1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu pendidikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor guru. Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan, bahwa setiap guru wajib memenuhi
standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru 1 yang berlaku secara nasional. 2 Oleh karena itu kompetensi wajib dimiliki setiap guru secara maksimal agar proses belajar mengajar menjadi lebih efektif sehingga menghasilkan peserta didik yang kompeten. 3 Kompetensi yang wajib dimiliki guru sebagaimana dalam UU Sisdiknas adalah kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial. Untuk menguasai kompetensi pedagogik, seorang guru dituntut mampu menguasai teori dan prinsipprinsip pembelajaran yang meliputi proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian hasil belajar. Dalam melaksanakan kegiatan di atas guru membutuhkan peran dari kompetensi-kompetensi lainnya. Selanjutnya kompetensi kepribadian dan sosial akan sangat berperan dalam menjalin komunikasi dengan peserta didik. Kepribadian guru menentukan keakraban hubungan guru dan anak didik yang tercermin dalam sikap 1
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh seorang guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Lihat UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: Pasal 1Ayat 10 (Jakarta: Asa Mandiri, 2008), 157. 2 Bambang Sudibyo, Menteri Pendidikan Nasional, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Jakarta: Asa Mandiri, 2008), 36. 3 Suprlan, Guru Sebagai Profesi (Yogyakarta: Hikayat, 2006), 82.
1
2
dan perbuatannya dalam membina anak didik. 4 Kepribadian juga akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah menjadi perusak dan penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat SD) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). 5 Oleh karena itu kompetensi kepribadian sangat diperlukan karena sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan pribadi peserta didik. 6 Selain berinteraksi dengan peserta didik guru juga harus berinteraksi dengan teman sejawat, orang sekitar dan sebagainya. Dalam hal ini guru memerlukan jembatan untuk berkomunikasi. Kompetensi sosial merupakan tolok ukur kemampuan guru untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugas sebagai guru, 7 karena itu kompetensi sosial mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi,
8
baik interaksi dengan atasan, antar guru, teman sejawat
maupun dengan peserta didik itu sendiri. Adapun kondisi guru di Indonesia secara umum masih memiliki kompetensi yang rendah. Hal ini terbukti dari sebagian besar masyarakat yang berpikir, berpendapat dan meyakini bahwa pendidikan
4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
40. 5
http://katmiati.blogspot.com/2007/05/guru-dan-proses-mengajar-belajar
pmb.html. 6 Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 118. 7 http://cetak. fajar.co.id/news.php?newsid=41070. 8 http//www.Blogdunia psikologi>archive>kompetensi sosial.
3
di Indonesia sedang dalam kondisi terpuruk. Keyakinan tersebut sesuai realita dan faktanya dapat dilihat melalui maraknya opini, pendapat, tulisan-tulisan juga media yang biasanya mendeskripsikan pendidikan di Indonesia dan secara khusus kondisi guru yang negatif. 9 Misalnya artikel yang ditulis oleh Moch Badrudin, dengan judul
Mentalitas
Profesional Guru Menghadapi Kurikulum Baru dalam kolom Pendidikan di majalah Mimbar, menyatakan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari data Human Development Index (HDI), di mana dalam bidang pendidikan Indonesia menempati peringkat 31 dari 31 negara di Asia. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya mentalitas profesional guru, yang mana hal ini menjadi indikator rendahnya kompetensi guru. Inilah yang menjadi ujung pangkal dari segala persoalan yang muncul dalam dunia pendidikan. 10 Sebuah artikel yang berjudul Sertifikasi Guru: Oase di tengah Rendahnya Mutu Pendidikan tertanggal 2 Juni 2008 menyebutkan bahwa Direktur
Jenderal
Peningkatan
Mutu
Pendidik
dan
Tenaga
Kependidikan, Fasli Djalal, sebagaimana dilansir sebuah surat kabar nasional menyatakan bahwa hampir setengah dari sekitar 2,6 juta guru di Indonesia tidak layak mengajar. Kualifikasi dan kompetensinya tidak mencukupi untuk mengajar di sekolah. Lebih rinci disebutkan, saat ini yang tidak layak mengajar atau menjadi guru sekitar 912.505. Terdiri
9
[email protected]. Moch. Badrudin, Mentalitas Profesional Guru Menghadapi Kurikulum Baru, Mimbar, No. 256 Januari 2008, hal 38. 10
4
atas 605.217 guru SD, 167.643 guru SMP, 75.684 guru SMA, dan 63.961 guru SMK. 11 Selanjutnya bagaimanakah dengan kompetensi yang dimiliki para lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo? Berangkat dari asumsi bahwa semua lulusan prodi PAI STAIN Ponorogo adalah mereka yang telah lulus dan menyelesaikan beban belajar melalui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus di kuasai ketika masih kuliah, dapat disimpulkan bahwa semua lulusan Prodi PAI mempunyai kompetensi yang baik. Untuk selanjutnya kompetensi mereka akan diuji dan dinilai oleh lembaga pendidikan, di mana para lulusan bekerja di sekolah masing-masing. Berdasarkan penjajakan awal yang kami laksanakan di tiga sekolahan, yaitu MTs Darul Huda Mayak Ponorogo, MA Darul Huda Mayak Ponorogo dan SMA Negeri 3 Ponorogo terkait dengan alumni Prodi PAI STAIN Ponorogo yang bekerja di masing-masing sekolahan tersebut didapatkan data sebagian besar pengguna lulusan memberikan penilaian baik terkait kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional yang dimiliki alumni. 12
11
http://alienation4freedom.multiply.com/journal/item/1/Sertifikasi_Guru_Oase _di_Tengah_Rendahnya_Mutu_Pendidikan. 12 Penjajakan awal di MTs Darul Huda Mayak Ponorogo dilaksanakan pada tanggal 27 Januari 2009 dengan mengadakan wawancara singkat dengan Bapak Ali dan Sa’dan. Penjajakan awal di MA Darul Huda Mayak Ponorogo dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2009 dengan mengadakan wawancara singkat dengan Bapak Umar Salim. Penjajakan awal di SMA Negeri 3 Ponorogo dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2009 dengan mengadakan wawancara singkat dengan Bapak Bambang Supriyanto.
5
Berangkat dari data awal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang berjudul ” PERSEPSI PENGGUNA LULUSAN TERHADAP KOMPETENSI LULUSAN PRODI PAI STAIN PONOROGO”, untuk mengetahui bagaimanakah kompetensi yang dimiliki para lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo. B. Penegasan Istilah Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap skripsi ini maka penulis memberi penjelasan terhadap istilah-istilah yang ada dalam judul penelitian ini sebagai berikut: Persepsi
: Tanggapan
(inderawi),
yaitu
proses
seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera.13 : Proses di mana individu menerima stimulus melalui panca indera atau disebut dengan proses sensoris, yang kemudian diteruskan untuk diorganisasikan dan diinterprestasikan sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu. 14 Kompetensi
: Kemampuan atau kewenangan seseorang untuk berbuat atau memutuskan sesuatu15 : Sebuah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
13
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
14
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andy Offset, 2003),
15
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 584
863 87.
6
bagian dari dirinya sehingga ia dapat melaksanakan perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. 16 Prodi PAI
: Program Studi Pendidikan Agama Islam (salah satu program studi dari jurusan Tarbiyah/pendidikan yang ada di STAIN Ponorogo.
C. Fokus Penelitian Yang dimaksud pengguna lulusan Prodi PAI adalah semua masyarakat lembaga pendidikan baik formal, informal maupun non formal. Adapun dalam penelitian ini pengguna lulusan dibatasi pada masyarakat lembaga pendidikan formal, jenjang SMP/Mts dan SMA/MA yaitu MA Darul Huda Mayak Ponorogo, MTs Darul Huda Mayak Ponorogo dan SMA Negeri 3 Ponorogo yang terdiri dari kepala sekolah guru-guru, karyawan serta peserta didik. Maka penelitian ini difokuskan pada kompetensi lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo yang terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang mengajar di tiga
sekolah
tersebut, berdasarkan persepsi dari masyarakat pengguna lulusan.
16 M, Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Menejemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 98.
7
D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di fokus penelitian di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi pedagogik lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo? 2. Bagaimana persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi kepribadian lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo? 3. Bagaimana persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi sosial lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo? 4. Bagaimana persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi profesional lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo? E. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi pedagogik lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi kepribadian lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo. 3. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi sosial lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo.
8
4. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi profesional lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo. F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan menambah khasanah keilmuan, khususnya dalam bidang pendidikan dan bisa menjadi telaah pustaka bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi: •
Mahasiswa (calon guru), sebagai bahan kajian dan persiapan untuk meningkatkan kompetensinya kelak setelah lulus dari kuliah.
•
Prodi
PAI,
sebagai
bahan kajian dan
evaluasi dalam
meningkatkan kompetensi lulusannya. •
Sekolah, sebagai bahan kajian dan evaluasi dalam rangka meningkatkan kompetensi para gurunya.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, 17 dengan karakteristik-karakteristik; (a) penelitian kualitatif menggunakan latar alami (natural setting) sebagai sumber data langsung dan 17
Dipilihnya pendekatan kualitatif memahami “makna” di balik data yang tampak
dikarenakan
tujuan
penelitian
untuk
9
peneliti sendiri merupakan instrument kunci, sedangkan instrument lain sebagai instrumen penunjang. (b) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk kata-kata dan gambar. Laporan penelitian memuat kutipan-kutipan data sebagai ilustrasi dan dukungan fakta pada penyajian. Data ini mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen dan rekaman lainnya. Dalam memahami fenomena, peneliti berusaha melakukan analisa sekaya mungkin mendekati membentuk data yang telah
direkam.
(c)
Dalam
penelitian
kualitatif
proses
lebih
dipentingkan daripada hasil, sesuai dengan latar yang bersifat alami, penelitian kualitatif lebih memperhatikan aktivitas-aktivitas nyata sehari-hari, prosedur-prosedur dan interaksi yang terjadi. (d) Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisis induktif. (e) makna merupakan hal yang esensial dalam penelitian kualitatif. 18 Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yang mana peneliti mencoba untuk mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam terkait dengan kompetensi lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo berdasarkan persepsi dari para pengguna lulusan. 2. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan 18
berperan
serta,
sebab
peranan
penelitilah
yang
Lexy Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), 3
10
menentukan keseluruhan skenarionya. 19 Untuk itu, dalam penelitian kualitatif, peneliti bertindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen lain sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di tiga lembaga pendidikan/sekolah di Ponorogo, di mana para lulusan Prodi PAI STAIN bekerja di lembaga tersebut. Ketiga lembaga tersebut adalah: a. MA Darul Huda Mayak Ponorogo b. Mts. Darul Huda Mayak Ponorogo c. SMA Negeri 3 Ponorogo Pengambilan sekolah-sekolah di atas sebagai sampel lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa setiap sekolah telah mewakili sekolah lain yang sejenis dan sederajat sehingga dianggap cukup bisa mewakili lembaga lain yang tidak masuk sebagai sampel. Selain itu tidak semua lulusan Prodi PAI menjagar di jenjang SMP/Mts maupun SMA/MA. 4. Sumber Data Penelitian Sumber data utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya seperti dokumen dan lainnya merupakan tambahan.
