BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masyarakat merupakan lembaga pendidikan luar sekolah yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah dengan berpedoman pada ajaran agama Islam yang memberi pengaruh pada aktivitas keluarga, masyarakat dan lembaga sekolah. 1 Pendidikan itu penting sekali bagi setiap individu karena tidak mungkin seseorang dapat hidup di tengah-tengah masyarakat dengan bahagia dan mengatasi hal-hal buruk yang terjadi kecuali dengan persiapan pendidikan yang benar. Peranan keluarga sebagai pendidik merupakan kemampuan penting
dalam suatu pendidikan karena perkembangan
kehidupan
mempengaruhi
keluarga
perkembangan
masyarakat
dan
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat akan mempengaruhi kehidupan keluarga. Dengan demikian suasana kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya akan mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat tersebut.
1
2
Bila suatu masyarakat berlandaskan pada nilai-nilai agama Islam maka akan terbentuklah
generasi
Qur’ani
yang berpagarkan imani
yang
akan
melembuti dunia ini dengan budi pekerti. Oleh sebab itu pendidikan harus dimulai dari diri pribadi karena bagaimana mungkin suatu bangsa akan bangkit tegak, apabila anggota masyarakat bangsa tersebut tidak memiliki kemampuan dalam berbagai bidang. 2 Setiap pribadi bertanggungjawab untuk memberikan perhatian yang cukup dan usaha yang serius terhadap pendidikan anak-anaknya karena dari keluarga beralih pada seluruh anggota masyarakat sehingga ada timbal balik antara pribadi dan masyarakat serta masyarakat terhadap individu. Dengan kata lain semuanya bermula dari pribadi-pribadi dan berakhir pada masyarakat. Pola pikir dan sikap perorangan
akan menular pada
masyarakat, sementara itu masyarakat membina pribadi-pribadi guna mengokohkan nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus diintegrasikan ke dalam diri individu lewat proses pendidikan. 3 Berbicara tentang individu berarti berbicara tentang keluarga yang menaunginya, kalau individu tidak berakhlak dan berilmu maka sudah dapat
1
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 93. 2 Qurais Shihab, Membumikan Al Qur’an (Jakarta: Mizan, 1992), 256. 3 Samsul nizar, Pengantar dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, 106.
3
kita bayangkan bagaimana hancurnya dan rusaknya kehidupan rumah tangga tersebut. Dan hal ini Allah berfirman:
.را78 9:;< واه9:?@8ا اAB اACD اEFGH ا7IFا7F “Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. 4 Dalam ayat tersebut Allah telah mengingatkan manusia untuk selalu menjaga dirinya dan keluarganya agar tidak masuk ke dalam api neraka. Dengan kata lain hendaknya manusia bisa menjaga diri dan keluarganya untuk menjadi individu yang baik dan membentuk keluarga sakinah. Keluarga sakinah sangatlah diidam-idamkan oleh setiap manusia karena keluarga sakinah tidak akan dikecewakan Allah. Usaha membangun dan membina rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah berarti menyelamatkan negara dan bangsa, karena dari keluargalah akan lahir generasi bangsa yang baik dan berguna bagi negara dan bangsa. Begitu pula sebaliknya dari keluargalah datangnya anak-anak berandal yang menjadi sampah masyarakat yang pada akhirnya membuat malu keluarga. Dalam kaitannya dengan keluarga sebagai unit terkecil yang menjadi pendukung lahirnya bangsa dan masyarakat serta pondasi negara, A. Mukti Ali mengatakan:
4
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemah (Semarang: Thoha Putra, t.t.), 448.
4
“Kalau orang bertanya bagaimana caranya membangun negara yang kuat maka jawabannya ialah negara yang kuat terdiri dari rumah tangga yang kuat, negara yang adil terdiri dari rumah tangga-rumah tangga yang adil, negara yang makmur terdiri dari rumah tanggarumah tangga yang makmur. Jadi, kalau ingin membangun negara dengan sebaik-baiknya maka keluarga (yang menjadi isi rumah tangga) harus kita bangun sebaik-baiknya, tanpa membangun keluarga mustahil akan tercapai pembangunan negara”. 5 Sebagai umat Islam kita mempunyai kewajiban untuk mewujudkan keluarga sejahtera dan bahagia menurut syari’at Islam yakni keluarga yang menjadi
laksana
melepaskan
surga
lelah,
bagi
sebagai
penghuninya,
motivasi
dalam
tempat
istirahat
berjuang
dan
untuk tempat
bersendagurau dengan istri dan anak-anaknya dengan rasa bahagia, tenang tentram dan damai, bukan tempat yang laksana neraka dan tempat pelampiasan kemarahan bagi penghuninya. Untuk itu penulis disini ingin lebih banyak lagi mengetahui tentang Pendidikan Agama Islam dalam usaha pencapaian keluarga sakinah yang diidam-idamkan oleh setiap manusia dengan melakukan penelitian lapangan dengan judul “PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP
PENCAPAIAN
KELURAHAN
PATIHAN
KELUARGA
WETAN
SAKINAH
KECAMATAN
KABUPATEN PONOROGO”.
5
Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih (Jakarta: Pustaka Antara, 1995), 9.
DI
BABADAN
5
B. Fokus Penelitian Pada pembahasan lebih lanjut, penulis memilih beberapa rumusan yang mengenai pada sasaran penelitian dengan beberapa rumusan masalah: 1. Bagaimanakah Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo? 2. Bagaimanakah pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo? 3. Adakah pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hakikat Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. 2. Untuk mengetahui usaha pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
6
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
D. Kegunaan Hasil Penelitian Berdasarkan analisa yang telah dilakukan sebagai proses penelitian pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pencapaian keluarga sakinah dapat dikemukakan beberapa penggunaan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Secara teoritis Dapat menambah hasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan dalam upaya meningkatkan amaliyah keagamaan dan mempersiapkan masa depan anak-anak agar anak dapat tumbuh dengan baik sebagai generasi robbani yang diharapkan bangsa dan negara. 2. Secara praktis Memberikan informasi bagi masyarakat yang belum mengerti tentang pendidikan di masyarakat pada masa sekarang dan yang akan datang. 3. Bagi masyarakat umumnya dan khususnya bagi individu yang baru memasuki pernikahan dapatlah kiranya dijadikan rujukan untuk dapat membentuk rumah tangga yang baik dan akhirnya tercapailah keluarga sakinah.
7
E. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. 6 Hipotesa ini akan diterima jika hasil penelitian membenarkan dan akan ditolak jika hasil penelitian tidak membenarkan. Untuk sampai kebenaran yang sesungguhnya masih harus diuji dan dibuktikan secara empirik melalui data yang diperoleh ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesa Kerja (Ha) Yakni ada korelasi antara Pendidikan Agama Islam dengan pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. 2. Hipotesis Nihil (Ho) Yakni tidak ada korelasi antara Pendidikan Agama Islam dengan pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. F. Metode Penelitian 1. Populasi dan Sampel
6
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 67.
8
Populasi adalah keseluruha subjek penelitian sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. 7 Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Adapun tehnik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan menggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Jadi, masing-masing subyek berhak untuk menjadi sampel, sedangkan besarnya sampel menurut Suharsimi Arikunto adalah: “Dalam pengambilan sampel memberikan patokan untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung dari kemampuan waktu dan tenaga”. 8 Mengingat jumlah populasi yang sangat besar dan lebih dari 100, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan random sampling yaitu pengambilan 10% dari jumlah populasi 986 kepala keluarga, maka sampelnya adalah 99 responden. 2. Metode Pengumpulan Data
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2002), 108. 8 Ibid., 107.
9
Metode pengumpulan data mempunyai peranan penting dalam rangka penelitian karena suatu penelitian akan menjadi baik dan valid bila menggunakan tehnik-tehnik atau metode-metode yang sesuai. a. Metode angket Adalah sejumlah petanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. 9 b. Metode interview Interview adalah tehnik pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. 10 c. Metode observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 11 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang letak geografis, struktur organisasi serta sarana dan fasilitas di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
d. Metode dokumentasi
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 124. Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Andi, 2000), 193. 11 Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 157. 10
10
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa tulisan, catatan tentang suatu masalah atau peristiwa. 12 Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang
Pendidikan Agama Islam dan nama-nama masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. 3. Data dan Sumber Data a. Data 1) Data mengenai Pendidikan Agama Islam masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Bentuk Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan: -
Mingguan : Halaqah/Pengajian dan Yasinan
-
Bulanan
: Sima’an dan Istighosah serta latihan seni islami
-
Tahunan
: Peringatan Hari Besar Islam.
2) Data mengenai pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Bentuk keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan:
12
-
Keluarga sakinah I (Rendah)
-
Keluarga sakinah II (Sedang)
-
Keluarga sakinah III (Baik)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan praktek, 131.
11
b. Sumber data Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh. 13 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum dibagi menjadi dua yaitu: 1) Sumber data manusia, meliputi: masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo dan Kepala Kelurahan. Diantaranya wawancara dengan: -
Bapak Jaiman, selaku Kepala Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
-
Bapak Iskandar, S.Ag, selaku bagian keagamaan masyarakat Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
-
Bapak Sutikno, selaku bagian pembinaan pemberdayaan masyarakat Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
-
Bapak Umar Sutomo, selaku warga masyarakat Patihan Wetan.
2) Sumber data non manusia, meliputi: buku-buku, dokumendokumen, naskah-naskah, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian ini. -
Prof. Dr. Moch. Athiyah Al Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam.
-
Dr. Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam.
12
-
Dr. Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam.
-
Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami.
-
Drs.
Machfudz,
Keluarga
Sakinah
Membina
Keluarga
Bahagia. -
Prof. Ali Masykini, Keluarga Sakinah.
