BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat
hubungannya dengan aktivitas manusia untuk mengejar kehidupan modern. (Darmono, 2001). Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi akan mengubah iklim lokal, regional, dan global, sehingga menaikkan jumlah radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke permukaan bumi (Darmono, 2001). Isu kerusakan lingkungan yang saat ini sudah menjadi masalah regional bahkan sudah menjadi kekhawatiran internasional yaitu terjadinya penipisan lapisan ozon. Mulanya lapisan ozon (O 3 ) ini berfungsi dengan baik menyerap energi tinggi sinar ultraviolet matahari. Namun terjadinya penipisan lapisan ozon di stratosfir 10 hingga 15 kilometer di atas permukaan bumi mengakibatkan sinar ultraviolet masuk ke bumi dalam jumlah yang mengancam kehidupan di bumi. Lapisan ozon di atas permukaan bumi telah mengalami kerusakan akibat terlepasnya beberapa jenis bahan kimia ke udara bebas (Mukono, 1997) Bahan kimia yang diidentifikasi dapat menyebabkan kerusakan lapisan ozon adalah senyawa kimia yang mengandung atom chlorine dan bromine. Salah satu senyawa
kimia
yang
mengandung
atom
chlorine
tersebut
adalah
CFC
(Chlorofluorocarbon) yang merupakan salah satu gas rumah kaca. Gas rumah kaca inilah yang nantinya menyebabkan radiasi matahari terperangkap di atmosfer bumi.
1 Universitas Sumatera Utara
Hal ini berlangsung berulang kali, lalu terjadilah akumulasi radiasi matahari di atmosfer bumi yang menyebabkan suhu di bumi menjadi semakin hangat. Kegiatan servicing lemari es dan AC (Air Conditioner) pada mobil merupakan sektor yang memanfaatkan chlorine pada CFC (chlorofluorocarbon) dan HCFC (hydrochloro-fluorocarbon) yaitu digunakan sebagai bahan pendingin. Penyelidikan membuktikan CFC juga menyumbang 15 persen terjadinya Efek Rumah Kaca di samping gas karbon (CO 2 ), metana (CH 4 ), dan nitrogen (NO X). (Kementrian Lingkungan Hidup, 2005) Bahan kimia yang saat sekarang ini dipakai untuk mengganti CFC adalah HCFC (hydro-chlorofluorocarbons) dan HFC (hydrofluorocarbons seperti R-134a). HFC merupakan jenis refrigerant yang lebih aman karena tidak mempunyai unsur khlor. Oleh sebab itu tidak merusak lapisan ozon dan nilai ODP (Ozone Depleting Potential, yakni potensi suatu bahan merusak lapisan ozon) sama dengan nol. (Unit Ozon Nasional, 2005). Teknologi refrigerasi
memiliki kontribusi
langsung
pada kerusakan
lingkungan diantaranya penipisan lapisan ozon dan pemanasan global melalui kebocoran dan buangan refrigeran ke lingkungan.Terkait dengan hal ini, Protokol Kyoto tahun 1997 tentang perubahan iklim bumi telah mengatur penggunaan refrigerant yang termasuk dalam gas rumah kaca, yakni HFC (Hidro Fluoro Carbons). Pemanfaatan teknologi refrigerasi salah satunya yaitu digunakan pada AC mobil. Menurut hasil survey dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Kimia pada 2002 silam diketahui bahwa di DKI Jakarta terdapat lebih dari 4.000
Universitas Sumatera Utara
bengkel airconditioner (AC) mobil. Dari jumlah itu, 60 persen bengkel terbukti memakai hydrofluorocarbons (HFC) palsu. HFC adalah bahan isi ulang AC yang ramah lingkungan. Meski mengklaim HFC pada labelnya, isi tabung-tabung AC tersebut bukan HFC, melainkan chlorofluorocarbon (CFC)-12 atau CFC-11. Ini adalah bahan kimia pembobol lapisan ozon yang dilarang secara internasional. ITB menduga praktik menipu yang dapat merusak ozon ini terjadi pula di kota-kota selain Jakarta. Survei tersebut didukung oleh adanya data yang diperoleh dari Pelabuhan Belawan, Medan, pada Agustus 2006. Puluhan tabung HFC palsu dari Cina dan India berhasil diketahui penilik. Kendati