19
20
Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 117. Data yang berupa kata-kata dan tindakan adalah kata-kata dan tindakan kepala sekolah, guru dan siswa yang mana data tersebut dicatat melalui catatan tertulis maupun melalui alat perekam seperti tape recorder dan sejenisnya. Sedangkan data yang berupa 20
11
5. Teknik Pangumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
observasi
berperan
serta
(participant
observation),
wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (document review). 21 Teknik ini menjadi pilihan utama karena dalam penelitian kualitatif fenomena maknanya dapat dipahami secara baik apabila dilakukan interaksi dengan subjek penelitian. a. Teknik wawancara Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam, artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data bisa terkumpul semaksimal mungkin. b. Teknik Observasi Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
dokumen adalah data tentang kegiatan belajar mengajar, arsip tentang sekolah, yang mana data tersebut diambil dengan difoto maupun dicatat. 21 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2005), 309.
12
Dengan teknik ini, peneliti mengamati aktivitasaktivitas sehari-hari obyek penelitian, karakter fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan atau fieldnote. peneliti
mengandalkan
22
Dalam penelitian kualitatif,
pengamatan
dan
wawancara
dalam
pengumpulan data di lapangan, pada waktu di lapangan membuat “catatan”, setelah pulang ke rumah atau tempat tinggal barulah menyusun “catatan lapangan”. 23 c. Teknik Dokumentasi Teknik mengumpulkan
data
dokumentasi dari
sumber
ini non
digunakan insani.
Yaitu
untuk cara
pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip sekolah, termasuk buku-buku atau foto-foto
kegiatan yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan dalam penelitian ini, sebab; pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari konsumsi waktu; kedua, rekaman dan dokumen
merupakan
sumber
informasi
yang
stabil
baik
keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan; ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber 22
Fieldnote adalah catatan lapangan yang berupa diskripsi data yamg ditulis dalam bentuk kalimat. 23 Lexy Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 153-154.
13
informasi yang kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam
konteknya.
Keempat,
sumber
ini
sering
merupakan
pernyataan yang legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui dokumentasi ini, dicatat dalam format rekaman dokumentasi. 24 6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara , catatan lapangan dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan untuk penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles dan Huberman yang mengemukakan
bahwa
aktifitas
dalam
analisis
data
kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas dan datanya sampai jenuh. Aktifitas dalam analisis data, meliputi data data display
26
dan conclusion.
27
reduction 25
Langkah-langkah analisis
ditunjukkan pada gambar berikut :
24
Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data tentang sekolah dan foto-foto proses kegiatan belajar mengajar 25 Mereduksi data dalam konteks penelitian yang dimaksud adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, membuat kategori. Dengan demikian data yang telah direduksikan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Lihat dalam Matthew B. Miles & AS. Michael Huberman, Analisis data Kualitatif. Terj. Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta UI Press, 1992), 16.
14
Pengumpulan data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan kesimpulan
7. Pengecekan Kredibilitas Data Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota. 28 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif, yang dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Pengamatan yang Tekun Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. b. Pengecekan Sejawat Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspor hasil
26
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik matrik, network dan chart. Bila pola-pola yang di temukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian, Ibid., 17. 27 Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Ibid., 19 28 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 175.
15
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan maksud, (a) untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. (b) Diskusi dengan sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. 8. Tahapan Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini ada 4 (empat) tahapan, yaitu; (1) tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rencana penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi
dan
menilai
keadaan
lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian dan menyangkut persoalan etika penelitian. Tahap ini dilakukan pertengahan bulan April sampai awal September 2009. (2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta mengumpulkan data. Tahap ini dilakukan pada akhir September sampai awal Nopember 2009. (3). Tahap analisis data yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan data, yaitu awal Nopember 2009. (4). Tahap penulisan hasil laporan, yaitu pertengahan Nopember 2009
16
H.
Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dimaksudkan untuk mempermudah para pembaca dalam menelaah isi kandungan yang ada didalamnya. Penelitian
ini
terdiri
dari
lima
batang
tubuh.
Adapun
sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan,
yang
berisi
tinjauan
secara
global
permasalahan yang dibahas, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, telaah pustaka, manfaat penelitian, metode penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan
temuan,
dan
tahapan-tahapan
penelitian serta sistematika pembahasan. BAB II
: Berisi tentang kajian teori sebagaimana pedoman umum yang digunakan untuk landasan teori dalam melakukan penelitian. Bab ini berfungsi untuk membaca fenomena yang disajikan dalam bab III.
BAB III : Berisi
tentang
temuan
penelitian
yang
berfungsi
mendiskripsikan/menguraikan data hasil temuan yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan persepsi pengguna lulusan terhadap kompetensi lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo.
17
BAB IV : Berisi tentang analisis data, yaitu analisis mengenai persepsi
pengguna
lulusan
terhadap
kompetensi
pedagogik, kepribadian, professional dan kompetensi sosial lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo. BAB V : Merupakan bab penutup, bab ini berfungsi mempermudah para pembaca dalam mengambil intisari yang berisi kesimpulan dan saran.
18
BAB II KOMPETENSI GURU DAN KOMPETENSI LULUSAN PRODI PAI A. Profil Lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo 1. Lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo Lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo adalah setiap mahasiswa yang telah menyelesaikan beban studi sebanyak 160 Sistem Kredit Semester (SKS) dengan komposisi sebagai berikut: 29 a. Kompetensi Utama
:
114 (71,25%)
SKS b.
Kompetensi : 40 SKS
(25%)
Kompetensi : 6 SKS
(3,75%)
Penunjang c. Pilihan/lain Jumlah Total
:
160 (100%)
SKS Atau dengan perincian elemen kompetensi, sebagai berikut: a. Mata
Kuliah
Pengembangan
Kepribadian : 22 SKS 13,75%
Kuliah
Keilmuan
Ketrampilan : 75 SKS
(MPK) b. Mata (MKK)
dan
46,87 %
29
Depag, STAIN Ponorogo, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Tahun Akademik 2008/2009 (Ponorogo: tp, 2008), 58
19
c. Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB)
: 35 SKS 21,88 %
d. Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) e. Mata
Kuliah
Berkehidupan
: 12 SKS
7,50%
Bermasyarakat : 16 SKS 10,00
(MBB)
% 2. Kompetensi Lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo Lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo sekurang-kurangnya harus memiliki kompetensi yang meliputi hal-hal sebagai berikut: 30 a. Kompetensi Lulusan 1. Pengetahuan :
Aspek
Mampu dalam memahami wawasan 1.1 pendidikan secara komperensif. 1.2 Menguasai substansi ilmu keIslaman 18dan metodologi pembelajaran.
2. Aspek Kepribadian 2.1 Memiliki kemampuan untuk menjadi :
guru Agama Islam yang demokratis dan profesional. 2.2 Memiliki kemampuan untuk menjadi guru
Agama
mencintai
Islam
ilmu
inovatif dan kreatif.
30
Ibid, 59.
yang
serta
selalu
responsif,
20
3. Aspek Ketrampilan 3.1 Memiliki :
kemampuan
dalam
menerapkan wawasan pendidikan.
3.2 Memiliki
kemampuan
mengembangkan
dalam
kurikulum
dan
metodologi pembelajaran PAI yang tepat dan dinamis. b. Indikator Kompetensi 1. Pengetahuan :
Aspek 1.1 Mampu
menjelaskan
dan
menguraikan wawasan pendidikan umum dan Islam. 1.2 Mampu
menjelaskan
dan
menguraikan substansi ilmu-ilmu keIslaman
dan
metodologi
pembelajarannya. 2. Aspek Kepribadian 2.1 Melaksanakan proses pembelajaran :
yang selalu memberikan kebebasan berpendapat, menghargai pendapat orang lain serta memiliki disiplin, ketrampilan
dan
melaksanakan
seni
dalam proses
pembelajaran. 2.2 Mengembangkan
kemampuan
21
akademik
secara
dinamis
serta
tanggap terhadap perkembangan PAI, berusaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas PAI dan produktif
dalam
menghasilkan
kreasi-kreasi baru dalam PAI. 3. Aspek Ketrampilan 3.1 Dapat :
memformulasikan
dan
menerapkan wawasan pendidikan Islam
dalam
metodologi
PAI
pembelajaran
dengan yang
tepat. 3.2 Dapat merumuskan pengembangan materi ajar PAI beserta metodologi pembelajaran dan evaluasi yang tepat.
B. Kompetensi Guru Guru dan sekolah merupakan dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Guru melakukan tugas profesionalnya kebanyakan di lingkungan sekolah, sementara sekolah menjadi ladang pengabdian guru untuk menunaikan tugas dan fungsinya.
22
Guru adalah salah satu kompanen utama dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan serta dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pendidikan. 31 Berbicara masalah guru maka erat kaitannya dengan kompetensi guru. Karena seorang guru harus mampu menguasai kompetensi-kompetensi tertentu. 32 Kompetensi sendiri merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam
kompetensi
melaksanakan yang
harus
profesi
dimiliki
keguruannya. oleh
guru
33
Kompetensi-
sebagaimana
yang
diamanatkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas maupun dalam Undang-undang RI No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah kompetensi pedadogik, kepribadian, profesional dan sosial. 34 1. Profil Guru Abad 21 H.A.R Tilaar dalam bukunya,
Beberapa Agenda Reformasi
Pendidikan Nasional Perspektif Abad 21 menguraikan tentang profil guru abad 21, sebagai berikut: 1. Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang matang dan berkembang.
31
Sadirman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 123. 32 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 19. 33 Mochtar Bukhari, Pendidikan dalam Pembangunan (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1994), 36. 34 Direktorat Jendral Pendidikan Islam DEPAG RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan (Jakarta: DEPAG RI, 2006), 88.
23
2. Seorang guru harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat. 3. Seorang
guru
harus
mempunyai
ketrampilan
dan
dapat
membangkitkan minat peserta didik. 4. Seorang
guru
harus
mengembangkan
profesinya
secara
berkesinambungan. 35 2. Karakteristik Kompetensi Guru Karakteristik kompetensi guru ditinjau dari segi tanggung jawab, fungsi dan peranan guru, tujuan pendidikan sekolah dan peranan guru dalam proses belajar mengajar, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila: 1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab sebaikbaiknya. 2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional) sekolah. 4. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam kelas.36
3. Kompetensi Guru a. Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 35
H.A.R Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Perspektif Abad 21 (Magelang: Tera Indonesia, 1998) 303-306. 36 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru berdasarkan Kompetensi, 38.
24
Berdasarkan isi Permendiknas No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa kompetensi
guru
meliput kompetensi pedagogik,
kepribadian,
profesional dan sosial dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogik meliputi: a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diampu. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan satun dengan peserta didik. h. Menyelenggarkan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
25
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.37 2. Kompetensi Kepribadian a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional Indonesia. b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa. d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa banggga menjadi guru, dan rasa percaya diri. e. Menjujung tinggi kode etik profesi guru. 38 3. Kompetensi Profesional a. Menguasai materi, struktur konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 39
37 Bambang Sudibyo, Menteri Pendidikan Nasional, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Jakarta: Asa Mandiri, 2008), 59-63. 38 Ibid., 63-64.
26
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 4. Kompetensi Sosial a. Besikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminasi karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik,
tenaga kependidikan,
orang tua
dan
masyarakat. c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. d. Berkomunikasi dengan komunikasi profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tertulis atau bentuk lain. 40 b. Menurut Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis 1970 Menurut
Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis
1970 sebagaimana dikutip Suparlan, di dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru Efektif
menyebutkan sepuluh kompetensi guru
sebagai berikut: 1. Memiliki kepribadian sebagai guru. 2. Menguasai landasan pendidikan. 3. Menguasai bahan pelajaran. 4. Menyusun program pengajaran. 39 40
Ibid., 66-67. Ibid., 65-66.