4. Analisa Data Fungsi analisa data adalah untuk mengolah data-data yang diperoleh dari penelitian ini, penulis menggunakan analisa statistik. Dalam bukunya Sutrisno Hadi mengemukakan: “Dalam pengertian sempit statistik digunakan untuk menunjukkan semua kenyataan yang berwujud angka-angka tentang suatu kejadian atau kasus. Dalam pengertian luas berarti cara-cara ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan,
menyusun,
menyajikan
dan
menganalisa
data
pendidikan yang berwujud angka-angka”. Berdasarkan pendapat diatas bahwa yang dimaksud dengan statistik
adalah
suatu
tehnik
untuk
mengumpulkan,
menyusun,
meringkas menyajikan serta menganalisa angka yang berwujud angkaangka kemudian menarik kesimpulan. Maka untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, penulis dalam mengolah data
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, 102.
13
kuantitatif menggunakan tehnik analisa data product moment (r xy) dengan rumus: Σxy rxy =
(Σx) (Σy) N
2 (Σx) 2 2 (Σy) 2 Σy Σx N N
Keterangan: rxy
= Koefisien pengaruh antara x dan y
x
= Variabel Pendidikan Agama Islam
y
= Variabel keluarga sakinah
xy
= Perkalian antara x dan y
N
= Jumlah perkalian yang diteliti. 14
G. Sistematika Pembahasan Dalam menyusun sistematika pembahasan skripsi ini, penulis kelompokkan dalam beberapa bab dan sub bab yang tersusun sebagai berikut: Bab Satu
: Pendahuluan yang didalamnya memuat sub-sub bab yaitu latar
belakang
penelitian,
fokus
penelitian,
tujuan
penelitian, teknik analisa data dan sistematika pembahasan.
14
Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 207.
14
Bab Dua
: Landasan Teori merupakan telaah berbagai pustaka yang terkait
dengan
Pendidikan
Agama
Islam
meliputi:
pengertian Pendidikan Agama Islam, tujuan Pendidikan Agama Islam, landasan Pendidikan Agama Islam dan lembaga Pendidikan Agama Islam, dilanjutkan dengan keluarga sakinah meliputi: pengertian keluarga sakinah, tujuan
pembentukan
keluarga,
landasan
pembentukan
keluarga dan ciri-ciri keluarga sakinah. Bab Tiga
: Penyajian Data, berisikan tentang laporan penelitian yang diawali dengan keadaan umum Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, yang meliputi: letak
geografis,
perangkat
desa
dan
masyarakatnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pokok laporan yang kedua tentang penyajian data lapangan yang mencakup keadaan Pendidikan Agama Islam dan keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Bab Empat : Analisa Data, berisi tentang penyajian analisa data tentang Pendidikan Agama Islam dan keluarga sakinah Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo serta analisa data tentang korelasi Pendidikan Agama Islam dengan keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo.
15
Bab Lima
: Penutup, yang berisi kesimpulan dan saran-saran terkait dengan hasil penelitian, selanjutnya diakhiri dengan salam penutup.
16
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SERTA KELUARGA SAKINAH
Pendidikan Agama Islam Pertumbuhan dan perkembangan manusia berlangsung sangat lama dengan melalui proses tahap demi tahap sejak masih dalam kandungan sampai manusia itu meninggal. Pendidikan merupakan salah satu proses dalam hidup manusia sebagai usaha untuk membentuk kepribadian dan mencapai keselamatan. 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam a. Dari segi bahasa 1) kata al Ta’lim ( 9;
15
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 86-90.
17
“Pendidikan yaitu usaha untuk mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dalam kehidupan alam sekitarnya melalui proses pendidikan dengan dilandasi nilai-nilai Islam”. 16 2) Muhammad Fadil Al Djamily “Pendidikan agama Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar)”. 17 3) Ahmad D. Marimba “Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam untuk menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.” 18 4) Mustofa Al Ghulayaini “Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak mulia didalam jiwa anak dalam pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya, kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air”.19 5) Hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 – 11 Mei di Cipayung Bogor “Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam”. 20 16
Omar Muhammad Al Toumy Al Syaiqoni, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 25. 17 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 17. 18 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), 23. 19 Djamaluddin dkk, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 10. 20 Hamdani Ihsan dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 16.
18
Dari hasil komparasi beberapa pengertian Pendidikan Agama Islam diatas, maka penulis mengartikan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah kegiatan atau usaha untuk membimbing dan mengarahkan perubahan sikap dan perkembangan hidup manusia berdasar ajaranajaran Islam untuk mengangkat derajat-derajat kemanusiaannya serta mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. 2. Landasan Pendidikan Agama Islam Landasan atau dasar sangat penting posisinya karena setiap kegiatan yang disengaja untuk mencapai tujuan haruslah mempunyai landasan atau dasar hukum yang kuat. Landasan Pendidikan Agama Islam dapat ditinjau dari segi: a. Yuridis b. Religius c. Social psychologis a. Landasan yuridis Yakni dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung ataupun tak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. 21 Adapun dasar dari segi yuridis ada 3 macam: 1) Dasar ideal Yaitu dasar dari falsafah negara yaitu Pancasila, sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. 22 Maknanya adalah setiap warga negara Indonesia harus beragama dan menjalankan syari’at agamanya dengan baik dan benar serta khidmat, hal ini diperlukan Pendidikan Agama Islam. 2) Dasar konstitusional Yakni dasar dari UUD 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:
21.
21
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983),
22
UUD RI 45 (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, tt)
19
a) negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa b) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. 23 3) Dasar operasional Yakni dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia yang kemudian ditetapkan dalam Tap. MPR nomor II/MPR/1999 tentang GBHN yang menyatakan bahwa “pelaksanaan pendidikan agama Islam secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas”. 24 b. Landasan Religius Yang dimaksud landasan religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat al Qur’an, al Hadis maupun ijtihad. 1) Al Qur’an Al Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca. Sedangkan menurut istilah al Qur’an adalah kalam Allah, mengandung mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa Arab, diturunkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah, terdapat dalam mushaf dimulai dari surat al Fatihah dan ditutup surat an Nas. 25 Selain itu didalam al Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip yang berkenaan dengan kegiatan pendidikan agama Islam. Oleh karena itu al Qur’an dijadikan landasan utama dalam merumuskan berbagai teori dalam pendidikan agama Islam sesuai dengan firman Allah dalam surat an Nahl ayat 89.
glm ورn وهo;p q:H 787;rs ب7b:H اu;
23
Ibid, 24. Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 23. 25 Nasrun Haroen, Ushul Fiqh I (Jakarta: Logos, 1997), 20. 26 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1893), 415. 24
20
2) As Sunah As Sunah menurut bahasa ialah jalan yang ditempuh baik yang terpuji maupun tidak. Sedangkan as Sunah menurut istilah adalah segala yang dinukilkan dari Nabi Saw baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau selain itu. 27 Jadi as Sunah meliputi geografi Nabi, sifat-sifat Nabi, baik yang berupa fisik maupun yang psikis dan akhlak Nabi dalam kehidupan sehari-hari. Dan as Sunah dijadikan landasan kedua setelah al Qur’an bagi cara pembinaan pribadi muslim karena as Sunah juga berisi aqidah, syari’ah dan petunjuk atau penjelasan bagi ayat-ayat al Qur’an. Oleh karena itu, as Sunah juga selalu membuka kemungkinan penafsiran yang berkembang dan disinilah pentingnya ijtihad. 3) Ijtihad Ijtihad menurut bahasa adalah sedangkan menurut istilah ijtihad ialah:
bersungguh-sungguh,
zFi{h |vip 9:m q;8 |} ~AHاغ اi@bد ا7Ibا .gC?Hب وا7b:H اED ط7rCbا “Menggunakan seluruh kesanggupan untuk menetapkan hukum syari’at dengan jalan menentukan dari kitab dan sunah”. 28 Ijtihad juga meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan dengan tetap berpedoman pada al Qur’an dan as Sunah guna mendapatkan pendidikan Islam yang sesuai dengan perubahan dan nilai kebudayaan yang berlaku di masyarakat.
27
Masjfuk Zuhdi, Pengantar Ilmu Hadits (Surabaya: Bina Ilmu, 1993), 13.
28
Moh. Rifa’I, Ushul Fiqh (Bandung: Al-Ma’arif, 1973), 145.
21
c. Landasan Sosial Psychologis Semua manusia didalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya dzat yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongannya. Sesuai dengan firman Allah dalam surat ar Ra’du ayat 28:
.بA<H اE
l{s اiآGh ا “Ketahuilah bahwa hanya dekat kepada Allah hati akan menjadi tentram”. 29 Karena itu maka manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, hanya saja cara mereka mengabdi dan mendekatkan diri kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang dianutnya. Itulah sebabnya, bagi orang-orang muslim diperlukan adanya pendidikan agama Islam, agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut kearah yang benar. 3. Tujuan Pendidikan Agama Islam Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan atau usaha selesai dinamakan tujuan. Begitu juga dengan pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu kegiatan yang juga mempunyai tujuantujuan tertentu. Didalam UU RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal IV dinyatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. 30 Rumusan tersebut ditegaskan kembali dalam UU RI. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal III dinyatakan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
4.
29
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 373.
30
UU RI No. 2 tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional (Semarang: Aneka Ilmu, 1992),
22
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. 31 Dari tujuan pendidikan diatas, maka jelaslah bahwa pendidikan merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian peserta didik yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Sedangkan tujuan pada ranah pendidikan agama Islam: a. Tujuan Jasmaniah (psikomotorik) Orientasi tujuan pendidikan jasmaniah didalam kontek ini dikaitkan dengan tugas manusia sebagai kholifah fi al Ardhi yang harus memiliki kemampuan jasmani yang tinggi disamping rohaniah yang teguh, maka pendidikan Islam bertujuan membentuk manusia muslim yang sehat dan kuat jasmaninya serta memiliki ketrampilan yang tinggi. 32 Sesuai firman Allah dalam surat al Baqarah : 247.
9
31
UU RI. No. 2 tahu 2003, Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara, 2003),
32
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 59. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 60.
7. 33
23
b. Tujuan Akal (kognitif) Orientasi pendidikan akal tertumpu pada pengembangan intelegensi (kecerdasan) sehingga ia mampu memahami dan menganalisis fenomena-fenomena ciptaan Allah dijagat raya ini. dengan kemampuan ini pula yang membuat manusia istimewa dan mulia dibandingkan dengan makhluk Allah lainnya. 34 Dalam al Qur’an banyak ayat yang memperingatkan manusia untuk senantiasa menggunakan akalnya untuk memperhatikan alam semesta sehingga manusia akan dapat mengenal Tuhannya. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat Ali Imran: 190-191.
