BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah wadah untuk meningkatkan derajat manusia dari berbagai bidang. Pendidikan menjadi sebuah tujuan bangsa Indonesia untuk mencerdaskan anak bangsa yang wajib ditempuh oleh semua warga negara dengan program wajib belajar 9 tahun. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Meski tidak semata-mata dengan pendidikan seseorang akan meraih sebuah kesuksesan. Akan tetapi, setidaknya dengan pendidikan akan dapat mendewasakan pola pikir seseorang untuk hidup lebih maju. Menurut Dinn Wahyudin (2008: 1.1) pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiaannya. Seperti telah diungkapkan di atas, proses pemanusian manusia terjadi agar manusia tidak tertindas oleh sesama manusia dari segala segi. Baik dari segi lahir, maupun segi batin manusia harus mendapatkan perlakuan yang selayaknya sehingga tidak ada penindasan. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa untuk memanusiakan manusia diperlukan adanya pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya bukan hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat. Mengenai pendidikan di sekolah, proses pendidikannya tertuang dalam satuan pendidikan yang lebih dikenal dengan sebutan kurikulum.
1
Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan jenjang pendidikan yang sangat penting dalam mempersiapkan peserta didik menuju masa depan. SMA harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, secara sosial-intitusional maupun fungsional-akademik, baik secara proses maupun keluaran. Dari sisi sosial-institusional berarti SMA harus dipersiapkan agar dapat berfungsi sebagai tempat terjadinya proses sosialisasi antara peserta didik yang akhirnya akan mengantarkan peserta didik ke arah dewasa secara mental dan sosial. Oleh karena itu, keberadaan SMA yang berkualitas diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah mempunyai pendekatan pembelajaran yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya. Proses pembelajaran pendidikan jasmani bukan hanya menekankan pada aspek psikomotor saja tetapi juga menekankan pada aspek kognitif dan aspek afektif. Benyamin S. Bloom (2001: 6-10), berpendapat bahwa proses pembelajaran secara umum yang berada sekolah harus menggambarkan disiplin pengetahuan, keterampilan serta perilaku yang meliputi ranah kognitif, psikomotorik, serta afektif. Tuntutan inilah yang mengakibatkan perlunya diadakan pendekatan pembelajaran yang bisa melibatkan dan mengembangkan seluruh aspek pendidikan tersebut. Karena tujuan dari pendidikan jasmani sendiri dapat tercapai secara tepat apabila proses pembelajaran pendidikan jasmani dikembangkan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara bersamaan.
2
Sehubungan dengan ini, proses pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak dapat terlepas dari peran seorang guru sebagai warga negara dan warga masyarakat. Apalagi guru dikenal sebagai tenaga profesional kependidikan dan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam menangani program pendidikan di sekolah. Seorang guru tidak hanya harus banyak mengetahui tentang permainan, tetapi juga harus mampu membangun keterampilan permainan. Hal ini membutuhkan pengembangan aspek kognitif dengan pola berpikir cepat dan tepat, berimplikasi pada penampilan gerak dan bentuk afektif yang harus dilakukan. Dalam proses pembelajaran di sekolah, seorang guru pendidikan jasmani akan dihadapkan dengan berbagai macam alat, fasilitas, keadaan murid, dan kondisi lingkungan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu seorang guru pendidikan jasmani diharapkan dapat belajar sepanjang hayat seirama, bertindak atas dasar berpikir yang mendalam, siap menyumbangkan pertimbangan-pertimbangan kritis, memiliki pengetahuan yang luas dan pemahaman yang mendalam, dimana memperolehnya, dan bagaimana memaknainya
serta
melakukan
inovasi
dalam
pembelajaran
untuk
menghadapi tantangan kemajuan sains dan teknologi. Seiring dengan perkembangan pembelajaran pendidikan jasmani yang begitu pesat. Berbagai pemikiran timbul agar pembelajaran pendidikan jasmani lebih kreatif, atraktif, dan mencapai tujuan pendidikan jasmani yang sebenarnya. Perubahan paradigma tujuan pendidikan telah diikuti pula oleh perubahan tujuan pendidikan jasmani. Para ahli seperti Mitchell, Oslin, dan
3
Griffin (2006) mengenalkan suatu model pembelajaran jasmani yang menggunakan pendekatan taktik. Mereka menuliskan tujuan utama dari model pembelajaran menggunakan pendekatan taktik dalam buku Teaching Sport Concepts and Skills, (Mitchell, Oslin, and Griffin, 2006: 8). Para ahli tersebut berpendapat bahwa suatu pembelajaran yang menggunakan pendekatan taktik dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam permainan. Konsep model pembelajaran pendekatan taktik sendiri saat ini menjadi bagian dari hasil pengembangan kurikulum Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi 2009 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta dan menetapkan Pembelajaran Pendekatan Taktik: Teori dan Konsep sebagai mata kuliah yang wajib ditempuh sebagai prasyarat mata kuliah-mata kuliah Pengajaran Permainan. Mata kuliah-mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah baru yang masih memerlukan banyak masukan agar terjadi pengembangan yang bersifat perbaikan. Pada tanggal 30-31 Juli 2010 salah satu tim penelitian Research Grant I-MHERE Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi mengadakan Sosialisasi dan Workshop Model Pembelajaran Pendekatan Taktik. Peserta yang mengikuti program ini adalah guru pendidikan jasmani SMA di Kota Yogyakarta dan di Kabupaten Bantul. Oleh karena itu, seharusnya guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul sudah mengetahui konsep model pembelajaran pendekatan taktik.