27
5. Melaksanakan proses belajar mengajar. 6. Melaksanakan penilaian pendidikan. 7. Melaksanakan bimbingan. 8. Melaksanakan administrasi sekolah. 9. Menjalin kerja sama dan interksi dengan guru sejawat dan masyarakat. 10. Melaksanakan penelitian sederhana. 41 c. Menurut UNESCO Adapun menurut UNESCO, 42 sebagaimana dikutip Mulyasa, macam-macam kompetensi yang harus dimiliki guru ada empat, yaitu: 1. Kompetensi
Pedagogik,
yaitu:
kemampuan
guru
dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Pemahaman wawasan/landasan kependidikan Ada beberapa landasan utama dalam pengembangan pendidikan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan sosial budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 1. Landasan Filosofi Dalam
hubungannya
dengan
pendidikan,
pendidikan berhubungan langsung dengan tujuan hidup 41
Suparlan, Menjadi Guru Efektif (Yogyakarta: Hikayat, 2005), 89-90. UNESCO: United Nations Educational Scientific and Cultular Organization atau Badan Perserikatan Bangsa Bangsa yang menangani masalah pendidikan. 42
28
dan
kehidupan
individu
dan
masyarakat
yang
menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan tidak dapat dipahami seluruhnya, tanpa memahami tujuan akhir yang bersumber
kepada
tujuan
serta
pandangan
hidup
manusia. 43
2. Landasan Psikologis Sepanjang kehidupan manusia terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang terus-menerus. Proses tersebut berjalan secara teratur dan terarah, yaitu ke arah kemajuan. Maka tugas pendidikan yang utama adalah memberikan
bimbingan
agar
pertumbuhan
dan
perkembangan anak berlangsung secara wajar dan optimal. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan hukum-hukum tentang perkembangan kejiwaan manusia agar tindakan pendidikan yang dilaksanakan berhasil guna dan berdaya guna. 44 3. Landasan Sosial Budaya Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara pedidik dengan anak didik. Dapatnya anak didik dan pendidik bergaul karena keduanya 43
merupakan makhluk
Salam, Burhanuddin, Pengantar Pedagogik : Dasar-dasar Ilmu Mendidik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), 34. 44 Ibid., 97.
29
sosial, yaitu makhluk yang saling berinteraksi, saling menolong, ingin maju, ingin berkumpul dan menyesuaikan diri dan hidup dalam kebersamaan. 45 Maka dalam interaksi pendidikan
mensyaratkan
adanya
nilai-nilai
budaya
bangsa. b. Pemahaman terhadap peserta didik Dalam memahami peserta didik, ada empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didik, yaitu : 1. Tingkat kecerdasan 2. Kreativitas 3. Cacat fisik 4. Perkembangan kognitif c. Pengembangan kurikulum Suatu kurikulum diharapkan memberikan landasan isi dan menjadi pedoman bagi pengembangan kemampuan peserta didik secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat. d. Perencanaan pembelajaran Perencanaan
pembelajaran
merupakan
salah
satu
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh seorang guru, yang
akan
bermuara
pada
pelaksanaan
sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu:
45
Ibid., 111.
pembelajaran
30
1. Identifikasi kebutuhan 2. Penyusunan program pembelajaran 3. Identifikasi kompetensi. e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis Pembelajaran yang mendidik dan diagnosis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas, yang menurut
Freire
(2003)
harus
diarahkan
pada
proses
menghadapi masalah. f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran Penggunan pembelajaran
teknologi
dimaksudkan
dalam untuk
pendidikan
dan
memudahkan
atau
mengefektifkan kegiatan pembelajaran.
g. Evaluasi hasil belajar Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik yang dapat dilakukan dengan : 1. Perilaku kelas 2. Tes kemampuan dasar/awal 3. Perilaku akhir satuan pendidikan dan sertifikasi. 4. Benchmarking.
31
5. Penilaian program. 46 h. Pengembangan
peserta
didik
untuk
mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya. Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain melalui kegiatan ekstra kulikuler, pengayaan dan remedial, bimbingan ketrampilan (Binkat) serta bimbingan dan konseling (BK) 2. Kompetensi Kepribadian, yaitu: kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 47 Kompetensi ini meliputi halhal berikut: a. Berkepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. Pentingnya seorang guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa dikarenakan banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian guru yang kurang mantap, stabil dan dewasa. Kondisi kepribadian yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak professional, tidak terpuji bahkan tindakan-tindakan yang tidak senonoh yang dapat merusak citra dan martabat guru. 48 b. Disiplin arif dan berwibawa
46 E, Mulyasa, Standar kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 104. 47 Ibid., 117. 48 Ibid., 121
32
Dalam proses belajar mengajar kedisipinan bertujuan untuk
menciptakan
situasi
yang
kondusif
dan
yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran sehingga membantu tercapainya
tujuan
pembelajaran.
Dalam
pendidikan,
mendisiplinkan peserta didik harus dimulai dari pihak pendidik. Maka dari itu seorang guru harus memiliki kepribadian yang disiplin, arif dan berwibawa. c. Menjadi teladan bagi peserta didik Guru menjadi teladan bagi peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Secara teoritis menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru, sehingga menjadi guru berarti menerima tanggungjawab untuk menjadi teladan. Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi setiap peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri. Oleh karena itu tugas guru adalah menjadikan peserta didik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, bukan memaksakan kehendak.
d. Berakhlak mulia Selain tansfer of knowledge tugas guru adalah sebagai transfer of value yaitu memberikan nilai-nilai yang baik kepada peserta didik. Disamping itu guru juga berperan sebagai guide of conseling yaitu sebagai penasihat/pembimbing bagi peserta
33
didiknya bahkan orang tua.wali peserta didik. Maka dari itu seorang guru harus memiliki akhlak yang mulia. 3. Kompetensi Profesional, yaitu: kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam dan memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
49
Kompetensi
professional ini meliputi: a. Menguasai landasan kependidikan i. Mengenal
tujuan
pendidikan
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan nasional. ii. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat. iii. Mengenal prinsip-prinsip psikologis b. Menguasai bahan pengajaran i. Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah. ii.
Menguasai bahan pengayaan.
c. Menyusun program pengajaran i. Menetapkan tujuan pembelajaran ii. Memilih dan mengembangkan bahan ajar Dalam memilih materi hendaknya disesuaikan dengan: a. Tujuan pengajaran b. Pentingnya bahan
49
Ibid., 135.
34
c. Nilai praktis/bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. d. Tingkat perkembangan peserta didik e.
Tertata secara urut dan berkesinambungan.
iii. Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar Memilih metode harus mempertimbangkan dua hal yaitu: pertama, kesesuaian dengan tujuan instruksional, kompetensi
dasar
dan
tercapainya
indikator.
Kedua,
pertimbangan alokasi waktu dan sarana yang ada. iv. Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai Pentingnya dalam melilih dan mengembangkan media adalah karena manfaat praktis dari media yaitu a) Dapat mengatasi berbagai keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. b)
Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara siswa dengan lingkungan.
d) Media menghasilkan keseragaman pengamatan. e)
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realitis.
f)
Media dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru. g) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar.
35
h) Media dapat memberikan pengalaman yang integral dari suatu yang konkrit sampai kepada yang abstrak. 50 v. Memilih dan memanfatkan sumber belajar Dalam memilih sumber belajar harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik dan lingkungan pendidikan. d. Melaksanakan program pengajaran i. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat ii. Mengatur ruangan belajar iii. Mengelola interaksi belajar mengajar e. Menilai
hasil
dan
proses
belajar
mengajar
yang
telah
dilaksanakan i. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran ii. Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan 4. Kompetensi Sosial, yaitu: kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki potensi untuk: a. Berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat. b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua wali/siswa. d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 51 50
2006), 175.
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
36
Berdasarkan paparan teori kompetensi guru di atas, peneliti mengambil beberapa teori yang akan dipakai untuk mencari jawaban dari rumusan masalah. Berikut teori kompetensi guru yang akan dipakai peneliti, dalam penelitian ini: 1. Kompetensi Pedagogik a. Kemampuan mengelola pembelajaran. b. Pemahaman terhadap peserta didik. c. Perancangan pembelajaran. d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis. e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. f. Evaluasi hasil belajar. g. Pengembangan peserta didik. 2. Kompetensi Kepribadian a. Kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa. b. Memiliki etos kerja dan semangat kerja. c. Teladan bagi peserta didik. d. Berakhlak mulia. 3. Kompetensi Profesional a. Penguasaan materi. b. Memahami landasan pendidikan. c. Memanfaatkan sarana. d. Mengembangkan sumber belajar.
51
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,173.
37
e. Mengembangkan strategi belajar f. Pemberian tugas peserta didik. g. Pengembangan profesi guru. 4. Kompetensi Sosial a. Berkomunikasi baik lisan maupun tulisan kepada sesama guru. b. Berkomunikasi baik lisan maupun tulisan kepada peserta didik. c. Berkomunikasi baik lisan maupun tulisan kepada karyawan.
38
BAB III DISKRIPSI DATA TENTANG PERSEPSI PENGGUNA LULUSAN TERHADAP KOMPETENSI LULUSAN PRODI PAI STAIN PONOROGO
1. Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Aliyah Darul Huda Madrasah Aliyah “Darul Huda” yang berdiri pada tanggal 29 September 1989 dengan Nomor Izin Pendirian Sekolah W.n. 06.04/00.0352/58.14/1989, dan bernaung di bawah Yayasan Pondok Pesantren “Darul Huda,” merupakan salah satu dari sekian Madrasah Aliyah yang ada di Ponorogo. Madrasah Aliyah “Darul Huda” sebagaimana Yayasan Pondok Pesantren “Darul Huda,” menggunakan metode: "
=< ا7?@ ا9:; 678 " " N 7VR اDCDT@IU PQR واN@IO@ اLCDM@ ا678
39
Metode ini diharapkan sesuai arah kebijakan pemerintah mengenai kurikulum tahun 2004 dengan Pendekatan Berbasis Kompetensi yang mulai diberlakukan tahun 2004. 52
2. Status Madrasah Madrasah Aliyah Darul Huda sejak berdirinya sesuai dengan 36 izin Pendirian madrasah dari Kantor Wilayah Departemen Agama RI, No. W.n. 06.04/00.0352/58.14/1989 tanggal 29 September 1989, dengan Nomor Statistik Madrasah ( NSM ) 312 350 216 280 status TERDAFTAR sesuai dengan jenjang akreditasi dari Departemen Agama Republik Indonesia nomor : E.IV/29/1994 tanggal 24 Maret 19994 Madrasah Aliyah Darul Huda memiliki status DIAKUI. Sesuai sertifikat Nomor Identitas Sekolah ( NIS ) Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Ponorogo nomor : 421 / 1228 / 405.17 / 2003 Madrsah Aliyah Darul Huda tercatat dengan Nomor Identitas Sekolah ( NIS ) 31 00 50, dan terakhir sesuai dengan jenjang akreditasi yang dilakukan oleh Dewan Akreditasi Madrasah Provinsi Jawa Timur Nomor : B/Kw 13.4/MA/182/2005 sebagai Madrasah TERAKREDITASI dengan peringkat B ( Baik ). 53 3. Lokasi MTs Darul Huda Mayak
52
Lihat Transkrip Dokumentasi nomor: 01/D/5-X/2009 dalam laporan penalitian
53
Lihat Transkrip Dokumentasi nonor: 02/D/5-X/2009 dalam laporan penalitian ini.
ini.
40
Madrasah Tsanawiyah Darul Huda terletak di Jl. Ir. H. Juanda Gg. VI/38 Mayak Tonotan Ponorogo – Jawa Timur, dengan batas wilayah sebagai berikut: a. Batas sebelah Barat dusun Mayak Barat. b. Batas sebelah Utara Jl. Menur (desa Ronowijayan). c. Batas sebelah Timur Perumahan Griya Asa. d. Batas sebelah Selatan kantor Depag Ponorogo. Adapun keterangan lain tentang MA Darul Huda, terlampir pada transkrip dokumentasi dalam laporan penelitian ini. B. Data Khusus 1.
