BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia
mempunyai
kebutuhan
yang
sangat
kompleks
dalam
kehidupannya. Pada dasarnya manusia mempunyai kelebihan dari mahkluk lain meliputi cipta, rasa dan karsa dengan tujuan perjuangan hidup, untuk mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri dalam mempertahankan hidup. Karate merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang menggunakan tangan, kaki dengan disiplin diri sehingga bermanfaat besar dalam kehidupan manusia. Kemampuan fisik salah satu komponen yang paling dominan dalam pencapaian prestasi olahraga. Prestasi olahraga tidak akan terlepas dari unsurunsur kondisi fisik, teknik dan taktik. Seorang atlet sangat membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, fleksibilitas, kecepatan, kelincahan, dan koordinasi gerak yang baik (Sajoto, 1988: 23). Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan agar mampu bergerak dan bereaksi dengan baik selama pertandingan. Pada olahraga beladiri khususnya karate memerlukan keterampilan dalam menendang. Tendangan yang baik diperlukan suatu teknik dan ledakan otot yang tepat. Beladiri ini memiliki kemampuan untuk pengembangan beberapa komponen biomotorik yang baik dalam tubuh manusia. Beladiri karate yang dipertandingkan adalah pertarungan, dalam pertarungan diperlukan kekuatan otot, kecepatan, power, keseimbangan, fleksibilitas, daya tahan, serta ketrampilan
1
gerak. Komponen-komponen biomotorik tersebut mutlak diperlukan dalam pertarungan. Beladiri karate mencakup 3 macam teknik yaitu kata, kumite dan kihon. Kihon adalah teknik dasar atau fondasi dari beladiri karate sedangkan kata secara harfiah berarti pola atau bentuk. Setiap gerakan kata tidak hanya mengandung latihan fisik tetapi memiliki filosofi atau maksud tertentu dan pelajaran tentang prinsip bertarung. Kata tangkisan, pukulan dan hentakan seluruh teknik dasar karate dikombinasi dalam urutan dan latihan dalam kata. Sejak dulu kala beberapa macam kata sudah menjadi inti dari karate, telah disempurnakan dan dikembangkan melalui pengalaman dan latihan oleh para master. Kata sendiri meskipun sederhana, dapat menunjukkan kekuatan, keteraturan dan disiplin. Melalui latihan kata, seorang karateka bisa membentuk fisiknya, menempa tulangnya dan memperkuat otot. Dalam setiap pelaksanaan kata menggunakan arah/pola yang ditetapkan layaknya melawan lawan dari 4 arah. Walaupun kenyataannya tidak ada lawan yang dihadapi dan harus mencakup kemungkinan untuk mengubah arah dan tipe serangan. Kata mengandung setiap elemen esensial untuk melatih seluruh tubuh sehingga ideal untuk dilakukan untuk latihan fisik, penguatan tulang dan otot. (Nakayama, 1977: 94-95). Kata dan Kumite diibaratkan sebagai dua roda pada sepeda. Kata dilaksanakan bertujuan untuk mempelajari teknik, serangan dan pertahanan. Dalam bentuk latihan ini lawan hanya dalam bayangan atlet. Dalam kumite dua orang atlet saling berhadapan dan mendemonstrasikan teknik yang sudah dipelajari. Sehingga kumite diperhitungkan sebagai pengaplikasian kata dasar
2
yang sudah dipelajari dan dapat diaplikasikan dan bisa dikatakan salah satu tipe sparing. “Tiga tipe kumite meliputi kumite dasar, ippon kumite dan jiyu kumite. Kumite dasar adalah merupakan pengaplikasian teknik dasar biasanya dilakukan oleh atlet dengan taraf belajar. Ippon kumite dilakukan untuk mempelajari serangan, pertahanan, penjagaan jarak dan pola gerak tubuh. Dalam jiyu kumite tidak ada patokan yang tegas teknik apa yang akan digunakan. Lawan boleh menggunakan seluruh kekuatan mental dan fisiknya. Atlet yang akan melakukan jiyu kumite tetap harus mengontol pukulan, tendangan, dan serangan sehingga tidak benar-benar mengenai titik vital lawan.” (Nakayama, 1977: 112113) Untuk meningkatkan kecepatan tendangan seorang atlet perlu diberikan latihan penguatan pada tungkai dan punggung, agar saat menendang tubuh tetap stabil untuk menjaga keseimbangan. Latihan penguatan pada umumnya banyak dilakukan oleh atlet-atlet beladiri maupun non-beladiri. Latihan penguatan dapat meningkatkan kekuatan otot seseorang secara signifikan bila dilakukan dengan porsi yang sesuai. Strength atau kekuatan adalah suatu kemampuan kondisi fisik manusia yang diperlukan dalam peningkatan prestasi belajar gerak (Chan, 2012: 1). Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting dalam berolahraga karena dapat membantu meningkatkan komponen-komponen seperti kecepatan, kelincahan dan ketepatan. Latihan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas fungsional organ-organ tubuh serta psikis pelakunya. Oleh sebab itu, latihan yang dilakukan harus disusun dan dilakukan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (Chan, 2012: 1). Pada beladiri karate sendiri teknik yang sering digunakan adalah teknik tendangan. Dalam karate terdapat beberapa macam teknik tendangan yaitu tendangan mae geri, yoko geri keage, yoko geri kekomi, mawashi geri, dan ushiro
