BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok pada remaja yang masih berstatus siswa atau pelajar merupakan kebiasaan simbolisasi yaitu simbol kematangan dan daya tarik terhadap lawan jenis. Tidak sedikit para orang tua yang mencemaskan anak remajanya merokok karena perilaku mereka. Merokok menurut konsep kesehatan adalah kebiasaan yang mengandung resiko terhadap penyakit tertentu apalagi usia mereka masih muda. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini remaja akan mengalami perubahan yaitu perubahan emosi, perubahan fisik, sosial dan psikis. Sikap remaja sangat dipengaruhi oleh konsep dirinya. Salah satu bentuk dari konsep diri yang positif adalah rasa percaya dirinya. Rasa percaya diri adalah percaya pada dirinya sendiri, percaya akan kemampuan yang dimilikinya, tanpa membanding-bandingkan dengan orang lain dan selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Merokok merupakan kegiatan yang masih banyak dilakukan oleh banyak orang, walaupun sering ditulis disurat-surat kabar, majalah dan media lain yang menyatakan bahayanya merokok. Bagi pecandunya, mereka dengan bangga menghisap rokok di tempat umum, kantor, rumah, jalan, dan sebagainya.
1
2
Di tempat-tempat yang telah diberi tanda “dilarang merokok” sebagian orang ada yang masih terus merokok. Anak-anak sekolah yang masih berpakaian seragam sekolah juga ada yang melakukan kegiatan merokok. Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah-olah sudah menjadi lingkaran setan. Ditinjau dari segi kesehatan merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Di Indonesia kegiatan merokok sering kali dilakukan individu dimulai di Sekolah Menengah Atas, bahkan mungkin sebelumnya. Kita sering melihat di jalan atau tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat “nongkrong” anak-anak tingkat Sekolah Menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di Sekolah Menengah, kebanyakan pada siswa laki-laki merokok merupakan kegiatan yang menjadi kegiatan sosialnya. Menurut mereka merokok merupakan lambang pergaulan bagi mereka. Siswa yang berada dalam masa remaja yang merasa dirinya harus lebih banyak menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok sebaya dari pada normanorma orang dewasa. “Remaja menganggap merokok sebagai lambang pergaulannya, khususnya pada siswa laki-laki bahwa merokok sebagai suatu tuntutan pergaulan bagi mereka “bahwa remaja rokok dan alkohol merupakan lambang kematangan” 1.
1
Elizabeth, BHurlock. Psikologi Perkembangan. ( Jakarta: Gramedia, 1999), h. 223.
3
Sebagai seorang remaja mereka menggunakan berbagai cara agar terlihat dewasa. Pada masa remaja ada sesuatu hal lain yang sama pentingnya dengan kedewasaan, yakni solidaritas kelompok dan melakukan apa yang dilakukan oleh kelompok. Apabila dalam suatu kelompok remaja telah melakukan kegiatan merokok maka individu remaja merasa harus melakukannya juga. Individu remaja tersebut mulai merokok karena individu dalam kelompok remaja tersebut tidak ingin dianggap sebagai orang asing, bukan karena individu tersebut menyukai rokok. Alasan utama menjadi perokok adalah karena ajakan teman-teman yang sukar ditolak, selain itu juga, ada juga pelajar pria mengatakan bahwa pria menjadi perokok setelah melihat iklan rokok. Ini berarti bahwa tindakan merokok diawali dari adanya suatu sikap, yaitu kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak, setuju atau tidak setuju terhadap respon yang datang dari luar dalam hal ini adalah rokok 2. Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupkan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku merokok selain disebabkan faktorfaktor dari dalam diri, juga disebabkan dari factor lingkungan. Remaja mulai merokok dikatakan oleh Erikson (dalam Komalasari, 2002) berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Seperti yang dikatakan olehbahwa perilaku
2
Sitepoe, Kekhususan Rokok Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000) , h. 20.