Data tentang Persepsi Warga MA Darul Huda Mayak Ponorogo terhadap
Kompetensi Pedagogik Lulusan Prodi PAI STAIN
Ponorogo Kompetensi pedagogik lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo, sebagaimana menurut pendapat warga MA Darul Huda, salah satunya kepala madrasah mengatakan bahwa pertimbangan mengambil lulusan Prodi PAI STAIN yang bernama Bustan Ma’arif 54 untuk mengajar dikarenakan keilmuan/pengetahuan di dalam bidang yang diampunya sudah tepat, yaitu dalam bidang akidah akhlak, di samping itu juga kedisiplinannya yang cukup tinggi: “Sebelum mengajar, bapak Bustan bertugas di perpustakaan madrasah mendampingi Bapak Huda, kemudian ada pelajaran baru yaitu akidah akhlak di jurusan MAK/SI (Jurusan Agama) maka kami menarik bapak Bustan dari perpustakaan untuk mengajar aqidah akhlak dengan 54
Bustan Ma’arif: Lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo tahun 2004. Sejak tahun 2007 sampai sekarang mengajar Akidah akhlak di MA Darul Huda Mayak
41
pertimbangan beliau juga lulusan STAIN jurusan Tarbiyah/PAI, sore juga sebagai ustadz MMH dan kami juga melihat beliau sangat disiplin sewaktu bertugas di perpustakaan.” 55
Hal ini diperkuat dengan keterangan bapak Umar, Waka kurikulum: “Bagus, artinya keilmuan yang dimiliki Bapak Bustan pas sekali, pas dengan pelajaran yang diampunya dan satu hal, beliau orangnya tekun, rajin dan aktif bertanya kepada guru lainnya.” 56
Lebih rinci, kompetensi pedagogik lulusan PAI yang mengajar di MA Darul Huda Mayak sebagai berikut: a. Kemampuan mengelola pembelajaran Dalam proses pembelajaran, secara umum lulusan PAI sudah dapat mengelola pembelajaran. Sebagaimana keterangan salah satu peserta didik Nanang Khosim, siswa kelas XII-SI-C, lulusan PAI mampu mengajar sebagaimana umumnya guru, mulai dari membuka pelajaran sampai menutup pelajaran.57 b. Pemahaman terhadap peserta didik Satu hal penting yang harus dikuasai lulusan Prodi PAI sebagai guru adalah bagaimana memahami karakteristik peserta didik, karena peserta didiklah yang akan kita hadapi dalam pembelajaran.
Bapak
Qoribun
Sidiq,
Waka
Kesiswaan
mengungkapkan dalam hasil wawancara berikut ini:
55
Lihat Transkrip wawancara nomor: 01/1-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini 56 Lihat Transkrip wawancara nomor: 02/2-W/F-1/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini 57 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 03/8-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
42
“Cukup memahami, tetapi tentunya kepada peserta didik yang menjadi didikannya, terutama kelas yang dibimbingnya, hal ini bisa terlihat dari keakraban beliau bergaul/berkomunikasi dengan muridnya. Tanpa memahami karakteristik peserta didik, guru akan kesulitan dalam komunikasi belajar dengan mereka.” 58
c. Perencanaan pembelajaran Kepala madrasah mengatakan, lulusan PAI sudah membuat perencananan pembelajaran yang terangkum dalam Prota (Program Tahunan), Promes (Prorgam Semester) silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dan perangkat pembelajaran lainnya. 59 Bapak Umar Salim, Waka Kurikulum menambahkan dalam hasil wawancara berikut ini: “Untuk persiapan guru-guru dalam mengajar di MA Darul Huda menurut pantauan kami alhamdulillah sudah bagus, terlihat mereka sudah membuat Prota, Promes, RPP dan perangkat lainnya. Untuk bapak Bustan sendiri menurut data yang terkumpul beliau membuat keseluruhannya mulai dari Prota sampai RPP dan hasilnya memenuhi standar yang kami tentukan.” 60
d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang mendidik, apa yang terdapat dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan memberikan motivasi-motivasi positif kepada peserta didik, mengkontekskan materi dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, sebagaimana
58
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 04/3-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 59 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 05/1-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 60 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 06/2-W/F-1/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
43
yang diungkapkan beberapa murid kelas XII-SI. Berikut hasil wawancara dengan Ahmad Mahi, siswa kelas XII-SI-A: “Sering sekali, biasanya yang tidak pernah ketinggalan adalah memberikan motivasi agar menjadi santri yang baik, biasanya beliau menceritakan kisah-kisah para kyai, ulama’ besar termasuk sejarah KH. Hasyim Sholeh.” 61
Hasil wawancara dengan Moh. Ali Fikri, siswa kelas XII-SIB: “Motivasinya dari cerita suri tauladan nabi, ulama’ terdahulu.” 62
Hasil wawancara dengan Nanang Khosim: “Hampir di setiap pertemuan beliau memberikan motivasi, kadang lewat cerita ulama-ulama terdahulu kadang juga bagaimana berlatih sabar di pondok.” 63
e. Pemanfaatan IPTEK. Lulusan PAI dalam memanfaatkan IPTEK untuk kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan kepala madrasah: “IPTEK sebagai media pembelajaran, bapak Bustan sudah bisa memanfaatkanya, karena beliau juga orang perpustakaan, mahir mengoperasikan komputer maupun laptop, dan saya pernah melihat beliau dalam menyampaikan materi memakai VCD Harun Yahya, seingat saya berkaitan dengan masalah hari kiamat agar anak lebih tertarik/memperhatikan pelajaran.” 64
f. Evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar yang dilakukan lulusan PAI selain dengan ujian semester juga melalui penilaian tugas yang diberikan kepada peserta didik. Nanang Khosim mengatakan, 61
Lihat penelitian ini. 62 Lihat penelitian ini. 63 Lihat penelitian ini. 64 Lihat penelitian ini.
Transkrip Wawancara nomor: 07/6-W/F-1/14-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 08/7-W/F-1/18-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 09/8-W/F-1/18-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 10/1-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan
44
lulusan PAI dalam mengambil nilai tidak hanya pada saat ujian semester, namun pada tugas lainnya seperi hasil resume, presentasi hasil diskusi dan keaktifan masuk. 65 Setelah
mengetahui
hasil
ujian,
guru
dapat
melaksanakan tindak lanjut. Seperti hasil wawancara dengan Nanang Khosim berikut ini: “Alhamdulillah untuk ulangan kemarin sebagian besar nilainya bagus, hanya beberapa anak yang nilainya kurang, sehingga bapak Bustan hanya mengadakan remidi pada beberapa anak.” 66
Dari hasil ujian guru bisa memanfaatkan sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Berikut hasil wawancara dengan Moh. Ali Fikri: “Yang pasti mengadakan remidi dan biasanya bertanya kepada anak, soal nomer berapa saja yang paling sulit atau banyak salahnya, kemudian diterangkan kembali.” 67
g. Pengembangan potensi peserta didik. Khusus dalam mengembangkan potensi peserta didik di MA Darul Huda sudah ditangani secara khusus oleh tim Bimbingan dan Ketrampilan, seperti seni kaligrafi, Qiro’atil Qur’an, Seni hadroh dan sebagainya, biasanya bekerjasama dengan pondok. Namun lulusan PAI tetap mengadakan bimbingan
65
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 11/8-W/F-1/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini 66 Ibid 67 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 12/7-W/F-1/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
45
dikarenakan setiap ustadz di pondok Darul Huda juga berperan sebagai pembimbing bagi santri. 68 2.
Data tentang Persepsi Warga MA Darul Huda Mayak Ponorogo terhadap
Kompetensi Kepribadian Lulusan PRODI
PAI STAIN Ponorogo Kompetensi lain yang harus dimiliki lulusan Prodi PAI sebagai guru adalah kompetensi kepribadian. Adapun kompetensi kepribadian lulusan Prodi PAI sebagaimana yang dituturkan warga MA Darul Huda, bahwa lulusan Prodi PAI secara umum memiliki kepribadian yang bagus, seperti dalam bertutur kata maupun bersikap sudah mencerminkan seorang guru akidah akhlak, sebagaimana yang diungkapkan Waka kurikulum: “ Saya melihat kesehariannya cocok, artinya selain mengajar beliau sebagai koordinator bidang keamanan di pondok di samping di kelas mengajar akidah akhlak, beliau terlihat mengimbangi keduanya, artinya berusaha menampilkan pribadi yang baik sebagai keamanan pondok dan juga berusaha menampilkan kepribadian yang baik sebagai guru akidah akhlak, karena kalau tidak berkepribadian baik, santri akan berontak ketika ditangani keamanan pondok.” 69 Bapak Kholid, guru geografi kelas X MA Darul Huda, menguatkan keterangan di atas dalam hasil wawancara berikut ini: “Menurut kami, sebagai teman maupun sebagai dewan Asatidz, dalam segi sosialnya beliau enak diajak bicara dan terlihat begitu akrab dengan anak-anak, selain itu karena beliau juga latar belakang pondoknya sangat kental, beliau terlihat sangat sopan dalam bersikap, berbicara maupun dalam berpenampilan.” 70
68
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 13/3-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 69 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 14/2-W/F-2/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 70 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 15/5-W/F-2/17-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
46
Adapun lebih rinci, kompetensi kepribadian lulusan Prodi PAI dalam peranannya sebagai guru adalah: a. Memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa Hasil wawancara dengan bapak Qoribun Sidiq: “ Beliau sudah dewasa, yaitu, pertama dengan melihat usia beliau, kemudian peran dan tugas-tugas dari pondok yang diembannya, salah satunya sebagai koordinator keamanan, yang memang dibutuhkan sikap dewasa, tegas dan berwibawa karena harus menghadapi berbagai santri dengan berbagai masalahnya.” 71
Sementara itu menurut bapak Mundir Sunani, Waka Sarana sebagaimana hasil wawancara berikut ini: “Kepribadian beliau cukup baik, dewasa, stabil, terbukti beliau dijadikan pembimbing pengurus pondok, sering mengkoordinir guru-guru bila ada acara keluar.” 72
b. Memiliki etos kerja dan semangat kerja yang tinggi Sebagaimana hasil wawancara dengan bapak Qoribun Sidiq: “Sangat bagus, selalu disiplin, hal ini sudah terlihat ketika beliau masih sebagai pengelola perpustakaan madrasah dan terbawa sampai sekarang dan saya sering menjumpai beliau seringkali membaca buku-buku yang berkaitan dengan metode-metode mengajar dan buku-buku yang relevan lainnya, menurut saya ini salah satu bentuk tanggung jawab beliau sebagai guru dan saya yakin masih banyak usaha beliau yang mungkin saya tidak mengetahuinya.” 73
Pendapat di atas dikuatkan dengan keterangan bapak Kholid: “Beliau sangat respek sekali dengan tugas-tugas yang diserahkan kepadanya, semangatnya luar biasa, ketok tuenanan ( terlihat bersungguhsungguh) dan dikerjakan dengan sangat cermat.” 74
c. Memiliki motivasi mengajar yang tinggi
71
Lihat penelitian ini. 72 Lihat penelitian ini. 73 Lihat penelitian ini. 74 Lihat penelitian ini.