ر7ICH واq;Hف اbات وارض واAl?H اz< |} إن 7D7;B ون اiآGF EFGH( ا190) ب7rH| اHت و7F اتAl?H اz< |} ونi:@bF و9IhAC |
34
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 113. 35 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 109-110. 36
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam, 112.
24
Oleh sebab itu pada tujuan rohaniah ini menyangkut persoalan keimanan yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan serta pembentukan akhlak al karimah. Dengan demikian pada akhirnya pendidikan Islam akan mampu membentuk manusia yang kaya dalam amal, anggun dalam moral dan kebajikan, unggul secara intelektual serta kokoh dalam keimanan yang mantap dan kuat. Pribadi muslim yang seperti itulah yang disebut dengan insan kamil dan yang diangkat derajatnya oleh Allah SWT. sesuai dengan firmannya dalam surat al Mujadalah: 11.
9
37
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 910-911. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), 30. 39 Moh. Athiyah Al Abrosyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), 1. 38
25
1) Tujuan normatif Tujuan normatif adalah suatu tujuan yang harus dicapai berdasarkan kaidah-kaidah yang mampu mengkristalisasi nilainilai yang diinternalisasikan. 2) Tujuan fungsional Tujuan fungsional adalah suatu tujuan yang bersasaran pada kemampuan anak didik untuk memfungsikan daya kognitif, afektif dan psikomotorik dari hasil pendidikan yang diperoleh sesuai dengan yang diterapkan. 40 c. Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. 41 d. Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. 42 Dari beberapa uraian tentang tujuan pendidikan agama Islam pada intinya adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam untuk mencapai tujuan hidup yakni menumbuhkan kesadaran manusia sebagai makhluk Allah yang bertaqwa sehingga pada akhirnya akan mendapatkan keselamatan di dunia dan di akhirat ini adalah tujuan pendidikan Islam yang optimal sesuai dengan do’a kita sehari-hari kita panjatkan pada Illahi Robbi:
ابGv 7CB وgC?m ةi و}| اgC?m 7;8nH }| ا7Cs ا7Chر .ر7CHا “Ya Tuhan kami berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.43 4. Lembaga Pendidikan Agama Islam
40
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, 127. Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam., 31. 42 Ibid, 32. 41
43
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), 49.
26
Lembaga pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena satu atau lain hal memiliki tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Dalam GBHN (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978) berkenaan dengan pendidikan dikemukakan: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan didalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. 44 Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik adalah membantu anak didik didalam perkembangan dari daya-dayanya dan didalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Menurut fungsi dan keadaan tugas dari lembaga pendidikan dibagi atas 3 macam: a. Keluarga b. Sekolah c. Masyarakat a. Keluarga Anak berinteraksi dengan orang tua dan segenap anggota keluarga lainnya. Ia memperoleh pendidikan berupa pembentukan pembiasaan-pembiasaan seperti tata krama, sopan santun dan sebagainya. 45 Pendidikan keluarga adalah pendidikan yang pertama didapat oleh si terdidik dan dapat pula disebut sebagai pendidikan yang utama karena apa-apa yang diperoleh dari pendidikan akan berpengaruh terhadap kehidupan yang akan datang yaitu pendidikan di sekolah dan masyarakat. Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
44
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 34.
45
Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 57.
27
keagamaan, sifat dan tabiat anak sebagian besar juga diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lainnya. 46 Sesuai dengan sabda Rasul:
8اiCF او8داAIF اAhf} ةi{@H<| اv nHAF دAHAD qآ .87?lF او “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah, maka bapak ibunyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi atau Majusi”. 47 Begitu juga pendapat Imam al Ghazali tentang mendidik anak beliau berkata: “Anak adalah amanah ditangan ibu bapaknya, hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Maka apabila ia dibiasakan pada suatu yang baik dan dididik, maka ia akan besar dengan sifat-sifat baik serta akan bahagia dunia akhirat. Sebaliknya jika ia terbiasa dengan adat-adat yang buruk, tidak diperlukan seperti halnya hewan, ia akan hancur dan binasa. Pemeliharaan seorang bapak terhadap anaknya ialah dengan jalan mendidik, mengasuh dan mengajarkannya dengan akhlak atau moral yang tinggi dan menyingkirkannya dari teman-teman yang jahat”. 48 Pembinaan yang dilakukan oleh masing-masing anggota keluarga dalam usaha perbaikan diri: 1) Menjaga dan memperbagus ibadah-ibadah wajib, misal: shalat lima waktu, puasa ramadhan dan lain-lain. 2) Memperbanyak ibadah nafilah. Misal: shalat sunah, do’a-do’a harian, dzikir dan lain-lain. 3) Memperbagus dan memperbanyak tilawah. 4) Membiasakan muhasabah. 49 Dengan demikian terserah kepada orang tuanya untuk memberikan corak warna yang dikehendakinya pada kertas yang 46
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), 38. Imam Muslim, Shohih Muslim (Beirut: Darul Fikri, 1993), 755. 48 Moh. Athiyah Al Abrosyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, 115. 49 Cahyadi Takariawan, Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami (Solo: Intermedia, 2001), 67-68. 47
28
masih putih dan bersih ini (anaknya), karena kehidupan anak pada saat itu benar-benar tergantung pada kedua orang tuanya. b. Sekolah Di sekolah ia berinteraksi dengan guru, teman-teman lainnya serta pegawai tata usaha. Ia memperoleh pendidikan berupa pembentukan nilai-nilai pengetahuan dan ketrampilan sehingga terbentuklah kepribadian untuk tekun dan rajin belajar disertai dengan keinginan untuk meraih cita-cita yang setinggi-tingginya. 50 Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Menurut UU RI No. 02 pasal 10 ayat 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: “Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan”. 51 Sekolah tidak saja mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan mempengaruhi perkembangan intelek anak, pendidikan sekolah juga memperhatikan perkembangan watak anak melalui latihan kebiasaan, tata tertib, pendidikan agama dan budi pekerti. 52 Dengan demikian peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarga agar kehidupannya tertuntun kejalan yang benar dan terjauhkan dari kesesatan karena telah berbekal ilmu pengetahuan yang banyak. Sebagaimana pesan Imam Hasan Al Bashri: “Orang yang berbuat tanpa ilmu, ibaratnya seorang yang berjalan tidak diatas jalan. Orang yang berbuat tanpa ilmu, kerusakan yang ditimbulkan akan lebih banyak daripada kebaikannya”. 53 c. Masyarakat Di masyarakat anak berinteraksi dengan seluruh anggota masyarakat yang beraneka ragam. Masyarakat diartikan sebagai
50 51
9.
52 53
Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, 57-58. UU RI No. 2 Tahun 1989, Sistem Pendidikan Nasional (Semarang: Aneka Ilmu, 1992), Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 186. Cahyadi Takariawan, Pernak-Pernik rumah Tangga Islami, 69.
29
sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuan serta dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. 54 Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, meliputi segala bidang baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengetahuan sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Diantara badan-badan pendidikan permasyarakatan, dapatlah kita sebut antara lain: 1) Perkumpulan-perkumpulan pemuda dan pemudi. Misal; Pemuda Ansor,Remaja Masjid dan sebagainya. 2) Perkumpulan-perkumpulan olah raga dan kesenian. Misal; Grup Hadrah, Voly dan sebagainya. 3) Perkumpulan-perkumpulan sementara. Misalnya; Panitia Hari Besar, Panitia Menolong Korban Bencana dan sebagainya. 4) Kesempatan-kesempatan berjama’ah. Misal; Yasinan, Halaqah, adanya kerabat yang meninggal dan sebagainya. 5) Perkumpulan-perkumpulan perekonomian. Misal; Koperasi. 6) Partai-partai politik. 7) Perkumpulan-perkumpulan keagamaan. Misal; Muhammadiyah, NU dan sebagainya. 55 Manfaat pendidikan kemasyarakatan adalah membantu usahausaha pendidikan dalam pembiasaan, pemberian ilmu-ilmu pengetahuan dan kesusilaan. Sedangkan perkumpulan-perkumpulan yang berasaskan agama Islam membantu dalam pembentukan keagamaan. Dengan demikian manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui proses dialektis dan interaktif dengan lingkungannya. Sehingga fitrah yang merupakan potensi dasar hidupnya dapat berkembang wajar dan setahap demi setahap menuju tujuannya yang tetap dan lingkungan sekitar merupakan lahan yang amat berpengaruh terhadap keberhasilannya. Keluarga Sakinah 1. Pengertian Keluarga Sakinah
54 55
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, 54-55. Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Al-Ma’arif, 1989), 64.
30
a. Menurut M. Munandar Soeloeman dalam buku Ilmu Sosial Dasar mengartikan keluarga adalah sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai adanya kerjasama ekonomi. 56 b. Pengertian keluarga menurut Machfud ialah sesuatu yang diawali dengan pernikahan. Sedangkan pernikahan adalah upacara suci yang harus dihadiri kedua calon pengantin, ada ijab kabul, dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil. 57 c. Menurut Lubis Salam keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak atau suami istri dengan anakanaknya. 58 Sedangkan kata sakinah berasal dari bahasa Arab yaitu masdar dari lafadz sakkana ( E: ) yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kedamaian, ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan. 59 Dengan demikian definisi dari keluarga sakinah berkumpulnya dua insan yaitu laki-laki dan perempuan yang disahkan melalui jalan pernikahan beserta keturunannya yang didalamnya terdapat ketenangan atau kebahagiaan dalam mengatur segala kebutuhan didunia dan diakhirat. 2. Landasan Pembentukan Keluarga Menurut ajaran Islam pernikahan merupakan sarana awal dalam membentuk keluarga yakni melalui ikatan suami istri atas dasar ketentuan
56 57
9.