mencantumkan label R-134 (nama sejenis HFC) di bagian luarnya, instrumen indentifier digital menangkap basah tabung-tabung itu berbahan baku CFC-11 atau CFC-12 yang membahayakan (Anonimous, 2009). Banyaknya edaran tabung HFC palsu dikarenakan mahalnya harga satu tabung orisinil freon 134a yang asli ukuran 13,6 kg yang harganya mencapai Rp 1,3 juta. Sedangkan untuk tabung palsu dengan ukuran yang sama, harganya hanya Rp 650 ribu. Oleh karena itu, konsumen cendrung untuk lebih memilih refrigerant yang lebih murah daripada yang harganya jauh lebih mahal (Wibowo, 2009). Munculnya permasalahan pada mesin refrigerasi terhadap lingkungan seperti efek pemanasan global dan penipisan lapisan ozon hanya terjadi bila zat (refrigeran) tersebut terlepas ke atmosfer yang disebabkan kebocoran pada mesin refrigerasi ataupun penggantian dan recycling refrigerant pada saat servis. Mengingat pentingnya lingkungan, maka sangat perlu dilakukan pengurangan (pencegahan) kerusakan lingkungan dengan memberikan pengetahuan kepada praktisi-praktisi
Universitas Sumatera Utara
service refrigerasi untuk melakukan metode penanganan servis mesin refrigerasi yang ramah lingkungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Sumatera Utara terhadap penggunaan CFC di 45 bengkel servis yang ada di Sumatera Utara dimana 15 bengkel diantaranya dilakukan di kota Medan diperoleh data dari 15 bengkel tersebut 9 bengkel positif masih menggunakan Refrigeran R-12 yang pemakaiannya sudah dilarang oleh pemerintah. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik service mobil Air Conditioner (AC) di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah terhadap penggunaan Chloro-Fluoro-Carbon (CFC) sebagai gas rumah kaca yang dapat menimbulkan terjadinya penipisan lapisan ozon. 1.2. Perumusan Masalah Refrigeran (CFC) digunakan sebagai zat pendingin pada AC mobil. Semakin tinggi penggunaan AC mobil maka semakin tinggi pula pencemaran CFC ke lingkungan sebagai salah satu gas rumah kaca. Beberapa bengkel AC mobil bahkan masih menggunakan CFC yang pemanfaatannya telah dilarang karena dapat merusak lapisan ozon. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel servis AC mobil tentang pemakaian CFC (Chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca.
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang pemakaian CFC (chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik pemilik bengkel AC (Air Conditioner) yaitu : umur, pendidikan terakhir, lama usaha dan lama jam kerja. 2. Untuk mengetahui jenis refrigeran yang digunakan oleh bengkel AC mobil di Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan petisah. 3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang pemakaian CFC (chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca. 4. Untuk mengetahui sikap pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang pemakaian CFC (cholofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca. 5. Untuk mengetahui tindakan pemilik bengkel AC (Air Conditioner) tentang pemakaian CFC (chlorofluorocarbon) sebagai polutan gas rumah kaca. 6. Untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh pemilik bengkel AC mobil tentang CFC (chlorofluorocarbon). 1.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap, dan tindakan pemilik bengkel AC tentang pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan masukan/informasi kepada instansi terkait tentang pemakaian CFC di bengkel servis AC di kota Medan sebagai polutan gas rumah kaca 3. Sebagai data awal/informasi bagi peneliti selanjutnya terkait pemakaian CFC sebagai polutan gas rumah kaca.
Universitas Sumatera Utara