaga
keseimbangan
badannya.
Untuk
memperhalus
keterampilan-
keterampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktifitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan, disamping itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktifitas permainan olahraga yang bersifat formal seperti senam, berenang. 4.3
Perkembangan kognitif Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak. Pola
perkembangan
anak
dibagi
menjadi
4
tahapan;
stadium
sensorimotorik (0-18 atau 24 bulan), stadium praoperasional (1-7 tahun), stadium operasional konkrit (7-11 tahun ), stadium operasional formal (11-15 tahun atau lebih). Pemikiran anak usia sekolah dasar disebut stadium operasional konkret artinya aktifitas mental difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau konkret.
Universitas Sumatera Utara
Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Hanya saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang konkret, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, bendabenda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.
4.4
Perkembangan psikososial Pada tahap ini, anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau
perbuatan yang dapat membuahkan hasil, sehingga dunia psikososial anak menjadi kompleks. Anak lebih memahami dirinya melalui karakteristik internal daripada karakteristik eksternal dan dapat memilah apa yang baik bagi dirinya, maupun memecahkan masalahnya sendiri dan mulai melakukan identifikasi terhadap tokoh tertentu yang menarik perhatiannya. Masa usia anak sekolah adalah transisi dalam interaksi sosial yaitu terjadinya perubahan figur tokoh yang akan berpengaruh pada diri anak. Dalam hal ini tokoh ibu akan digantikan oleh tokoh guru. Menurut Suryosubroto, bahwa keberhasilan proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Untuk itu, di dalam penyuluhan kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan kerja sama dengan guru.
Universitas Sumatera Utara