58
M.Munandar Soeloeman, Ilmu Sosial Dasar (Bandung: Eresco, 1993), 55. Machfudz, Keluarga Sakinah Membina Keluarga Bahagia (Surabaya: Citra Pelajar, tt),
Lubis Salam, Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rohmah (Surabaya: Terbit Terang, tt), 7. 59 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), 980.
31
agama. Agama Islam menganjurkan seluruh manusia untuk membentuk keluarga dan hidup dibawah naungannya. Keluarga merupakan bentuk asasi bagi kehidupan yang kokoh yang bisa memenuhi tuntunan manusia dan hajat manusia, sekaligus merupakan pemenuhan fitrah manusia. Dengan berkeluarga manusia akan mengalami ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan, sesuai dengan sabda Nabi yang artinya: “Menikahlah
dan
nikahkanlah
mereka
yang
sendirian.
Sesungguhnya tanda kebahagiaan seorang muslim ialah menjadi suami bagi wanita yang tak bersuami”. 60 a. Dasar dari al Qur’an -
Surat ar Rum: 21.
اAC:?bH 7 ازوا9:?@8 اED 9:H z< انbF اEDو F uH<| إن }| ذBglmدة ورAD 9:C;h qa و7I;Hا .ونi:@bF مAH “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasakan tentram padanya. Dan dijadikan diantara kamu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir”. 61
60 61
Ali Misykini, Keluarga Sakinah (Bogor: Cahaya, 2004), 2. Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), 644.
32
-
Surat an Nur: 32 …… ,-./ 0/12 3ا ا56-7وا “Dan kawinkanlah orang yang sendirian diantara kamu” 62
-
Surat an Nisa’:3
…9:H ب7 7D اA:87}…
“……maka kawinilah wanita-wanita yang kamu senangi……” 63 b. Dasar dari Hadis
8¡} وجwb;<} ةfrH ا9:CD ع7{b اED ب7ryH اiyaD 7F .جi@
H.
0./ :;<= 0>.? @A BC@ ر/ و0>.? ح1-.Fا “Nikah itu ialah sunahku, barang siapa yang tidak menyukai sunahku, maka ia tidak termasuk dalam golonganku”. 65 Dari beberapa terjemahan ayat al Qur’an dan al Hadis diatas, maka jelaslah bahwa hidup berkeluarga melalui jenjang pernikahan adalah tatanan syari’at yang harus ditaati oleh setiap umatnya karena
62 63
Ibid, 349. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 115.
33
Islam tidak mengajarkan hidup membujang. Bahkan hal ini dilarang keras sesuai sabda Nabi:
Ehن ا7l£v |
64
Al Bukhori, Shohih Bukhori (Beirut: Darul Fikri, 1981), 117. Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Beirut: Darul Fikri, 1995), 579-580. 66 Ibid, 580. 67 Hasniah Hasan,Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera (Surabaya: Amin, 1987), 11. 65
34
3. Tujuan Pembentukan Keluarga Memulai kehidupan baru dalam berkeluarga diawali dengan proses pernikahan yang mengandung spiritual yang suci dan agung. Setelah melalui proses pernikahan yang sah menurut syari’at Islam dan hukum negara, maka halallah bagi laki-laki dan perempuan tersebut bersama anakanak yang lahir dari pernikahan itu. Tujuan pembentukan keluarga sangatlah beragam sesuai dengan pelakunya
masing-masing.
Ada
yag
bertujuan
meraih
jabatan,
meningkatkan karier, menambah kekayaan dan lain-lain. Tapi jika bertolak dari ajaran Islam maka secara garis besar ada beberapa tujuan dari pembentukan keluarga: a. Membina dan Menjalin Cinta Kasih Memang sudah takdir Tuhan bahwa segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan, ada laki-laki dan perempuan, ada siang dan ada malam, ada baik dan ada buruk, semua itu mengandung hikmah dan pelajaran bagi manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Adz Dzariyat: 49.
I.
… ونHآJK ,-
68
Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), 862.
35
Bagi pasangan suami istri rasa cinta dan kasih sayang sangatlah dibutuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan. Dengan membina dan menjalin cinta kasih akan langgenglah keluarga tersebut karena rasa cinta dan kasih sayang akan semakin mempererat hubungan diantara anggota keluarga. Membina dan menjalin cinta kasih dapat terwujudkan dengan menciptakan rasa saling percaya, saling mengerti serta saling menerima segala kelebihan dan kekurangan tiap-tiap individu yang berada dalam keluarga tersebut. Sehingga akan terjalinlah hubunganhubungan suami istri yang seimbang, terdidiknya jundi-jundi penerus bangsa yang shalih dan shalihah, terpenuhinya kebutuhan duniawi dan ukhrawi, terjalinnya ukhuwah yang erat antar keluarga besar suami dan istri, dapat melaksanakan ajaran dengan baik dan terjalin silaturrahmi yang mesra dengan tetangga. b. Kehormatan Lebih Terjaga Manusia yang normal pasti memiliki nafsu seksual. Hal ini perlu disalurkan pada jalan yang diridhai Allah, dan satu-satunya jalan yang diridhoinya adalah dengan jalan menikah bagi yang telah cukup umur serta mampu. Nafsu seksual yang tidak tersalurkan pada tempatnya, akan mengakibatkan penyimpangan seksual yang dilakukan di luar nikah.
36
Penyimpangan seksual ini disamping menyalahi aturan agama juga akan merendahkan kehormatan atau martabat seseorang. 69 Dengan hidup berkeluarga, nafsu seksual akan tersalurkan dengan baik, kehormatan diri akan terjaga.
ir
.ء7vnH;~ اl u8 إgr; gF ذرu8nH ED |H d… رب ه “… ya Tuhanku. Berikanlah aku dari sisimu seorang anak yang baik, sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do’a”. 71
22.
69
Machfud, keluarga Sakinah Membina Keluarga Bahagia (Surabaya: Citra Pelajar, tt),
70
Al Bukhori, Shohih Bukhori (Beirut: Darul Fikri, 1981), 117.
37
selain itu dengan hidup berkeluarga pasangan suami istri akan melahirkan anak-anak dan keturunan yang sah. Sejak kecil anak-anak harus dididik dengan akhlakul karimah dan aqidah islamiyah sehingga akan tumbuh dan berkembang menjadi insan yang taat pada agama. Dan diharapkan dari anak-anak ini akan lahir keturunan yang shalih shalihah. Dengan demikian misi dakwah islamiyah akan berkembang dengan baik melalui anak dan keturunannya. d. Menentramkan Jiwa Setelah terbina sebuah keluarga, permasalahan hidup yang timbul dapat dipecahkan bersama-sama dengan bermusyawarah, dan dapat saling melindungi dengan segala kelebihan yang ada pada diri masing-masing. Laki-laki dengan kelebihannya akan tampil sebagai Qowwam dalam rumah tangganya, mengusahakan segala kebutuhan material maupun
spiritual
Sebaliknya
wanita
dan
memperhatikan
dengan
segala
nafkah
batin
kelembutannya
istrinya.
memberikan
ketenangan dalam jiwa suaminya, memberikan semangat hidup yang kuat untuk mencari rizki lewat jalan yang diridhoi Allah SWT. Oleh sebab itu suami istri harus menunaikan hak dan kewajiban masing-masing. Sebagai suami menjalankan kewajibannya
71
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 81.
38
dan memberikan hal istrinya, dan istripun menjalankan kewajibannya dan
memberikan
hak
suaminya
sehingga
membuahkan
hasil
kedamaian dan kebahagiaan dalam berkeluarga. Dari beberapa tujuan pembentukan keluarga yang telah diuraikan diatas, setelah terbina dan terjalin rasa cinta kasih dan kasih sayang diantara anggota keluarga maka akan menumbuhkan ketentraman jiwa dan raga pada anggota keluarga. Akan tetapi ada tujuan yang lebih utama setelah tujuan-tujuan tersebut diatas yaitu untuk menyembah pada Allah sebagai ungkapan rasa syukur atas terwujudnya keluarga yang aman, damai, tentram, bahagia lahir batin. Sesuai dengan tujuan penciptaan manusia di dunia ini, sebagaimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat: 56.
. ونnra;H © إ8 واEH < ا7Dو “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembahKu”. 72 4. Ciri-ciri Keluarga Sakinah Keluarga sakinah bukan sekedar terdiri dari kemusliman seluruh anggota keluarga. Keluarga sakinah haruslah didalamnya ditegakkan adabadab Islam dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama Islam, yang pada akhirnya akan dapat memberikan ketenangan dan ketentraman bagi seluruh anggota keluarganya.
72
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 862.
39
Dengan kata lain, keluarga sakinah haruslah melaksanakan ajaran agama Islam secara keseluruhan. Dalam hal ini Allah berfirman dalam surat al Baqarah: 208.
.g}7 آ9
.ء7?CH<| اv نADاAB ل7iHا
“Kaum lelaki adalah pemimpin bagi kaum wanita”. 74
Setiap keluarga haruslah memiliki pemimpin tangguh yang mengatur, menentukan siasat, menjaga dan memelihara keluarganya. Dia harus ditaati selama tidak memerintahkan untuk berbuat kemunkaran pada Allah SWT. Kepemimpinan kaum pria atas kaum wanita karena 2 faktor: 1) Kelebihan
kaum
pria
atas
kaum
wanita
dalam
kodrat
penciptaannya: tubuh, akal, ketabahan dan kesabaran kaum laki-
40
laki lebih kuat dari kaun wanita. Kaum laki-laki memiliki kelebihan yang khusus ada pada mereka dan tidak ada pada kaum wanita yaitu: kenabian dan kekhalifahan. 2) Nafkah. Kaum pria memberikan nafkah pada wanita sejak akad nikah. Pria wajib memberikan mahar, sandang, pangan dan papan. 75 Sesuai dengan firman Allah dalam surat an Nisa’:34.
ED اA@8 ا7lh و¢ah |
.وفialH7h Eوهip7vو
“Dan pergaulilah dengan mereka (istri) secara baik”. 77
73
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 50. Ibid, 123. 75 Abu Abdullah Mustafa bin al Adwy Syaibayah, Bahtera Keluarga Sakinah (Jakarta: Darul Falah, 2003), 14. 76 Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 123. 74
77
Ibid, 119.