Transkrip Wawancara nomor: 16/3-W/F-2/12-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 17/4-W/F-2/16-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 18/3-W/F-2/12-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 19/5-W/F-2/17-XI/2009 dalam laporan
47
Bapak
Qoribun
Sidiq,
mengatakan,
lulusan
PAI
motivasi mengajarnya cukup bagus, terbukti sering bertukar pendapat, tentang tata cara mengajar yang baik, metode yang tepat, termasuk cara mengatasi anak yang membuat ulah di kelas. 75 Adapun pendapat Bapak Mundir terkait motivasi mengajar lulusan PAI sebagaimana hasil wawancara berikut ini: “Motivasinya cukup bagus, karena beliau termasuk orang yang punya dedikasi tinggi serta saya melihat dalam mengerjakan tugas apapun baik tugas dari pondok maupun madrasah, beliau selalu semangat, termasuk di dalam mengajar.” 76
d. Pribadi yang jujur Bapak Qoribun Sidiq menerangkan, kejujuran lulusan PAI, dalam hasil wawancara berikut ini: “Sepanjang yang saya ketahui, beliau tidak pernah berbohong dan saya juga belum pernah merasa dibohongi, akhlaknya bagus tidak pernah berbuat yang aneh-aneh, dan saya melihat beliau orangnya lurus-lurus saja.” 77
Demikian
halnya
yang
dikatakan
bapak
Mundir
Sunani: “Terus terang untuk menilai kejujuran seseorang sangat sulit, namun berdasarkan kesehariannya kalau saya menilai kejujuran beliau dapat dipercaya, terbukti beliau sering mendapatkan tugas dari pondok, seperti mengurusi konsumsi/belanja untuk event-event besar pondok, dan selama ini tidak ada masalah dengan administrasi pertanggungjawaban keuangannya.” 78
e. Menjadi teladan yang baik 75
Lihat penelitian ini. 76 Lihat penelitian ini. 77 Lihat penelitian ini. 78 Lihat penelitian ini.
Transkrip Wawancara nomor: 20/3-W/F-2/12-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 21/4-W/F-2/16-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 22/3-W/F-2/12-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 23/4-W/F-2/16-XI/2009 dalam laporan
48
Terkait dengan keteladanan, sebagaimana pendapat bapak Qoribun Sidiq, bahwa lulusan PAI sudah tepat dijadikan teladan
namun
demikian
manusia
punya
keterbatasan,
kekurangan dan kelebihan, sebab manusia tempat salah dan lupa. Maka, kita bisa meneladani sikap-sikap positifnya dan dijadikan pelajaran sikap-sikap negatifnya . 79 Sementara itu bapak Kholid mengatakan, apabila peserta didik mencontoh lulusan PAI, terutama dalam bersikap maka anak-anak akan menjadi lebih baik dan sopan karena memang sikap dan tindakan beliau mencerminkan seorang guru akidah akhlak . 80 f. Sabar, perhatian dan tidak diskriminasi terhadap peserta didik. Keterangan dari salah satu peserta didik yang bernama Nanang Khosim yang mengatakan bahwa lulusan PAI seorang pribadi yang santun, ketika ada anak yang mengantuk dibagunkan dan disuruh berwudhu, karena beliau kasihan dengan niat murid yang ingin menuntut ilmu tetapi sampai di kelas tertidur. 81 Selain itu lulusan PAI juga tidak pernah diskriminasi terhadap peserta didik, meskipun di dalam kelas ada peserta didik yang laju (berangkat dari rumah) dan mukim (bertempat tinggal
79
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 24/3-W/F-2/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 80 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 25/5-W/F-2/17-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 81 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 26/8-W/F-2/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
49
di pondok)
Moh.
Ali
Fikri
memberikan
keterangan dalam hasil wawancara berikut ini: “Antara anak laju dan mukim tidak dibedakan, tetapi ketika di kelas anak laju sering diperhatikan, karena mungkin bertemunya dengan beliau hanya ketika mengajar, berbeda dengan anak mukim di pondok, yang bisa bertemu kapan saja.” 82
3.
Data tentang Persepsi Warga MA Darul Huda Mayak Ponorogo terhadap
Kompetensi Profesional Lulusan PRODI
PAI STAIN Ponorogo Persepsi warga
MA
Darul
Huda
terhadap
kompetensi
profesional lulusan Prodi PAI, sebagai berikut: a. Penguasaan materi Di dalam penguasaan materi, bapak Umar Salim menjelaskan, lulusan PAI selain berlatar belakang lulusan tarbiyah STAIN juga sebagai ustadz MMH, 83 sehingga di dalam penguasaan materi akidah akhlak sudah sangat baik. 84 Nanang Khosim menambahkan, lulusan PAI menguasai materi akidah akhlak bahkan referensinya langsung dari kitab kuning. 85 b. Memahami landasan pendidikan
82
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 27/7-W/F-2/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 83 MMH: Madrasah Miftahul Huda (madrasah salafiyah yang khusus mempelajari ilmu agama Islam dan tata bahsa Arab). 84 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 28/2-W/F-3/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 85 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 29/8-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
50
Pemahaman lulusan PAI terhadap landasan pendidikan, seperti keterangan dari Waka kurikulum dalam hasil wawancara berikut ini: “Dengan melihat latar belakang beliau jurusan pendidikan, saya yakin beliau menguasai landasan pendidikan dan selama ini saya melihat beliau menjalankan tugasnya sebagai guru dengan sangat baik.” 86
c. Memanfaatkan sarana yang ada Untuk menunjang proses pembelajaran yang maksimal, lulusan PAI berusaha memanfaatkan sarana yang ada. Bapak Mundir
Sunani,
mengeluh
karena
mengatakan, keterbatasan
lulusan sarana,
PAI
tidak
bahkan
pernah berusaha
memaksimalkannya salah satunya dengan memanfaatkan bukubuku aqidah akhlak di perpustakaan. 87 d. Mengembangkan sumber belajar Ahmad Mahi mengatakan, lulusan PAI dalam mengajar menggunakan buku paket sususunan sendiri yang merupakan ringkasan dari berbagai buku. 88 Hal ini diperkuat dengan keterangan Nanang Khosim, bahwa buku ringkasan lulusan PAI adalah ringkasan dari berbagai buku termasuk dari kitab kuning yang sudah alih
86
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 30/2-W/F-3/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 87 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 31/4-W/F-3/16-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 88 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 32/6-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
51
bahasa ke dalam bahasa Indonesia, sehingga anak-anak mudah memahaminya. 89 e. Mengembangkan strategi belajar Strategi belajar yang sudah diterapkan lulusan PAI berdasarkan keterangan peserta didik adalah, diskusi dan ceramah. Sebagaimana hasil wawancara dengan Moh. Ali fikri: “Yang paling banyak dengan diskusi.” 90
Demikian juga yang dikatakan Ahmad Mahi: “Yang sering adalah diskusi dan bercerita, ketika diskusi mengalami jalan buntu anak-anak bertanya kepada bapak Bustan dan beliau menjelaskan sampai paham.”91
Meskipun demikian anak-anak tidak bosan, bahkan strategi belajar dengan diskusi sebagai alternatif meminimalisir peserta
didik
yang
mengantuk
dan
lebih
efektif untuk
memahamkan siswa dari pada dengan ceramah, sebagaimana keterangan dari Moh.Ali Fikri dalam wawancara berikut ini: “Sebenarnya dengan diskusi kami belum paham seratus persen tetapi dengan diskusi setidaknya anak-anak mau membaca, karena kalau hanya bercerita/ceramah, anak-anak banyak yang mengantuk, apalagi jam pelajaran terakhir.” 92
f. Pemberian tugas kepada siswa Bentuk-bentuk tugas yang diberikan lulusan Prodi PAI adalah resume hasil diskusi, mencari referensi materi dan 89
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 33/8-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 90 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 34/7-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 91 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 35/6-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 92 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 34/7-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
52
menyelesaikan PR (pekerjaan rumah). Sebagaimana keterangan dari Ahmad Mahi: “Yang pasti diskusi kelompok dan menyerahkan hasil diskusinya, selain itu biasanya PR.” 93
Moh. Ali Fikri menambahkan dalam hasil wawancara: “Tugas dari bapak Bustan yang pernah kami terima, yang pertama tugas resume materi ketika beliau kosong, mencari referensi materi di buku di perpustakaan kalau tidak ketemu bisa di sumber lainnya.” 94
g. Pengembangan Profesi Upaya mengembangkan profesi keguruannya yang sudah
dilakukan
lulusan
PAI,
yaitu
dengan
mengikuti
workshop/pelatihan, sebagaimana hasil wawancara dengan kepala madrasah: “Mengenai pelatihan khusus guru akidah akhlak belum pernah, adapun pelatihan guru secara umum beliau pernah ikut, yaitu pelatihan dalam membuat soal, karena sudah empat tahun terakhir kami sudah mandiri dan lepas dari sekolah negeri dalam menyelenggarakan ujian, otomatis kami juga harus memahami kisi-kisi soal untuk itu diadakan pelatihanpelatihan.” 95
Sedangkan Waka Kurikulum menambahkan, dalam hasil wawancara berikut ini: “Di MA ini, setiap tahun pasti kami adakan pelatihan khususnya berkaitan dengan kurikulum. Khusus tahun ini baru kami adakan tanggal 16 Nopember dan itu wajib bagi semua guru. Jadi menurut saya bapak Bustan sudah mengikuti. Adapun pelatihan selain itu. kami kurang mengetahui.” 96
93
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 35/6-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 94 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 36/7-W/F-3/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini . 95 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 37/1-W/F-3/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 96 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 38/2-W/F-3/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
53
Selain dengan pelatihan, bisa dengan membuat karya tulis
ilmiah
maupun
Penelitian
Tindakan
kelas
(PTK).
Tampaknya hal ini belum dilaksanakan oleh lulusan PAI, sebagaimana hasil wawancara dengan kepala madrasah berikut ini: “Untuk PTK, kami rasa Bapak Bustan belum pernah membuat, sebab PTK harus meluangkan waktu yang banyak, sementara ustadz Darul Huda jamnya sangat padat, pagi mengajar, sore mengajar MMH, malam memimpin adik-adik santri di pondok.” 97
Waka Kurikulum menambahkan keterangan dalam hasil wawancara berikut ini: “Khusus untuk PTK belum, adapun untuk karya ilmiah berupa buku kami belum mengetahui, tetapi sekarang ini beliau sedang menyusun buku tentang Manakib Mbah Hasyim Sholeh (pendiri Ponpes Darul Huda) dan ini sudah mulai berjalan, termasuk saya juga pernah diwawancarai. Melihat dari yang dikerjakan beliau sekarang, tidak menutup kemungkinan suatu saat juga akan membuat/menyusun karya tulis yang sesuai dengan bidang yang diampunya.” 98
Kendala terbesar dari PTK adalah kurangnya waktu, karena untuk pelatihan tentang PTK sendiri sebenarnya sudah diadakan oleh pihak madrasah. Sebagaimana yang dituturkan Waka Kurikulum: “Sebenarnya kami sudah mengadakan, kenyataannya setelah pelatihan, hanya sebagian kecil yang mencoba membuat PTK, jadi sebagian besar belum.” 99 “Kendalanya adalah masalah waktu, karena jam mengajar guru di MA ini sangat padat, tetapi ke depannya kami terus berupaya agar masingmasing guru dapat membuat karya ilmiah.” 100
97
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 39/1-W/F-3/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 98 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 40/2-W/F-3/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 99 Ibid. 100 Ibid.