4
merokok bagi remaja merupakan perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis. 3 Rokok menjadi gaya hidup dan citra diri seseorang yang sehat. Rokok dapat membuat orang yang
menghisapnya merasa tenang danpercaya diri, begitulah
pengakuan dari sebagian perokok.4 Banyak alasan orang merokok. Ada yang karena gengsi, gaya hidup, iseng, atau hanya ingin terlihat macho (keren) dan gaul. Efek yang dirasakan kebanyakan para perokok itu adalah efek sugesti yang bersifat psikologis. Efek secara psikologis memang dapat langsung dirasakan. Perasaan terlihat lebih macho (keren), lebih percaya diri, lebih tenang, dan efek-efek menyenangkan lainnya. Namun selain efek tersebut ada efek lain yang pelan-pelan menyusup di balik tubuh, yaitu suatu penyakit yang ditimbulkan oleh rokok salah satunya adalah serangan jantung, batuk, dan kanker. Seringkali demi pergaulan orang yang tidak merokok ikut-ikutan menghisap rokok walau hanya satu batang. Selain itu sebagian remaja merokok disebabkan karena tekanan hidup. Mungkin karena tidak mendapat kasih sayang keluarga, gagal dalam pelajaran, dihina dan sebagainya. Jadi, untuk mendapatkan ketenangan, melepaskan segala ketegangan
3
Brigham, Social Psychology, ( Boston: Harper Collins Publisher, Inc , 1991), h. 2.
4
Setiono, Mangoenprasodjo , Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing
2005), h. 47.
5
fikiran, mereka pun merokok atas dorongan teman-temannya atau akibat tekanan yang datang dari dalam diri mereka sendiri. Setelah di coba, rokok dapat memberi sedikit kelegaan sementara waktu tanpa memikirkan efek samping yang lebih buruk dan berkepanjangan dibanding dengan manfaatnya yang hampir tidak ada, secara perlahan-lahan remajapun menjadi perokok. pandangan Islam tentang rokok sebagian aliran menganggap perokok sebagai suatu perilaku yang buruk. Tembakau (tabacco) atau rokok mulai terlihat dan digunakan oleh sebagian penduduk dunia pada abad kesepuluh Hijriah. Berawal dari sinilah berbagai aliran berbicara dan menjelaskan hukumnya menurut Syar‟i, hasilnya terdapat berbagai macam pendapat, sebagian aliran mengharamkannya, sebagian mewajibkannya, sebagian memakruhkan, sebagian membolehkan, dan ada aliran modern yang mempunyai pendapat sendiri. Di antara pendapat para aliran tersebut antara lain:5 1. Aliran yang mengatakan hukum rokok haram, diantaranya Syaikhul Islam Ahmad As Sanhuri, Syaikhul Al Malikiyah Ibrahim, Abdul Ghaits Al Qasyasyi, dan Najmuddin bin Badruddin, dengan alasan bahwa rokok dianggap berbahaya dan berdampak negatif (dampak terhadap tubuh dan keuangan). Firman Allah SWT dalam surah Qs. Al-Israa : 27 yang berbunyi:
5
Budi setiawan, Utomo, Fiqih Aktual. (Jakarta: Gema Insani, 2003), h. 210.
6
2. Hukum rokok dapat dikatakan wajib menurut sebagian ulama‟ pengikut imam mazhab di antaranya Ibnu Taimiyah, jika dalam keadaan darurat di mana seseorang benar-benar membutuhkan rokok untuk kemaslahatannya yang dikhawatirkan jika tidak mengkonsumsi maka menimbulkan mudharat seperti mengkonsumsi rokok untuk pengobatan.6 3. Aliran yang mengatakan hukum rokok menurut syar‟i adalah makruh yaitu Syaikh Abu Sahal Muhammad bin Al Wa‟idz Al Hanafi, dengan alasan: a.
Perokok itu tidak akan terlepas dari bahaya yang ditimbulkan oleh rokok itu sendiri baik dalam jumlah yang sedikit maupun banyak.
b.
Menghamburkan harta dengan sia-sia.
c.
Dapat menggangu orang yang ada di sekitarnya karena baunya yang kurang enak.
d.
Rokok dapat membuat orang lalai dalam beribadah maupun kegiatan yang lainnya.