41
Sebagai manifestasi dari perlakuan baik suami terhadap istri, maka ada beberapa tugas dan kewajiban: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Menyediakan kebutuhan hidup Menghormati, tidak menyakiti dan membagi tugas Bersabar terhadap perilaku buruk istri Berbicara lembut Memberi petunjuk pada istri atau amar ma’ruf nahi munkar Tidak perlu selalu menaati perintah, tunduk dan menuruti kecenderungan wanita 7) Menghindar dari kecemburuan berlebihan. 78 Dengan demikian, dalam kehidupan berkeluarga yang baik,
suami bukan hanya memerintah dan minta dilayani serta dituruti segala ucapan dan kemauannya. Tetapi hendaklah suami menjadi sebagai seorang sahabat bagi istrinya dan menjadi orang yang selalu perlu berunding dengan istrinya. b. Menjaga Keluarga dari Api Neraka Laki-laki
didalam
lingkungan
keluarganya
tidak
hanya
memimpin istrinya saja tetapi juga bertanggungjawab atas seluruh anaknya. Suami wajib mengajari anggota keluarganya hal-hal yang bermanfaat untuk mereka, baik yang berkaitan dengan dunianya maupun akhiratnya. Allah berfirman dalam surat at Tahrim: 6.
.را78 9:;< واه9:?@8ا اAB اACD اEFGH ا7IF ا7F “Hai orang-orang yang beriman. Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. 79
78
Ali Misykini, Keluarga Sakinah (Bogor: Cahaya, 2004), 101-115.
79
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, 951.
42
Dalam membimbing istri kejalan yang benar hendaknya suami berlaku arif dan bijaksana. Selain itu suami tidak dibenarkan menggunakan kekerasan karena perempuan sangat menyukai kelemah lembutan. Oleh karena itu dalam membimbing istri kejalan Allah hendaknya dilakukan secara lemah lembut dan dengan keteladanan yang baik. Bimbingan kejalan yang benar tak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan dengan istiqomah, tidak kenal menyerah sebelum tujuan berhasil seraya memohon petunjuk dan rahmat dari Allah, karena do’a adalah senjata bagi orang beriman, tiang agama dan cahaya Illahi. c. Istri Sebagai Pengelola Keluarga Apabila suami penanggung jawab nafkah keluarga dan mengusahakan ekonomi keluarga, maka istri adalah pengatur penggunaannya di rumah. Dalam rangka membahagiakan suami, istri hendaknya dapat mensyukuri pemberian nafkah suami dan mengusahakan kehidupan yang sederhana. Orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah, akan bertambah kenikmatan yang akan Allah berikan kepadanya, baik berupa keberkahan maupun bertambahnya rizqi. Sesuai firman Allah dalam surat Ibrahim: 7.
43
.GFGyH ابGv إن9si@ آE
H و9:8nF ز9si:p E
H… “…sesungguhnya jika kamu bersukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih”. 80 Oleh karena itu istri shalihah haruslah pandai bersyukur kepada Allah atas rizqi yang Allah anugrahkan lewat suami. Adapun salah satu cara mensyukurinya ialah dengan berterima kasih kepada suami dan menerima dengan hati yang lega setiap pemberian nafkah dari suami karena orang yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. Dan sikap istri yang seperti itulah maka suami akan merasa yakin bahwa istrinya hanya buat dirinya sendiri, segala yang dilakukan hanyalah untuk memberikan kesenangan dan ketenangan bagi suami dan anggota keluarga. Gambaran istri yang seperti itulah yang sesuai dengan sabda Nabi:
|
80 81
kebutuhan
keluarga,
memperhatikan
Ibid, 380. Al Bukhori, Shohih Bukhori (Beirut: Darul Fikri, 1981), 120.
perilaku
dan
44
perkembangan anak-anaknya, serta mampu mengasuh atau menjaga suaminya agar selalu betah berada di rumah. Menurut Ali Misykini ada beberapa tugas dan kewajiban istri, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Patuh dan taat pada perintah suami Menjaga kebersihan dan menghias diri Tidak keluar rumah tanpa seizin suami Tidak menyakiti, berkata kasar dan bermuka masam Menghormati suami Meladeni suami dengan ikhlas Tidak menggunakan harta suami tanpa seizinnya. 82 Demikianlah beberapa tindakan yang perlu dilakukan oleh
seorang istri dalam mengatur dan mengelola ekonomi keluarga. Ia harus pandai mensyukuri pemberian suami dan mengucapkan terima kasih atas pemberian suami, hidup sederhana tanpa menuntut nafkah di luar kemampuan suami dan pandai menjaga harta keluarga.
d. Saling Menolong Dalam Kebaikan Saling menolong dalam kebaikan didalam sebuah keluarga sangat diharuskan. Tolong menolong tidak hanya sebatas dalam tenaga akan tetapi juga berupa pikiran atau saling menasihati untuk menciptakan suasana keluarga yang baik dan saling perduli. Seorang suami jangan merasa gengsi bila dinasihati oleh sang istri, istripun jangan merasa sungkan untuk menasihati suami,
45
begitupun anak-anak jangan membantah apalagi melawan ketika dinasihati oleh orang tuanya. Intinya semua anggota keluarga harus saling menyadari bahwa manusia adalah insan dhaif yang adakalanya lupa sehingga perlu pertolongan dan nasihat dari orang lain terutama anggota keluarga sendiri untuk muhasabah dan islahun nafs. Allah berfirman dalam surat al Maidah: 2 dan surat al ‘Ashr: 1-3.
9¬<| اv اA8و7as و
|
ىAbH واirH<| اv اA8و7asو .وانnaHوا
“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. 83
اACD اEFGH( إ ا2) i? |@H ن7?8( إن ا1) iaHوا irH7hاA اAs وzH7h اAاAsت و7H7Hا اA
82
Ali Misykini,Keluarga Sakinah (Bogor: Cahaya, 2004), 122-135. Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), 157. 84 Ibid, 1099. 83
46
dengan berjama’ah (bekerjasama) akan semakin meningkatkan interaksi dan komunikasi, saling asah, asuh dan asih. Sehubungan dengan taat kepada Allah SWT banyak hal yang perlu dilakukan oleh suami istri dengan bekerjasama seperti membaca al Qur’an, dzikir, do’a-do’a harian dan lain-lain. Semuanya perlu dilakukan secara baik, bertahap, istiqomah dan bekerjasama dalam melaksanakannya. Jika satu pihak merasa malas atau lupa, maka pihak yang lain hendaknya mengingatkan dan mengajaknya secara arif dan bijaksana. Dengan demikian alangkah indahnya dunia ini, seandainya semua suami istri senantiasa melakukan kerjasama dalam hal ibadah dan taat kepada Allah SWT. kerjasama yang demikian akan memperindah
kemesraan
hubungan
suami
istri.
Bukan
hanya
kemesraan jasmani semata tapi mesra pula dalam melakukan ubudiyah dan taqarub kepada Illahi Rabbi dalam meniti jalan menuju taman kebahagiaan yang hakiki. 5. Kriteria – kriteria keluarga sakinah Memberdayakan
keluarga
sakinah
adalah
upaya
untuk
mengangkat keluarga pada tingkat yang lebih baik, yaitu sebagai wahana tempat persemaian generasi muda, penanaman jiwa agama dan pelaksanaannya.
47
Dalam
program
pembinaan
keluarga
sakinah
kriteria–kriteria keluarga sakinah, yaitu : 1. Keluarga Sakinah I (rendah) a. Melalui perkaiwnan yang sah b. Melaksanakn sholat dan puasa c. Membayat zakat fitrah d. Mampu membaca Al-Qur’an e. Memiliki pendidikan dasar f. Memiliki tempat tinggal. 2. Keluarga Sakinah II (sedang) a. Memenuhi kriteria sakinah I b. Kebutuhan ekonomi terpenuhi c. Memperhatikan kebersihan keluarga dan lingkungan d. Hubungan antar anggota keluarga harmonis e. Mempunyai tanggung jawab kemasyarakatan f. Keluarga menamatkan pendidikan sembilan tahun. 3. Keluarga Sakinah III (baik) a. Memenuhi kriteria sakinah II b. Menjunjung tinggi nilai-nilai akhlakul karimah c. Membiasakan sholat berjama’ah d. Adanya keterbukaan antar anggota keluarga e. Memenuhi tugas dan kewajiban masing-masing
disusun
48
keluarga menamatkan pendidikan SLTA. 85
85
Ahmad Sutarmadi, Memberdayakan Keluarga Sakinah Menuju Indonesia 2020 (Surabaya, BP4 Jawa Timur : 1997), 11.
49
BAB III PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENCAPAIAN KELUARGA SAKINAH DI KELURAHAN PATIHAN WETAN BABADAN PONOROGO
A. Gambaran Data Umum 1. Letak Geografis Kelurahan Petihan Wetan terletak di jalur yang strategis karena mudah dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum, baik bis atau angkutan umum lainnya. Kelurahan Patihan Wetan terletak di sebelah selatan Terminal Seloaji Ponorogo yang jaraknya ± 2 km dari Terminal Ponorogo. Kelurahan Patihan Wetan diambil dari bahasa jawa yaitu kata patih dan wetan. Kata patih maksudnya Kepatihan Batoro Katong, sedangkan kata wetan adalah bahasa jawa yang artinya timur karena pada waktu itu Kepatihan Batoro Katong terletak di sebelah timur dari kelurahan ini. 85 Kelurahan Patihan Wetan terletak diatas tanah seluas 20,46 km 2 dengan tanah yang telah digunakan adalah 5,6 km 2 dan kepadatan penduduk 676 jiwa/km 2 . Batar-batas Kelurahan Patihan Wetan:
50
-
Sebelah Utara
: Kelurahan Kadipaten
-
Sebelah Selatan : Kelurahan Kertosari dan Mangunsuman
-
Sebelah Barat
: Desa Cekok
-
Sebelah Timur
: Kelurahan Kadipaten
Kelurahan Patihan Wetan dibagi menjadi 3 lingkungan, yaitu” a. Lingkungan Kranggan, meliputi: -
Jl. Parang Garuda
-
Jl. Parang Menang IV
-
Jl. Parang Menang V
-
Jl. Parang Baris
-
Jl. Mayjend Sutoyo
b. Lingkungan Batikan, meliputi: -
Jl. Parang Kembang
-
Jl. Parang Menang I
-
Jl. Parang Menang II
-
Jl. Parang Menang III
-
Jl. Batoro Katong
c. Lingkungan Krajan, meliputi:
85
-
Jl. Parang Centung
-
Jl. Parang Parung
-
Jl. Parang Klitik
Wawancara dengan Bapak Jaiman (Kepala Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo) di Ruang Kerjanya, Tanggal 15 Maret 2006.