54
Data tentang Persepsi Warga MA Darul Huda Mayak Ponorogo
4.
terhadap
Kompetensi Sosial Lulusan PRODI PAI STAIN
Ponorogo Kompetensi sosial juga harus dimiliki lulusan Prodi PAI yang berprofesi sebagai guru. Karena proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Adapun
kompetensi
sosial
lulusan
Prodi
PAI,
sebagaimana
dituturkan kepala madrasah bahwa komunikasi sosial lulusan PAI dengan sesama rekan guru dan anak-anak terjalin dengan baik dan tidak ada masalah. 101 Adapun komunikasi lulusan PAI dengan peserta didik, sebagaimana hasil wawancara dengan Nanang Khosim: “Menyenangkan, enak diajak ngobrol (berbincang-bincang) dan anakanak tidak merasa sungkan atau takut terhadap Bapak Bustan, tetapi tetap menghormati beliau.” 102
Sedangkan menurut Moh. Ali Fikri: “Biasa seperti di kelas, luwes, enak diajak diskusi dan tidak terlalu memperlihatkan posisinya sebagai guru jadi anak-anak senang diajak berbincang-bincang.” 103
Sementara itu hubungan lulusan PAI dengan masyarakat luar memang tidak begitu dekat, mengingat beliau bermukim di pondok dan setiap hari harus mengurusi santri-santri. Jadi sebagai ganti masyarakat luar adalah masyarakat pondok itu sendiri. Adapun 101
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 41/1-W/F-4/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 102 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 42/6-W/F-4/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini. 103 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 43/7-W/F-4/18-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
55
komunikasinya dengan masyarakat pondok, beliau termasuk salah satu ustadz/guru yang familiar dan pandai bergaul dengan segala usia. Sebagaimana yang dituturkan ustadz Kholid: “Salah satu kelebihan, atau boleh dikatakan keunikan yang bersifat positif dari ustadz Bustan adalah postur tubuhnya yang mungil, dengan postur tersebut beliau cepat dikenal setiap santri maupun ustadz lainnya sehingga terlihat akrab dan beliau juga pandai melucu sehingga mencairkan suasana ketika sedang berbincang-bincang.” 104
Berdasarkan keterangan dari Ahmad Mahi, salah satu alasan mengapa senang diajar lulusan PAI adalah faktor lucu. 105 Diperkuat hasil wawancara dengan Moh. Ali Fikri: “Wahh…senang sekali, karena orangnya lucu, luwes dan sabar.” 106
Sementara itu keterangan dari salah seorang murid yang bernama Nanang Khosim, lulusan PAI, salah satu guru yang mudah diajak bergaul, dan rata-rata beliau pasti mengenal satu persatu siswa, baik XIISI-A, XIISI-B mupun XIISI-C dan cepat menghafal nama-nama nya. Jadi sosialisasinya terhadap peserta didik sangat baik. 107
104
Lihat penelitian ini. 105 Lihat penelitian ini. 106 Lihat penelitian ini. 107 Lihat penelitian ini.
Transkrip Wawancara nomor: 44/5-W/F-4/17-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 45/6-W/F-4/18-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 46/7-W/F-4/18-XI/2009 dalam laporan Transkrip Wawancara nomor: 47/8-W/F-4/18-XI/2009 dalam laporan
56
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG KOMPETENSI YANG DIMILIKI LULUSAN PRODI PAI STAIN PONOROGO
Berdasarkan data yang ada pada BAB III di skripsi ini, kami mencoba memberikan analisis terkait kompetensi lulusan Prodi PAI berdasarkan persepsi dari pengguna lulusan, yaitu warga MA Darul Huda Mayak, MTs Darul Huda Mayak dan SMA Negeri 3 Ponorogo. Adapun analisisnya sebagai berikut: 1. Lulusan PAI yang mengajar di MA Darul Huda Mayak A. Analisis Data Kompetensi Pedagogik Analisis data kompetensi pedagogik dari lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo, sebagai berikut: 1. Kemampuan mengelola pembelajaran Guru memerlukan pengelolaan pembelajaran, karena proses pembelajaran yang baik dan untuk mencapai tujuan pembelajaran, hanya dapat dicapai dengan pengelolaan yang baik pula. Kemampuan lulusan PAI dalam mengelola pembelajaran sudah cukup baik, terbukti dengan pelaksanaan pembelajaran yang kondusif, dapat menguasai kelas dan pembelajaran berjalan lancar dari awal sampai akhir. Hal ini sudah sesuai dengan yang teori kompetensi guru. 2. Pemahaman terhadap peserta didik
57
Guru harus bisa memahami peserta didik, karena peserta didik merupakan adalah individu dengan berbagai karakter dan masalah yang dibawanya,
karakter setiap peserta didik inilah yang akan
mewarnai dalam proses pembelajaran. Lulusan PAI sudah memiliki 76 kemampuan yang baik dalam memahami peserta didik. 108 Hal ini sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 3. Perencanaan pembelajaran Agar proses belajar mengajar berjalan efektif, guru harus membuat perencanaan yang matang sebelum mengajar, karena di dalam perencanaan pengajaran tercakup tujuan pembelajaran yang akan dicapai, cara apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut,
materi
yang
akan
disampaikan,
metode/cara
penyampaiannya serta media/alat apa yang dapat mendukung pelaksanaan pengajaran tersebut dan sebagainya Dalam
perencanaan
pembelajaran
lulusan
PAI
sudah
mempunyai kemampuan, yaitu dalam membuat Prota, Promes, Silabus dan RPP. Hal ini sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis Guru
harus
mampu
melaksanakan
pembelajaran
yang
mendidik karena pembelajaran bukan sekedar kegiatan transfer of knowledge melainkan transfer of value, yaitu memberikan nilai-nilai
108
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 04/3-W/F-1/12-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
58
yang baik kepada peserta didik, yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupannya. Lulusan PAI sudah mampu menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis, terbukti disetiap pembelajaran berusaha memberikan motivasi dan menkontekskan materi dengan realita sehari-hari. Hal ini sudah sesuai dengan yang teori kompetensi guru. 5. Pemanfaatan teknologi pembelajaran Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran 109 Lulusan PAI sudah mampu memanfaatkan teknologi untuk menunjang pembelajaran, terbukti dengan pemakaian VCD Harun Yahya dalam penyampaian materi tentang hari kiamat. 6. Evaluasi hasil belajar Pada hakekatnya, tujuan dari evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik 110 Kemampuan lulusan PAI dalam mengadakan evaluasi hasil belajar sudah baik, yaitu tidak hanya mengadakan evaluasi pada saat ujian tengah semester dan akhir semester tetapi juga memberikan penilaian berdasarkan keaktifan siswa di kelas, mengerjakan tugas109
E, Mulyasa, Standar kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 107. 110 Ibid., 108.
59
tugas serta absensi kehadiran siswa. Hal ini sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 7. Pengembangan peserta didik Pentingnya seorang guru mengembangkan potensi peserta didik, karena peserta didik merupakan individu yang dilahirkan dengan membawa segudang potensi. Salah satu tugas guru adalah memberdayakan potensi peserta didik ke arah positif. Kemampuan lulusan PAI dalam mengembangkan peserta didik kurang terlihat, karena untuk pengembangan peserta didik yang bersifat pengembangan bakat, di MA Darul Huda Mayak, sudah dikembangkan melalui program bekerja sama dengan pihak pondok. Dari paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi pedagogik lulusan PAI yang mengajar di MA Darul Huda secara umum sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. B. Analisis Data Kompetensi Kepribadian Analisis tentang kompetensi kepribadian lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo sebagai berikut: 1. Kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa Guru harus mempunyai kepribadaian yang mantap, stabil dan dewasa, karena setiap hari harus berinteraksi dengan guru lain, karyawan dan peserta didik, yang terkadang dalam situasi tertentu sangat memicu emosi. Ketidakmampuan dalam mengendalikan emosi
60
akan berdampak pada sikap dan perikalu yang tidak baik dari seorang guru. Kepribadian lulusan PAI dinilai sudah mantap, stabil dan dewasa sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 111 2. Etos kerja dan semangat kerja Pentingnya etos kerja, karena etos kerja akan mempengaruhi hasil kerja seseorang, dengan etos kerja yang tinggi hasil yang didapat juga akan baik. Bukti pentingnya etos keja telihat di dunia industri. Sebuah perusahaan yang memperkerjakan karyawannya dengan etos kerja yang tinggi akan menghasilkan produk dengan kualiatas dan kuanitas yang bagus. Demikian juga dengan etos kerja guru dalam dunia pendidikan.
Lulusan PAI sudah memiliki etos
kerja
yang
dan
semangat
kerja
tinggi,
terbukti
dengan
tanggungjawab dan disiplin dalam mengajar dan mengerjakan tugas. Hal ini sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 3. Motivasi mengajar Motivasi mengajar lulusan PAI sangat tinggi terbukti dengan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya di dalam mengajar lewat bertanya dan tukar pendapat dengan guru yang lainnya. 4. Berakhlak mulia 111
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 14/3-W/F-2/12-XI/2009 dan 15/4-W/F2/16-XI/2009. dalam laporan penelitian ini.
61
a. Kejujuran Guru harus memilki sifat dan sikap jujur, karena tugas guru tidak sebatas mentransfer pengetahuan, tapi juga mentrasnfer nilai-nilai yang baik yang kelak akan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Kejujuran lulusan PAI dinilai sangat baik, sebagaimana keterangan para guru 112. b. Sabar, perhatian dan tidak diskriminasi Lulusan PAI adalah pribadi yang sabar, perhatian dan dan tidak diskriminasi dalam bersikap maupun bertindak kepada peserta didik. Hal ini sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. Sebagaimana keterangan siswa yang terdapat dalam transkrip wawancara nomor: 27/8-W/F-2/18-XI/2009 dan 29/7- W/F-2/18XI/2009. 5. Menjadi teladan Guru yang baik adalah guru yang dapat dijadikan contoh bagi peserta didik. Karena keteladanan inilah yang diharapkan akan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan mental peserta didik ke arah yang lebih baik.
112
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 23/4-W/F-2/16-XI/2009 dalam laporan penelitian ini.
62
Lulusan PAI sudah dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Terbukti dari keterangan para guru 113 Berdasarkan paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi kepribadaian lulusan PAI yang mengajar di MA Darul Huda Mayak sudah sesuai dengan Standar Kompetensi Guru. C. Analisis Data Kompetensi Profesional Adapun kompetensi profesional dari lulusan Prodi PAI STAIN PONOROGO sebagai berikut: 1. Penguasaan materi Materi merupakan objek utama dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan penguasan materi yang baik, seorang guru mudah dalam memahamkan peserta didik. Penguasaan materi, lulusan PAI sudah baik, terbukti dari pendapat peserta didik yang cukup memahami penjelasan dan keterangan materi yang disampaikan lulusan PAI. Dalam penguasaan materi, lulusan PAI sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 2. Memahami landasan pendidikan Landasan Pendidikan yang harus dipahami oleh guru adalah landasan filosofi, psikologi dan sosial budaya. 114
113
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 14/3-W/F-2/12-XI/2009 dan 15/4-W/F2/16-XI/2009. dalam laporan penelitian ini. 114
E, Mulyasa, Standar kompetensi Guru dan Sertifikasi Guru….137.
63
Lulusan PAI dalam memahami landasan pendidikan sudah baik, sebagaimana keterangan Waka Kurikulum115. 3. Memanfaatkan sarana yang ada Lulusan PAI sudah dapat memanfaatkan dan memaksimalkan sarana yang ada. Terbukti dengan memanfaatkan perpustakaan dan buku-buku yang ada di dalamnya. Hal ini sudah sesuai yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 4. Mengembangkan sumber belajar Guru harus bisa mengembangkan sumber belajar karena akan memperkaya wawasan anak didik. Sumber belajar yang dapat dipakai oleh
guru
berasal
dari
buku/perpustakaan,media
lima
massa,
sumber
alam
yaitu
lingkungan
manusia, dan
media
pendidikan 116 Lulusan PAI sudah dapat mengembangkan sumber belajar dengan baik, dengan mengambil beberapa buku dan kitab kuning sebagai sumber belajar dan meringkasnya menjadi satu buku paket serta juga menggunakan VCD Harun Yahya sebagai sumber belajar pada
materi
hari
mengembangkan
kiamat.
sumber
Maka
belajar
kemampuan sudah
sesuai
lulusan dengan
dalam teori
kompetensi guru. 5. Mengembangkan strategi belajar
115 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 30/2-W/F-3/14-XI/2009 dalam laporan penelitian ini 116 Syaiful, Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 139.