4. Aliran yang mengatakan hukum rokok menurut syar’i adalah mubah (boleh) yaitu Al „Alamah Asyeikh Abdul Ghani Annablisi dan Syeikh Mustafa
6
Abdullah, Fikih Darurat. (Jakarta: Pustaka Azzam, 1996), h. 42.
7
Assuyuti Arrahbani, dengan alasan bahwa asal dari segala sesuatu itu adalah Mubah (boleh) sebelum ada dalil Syar‟i yang sharih yang mengharamkannya.
Rokok itu ibarat api, ia membakar nyawa dan jiwa kita. Walaupun hanya sekedar iseng atau sekedar coba-coba. Karena sekali mencoba seseorang akan merasa ketagihan. Perokok digambarkan dengan image bergaya, lambang status, pertanda kejantanan pada pria yang bergaya, begitu juga wanita. Semua iklan-iklan rokok memamerkan dan menggambarkan perokok hidup kaya-raya, jantan, sehat dan bergaya. Jadi, remaja yang mengidolakan gaya hidup mereka akan mudah terpengaruh serta meniru si perokok yang digambarkan hebat melalui iklan-iklan rokok. Observasi awal
pada tanggal 26 November 2015 di sekolah SMK NU
Pekauman Banjarmsin peneliti melihat sehabis pulang sekolah biasanya ada sekumpulan siswa yang duduk-duduk di pinggir jalan sambil merokok, baik dengan pasangannya maupun dengan teman-temannya. Bagi siswa yang perokok, merokok merupakan kebutuhan sehari-hari dan sulit untuk ditinggalkan karena dengan merokok mereka merasa lebih percaya diri. Ada kekhawatiran terhadap perilaku merokok pada remaja tersebut, yakni semakin muda seseorang mulai menjadi perokok, maka akan semakin besar kemungkinan yang bersangkutan menjadi perokok berat diusia dewasa. Sebagian siswa SMK NU Pekauman Banjarmsin yang merokok, mereka memiliki berbagai alasan tentang perilaku merokok diantaranya:
8
ada yang mengatakan hanya sekedar ingin mencoba, karena pengaruh teman, sebagai image diri dan sebagai penghilang stres. Merokok seakan-akan telah menjadi budaya. Hal ini ditambah dengan gencarnya iklan-iklan rokok yang mengidentikkan perokok dengan kejantanan, kesegaran dan keperkasaan. Bagi remaja, semakin muda usia mereka untuk menghisap rokok, maka semakin tumbuh rasa bangga pada diri remaja khususnya bagi para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah.7 Sejalan dengan itu, menambahkan bahwa dahulu rokok sinonim dengan menjadi gentleman, namun pada abad ke-20, akibat perkembangan teknologi telekomunikasi dan media, rokok ditampilkan makin sering dan luas ke masyarakat sebagai simbol kejantanan. Akibatnya jelas, merokok menjadi gaya tersendiri bagi banyak orang. Pengaruh perilaku merokok di kalangan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri remaja ketika mereka sedang mencari jati dirinya. b) Faktor eksternal yaitu berupa pengaruh dari orang tua, pengaruh lingkungan, pengaruh teman dan pengaruh iklan. Ketika seorang anak laki-laki memiliki hubungan yang baik dengan orang dewasa yang membuatnya merasa difahami, dihargai dan diinginkan; ketika ia merasa didukung sehingga ia berprestasi di sekolah, menjadi kompeten dan percaya diri; dan
7
Setiono, Mangoenprasodjo , Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing 2005), h. 1.