51
-
Jl. Parang Kusuma
-
Jl. Parang Baru. 86
2. Struktur Organisasi Struktur organisasi Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo adalah sebagai berikut: 87 Bagan Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintahan Patihan Wetan LURAH JAIMAN Sekretaris
Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan (LKK) Sie Pemerintahan Sie Lintibmas MUJIRAH Djemari Lingk Kranggan DJEMARI
SUHARTONO Sie Pembangunan
Sie Kesj Masyarakat
SOEJOTO
ARWANGI, S.Sos
KATMANTO,SH Mulyadi
1. Moch. Marjuki 2. Titik Lingk Krajan
Ismuadji Lingk Batikan
BaganSoedjono Struktur Organisasi Moch. Mardjuki Kelurahan (LKK) Lembaga Kemasyarakatan
Arwangi, S,Sos Soebandi Saidi
Ketua
Wakil Ketua
Sekretaris
86
Observasi, Tanggal 15 Maret 2006.
52
Bendahara
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan: 1. Sie. Keagamaan 2. Sie. Keamanan, Ketertiban dan Ketentraman 3. Sie. Penerangan 4. Sie. Lingkungan Hidup 5. Sie Pembangunan, Perekonomian dan Koperasi 6. Sie. Pendidikan dan Keluarga Berencana 7. Sie. Pemuda, Olah Raga, kesenian dan Kesehatan 8. Sie. Kesejahteraan Sosial 9. Sie Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat 10. Sie. Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga 3. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo, diantaranya adalah: 88 a. Gedung Pemerintah b. Gedung LKMD c. Gedung Karang Taruna d. Gedung Pendidikan
87
Dokumentasi Struktur Organisasi Kelurahan Patihan Wetan, dikutip Tanggal 15 Maret 2006. 88 Dokumentasi Kelurahan Patihan Wetan, dikutip Tanggal 15 Maret 2006.
53
e. Gedung Tempat Ibadah f. Gedung Poliklinik J. Tabel 3.1 Sarana dan Prasarana Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo No
Jenis Sarana dan Prasarana
1 2 3 4
Jumlah
Gedung pemerintah/kelurahan Gedung LKMD Gedung Karang Taruna Krida Mulya Gedung Pendidikan - TK Muslimat - SD/MI - Pondok Pesantren 5 Gedung Tempat Ibadah - Masjid - Musholla/Surau 6 Gedung Poliklinik (Berdasarkan, data dokumen Kelurahan Patihan Wetan,
1 1 1 2 4 3 9 4 1 dikutip
tanggal 15 Maret 2006). 4. Keadaan Pemerintah Dalam struktur pemerintahan di Kelurahan Patihan Wetan, Pendidikan Agama Islam, berada di bawah naungan lembaga kemasyarakatan kelurahan seksi keagamaan. Menurut Bapak Iskandar selaku seksi keagamaan Kelurahan Patihan Wetan bahwa peranan seksi keagamaan hanya sebagai pemantau terhadap kegiatan-kegiatan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan. Karena kegiatan-kegiatan Pendidikan Agama Islam di
54
Kelurahan Patihan Wetan telah berjalan dengan sendirinya dikoordinir oleh pengurus-pengurus yang ada di setiap Rukun Tangga (RT). 89 Setiap Jum’at legi para Ketua RT/RW serta aparatur Kelurahan Patihan Wetan mengadakan arisan sekaligus membahas programprogram baru apabila ada atau mengevaluasi program-program yang telah terealisasi. Selain berperan sebagai pemantau, seksi keagamaan bekerjasama dengan
tokoh-tokoh
masyarakat
Patihan
Wetan
bertugas
untuk
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada masyarakat melalui halaqoh atau majlis taklim tentang keagamaan, kekeluargaan dan sebagai bekal untuk membina pencapaian keluarga sakinah.
89
Wawancara dengan Bapak Iskandar (Seksi Keagamaan Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo) di Ruang Kerjanya, Tanggal 21 Maret 2006.
55
5. Keadaan Masyarakat Yang dimaksud masyarakat adalah mereka yang secara resmi menjadi warga Kelurahan Patihan Wetan. Adapun pada saat penelitian dilakukan, keadaan warga di Kelurahan Patihan Wetan adalah sebagai berikut: 90
Tabel 3.2 Keadaan Masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Berdasarkan Jenis Kelamin No
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
1.871
2
Perempuan
1.878
Jumlah
3.749
Tabel 3.3 Keadaan Masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No 1 2 3 4 5 6
Tingkat Pendidikan Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Perguruan Tinggi Jumlah
90
Frekuensi
Prosentase
337 937 1033 1006 436
9% 25% 27,55% 26,83% 11,62%
3.749
100%
Dokumentasi Kelurahan Patihan Wetan, dikutip Tanggal 15 Maret 2006.
56
6. Keadaan Keagamaan Masyarakat Kelurahan Patihan Wetan mayoritas beragama Islam, hal ini terbukti dari data Kelurahan Patihan Wetan, bahwa dari 3749 warga atau 986 kepala keluarga yang beragama non Islam, berjumlah 8 jiwa atau 2 kepala keluarga. Mereka sebelumnya adalah pendatang yang akhirnya menetap di Kelurahan Patihan Wetan. 91
B. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan adalah baik. Hal ini terbukti dengan banyaknya lembaga Pendidikan Agama Islam, banyaknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan suasana kelurahan yang tenang, damai serta tidak ada lagi lingkungan yang rawan agama. Untuk masalah pendidikan formal, masyarakat kelurahan Patihan Wetan dapat dikatakan baik. Dari keseluruhan jumlah warga terdapat 26,83% lulusan SLTA/Sederajat dan 11,62% lulusan Perguruan Tinggi. Sedangkan masyarakaat yang tidak berpendidikan tidak ada.
91
Wawancara dengan Bapak Jaiman (Kepala Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo) di Ruang Kerjanya, Tanggal 15 Maret 2006.
57
Keluarga sebagai wahana utama dalam membentuk generasi bangsa dan
agama
sudah
mulai
terlaksanakan.
Hal
ini
terbukti
dengan
berkurangnya kenakalan remaja, selain itu banyaknya orang tua yang lebih memilih menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan islam seperti Taman Pendidikan Qur’an(TPQ) dan Madrasah Diniyah yang dilaksanakan diluar pendidikan formal. Untuk pendidikan kemasyarakatan, banyak kegiatan positif yang diadakan, diantaranya: 1.Bersifat Keagamaan Kegiatan Mingguan:Yasinan,Pengajian dan Istighosah. Kegiatan Bulanan:Sima’an Al-Qur’an. Kegiatan Tahunan:Perayaan Hari Besar Islam. 2.Bersifat Kesenian Mengadakan pelatihan seni hadroh kontemporer. 3.Bersifat Olah Raga Mengadakan lomba volley dan sepak bola antar RT pada harihari
tertentu.
Menurut Bapak Iskandar, S.Ag selaku seksi keagamaan dan pendidikan agama di Kelurahan Patihan Wetan bahwa masyarakat Patihan Wetan bisa dibilang masyarakat yang agamis. Semua itu tidak terlepas dari usaha para pengurus kegiatan Pendidikan Agama Islam yang ada di setiap
58
Rukun Tangga (RT), menjamurnya organisasi-organisasi di masyarakat seperti, Muslimat, IPNU, serta Remas yang aktif mengadakan kegiatankegiatan keagamaan serta meningkatnya kesadaran beragama masyarakat Patihan Wetan. Selain itu banyaknya lembaga pendidikan Islam seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an dan Pondok Pesantren secara tidak langsung juga berpengaruh kepada masyarakat disekitar.92 Proses Pendidikan Agama Islam dilakukan secara fardiyah dan jama’iyah. Alhamdulillah untuk Pendidikan Agama Islam yang dilakukan secara fardiyah (masing-masing pribadi) di Kelurahan Patihan Wetan Insya Allah sudah baik, diantaranya: 1. Menjaga dan memperbagus ibadah wajib seperti sholat, puasa dan sebagainya. 2. Memperbanyak ibadah nafilah seperti infaq/sedekah, dzikir dan sebagainya. 3. Memperbanyak dan memperbagus membaca Al-Qur’an. 4. Memperbanyak ilmu yang bermanfaat. Sedangkan untuk proses Pendidikan Agama Islam yang dilakukan secara jama’iyah (bersama-sama) di Kelurahan Patihan Wetan adalah kegiatan yasinan yang diadakan di rumah warga dengan bergilir, bertujuan untuk menciptakan kerukunan antar warga.
92
Wawancara dengan Bapak Iskandar (Seksi Keagamaan Kelurahan Patihan Wetan
59
Halaqah atau pengajian dan istighosah ada yang dilaksanakan mingguan dan bulanan. Untuk halaqah mingguan, warga mengikuti halaqah yang diadakan di Pondok Pesantren Thoriqul Huda setiap ahad pagi atau setiap Jum’at Sore yang bertempat di masjid-masjid atau musholla. Untuk halaqah bulanan diadakan bersamaan dengan kegiatan yasinan, sedangkan istighosah bulanan diadakan setiap malam jum’at wage bertempat di komplek pondok pesantren Al-Hasan. Untuk kegiatan tahunan, warga mengikuti halaqah yang ada di masjid-masjid atau musholla. Pesantren kilat yang diadakan di Kelurahan Patihan Wetan bertempat di Madrasah Baiturrohman atau di pondokpondok pesantren seperti Pondok Pesantren Ali Muttaqien dan Thoriqul Huda materi-materi yang disampaikan, meliputi: 1. Ketauhidan (keimanan) 2. Ibadah 3. Akhlaq 4. Kekeluargaan Metode
yang
digunakan
dalam
penyampaian
materi-materi
Pendidikan Agama Islam dengan sistem ceramah dan tanya jawab. Pertanyaan boleh disampaikan langsung atau ditulis di kertas yang diberikan pada pembimbing.