4
Akan tetapi, sering muncul beberapa kendala yang harus dihadapi guru pendidikan jasmani di SMA dalam proses pembelajaran, diantaranya dalam menyampaikan pembelajaran melalui permainan, guru pendidikan jasmani tetap menekankan pada teknik sehingga waktu yang digunakan siswa untuk merasakan permainan tentunya sangat sedikit. Akibatnya, siswa merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, mereka kurang mendapatkan banyak pengalaman dalam bermain sehingga siswa sering kali mengalami hambatan untuk melakukan penampilan yang terarah pada kerjasama dan kompetisi. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran permainan yang tetap melibatkan siswa pada struktur permainan tanpa harus menekankan pada penguasaan keterampilan melalui drill. Berdasarkan studi pendahuluan, sebenarnya proses pembelajaran pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul sudah berjalan dengan lancar. Dapat dikatakan lancar karena semua SMA Negeri di Bantul telah melaksanakan kegiatan belajar mengajar Penjasorkes. Namun, penekanan penguasaan teknik yang berlebihan pada siswa akan mengakibatkan kebosanan, terutama bagi siswa SMA yang lebih menyukai pembelajaran secara empiris. Penguasaan teknik pada permainan bukannya tidak penting, tetapi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani pengembangan harus meliputi seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Fakta yang ada pada alokasi waktu untuk pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah setiap kelas hanya 2 x 45 menit dalam satu minggu. Padahal, penekanan pada
5
taktik akan membawa pada kesadaran ruang dan terbentuknya teknik permainan dengan baik sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Begitu pula dengan aspek kognitif yang dapat dikembangkan dengan baik. Dari pengamatan yang saya lakukan, beberapa guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul memang belum paham benar tentang pengertian dan penerapan model pembelajaran pendekatan taktik. Padahal guru pendidikan jasmani di SMA Negeri di Kabupaten Bantul sudah pernah mendapatkan konsep model pembelajaran pendekatan taktik dalam Sosialisasi dan Workshop Model Pembelajaran Pendekatan Taktik yang diadakan oleh tim penelitian Research Grant I-MHERE Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi. Namun, pada kenyataanya masih banyak guru Penjasorkes masih menekankan pada penguasaan teknik dalam proses pembelajaran. Bahkan, beberapa guru dalam mengajar masih ada yang membatasi ruang gerak dan terbentuknya teknik permainan dengan metode drill. Sedangkan pemahaman akan konsep permainan yang dieksplorasi dalam model pembelajaran pendekatan taktik memiliki potensi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dan kinerja guru ketika membelajarkan pendidikan jasmani. Dengan demikian, persepsi guru pendidikan jasmani SMA N di Kabupaten Bantul terhadap pembelajaran pendekatan taktik perlu diangkat ke dalam suatu penelitian, sehingga dapat diketahui persepsi guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul terhadap model pembelajaran pendekatan taktik.
6
Mengacu pada permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini dapat dilakukan untuk mengetahui persepsi guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul terhadap model pembelajaran pendekatan taktik. Jika persepsi guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul tentang model pembelajaran pendekatan taktik baik, maka harapannya proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi di SMA Negeri di Kabupaten Bantul dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Belum diketahui kendala yang dihadapi guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul dalam penerapan model pembelajaran pendekatan taktik. 2. Belum banyak guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul yang mengetahui tentang kajian teoritis dan kajian praktis model pembelajaran pendekatan taktik. 3. Belum diketahuinya persepsi guru pendidikan jasmani SMA Negeri di Kabupaten Bantul terhadap model pembelajaran pendekatan taktik. C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini hanya dibatasi pada permasalahan tentang persepsi guru pendidikan jasmani Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bantul terhadap model pembelajaran pendekatan taktik.
7
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang “Seberapa positif persepsi guru pendidikan jasmani Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bantul terhadap model pembelajaran pendekatan taktik?” E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi guru pendidikan jasmani Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Bantul terhadap model pembelajaran pendekatan taktik. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait, diantaranya : 1. Teoritik a. Membuktikan bahwa model pembelajaran pendekatan taktik memiliki aplikasi pembelajaran pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Membangun
persepsi
di
kalangan
pendidik
bahwa
model
pembelajaran pendekatan taktik efektif dan efisien untuk digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan jasmani. c. Dapat memperkaya konsep atau teori dalam meningkatkan mutu proses belajar mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani.
8
2. Praktis Manfaat praktis dilakukannya penelitian ini diantaranya: a. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pengembangan peningkatan kinerja dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi terhadap pembelajaran pendidikan jasmani sehingga lebih kreatif dalam mengajar. b. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pengembangan penelitian dalam bidang pendidikan jasmani, serta dapat dijadikan sebagai bekal pengetahuan bagi calon guru Penjasorkes mengenai model pembelajaran pendekatan taktik di sekolah. Selain itu, dapat menjadi referensi pembelajaran mahasiswa PJKR FIK UNY yang menggunakan kurikulum PJKR 2009 terkait untuk pemahaman materi mata kuliah Pembelajaran Pendekatan Taktik. c. Bagi
lembaga,
manfaat
dilakukannya
penelitian
ini
adalah
memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam usaha perbaikan atas kekurangan yang ada dalam mengembangkan penerapan model pembelajaran pendekatan taktik.
9