9
melalui keterikatannya yang beraneka ragam, ia belajar bersosialisasi dan belajar menghadapi masa depan dengan rasa kepercayaan diri dan keberanian. Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang memiliki derajat paling tinggi karena kelebihan akal yang dimiliki, sehingga sepatutnyalah ia percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imron ayat 139, sebagai berikut:
Remaja sering menyalah artikan pengertian percaya diri, dengan adanya penampilan dan gaya hidup maka tercipta suatu sikap yang disebut percaya diri. Remaja lebih percaya diri jika mereka telah berpenampilan mewah dan memiliki gaya hidup yang modern, di mana perilaku ini sudah menjadi suatu tuntutan di kalangan remaja. Misalnya berangkat sekolah dengan menggunakan kendaraan sendiri, penampilan serba mewah, membawa HP, merokok dan lain sebagainya. Tingkah laku semacam ini sudah menjadi trend di kalangan remaja. Perilaku merokok di kalangan siswa, sekilas dipandang memang hal yang sepele dan jarang sekali dibahas oleh sebagian orang tetapi sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Observasi lebih lanjut yang dilakukan peneliti di SMK NU Pekauman Banjarmasin pada bulan Desember 2015 dan Januari 2016, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa di sekolah ini memiliki gaya hidup yang
10
modern, diantaranya berpenampilan serba mewah, berangkat sekolah dengan membawa kendaraan sendiri, membawa Hp serta merokok. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru dinyatakan bahwa para guru sering mendapati lebih dari tiga puntung rokok di kamar mandi siswa, kemungkinan mereka melakukannya pada saat jam istirahat. Peneliti sendiri juga membuktikan dan melihat langsung di kamar mandi siswa terdapat beberapa puntung rokok. Bagi sebagian murid laki-laki yang perokok, mereka juga mengatakan bahwa jika mereka ingin merokok biasanya mereka melakukannya secara diam-diam di kamar mandi atau pada saat pulang sekolah karena peraturan sekolah melarang para siswa merokok pada saat jam pelajaran atau ketika di lingkungan sekolah. Diantara alasan mereka merokok adalah hanya sekedar ingin mencoba, meniru teman dan sebagai penghilang stres. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Sikap Percaya Diri Siswa di Sekolah SMK NU Pekauman Banajarmasin”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apakah Ada Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Sikap Percaya Diri Pada Siswa di SMK NU Pekauman Banjarmasin Tahun Pelajaran 2015/2016? C. Alasan Memilih Judul Saat ini merokok menjadi kebiasaan yang sangat lumrah kita temui, tidak hanya bagi kaum dewasa tetapi juga bagi kaum remaja. Sebagai praktisi pendidikan, hal ini membuat saya prihatin khususnya pada generasi muda yang sangat lekat
11
terhadap kebiasaan merokok. Kita semua ketahui bahwa kebiasaan ini sangatlah buruk terutama bagi kesehatan.
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui arah tujuan yang dicapai, maka dalam penelitian ini tujuannya adalah sebagai berikut: Untuk Mengetahui Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Sikap Percaya Diri Pada Siswa di SMK NU Pekauman Banjarmasin. E. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi dikemukakan “Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dalam melaksanakan penelitian”8. Sedangkan ahli lain mengemukakan “Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”9. Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan asumsi adalah anggapan dasar yang sudah diyakini kebenarannya tanpa memerlukan pembuktian lagi. 2. Hipotesis
8
9
Ahyar Yusuf, Sutrisno. Pedoman Penulisan Skripsi. ( Mataram: IKIP, 2003), h. 14. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 65.
12
Dalam buku Prosedur Penelitian dikemukakan “ Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”10. Sedangkan ahli lain mengemukakan “Hipotesis adalah pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan masih perlu dibuktikan kebenarannya”11. Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah pernyataan atau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti kenyataanya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini: Ada Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Sikap Percaya Diri Siswa di sekolah. F. Siknifikasi Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau rujukan bagi peneliti yang memusatkan perhatian tentang pengaruh kebiasaan merokok terhadap sikap percaya diri pada remaja. 2. Kegunaan secara Praktis a. Bagi guru
10
Ibid. h.71.
11
Sutrisno Hadi. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2000), h. 201.
13
Pembimbing dapat membantu memecahkan masalah yang dialami siswa dengan memberikan layanan bimbingan konseling khususnya yang berkaitan dengan masalah merokok. b. Bagi orang tua Sebagai bahan masukan bagi para orang tua untuk dapat memilih lingkungan yang baik untuk anak. c. Bagi siswa Sebagai bahan masukan agar mengetahui bahayanya kandungan rokok dan pentingnya menjaga kesehatan. d. Bagi peneliti Menambahkan wawasan dan pengetahuan penulisan sehingga dapat mengembangkannya dengan lebih luas baik secara teoritis maupun praktis. G. Asumsi Penelitian Dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi dikemukakan “Asumsi adalah anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dalam melaksanakan penelitian”.12 Sedangkan ahli lain mengemukakan “Asumsi adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. 13 Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan asumsi adalah anggapan dasar yang sudah diyakini kebenarannya tanpa memerlukan pembuktian lagi. 12
Yusuf Ahyar, Sutrisno, Pedoman Penulisan Skripsi. (Mataram: IKIP 2003), h. 14.