Babadan Ponorogo) di ruang Kerjanya, Tanggal 21 maret 2006.
60
Kendala yang dihadapi secara umum tidak ada. Namun secara khusus ada yakni ketika kegiatan-kegiatan tersebut berbenturan dengan kegiatan atau acara lain seperti walimatul ursy. Untuk solusinya maka kegiatan Pendidikan Agama Islam diganti dilain waktu atau dengan menyisipkan materi-materi Pendidikan Agama Islam pada kegiatan tersebut. Selain kegiatan keagamaan diatas, ada juga kegiatan kesenian Islami. Untuk Kelurahan Patihan Wetan mempunyai 3 grup Hadroh Tradisional dan Kontemporer. Bapak Umar Sutomo selaku Ketua RT bahwa tujuan diadakan kesenian islami ini selain untuk melestarikan kesenian islami juga memberikan kegiatan yang positif dan bermanfaat, serta untuk mempererat ukhuwah dan tali silaturrahmi antara para pemuda dan remaja Kelurahan Patihan Wetan. 93 Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh Pendidikan Agama Islam yang telah diterima oleh masyarakat Patihan Wetan, maka diadakan: 1. Pelaksanaan pengumpulan dana untuk kurban pada Hari Raya Idul Adha.
93
Wawancara dengan Bapak Umar Sutomo, (Ketua RT dan Warga Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo) di Rumahnya, Tanggal 27 Maret 2006.
61
2. Mengadakan pengumpulan dana sosial untuk membantu yang terkena musibah. 3. Mengadakan kerja bakti membersihkan masjid dan musholla. 4. Pelaksanaan rihlah (ziarah Walisongo) bekerjasama dengan pondok pesantren Al-Hasan atau Ali Muttaqin. 5. Mengadakan takbir keliling bekerjasama dengan Remas. 6. Mengadakan Halal Bihalal.
Bagan Pendidikan Agama Islam di Masyarakat Kelurahan Patihan Wetan No 1
2
3
Lingkungan Batikan
Kranggan
Krajan
Bentuk Pendidikan Agama Islam Yasinan Halaqoh Sima’an Istighosah - Rabu - Rabu Pahing - Ahad Wage - Ahad Legi -
Ahad
-
Senin
-
- Jum’at Sore
-
Ahad Pahing
-
Rabu
Rabu
- Ahad Pagi
-
Ahad Pahing
-
Sabtu
-
Sabtu
- Sabtu Legi
-
Ahad Legi
-
Jum’at
-
Senin
- Jum’at Sore
-
Senin
- Jum’at Sore
-
Ahad Pahing
-
Jum’at
-
Selasa - Selasa Pahing -
Minggu Ke 2
-
Selasa
-
Kamis
62
C. Pencapaian
Keluarga
Sakinah
Di
Kelurahan
Patihan
Wetan
Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Untuk pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan adalah baik. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan baik pendidikan umum atau pendidikan agama, minimnya kasus perceraian serta keributan dalam berumah tangga. Diantara usaha masyarakat Patihan Wetan untuk membina keluarga sakinah adalah dengan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yanga da di setiap
RT/RW
serta
memasukkan
anak-anak
mereka
ke
lembaga
pendidikan Islam di luar jam sekolah pagi seperti Taman Pendidikan AlQur’an yang ada di setiap masjid dan musholla, Madrasah Diniyah dan pondok
pesantren.
Bahkan
ada
beberapa
warga
masyarakat
yang
mendatangkan ustadz atau ustadzah untuk belajar privat Pendidikan Agama Islam di rumah. Dan yang terpenting adalah keluarga harus dijadikan sarana awal di dalam mendidik. Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak seperti keimanan, ketauhidan serta etika. Penanaman nilai-nilai yang baik kapanpun dan dimanapun dibutuhkan oleh manusia. Prinsip saja tidak cukup untuk membentuk anak yang baik namun harus ada figur yang dijadikan teladan. Dalam pepatah arab dikatakan: ]<^/ 0K_K<` وP @A ].K 3
63
“Janganlah engkau melarang orang lain melakukan sesuatu perbuatan sedang engkau sendiri menjalankannya”. 94 Oleh sebab itu orang tua harus menjadi uswah al hasanah bagi anggota keluarga lainnya. Sehingga tercipta keluarga yang terdidik, terbiasa berbuat baik serta berkiprah maju. Menurut
Bapak
Sutikno,
S.Ag
selaku
seksi
pembinaan
pemberdayaan masyarakat bahwa masyarakat Kelurahan Patihan Wetan Insya Allah Termasuk keluarga sakinah. Walaupun belum sakinah plus (sakinah sempurna). Masyarakat Patihan Wetan rata-rata sudah memenuhi kriteria sakinah I, sakinah 2, sakinah 3 dan untuk yang sakinah 4 (sakinah plus), warga belum dapat memenuhi kriterianya dan berusaha untuk bisa menjadi keluarga skainah plus, yaitu dengan senantiasa menambah ilmu yang bermanfaat dengan aktif mengikuti halaqoh/pengajian yang ada di Kelurahan Patihan Wetan, membaca buku-buku agama atau mendengarkan acara yang bertemakan tentang keluarga baik dari televisi ataupun radio. 95 Berdasarkan interview yang penulis lakukan dengan masyarakat Patihan Wetan, yang dimaksud keluarga sakinah menurut masyarakat Kelurahan Patihan Wetan dalam hal ini berbeda-beda. Namun rata-rata
94
Muh. Abdal Rathomy, Peribahasa Arab (Bandung: Al-Ma’arif, 1982), 586. Wawancara dengan Bapak Sutikno (Seksi Pembinaan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Patihan Wetan) Di rumahnya, Tanggal 25 Maret 2006. 95
64
masyarakat mengatakan bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan syariat islam. Menurut Bapak Iskandar S.Ag bahwa keluarga sakinah adalah keluarga yang dapat mengolah segala permasalahan yang ada dalam keluarga sebelum orang lain mengetahuinya, sehingga yang terlihat adalah keharmonisan dan ketenangan. Bapak Sutikno S.Ag juga berpendapat bahwa selain beragama islam ada beberapa hal yang turut mendukung terbentuknya keluarga sakinah yaitu terpenuhinya ekonomi, kesiapan untuk berumaah tangga, dan memiliki pendidikan terutama pendidikan agama. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kelurahan Patihan Wetan dalam pencapaian keluarga sakinah dapat dikatakan baik. Hal ini terbukti dari hasil angket yang menunjukkan bahwa sebagian besar warga masyarakat Patihan Wetan dalam pencapaian keluarga sakinah adalah baik walaupun ada beberapa warga dalam pencapaian keluarga sakinah menunjukkan sakinah rendah.
65
BAB IV ANALISA PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PENCAPAIAN KELUARGA SAKINAH
Dari angket yang disebarkan kepada responden dapat dijadikan item pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk Jawaban A bernilai 3. 2. Untuk jawaban B bernilai 2 3. Untuk jawaban C bernilai 1.
A. Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada 99 responden masyarakat Patihan Wetan tentang Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan dikatakan baik. Adapun nilai tertinggi adalah 29 dan nilai terendah adalah 21 dengan mean dan nilai angket 25,43434343 dan deviasi standartnya adalah 2,435013948. Untuk mencari mean dan deviasi standartnya terlebih dahulu membuat tabel sebagai berikut:
66
Tabel 4.1 Perhitungan Mean dan Standart Deviasi Dari Data Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan No
Nilai x
f
fx
x
x2
fx 2
1.
29
12
348
4
16
192
2.
28
14
392
3
9
126
3.
27
9
243
2
4
36
4.
26
13
338
1
1
13
5.
25
18
450
0
0
0
6.
24
8
192
-1
1
8
7.
23
11
253
-2
4
44
8.
22
8
176
-3
9
72
9.
21
6
126
-4
16
96
99
2518
-
-
587
Jumlah
(Berdasarkan data, Tanggal 02 April 2006) Dari tabel tersebut dapat diketahui: N = 99
Σfx = 2518
Σfx 2 = 587
Kemudian mencari mean dan deviasi standartnya dengan rumus: Mx = SDx =
2518 Σfx = = 25,43434343 N 99 Σfx 2 N
=
587 99
= 5,929292929 = 2,435013948 = 2,43
Untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan pada taraf dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: Mean + 1 . SD = 25,43434343 + 1 . 2,435013948
67
= 27,86935738 Mean - 1 . Sd = 25,43434343 – 1 . 435013948 = 22,99932948 Untuk lebih jelasnya dapat dikategorikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo No
Internal Nilai
Frekuensi
Kategori
1.
26 keatas
48
Baik
2.
22 keatas
45
Sedang
3.
22 kebawah
6
Rendah
99
-
-
(Berdasarkan data, Tanggal 02 April 2006) Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo dalam taraf baik dengan frekuensi 48 warga. Berdasarkan nilai angket yang telah diperoleh, Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan dikatakan baik dengan nilai 26 keatas, dikatakan sedang dengan nilai 22 keatas dan dikatakan rendah dengan nilai 22 kebawah.
68
B. Pencapaian Keluarga Sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo Untuk mengetahui pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan, penulis menyebarkan angket kepada 99 warga, dan hasil pencapaian keluarga sakinah menunjukkan taraf baik. Adapun nilai tertinggi adalah 27 dan nilai terendah 19 dengan mean dari nilai angket adalah 23,26262626 dan deviasi standartnya adalah 2,457723345 untuk mencari mean dan deviasi standartnya terlebih dahulu dengan membuat tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Perhitungan Mean dan Standart Deviasi dari Data Pencapaian Keluarga Sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo No
Nilai y
f
fy
y
y2
fy 2
1.
