BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan merupakan salah satu kajian dalam psikologi positif. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dicari dalam hidup dan merupakan dambaan dalam hidup seseorang. Setiap manusia tentu menginginkan kehidupan yang bahagia sampai akhir hayatnya. Namun pada kenyataannya dalam kehidupan ini tidak mungkin manusia tidak memiliki yang namanya permasalahan. Setiap permasalahan yang terjadi dapat mengganggu kebahagiaan, akan tetapi semua itu tergantung dari kemampuan seseorang mengatasi setiap permasalahan dalam hidupnya. Sepanjang kehidupan manusia, individu akan melewati beberapa tahapan dalam perkembangannya, dari kanak-kanak, remaja, dewasa sampai lanjut usia. Masa dewasa adalah masa yang paling lama yang dialami individu dalam suatu rentang kehidupan, salah satunya adalah pada tahapan masa dewasa awal (Hurlock, 2006). Masa dewasa awal merupakan masa transisi dari masa remaja yang masih dalam ketergantungan menuju masa dewasa yang lebih menuntut kemandirian dan tanggung jawab. Individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu bertambah besar. Masa dewasa awal dimulai pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40 tahun. Masa ini adalah masa yang paling penting dalam hidup seseorang untuk meniti karir, pekerjaan, kehidupan
1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
berumah tangga, berkomitmen, dan pengasuhan anak, karena pada masa ini adalah masa dimana kematangan emosi memegang peran penting. Pada masa ini dipenuhi berbagai permasalahan, dengan bertambahnya usia semakin bertambah pula masalah yang menghampiri. Seseorang harus bisa menempatkan dirinya pada situasi yang berbeda dengan problem rumah tangga, seks, pencarian jodoh, masalah pekerjaan, pola asuh anak, kehidupan bermasyarakat dan masih banyak lagi permasalahan yang muncul yang semakin kompleks dalam kehidupan seseorang. Jika seseorang tidak siap memasuki tahap ini maka dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya. Pada masa ini individu telah mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis dan rasional. Namun apabila seseorang mengalami kegagalan dalam mengatasi masalah hidupnya maka orang akan cenderung merasa cemas, kecewa, dan tidak bahagia yang mengakibatkan kecenderungan untuk berperilaku ke hal-hal negatif. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak ingin merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang. Kebanyakan orang menganggap kebahagiaan itu bermakna, diinginkan, dan menjadi tujuan yang penting. Untuk bisa mencapai kebahagiaan tentu saja setiap manusia akan berusaha dengan segala cara untuk melakukan hal-hal yang akan membuat hidupnya bahagia atau yang akan menuntunnya pada kebahagiaan. Menurut Ryff (Oetami, 2011) penelitian tentang kebahagiaan ini sangat penting karena kebahagiaan merupakan cita-cita tertinggi yang selalu ingin diraih oleh semua manusia dalam tindakannya. Hakisukta dan Juliana
2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2012) mengatakan bahwa kebahagiaan dapat diperoleh saat kita membebaskan diri dari perasaan negatif seperti kecemasan. Perasaan positif muncul dari pikiran positif sehingga dapat dikatakan bahwa kebahagiaan berasal dari pikiran. Kebahagiaan bukan ditentukan oleh apa yang terjadi didalam kehidupan, tetapi lebih merupakan sebuah cara bagaimana menyikapi atas apa yang terjadi. Kebahagiaan sering dikaitkan dengan Subjective Well-being. Oleh karena itu, kebahagiaan dapat dikatakan sebagai pengalaman subjektif terhadap berbagai faktor yang berpotensi membuat bahagia. Sejalan dengan pendapat Lyubomirsky (2007) yang mengatakan bahwa, kebahagiaan merupakan penilaian subyektif dan global dalam menilai diri seseorang sebagai orang yang bahagia atau tidak bahagia. Meskipun seseorang mengalami peristiwa yang sama tetapi emosi yang dibangkitkan belum tentu sama. Apa yang membuat kita bahagia belum tentu membuat orang lain bahagia meskipun faktor dan sumbernya sama. Sejalan dengan pendapat Jersild (Oetami, 2011) perbedaan pandangan mengenai hal yang paling penting bagi seseorang dapat mempengaruhi pemaknaan seseorang terhadap kebahagiaan, sehingga terdapat keragaman pada hal-hal yang membuat seseorang berbahagia. Perbedaan cita-cita dengan kenyataan dapat membuat seseorang merasa tidak bahagia dan membuat hidup seseorang menjadi tidak menyenangkan (berpikir negatif), dan orang yang berpikir negatif secara terus menerus memiliki kekuatan imajinasi untuk masuk kedalam berbagai hal negatif meskipun nantinya berhadapan dengan sesuatu yang positif, dengan membiarkan pikiran negatif berkembang akan membuat hidup menderita dan sulit. Jika mendapatkan
3
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kebahagiaan orang-orang seperti itu justru mencurigainya, sehingga justru menimbulkan permasalahan baru (Elfikky, 2015). Allah SWT memberikan kelebihan kepada manusia dengan pikiran. Kemampuan berpikir itulah yang membedakan antara manusia dengan binatang dan tumbuhan. Individu dewasa seharusnya sudah dapat membedakan antara yang benar dan salah dan berupaya menghindarkan diri dari perilaku yang salah yang akan berdampak negatif pada dirinya dan membuatnya tidak bahagia. Oleh sebab itu seharusnya setiap orang dapat mencapai kesuksesan, kesehatan dan kekayaan dengan berpikir positif yaitu berpikir, menduga, dan berharap hanya yang baik tentang sesuatu keadaan atau seseorang. Filsuf Yunani, Socrates, pernah mengemukakan bahwa dengan pikiran, seseorang bisa menjadikan dunianya berbunga-bunga atau berduri-duri. Jika seseorang mengubah cara berpikirnya, kehidupanpun akan ikut berubah. Tuntutan berbagai peran dan tanggung jawab pada orang dewasa dapat menimbulkan ketidakstabilan pada hidup seseorang. Setiap problematika hidup yang datang sulit dihindari dan memaksa seseorang untuk selalu siap menghadapi. Namun kemampuan setiap orang untuk menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya tentu berbeda-beda. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui secara umum apakah berpikir positif dapat memberikan pengaruh yang signifikan dengan kebahagiaan seseorang. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan mengangkat judul “PENGARUH BERPIKIR POSITIF TERHADAP KEBAHAGIAAN”.
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas maka perumusan masalah yang ingin diketahui oleh peneliti adalah: “Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Berpikir Positif Terhadap Kebahagiaan?”.
1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Pengaruh Berpikir Positif Terhadap Kebahagiaan ?
1.4. Manfaat Penelitian a.
Manfaat Teoritis : Dari penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang bermanfaat bagi penelitian di bidang psikologi khususnya psikologi positif mengenai adanya pengaruh berpikir positif terhadap kebahagiaan.
b.
Manfaat Praktis : Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pemahaman para pembacanya mengenai pentingnya berpikir positif terkait terhadap kebahagiaan. Dan dapat memacu kita untuk memulai melatih dan membiasakan diri dengan selalu berpikir positif dalam segala kondisi untuk meraih kebahagiaan.
5
http://digilib.mercubuana.ac.id/