13
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian. (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h. 65.
14
H. Ruang Lingkup Penelitian Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMK NU Pekauman Banjarmasin.
2.
Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah terbatas pada siswa putra kelas X dan XI di SMK NU Pekauman Banjarmsin.
3. Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah perilaku merokok dan sikap percaya diri pada siswa putra yang meliputi kepercayaan diri siswa ketika berinteraksi dengan lingkungan sekolah, kepercayaan diri siswa ketika berinteraksi dengan lawan jenis, kepercayaan diri siswa ketika menghadapi masalah di sekolah. Ciri-cirinya siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri cenderung stress untuk menghilangkan stress tersebut mereka menghilangkannya dengan aktivitas merokok, siswa yang tidak memiliki kepercayaan diri cenderung malu ketika berinteraksi dengan lingkungan atau lawan jenisnya. I. Definisi Operasional
15
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang dianggap penting yaitu : 1. Perilaku merokok adalah kegiatan menghisap rokok, di mana rokok itu sendiri adalah gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yang dibungkus (daun kertas/rokok) yang jika dibakar akan mengahasilkan asap dan asap itu sendiri yang dinikmati dari aktivitas merokok. “Kebiasaan merokok ini menggunakan teori Mu‟tadin yaitu : a. Pengaruh orang tua yang dideskripsikan dengan imitasi peran, kondisi ekonomi keluarga. b. Pengaruh teman, yang dideskripsikan dengan: konformitas dalam kelompok, penyesuain dalam kelompok. c. Faktor kepribadian, yang dideskripsikan dengan: minat, jati diri. d. Pengaruh iklan, yang dideskripsikan dengan: trend, persepsi iklan.14. 2. Sikap percaya diri Dalam buku Kewiraswastaan dikemukakan “Kepercayaan diri adalah sifat internal pribadi seseorang dan bersifat sangat relatif, baik antara
14
Mar‟at. Sikap Manusia dan Pengukurannya. (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1981), h. 13.
16
seseorang dengan orang lain ataupun pada seorang tetapi beda tugas atau pekerjaan yang dihadapinya” 15. Sedangkan ahli lain mengemukakan “Kepercayaan diri merupakan sikap mental seseorang dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu dengan kemampuannya”16. Dari pendapat ahli di atas, maka yang dimaksud dengan sikap percaya diri adalah sikap positif seorang individu dalam menilai diri maupun objek sekitarnya sehingga orang tersebut mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya untuk dapat melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. J. Sistematika Penulisan Dalam hal ini penulisan akan menggambarkan sedikit tentang materi yang akan penulis teliti: Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, anggapan dasar atau asumsi penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional judul, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori 15
Soesarsono, Wijayandi. Algensindo,2004), h. 33. 16
Pengantar
Kewiraswastaan.
(Bandung:
Sinar
Baru
Ghufron dan Rini. Pikologi Pendidikan. ( Jakarta: PT Rineka Cipta Indonesia,2010), h.35.
17
Bab ini akan menguraikan tentang teori-teori yang dipergunakan dalam pembahasan permasalahan, pengertian percaya diri, ciri-ciri individu yang memiliki sikap percaya diri, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap percaya diri, langkahlangkah membangun sikap percaya diri, manfaat sikap percaya diri, pengertian perilaku merokok, aspek-aspek dalam perilaku merokok, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, pandangan masyarakat tentang perilaku merokok, manfaat dan kerugian merokok. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini menguraikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik analisi data dan teknik pengumpulan data. Bab IV Hasil Penelitian Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum obyek penelitian, pembahasan dari penelitian, penyajian data dan analisi data. Bab V Kesimpulan Pada bab ini tentang kesimpulan dan saran yang mungkin bermanfaat bagi para pembaca.