27
13
351
4
16
208
2.
26
10
260
3
9
90
3.
25
8
200
2
4
32
4.
24
15
360
1
1
15
5.
23
17
391
0
0
0
6.
22
9
198
-1
1
9
7.
21
11
231
-2
4
44
8.
20
8
160
-3
9
72
9.
19
8
152
-4
16
128
99
2303
-
-
598
Jumlah
Berdasarkan data, tanggal 02 April 2006).
69
Dari tabel tersebut dapat diketahui: N = 99
Σfy = 2303
Σfy2 = 598
Kemudian mencari mean dan deviasi standartnya dengan rumus:
Mx =
Σfy 2303 = = 23,26262626 99 N
SDx =
Σfy 2 N
Untuk
mengetahui pendapatan keluarga sakinah di Kelurahan
=
598 = 99
6,04040404 = 2,457723345 = 2,46
Patihan Wetan pada taraf dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut: Mean + 1 . SD = 23,26262626 + 1 . 2,457723345 = 25,72034961 Mean - 1 . SD = 23,26262626 – 1 . 2,457723345 = 20,80490292 Untuk lebih jelasnya dapat dikategorikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Pencapaian Keluarga Sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo No 1.
Internal Nilai 24 keatas
Frekuensi 46
Kategori Baik
2.
20 keatas
45
Sedang
3.
20 kebawah
8
Rendah
99 (Berdasarkan data, Tanggal 02 April 2006)
-
70
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan dalam taraf baik dengan frekuensi 46 warga. Berdasarkan nilai angket yang diperoleh, pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan dikatakan pada kategori baik dengan nilai 24 keatas, dikatakan sedang dengan nilai 20 keatas, dan dikatakan rendah dengan nilai 20 kebawah.
71
Tabel 4.5 Peta Korelasi Perhitungan Angka Indeks Korelasi Antara Variabel x (Pembelajaran Kemuhammadiyahan) dan Variabel y (Perilaku Sosial)
72
Kemudian dicari SDx 1 dengan rumus:
SD x
=1
Σ f(x 1 ) 2 Σ fx 1 - N N
=1
587 43 - 99 99
2
2
= 5,929292929 - (0,434343434) 2 = 5,929292929 - 0,188654218 = 5,74063871 = 2,395963003
Dan SDy1 rumusnya adalah:
SD y
= 1 = 1
Σ f(y1 ) 2 Σ fy1 - N N 598 26 - 99 99
2
2
= 6,04040404 - (0,262626262) 2 = 6,04040404 - 0,068972553 = 5,971431487 = 2,443651261
Setelah kita ketahui cx 1 , cy1 , SDx 1 , SDy1 kemudian dimasukkan pada rumus seperti berikut:
73
rxy
Σx 1 . y 1 - Cx 1 . y 1 N = SDx 1 . SDy 1 546 - (0,434343434) . (0,262626262) = 99 2,395963003 x 2,443651261 5,515151515 - 0,114069992 = 5,854898014 5,401081523 = 5,854898014 = 0,922489428 = 0,922
Setelah menyelesaikan koefisien korelasi product moment angka kasar, kemudian nilai koefisien korelasi tersebut diuji atau diinterpretasi dengan menggunakan tabel nilai product moment “r” melalui langkahlangkah sebagai berikut: Langkah 1
: Merumuskan Hipotesa Nihil (Ho)
Ho : Tidak
ada
korelasi
positif
yang
signifikan
antara
Pendidikan Agama Islam (variabel x) dengan pencapaian keluarga sakinah (variabel y). Langkah 2
: Merumuskan Hipotesa Alternatif (Ha)
Ha : Ada korelasi positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam (variabel x) dengan pencapaian keluarga sakinah (variabel y).
74
Langkah 3
: Mencari derajat bebad (df/db) dengan rumus
db = N – nr. Dari tabel dapat diketahui bahwa jumlah sampel sebanyak 99 warga. Jadi N = 99 dan variabel yang dicari korelasinya sebanyak 2 buah jadi nr = 2, maka: db = N – nr = 99 – 2 = 97 Langkah 4
: Dengan db = 97, maka kita lihat tabel nilai “r” product
moment pada taraf signifikansi 5%, r tabel/ rt = 0,195 dan pada taraf signifikansi 1%, r tabel/ rt = 0,254. Langkah 5
: Membandingkan antara rxy atau r o dengan rt pada taraf
signifikansi 5% r xy atau ro = 0,922 dan rt = 0,195 maka r o > rt sehingga Ho ditolak atau Ha diterima. Pada taraf signifikansi 1% rxy atau ro = 0,922 dan rt = 0,254 maka ro > rt, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi baik pada taraf 5% maupun 1% Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada korelasi positif yang signifikan antara Pendidikan Agama Islam (variabel x) dengan pencapaian keluarga skainah (variabel y). Langkah 6
: Membuat Kesimpulan
Ternyata antara Pendidikan Agama Islam dengan pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan Babadan Ponorogo ada korelasinya. Karena hasil hitungan menunjukkan korelasi
75
positif, maka hubungan itu merupakan yang searah. Bila Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan baik maka pencapaian keluarga sakinah di kelurahan Patihan Wetan juga baik begitu sebaliknya.
76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Proses Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan baik yang bersifat fardiyah (pribadi masing-masing) atau jama’iyah (bersamasama) berjalan dengan baik. Banyaknya kegiatan yang telah diprogram oleh organisasi yang ada di masyarakat, banyaknya lembaga pendidikan Islam, keaktifan tokoh masyarakat dan pengurus pengajian dalam memberikan bimbingan serta meningkatnya kesadaran masyarakat membantu kelancaran proses Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan sehingga menjadi masyarakat yang agamis. 2. Usaha-usaha yang dilakukan warga masyarakat dan tokoh masyarakat serta pengurus pengajian untuk membina pencapaian keluarga sakinah masih terus berjalan. Diantaranya dengan menjadikan keluarga sebagai sarana
awal
dalam
menanamkan
nilai-nilai
agama
Islam
dan
memberikan pendidikan baik pendidikan umum atau agama, serta mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di Kelurahan Patihan Wetan diharapkan dapat menciptakan keluarga sakinah. 3. Proses Pendidikan Agama Islam di Kelurahan Patihan Wetan yang bersifat fardiyah maupun jama’iyah berpengaruh terhadap pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan. Sebuah keluarga muslim
77
yang terdidik, berpikiran maju dan mengerti serta melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing sehingga membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta menjauhkan dari api neraka.
B. Saran 1. Kelurahan Patihan Wetan untuk tahun-tahun yang akan datang hendaknya lebih ditingkatkan lagi. Untuk kegiatan halaqah atau pengajian tidak hanya dilakukan di Kelurahan Patihan Wetan. Namun dilakuakn di tempat wisata alam selain tadabbur alam juga pikiran semakin fresh dan keimanan juga semakin bertambah. Sehingga motivasi untuk beribadah frekuensinya juga meningkat. 2. Dalam pencapaian keluarga sakinah di Kelurahan Patihan Wetan walaupun sudah baik, hendaknya warga dibimbing oleh para tokoh masyarakat
serta aparatur kelurahan
untuk
lebih
meningkatkan
pencapaian keluarga sakinah, sehingga tercapai keluarga sakinah plus. Diantaranya dengan mengadakan diklat pembinaan pencapaian keluarga sakinah untuk warga yang sudha menikah dan yang usia waktu nikah.
78
PENUTUP
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Illahi Robbi, sebagai kata akhir dari penulisan dan penyusunan skripsi ini, karena berkat hidayah serta inayah-Nya skripsi ini dapat penulis selesaikan. Sebagai insan yang dhoif, penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini sudah barang tentu banyak kekuranagn dan kesalahan, oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan bagi penulis, semoga menjadi bekal dalam meniti kehidupan yang akan datang. Amin.
79
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrosyi, M. Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Arifin M. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2996. Al Toumy Al-Syaibany, Omar Muhammad. Falsafah Pendidikan Islami, Terjemahan Dr. Hasan Langgulung. Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Akbar, Ali. Merawat Cinta Kasih. Jakarta: Pustaka Antara, 1995. Bukhori. Shohih Bukhori. Beirut: Darul Fikri, 1981. Daradjat, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1984. Djamaluddin dan Aly, Abdullah. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1999. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kabus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: Toha Putra, 1989. Gunawan, Ari H. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Haroen, Nasrun. Ushul Fiqh I. Jakarta: Logos, 1997. Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003. Hasan, Hasniah. Mewujudkan Keluarga Bahagia Sejahtera. Surabaya: Amin, 1987. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 2000.
80
Ihsan, Fuad. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Ihsan, Hamdani dan Ihsan A. Fuad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 1998. Machfud M. Keluarga Sakinah (Membina Keluarga Bahagia). Surabaya: Citra Pelajar, tt. Misykini, Ali. Keluarga Sakinah. Bogor; Cahaya, 2004. Musthofa, Abu Abdullah. Bahtera Keluarga Sakinah (Hamparan Mutiara Nasihat). Jakarta: Darul Falah, 2003. Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al-Ma’arif, 1989. Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Muslim. Shohih Muslim. Beirut: Darul Fikri, 1993. Mardalis. Metode Peneitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah. Beirut: Darul fikri, 1995. Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001. Rifa’I, Moch. Ushul Fiqih. Bandung: Al-Ma’arif, 1973. Rathomy, Muh. Abdul. Peribahasa Arab. Bandung: Al-Ma’arif, 1982. Soeloeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Eresco, 1993. Salam, Lubis. Menuju Keluarga Sakinah Mawaddah Wa Rohmah. Surabaya: Terbit Terang, tt. Shihab, Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Jakarta: Mizan, 1992. Takariawan, Cahyadi. Pernik-Pernik Rumah Tangga Islami. Solo: Intermedia, 2001.
81
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Surabaya: Pustaka Agung Harapan, tt. UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Bandung: Citra Umbara, 2003. UU No 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Semarang: Aneka Ilmu, 1992. Zuhairini. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ilmu Hadits. Surabaya: Bina Ilmu, 1993.