64
Dampak dari tidak adanya pengembangan strategi belajar, adalah
pelaksanaan pembelajaran yang monoton, yang akan
berakibat menurunnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran karena tidak ada variasi-variasi dalam penyampaian materi, sehingga dalam pembelajaran yang dirasakan peserta didik adalah rutinitas yang menjenuhkan. Lulusan PAI dalam mengembangkan strategi belajar masih belum sesuai dengan teori kompetensi guru. Terbukti dengan hanya menggunakan
strategi
ceramah
dan
diskusi
dalam
kegiatan
pembelajaran. 6. Pemberian tugas kepada peserta didik Lulusan PAI dalam memberikan tugas kepada peserta didik sudah cukup bagus dan bervariasi seperti meresume hasil diskusi, mencari referensi materi, mengerjakan pekerjaan rumah (PR). 7. Pengembangan Profesionalitas Dalam mengembangkan profesionalitas yang sering ditempuh guru
adalah
melalui
Workshop/pelatihan
tentang
pendidikan,
membuat karya tulis ilmiah atau melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Lulusan PAI masih sebatas mengikuti workshop tentang kurikulum yaitu membuat kisi-kisi soal. Sementara dalam membuat karya tulis ilmiah/PTK belum sama sekali. Padahal dengan PTK diharapkan
guru
akan
memperoleh
manfaat
praktis
dengan
65
mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya dan bagaimana mengatasi masalah itu. Dengan demikian praktek pembelajaran di kelas dapat diperbaiki oleh guru itu sendiri secara sadar dan terencana dengan baik. Berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi profesional dari lulusan PAI yang mengajar di MA DArul Huda secara umum sudah baik namun belum sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori
kompetensi guru, karena belum
mengadakan PTK. D. Analisis Data Kompetensi Sosial Kompetensi sosial yang dimiliki lulusan PAI sudah sesuai dengan teori kompetensi guru terlihat dengan kemampuan lulusan PAI dalam berkomunikasi dengan warga MA Darul Huda, baik dengan sesama guru, karyawan maupun dengan peserta didik, serta kemampuannya dalam berkomunikasi dan berperan dengan baik sebagai warga pondok pesantren Darul Huda. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial lulusan Prodi PAI yang mengajar di MA Darul Huda Mayak Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 2. Lulusan PAI yang mengajar di MTs Darul Huda Mayak Berdasarkan data yang ada pada BAB III di skripsi ini, maka kami mencoba memberikan analisis terkait dengan kompetensi lulusan
66
Prodi PAI berdasarkan persepsi dari pengguna lulusan, yaitu warga MTs Darul Huda Mayak Ponorogo. Adapun analisinya sebagai berikut: A. Analisis Data Kompetensi Pedagogik Analisis data kompetensi pedagogik luluasan Prodi PAI STAIN Ponorogo adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan mengelola pembelajaran Kemampuan lulusan PAI dalam mengelola pembelajaran sudah
bagus,
penyampaian
materi
tepat,
menguasai
kelas/pengelolaan kelasnya bagus. Sebagaimana hasil observasi peneliti yang terlampir pada transkrip observasi nomor: 01/O/F-1/07X/2009 dalam laporan ini. Maka dalam pengelolaan pembelajaran sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 2. Pemahaman terhadap peserta didik Lulusan PAI sudah dapat memahami peserta didik, termasuk memahami tingkat kecerdasan peserta didik.
117
. Seperti yang
disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 3. Perencanaan pembelajaran Lulusan PAI sudah membuat perencanaan pembelajaran, seperti Prota, Promes, Silabus dan RPP namun belum sesuai dengan format dalam KTSP dan ada beberapa unsur di dalam silabus yang tidak dicantumkan seperti alokasi waktu, metode/strategi belajar yang dipakai. Maka dapat disimpulkan, kompetensi lulusan PAI 117
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 04/8-W/F-1/05-X/2009 dalam laporan penelitian ini
67
dalam
merancang
pembelajaran
sudah
sesuai
dengan
teori
kompetensi guru, namun belum sesuai standar dalam menyusun Silabus dan RPP sesuai format KTSP. 4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis sudah dijalankan lulusan PAI. Seperti yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Hal ini berdasarkan dari hasil observasi peneliti yang menyimpulkan bahwa lulusan PAI di dalam mengajar memberikan penguatan-penguatan untuk menerapkan tata cara berwudhu yang sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. 5. Pemanfaatan teknologi Lulusan PAI dalam memanfaatkan teknologi untuk proses pembelajaran belum maksimal tetapi sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Karena masih sebatas pada penggunaan komputer untuk pengetikan. 6. Evaluasi hasil belajar Lulusan
PAI
sudah
melakukan
evaluasi
hasil
belajar
sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Namun dalam pelaksanaannya masih sebatas menilai tingkat kognitif siswa, terbukti dari pemberian tugas kepada siswa yang hanya dengan mengerjakan LKS, ulangan harian dan ujian semester. 7. Pengembangan peserta didik.
68
Kemampuan lulusan PAI dalam mengembangkan peserta didik sudah terlihat pada perannya dalam membimbing anak-anak OSIS Mts Darul Huda. Dari paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum kompetensi pedagogik lulusan PAI yang mengajar di MTs Darul Huda sudah sesuai dengan standar kompetensi guru.
B. Analisis Data Kompetensi Kepribadian Analisis data kompetensi kepribadian dari lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo sebagai berikut: 1. Kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa Lulusan PAI sudah memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Terbukti dalam menangani peserta didik yang bermasalah, diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan tidak dengan kekerasan dan tidak main hakim sendiri. 2. Etos kerja dan semangat kerja Lulusan PAI sudah memiliki etos kerja dan semangat kerja yang tinggi, terbukti dari semangat dan ketelatenanya dalam membimbing peserta didik yang ada di OSIS. Serta dengan adanya pernyataan dari Bapak Kepala madrasah yang mengatakan bahwa
69
semua guru di MTs Darul Huda harus bekerja dengan niat lillahita’alla.
118
3. Motivasi mengajar Motivasi mengajar lulusan PAI sangat tinggi terbukti dengan selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuannya di dalam mengajar lewat bertanya dan tukar pendapat dengan guru yang lainnya. 4. Berakhak mulia a. Disiplin dan jujur Lulusan PAI adalah pribadi yang jujur dan disiplin yang merupakan bagian dari akhlak yang baik. Sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Kedisiplinan lulusan PAI dibuktikan dalam memberikan laporan penilaian kepada pihak madrasah. Adapun tentang kejujurannya
sebagaimana keterangan
dari para guru yang rata-rata menilai lulusan PAI sebagai pribadi yang jujur. 119 b. Mengamalkan apa yang diajarkan kepada peserta didik Lulusan PAI pribadi, yang mengajarkan suatu kebaikan kepada
peserta
didik,
maka
juga
mempraktekkan
dalam
kehidupannya. Hal ini merupakan bagian dari akhak mulia, seperti yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru.
118 Lillahita’alla : Berbuat sesuatu semata-mata diniatkan untuk beribadah dan mencari ridho Allah Swt. 119 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 16/5-W/F-2/03-X/2009 dan 17/6-W/F1/08-X/2009 dalam laporan penelitian ini
70
5. Menjadi teladan Lulusan PAI sudah dapat menjadi teladan bagi peserta didiknya. Sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Bapak Mukhlas mengatakan, lulusan PAI adalah seorang guru yang mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, maka memberikan contoh nyata kepada peserta didik lewat perilakunya sehari-hari. 120 6. Pribadi yang terbuka Lulusan
PAI
merupakan
pribadi
yang
terbuka,
dalam
perannya sebagai guru, terbukti apabila permasalahan masalah dalam pembelajaran dikonsultasikan kepada rekan guru yang lain. Berdasarkan paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi kepribadaian lulusan PAI yang mengajar di MTs Darul Huda Mayak sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. C. Analisis Data Kompetensi Profesional Kompetensi profesional dari lulusan PAI sebagai berikut: 1. Penguasaan materi Kemampuan lulusan PAI dalam menguasai materi sudah bagus. Seperti keterangan Bapak Choirul Anam, bahwa kelebihan lulusan PAI adalah menguasai dengan baik materi akidah akhlak. Maka kemampuan lulusan PAI sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 120
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 19/6-W/F-2/08-X/2009 penelitian ini
dalam laporan
71
2. Memanfaatkan sarana yang ada Lulusan PAI mampu memanfaatkan dan memaksimalkan sarana yang ada. dengan memanfaatkan perpustakaan dan bukubukunya. Hal ini sudah sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 3. Mengembangkan sumber belajar Kompetensi lulusan PAI dalam mengembangkan sumber belajar belum sesuai dengan teori kompetensi guru. Karena dalam mengajar hanya menggunakan LKS. Hal ini kontradiksi dengan kemampuan lulusan PAI dalam mengembangkan sumber belajar. 4. Mengembangkan strategi belajar Lulusan PAI dalam mengembangkan strategi belajar belum sesuai dengan teori kompetensi guru. Terbukti hanya memakai strategi ceramah. 5. Pemberian tugas kepada peserta didik Lulusan PAI dalam memberikan tugas kepada peserta belum sesuai dengan teori kompetensi guru, karena dalam memberikan tugas masih sebatas mengerjakan soal-soal di dalam LKS. 6. Pengembangan Profesionalitas guru Dalam mengembangkan profesionalitas yang sering ditempuh guru adalah dengan melalui Workshop/pelatihan tentang pendidikan, membuat karya tulis ilmiah atau melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Lulusan PAI masih sebatas mengikuti workshop
72
tentang kurikulum yaitu dalam membuat persiapan perangkat pembelajaran. Sedang dalam membuat karya tulis ilmiah/PTK juga belum. Dapat disimpulkan, lulusan PAI di dalam pengembangan profesionalitasnya belum sesuai dengan teori kompetensi guru. Berdasarkan paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi profesional lulusan PAI yang mengajar di MTs Darul Huda belum sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru, karena belum bisa mengembangkan sumber belajar, strategi belajar, tugas-tugas untuk peserta didik dan belum mengadakan PTK. D. Analisis Data Kompetensi Sosial Kompetensi sosial yang dimiliki lulusan PAI sudah sesuai dengan Standar Kompetensi Guru terlihat dengan kemampuan lulusan PAI dalam berkomunikasi dengan warga MA Darul Huda, baik dengan sesama guru, karyawan maupun dengan peserta didik, serta kemampuannya dalam berkomunikasi dan berperan dengan baik sebagai warga pondok pesantren Darul Huda. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial lulusan Prodi PAI yang mengajar di MTs Darul Huda Mayak Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. 3. Lulusan PAI yang mengajar di SMA Negeri 3 Ponorogo A. Analisis Data Kompetensi Pedagogik Adapun analisis tentang kompetensi pedagogik dari lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo sebagai berikut:
73
1. Kemampuan mengelola pembelajaran Lulusan PAI sudah mampu mengelola pembelajaran dengan baik. Sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru, terbukti dengan pelaksanaan pembelajaran yang kondusif, dapat menguasai pengelolaan kelas, dalam menyampaikan materi simpel dan cepat dipahami siswa. 2. Pemahaman terhadap peserta didik Kemampuan lulusan PAI dalam memahami peserta didik sangat bagus. Terbukti mampu dalam mengidentifikasi siswa, yang pandai, rajin, malas, sering membuat gaduh dan sebagainya. Hal ini sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 3. Perencanaan pembelajaran Kemampuan