3
geri (http://nsoahdo.blogspot.co.id/2012/11/gerakan-gerakan-karate) (Nakayama, 1977: 86-92). Salah satu tipe tendangan yang umum dipakai adalah mae geri chudan. Mae geri chudan adalah salah satu teknik tendangan dalam menyerang lawan dengan menggunakan kaki bagian depan, tendangan lurus mengarah ke ulu hati. Tendangan ini bertujuan untuk memberikan kejutan dalam tiap hentakannya. Dalam teknik tendangan, kekuatan otot tungkai dan punggung bawah sangatlah penting. Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya circuit training, half squat jump, latihan menggunakan pemberat kaki dan latihan menggunakan karet (Sitanggang, 2013: 4), stride jump crossover, dan split squat jump. Salah satu upaya untuk meningkatkan kekuatan otot tersebut adalah dengan memberikan latihan plyometric berupa latihan half squat jump. Latihan half squat jump merupakan latihan yang bertujuan untuk menguatkan kaki, betis, paha, dan otot punggung (Fitri, 2015: 5). Dalam penelitian kali ini penulis tertarik meneliti adanya pengaruh latihan half squat jump, serta split squat jump terhadap kecepatan tendangan mae geri chudan atlet senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten karena tendangan atlet senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten belum maksimal. Oleh karena itu, dengan latihan half squat jump dan split squat jump diharapkan otot-otot akan menjadi kuat dan dapat mengampu beban kerja yang lebih besar dan akan memperlihatkan berkurangnya rasa lelah dengan bertambahnya setiap masa latihan (Chan, 2012: 2). Sehingga, penelitian dengan judul “Pengaruh Half Squat Jump dan Split Squat Jump terhadap Kecepatan Tendangan Mae Geri Chudan
4
Atlet Senior (Usia 21 Tahun Keatas) Kabupaten Klaten” ini perlu untuk dilakukan.
B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah adalah suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek tertentu dalam situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah. Dengan demikian masalah adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara yang diinginkan atau apa yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya (Soekidjo, 1993: 38). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, terdapat permasalahan untuk meningkatkan kecepatan tendangan. Oleh karena itu, dalam penulisan ini hanya dibatasi dan dipilih faktor-faktor yang diduga mempengaruhi peningkatan kecepatan tendangan. Maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1.
Belum diketahui pengaruh latihan half squat jump terhadap kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten.
2.
Belum diketahui pengaruh latihan split squat jump terhadap kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten.
3.
Belum diketahui metode latihan yang lebih tepat untuk meningkatkan kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten.
5
C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Batasan permasalahan dimaksudkan untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda sehingga memperjelas ruang lingkup dalam penelitian ini. Oleh karena itu, batasan permasalahan dari penelitian ini adalah ”pengaruh half squat jump dan split squat jump terhadap kecepatan tendangan mae geri chudan atlet senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten”.
D. Rumusan Masalah Meninjau dari pembatasan masalah diatas, dalam penelitian kali ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1.
“Apakah latihan half squat jump dapat meningkatkan kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten?”
2.
“Apakah latihan split squat jump dapat meningkatkan kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten?”
3.
“Latihan apakah yang berpengaruh signifikan terhadap peningkatkan kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar peningkatan kecepatan tendangan mae geri chudan atlet karate senior (usia 21 tahun keatas)
6
kabupaten Klaten yang telah diberikan latihan half squat jump dan split squat jump, serta metode latihan apakah yang lebih tepat.
F. Manfaat Penelitian 1.
Aspek Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai seberapa besar pengaruh variasi latihan squat terhadap peningkatan kecepatan tendengan mae geri chudan pada atlet karate senior (usia 21 tahun keatas) kabupaten Klaten.
2.
Aspek Aplikatif a.
Memberikan masukan akan pentingnya pemberian latihan untuk meningkatkan kecepatan otot pada tungkai dan punggung dengan variasi latihan squat.
b.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam mengembangkan diri dalam khasanah keilmuan fisioterapi olahraga, khususnya berkaitan dengan atlet-atlet olahraga beladiri.
7