lulusan
PAI
dalam
membuat
rancangan
pembelajaran sudah sesuai dengan teori kompetensi guru, terbukti sudah baik dalam pembuatan Prota, Promes, Silabus dan RPP. Sebagaimana
keterangan
dari
Waka
kurikulum
maupun
tim
akreditasi SMA 3 Ponorogo 121 . Khusus RPP sabagaimana yang peneliti koreksi sudah tepat dan sesuai dengan format KTSP. 4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan diagnosis Kemampuan
lulusan
PAI
dalam
menyelenggarakan
pembelajaran yang mendidik dan diagnosis sudah sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru, terbukti disetiap 121
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 07/3-W/F-1/13-X/2009 dan 08/6-W/F1/08-X/2009 dalam laporan penelitian ini
74
pembelajaran memberikan motivasi dan menkontekskan materi pembelajaran sesuai dengan realita kehidupan sehari-hari. 5. Pemanfaatan teknologi pembelajaran Kemampuan lulusan PAI dalam memanfaatkan teknologi dalam
menunjang
pembelajaran
belum
maksimal
dikarenakan
keterbatasan sarana prasarana. 6. Evaluasi hasil belajar Kemampuan lulusan PAI dalam mengadakan evaluasi hasil belajar sudah baik, yaitu tidak hanya mengadakan evaluasi pada saat ujian tengah semester dan akhir semester tetapi juga menilai keaktifan siswa di kelas, mengerjakan tugas-tugas serta absensi kehadiran siswa. 7. Pengembangan peserta didik Lulusan PAI mampu mengembangkan potensi peserta didik, yaitu dalam pembiasaan menjalankan sholat Dhuha di masjid sekolah dan membaca juz ‘amma di awal pelajaran agama . Hal ini sesuai dengan yang disayaratkan dalam teori kompetensi guru. Dari paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi pedagagogik lulusan PAI yang mengajar di SMA Negeri 3 Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru, namun masih ada kelemahannya yaitu dalam pemanfaatan teknologi yang masih terkendala dengan sarana yang ada. B. Analisis Data Kompetensi Kepribadian
75
Kompotensi kepribadian lulusan PAI sebagai berikut: 1. Kepribadian yang mantap dan stabil dan dewasa Kepribadaian lulusan PAI yang mantap, stabil dan dewasa sudah sesuai dengan standar kompetensi guru, dibuktikan dengan keterangan beberapa guru yang mengatakan, lulusan PAI mempunyai dasar agama yang kuat, berkepribadaian yang mencerminkan pribadi pendidik, tidak terpengaruh trend dan tanggungjawab terhadap pekerjaannya. 122 2. Etos kerja a. Motivasi dan semangat mengajar Motivasi dan semangat mengajar lulusan PAI sangat tinggi terbukti dengan ketelatenannya terhadap anak, disiplin, senang dalam mengajar dan terlihat menikmati pekerjaannya. 123 b. Disiplin Lulusan PAI dalam kedisiplinan sangat bagus terbukti dengan keterangan yang diberikan para guru maupun peserta didik bahwa lulusan PAI sangat rajin, tepat waktu dalam mengajar dan sangat aktif walaupun jam mengajarnya sangat padat dan mencintai pekerjaannya. c. Tanggungjawab terhadap pekerjaan
122 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 14/2-W/F-2/12-X/2009 dan 15/7-W/F3/08-X/2009 dalam laporan penelitian ini 123 Lihat Transkrip Wawancara nomor: 16/2-W/F-2/12-X/2009 dalam laporan penelitian ini
76
Tanggungjawab
lulusan
PAI
terhadap
pekerjaan
mencerminkan kompetensi seorang guru, seperti yang dikatakan beberapa guru khususnya Waka Sarana, bahwa lulusan PAI guru yang tanggungjawab terhadap kelangsungan belajar mengajar peserta didik yang dididiknya. 3. Menjadi teladan bagi peserta didik Lulusan PAI sudah tepat dijadikan teladan bagi peserta didik, 124 sebagaimana yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Berdasarkan paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi kepribadian lulusan PAI yang mengajar di SMAN 3 Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. C. Analisis Data Kompetensi Profesional Kompetensi profesional lulusan PAI sebagai berikut: 1. Penguasaan materi Catur Setyoko mengatakan, penguasaan materi lulusan PAI sudah bagus, dalam menerangkan sangat jelas dan detail serta bisa menjawab pertanyaan siswa. Sehingga dapat dikatakan penguasaan materi lulusan PAI sesuai yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. 2. Pemahaman terhadap landasan pendidikan
124
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 20/5-W/F-2/13-X/2009 dan 21/2-W/F2/12-X/2009 dalam laporan penelitian ini
77
Lulusan PAI sudah memahami landasan pendidikan, sesuai yang disyaratkan dalam teori kompentensi guru. Terbukti dari keterangan Kepala sekolah. 125 3. Memanfaatkan sarana yang ada Lulusan PAI sudah dapat memanfaatkan sarana yang ada untuk
menunjang
proses
pembelajaran.
Sebagaimana
yang
disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Sesuai dengan keterangan dari Waka Sarana, bahwa lulusan PAI dapat memanfaatkan sarana yang untuk proses pembelajaran. 4. Mengembangkan sumber belajar Lulusan PAI sudah dapat mengembangkan sumber belajar, yang telah disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Terbukti dari pemakain buku-buku paket dari beberapa penerbit, buku-buku perpustakaan, LKS buku cerita, dan sumber dari internet. 5. Mengembangkan strategi belajar Dalam mengajar, lulusan PAI sudah dapat mengembangkan strategi belajar, sebagaimana yang disyaratkan dalam standar kompetensi guru, terbukti dalam mengajar memakai startegi belajar yang bervariasi seperti: berceramah, membacakan cerita, permainan, diskusi, menyuruh siswa latihan presentasi dan lainnya yang disesuaikan dengan materi dan situasi dan kondisi peserta didik. 6. Pemberian tugas kepada peserta didik 125
Lihat Transkrip Wawancara nomor: 25/1-W/F-3/16-X/2009 dalam laporan penelitian ini
78
Dalam memberikan tugas kepada peserta didik, lulusan PAI memakai beberapa cara seperti mengerjakan soal dan PR di LKS, menghafal surat-surat pendek, mencari artikel di internet maupun di buku. 7. Pengembangan profesionalitas guru Dalam
mengembangkan
profesionalitasnya
sebagai guru
lulusan PAI berusaha mengikuti workshop sebanyak mungkin, namun yang sering diikuti adalah workshop MGMP baik yang di sekolah maupun kabupaten. Sedangkan dalam hal membuat karya tulis ilmiah serta PTK belum dilaksanakan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa
dalam
mengembangkan
profesionalitasnya
lulusan PAI belum maksimal maka belum sesuai dengan yang disyaratkan dalam teori kompetensi guru. Berdasarkan paparan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi profesional lulusan PAI yang mengajar di SMA Negeri 3 Ponorogo sebagian besar sudah sesuai dengan standar kompetensi guru. Namun belum mengadakan PTK, padahal PTK merupakan cara efektif dalam mengidentifikasi masalah sekaligus mencari solusinya di dalam kelas yang kita ajar. D. Analisis Data Kompetensi Sosial Kompetensi sosial yang dimiliki lulusan PAI sudah sesuai dengan teori kompetensi guru. terlihat dengan kemampuan lulusan PAI dalam berkomunikasi dengan warga warga SMA 3 Ponorogo,
79
baik dengan sesama guru, karyawan maupun dengan peserta didik. Seperti keterangan Bapak Asmara, Ibu Sri Utami dan juga peserta didik yang mengatakan, lulusan PAI sangat komunikatif, sebagai tempat bertanya para peserta didik tentang agama maupun pelajaran ketika di luar jam pelajaran. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial lulusan Prodi PAI yang mengajar di SMAN3 Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru.
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Kompetensi pedagogik lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo berdasarkan persepsi pengguna lulusan: a. Kompetensi pedagogik lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo berdasarkan persepsi warga MA Darul Huda Mayak, Mts Darul Huda Mayak dan SMAN 3 Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru, karena sudah bagus dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan pembelajaran, pelaksanaakan pembelajaran yang mendidik, evaluasi hasil belajar, pemanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dan pengembangan potensi peserta didik. b. Kompetensi kepribadian lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo berdasarkan persepsi warga MA Darul Huda Mayak, Mts Darul Huda Mayak dan SMAN 3 Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru, karena sudah terbukti memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa, memiliki etos dan semangat mengajar yang tinggi, berakhlak mulia serta menjadi teladan yang baik bagi peserta didik c. Kompetensi profesional
lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo
berdasarkan persepsi warga MA Darul Huda Mayak, Mts Darul
98
81
Huda Mayak dan SMAN 3 Ponorogo belum sesuai dengan teori kompetensi guru, karena semua lulusan PAI belum pernah mengadakan PTK. Khusus lulusan PAI yang mengajar di MTs Darul Huda belum mengembangkan sumber dan strategi belajar. d. Kompetensi
sosial
lulusan
Prodi
PAI
STAIN
Ponorogo
berdasarkan persepsi warga MA Darul Huda Mayak, Mts Darul Huda Mayak dan SMAN 3 Ponorogo sudah sesuai dengan teori kompetensi guru, karena sudah bagus di dalam berkomunikasi dengan warga sekolah (kepala sekolah, guru, peserta didik maupun karyawan). B. Saran 1. Hendaknya semua guru khususnya lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo agar meningkatkan kompetensinya di dalam mengajar. 2. Hendaknya semua guru khususnya lulusan Prodi PAI STAIN Ponorogo
agar
melakukan
PTK
untuk
meningkatkan
mutu
pembelajaran. 3. Hendaknya pihak sekolah mengupayakan peningkatan kompetensi mengajar bagi tenaga pendidiknya.
82
DAFTAR PUSTAKA
AM, Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Arsyad, Azhar. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006. Bukhari, Mochtar. Pendidikan dalam Pembangunan. Muhammadiyah Jakarta Press, 1994.
Jakarta:
IKIP
Burhanuddin, Salam. Pengantar Pedagogik : Dasar-dasar Ilmu Mendidik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Direktorat Jendral Pendidikan Islam DEPAG RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan. Jakarta: DEPAG RI, 2006. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta, 2004. Hamalik, Oemar. Pendidikan Guru berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.Jakarta: Asa Mandiri, 2008. Rahmat, Jalaluddin. Pengantar Psikologi Umum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1990. Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Bandung: Al-Fabeta, 2005. Suparlan. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat, 2006.
83
Tilaar, H.A.R . Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Perspektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia, 1998. Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy Offset, 2003. Http://cetak. fajar.co.id/news.php?newsid=41070 diakses pada tanggal 4 April 2009 Http://katmiati.blogspot.com/2007/05/guru-dan-proses-mengajar-belajar-pmb.html
diakses pada tanggal 4 April 2009 Http//www.Blogdunia psikologi>archive>kompetensi sosial) diakses pada tanggal 7 April 2009 http://alienation4freedom.multiply.com/journal/item/1/Sertifikasi_Guru_Oa se_di_Tengah_Rendahnya_Mutu_Pendidikan 10 Juli 2009 [email protected] 10 Juli 2009