BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kriminalitas merupakan tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai penyimpangan sosial dan tidak diinginkan oleh siapapun. Kriminalitas bisa terjadi setiap saat dan tidak mengenal waktu secara khusus. Begitu pula dalam hal pelaku, pelaku
biasanya
tidak
pandang
bulu
baik
laki-laki
maupun perempuan.
Kecenderungan perbuatan kriminal di Indonesia pada saat ini sangatlah meningkat bagai jamur pada musim hujan hampir setiap hari di televisi memberitakan kriminalitas yang terjadi pada berbagai tempat di Indonesia.1 Sumatera Barat adalah daerah yang menganut falsafah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Walaupun falsafah ini berlaku diseluruh wilayah Minangkabau, ternyata belum sepenuhnya mampu mengontrol tingkah laku masyarakat atau mengatasi terjadinya tindak kriminalitas. Tercatat banyak kasus kriminalitas yang terjadi di Sumatera Barat mulai dari pencurian ayam sampai dengan Kasus Korupsi. Dewasa ini peran agama dan adat belum dapat berperan penting sebagai system yang mampu mencegah terjadinya kejahatan, baik yang dilakukan laki-laki maupun perempuan seperti di masa lalu. 2
1
Lidya Fitri, “Perempuan dalam dunia kriminalitas” Skripsi (Padang: Fakultas Sastra, Universitas Andalas, 2005), hlm. 1 2 Laporan Data registerasi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat.
1
Perempuan sebagai makhluk yang lembut tidak lepas juga dari kasus kriminalitas.3 Masalah kriminalitas yang dilakukan oleh perempuan telah menjadi bahan pembicaraan, akan tetapi belum banyak menjadi bahan penelitian terutama dalam penelitian sejarah. Semenjak reformasi bergulir pada tahun 1998, angka kriminalitas yang dilakukan oleh perempuan cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pemberitaan diberbagai media elektronik maupun cetak yang menyiarkan dan mengabarkan tentang tindak kriminalitas yang dilakukan oleh perempuan. Selain itu, kasus yang terjadi juga beragam mulai dari perampokan, penculikan anak, penggunaan dan perdagangan narkoba serta pembunuhan. Kecenderungan seperti ini juga terindentifikasi di wilayah hukum Sumatera Barat. Berita surat kabar begitu jelas untuk mengungkapkan tindak kejahatan perempuan. Berita-berita tersebut seperti seorang ibu rumah tangga sebut saja „RM‟ yang tertangkap tangan lagi memperdagangkan narkoba jenis sabu sebanyak 3.5 gram. Perbuatan tersebut dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2011 sekitar pukul 15.00 WIB. Demikian pula yang terjadi di kota Padang, dengan adanya penemuan mayat pembantu rumah tangga di belakang dapur rumah tempatnya bekerja dari hasil penyelidikan polisi diketahui pelakunya adalah majikan perempuan pembantu tersebut.4
3
Ramayani,” Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga” Skripsi (Padang: Fakultas ISIP, Universitas Andalas, 2002), hlm 2 4 Kamis 26 agustus 2011“Ibu rumah tangga terciduk narkoba”, Postmetro Padang hlm 7
2
Realitas keterkaitan perempuan dengan dunia kriminalitas merupakan persoalan yang menarik diperhatikan. Menariknya kajian tentang kriminalitas perempuan terkait dengan persepsi umum yang berkembang dalam masyarakat bahwa kriminalitas adalah dunia laki-laki. Sedangkan perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah yang malahan sering menjadi sasaran dari tindakan kriminalitas itu sendiri. Kehidupan perempuan di Sumatera Barat secara umum yang jauh dari kata kejahatan sedikit bertentangan dengan kebudayaan Minangkabau yang sangat menyanjung perempuan, bahkan derajat perempuan di Ranah Minang lebih terhormat sebagai bundo kanduang sehingga bertentangan dengan anggapan masyarakat. 5 Anggapan masyarakat tersebut muncul karena dalam membicarakan persoalan kriminalitas perempuan sangat sedikit dampaknya bagi reaksi-reaksi resmi dari pihak kepolisian, pengadilan, lembaga-lembaga penghukuman terhadap pelanggar atau tahanan. Melihat hal ini jelas bahwa banyak dari berbagai persoalan kriminalitas yang dilakukan perempuan tidak dianggap sebagai suatu hal yang serius. Terbukti melihat tindak kriminalitas perempuan yang lebih tinggi jumlahnya yang ada di kepolisian dibandingkan dengan jumlah yang tercatat dari keputusan-keputusan pengadilan. Hal itu terjadi karena tindakan kriminalitas perempuan biasanya dianggap sesuatu persoalan yang kecil. 6 Fenomena ini dapat ditemukan di seluruh wilayah di Indonesia, salah satunya Sumatera Barat tepatnya di Kota Padang. Peningkatan jumlah kriminalitas perempuan 5
Ramayani,” Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga” Skripsi(Padang Fakultas ISIP, Universitas Andalas, 2002), hlm.1 6 Jane C. Ollenburger Helen A. Moore, Sosiologi Wanita, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,1996), hlm. 207
3
di Kota Padang terlihat dari meningkatnya jumlah narapidana dan tahanan di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Muara Padang. Berdasarkan data dari Lembaga Pemasyarakatan Padang, pada tahun 1998 jumlah napi perempuan di lembaga itu terdapat 10 orang. Kemudian pada tahun 2015 jumlah narapidana perempuan lembaga pemasyarakatan ini meningkat menjadi 16 orang. 7 Setelah dibandingkan dengan jumlah kejahatan yang dilakukan laki-laki memang jumlah ini sangat sedikit. Kejahatan yang dilakukan laki-laki mencapai angka 987 orang pada tahun 2015. Kejahatan yang dilakukan oleh perempuan meskipun tidak banyak,namun menjadi fenomena yang menarik dari peningkatan kualitas. Terkait soal Kejahatan perempuan pada tahun 1998 hanya kasus penipuan sementara pada tahun 2015 perempuan telah melakukan kejahatan berupa psikotropika/ narkoba, pencurian berencana bahkan pembunuhan. 8 Penelitian tentang narapidana, lembaga pemasyarakatan dan kriminalitas oleh perempuan telah banyak dilakukan orang. Penelitian tentang narapidana perempuan sebagai pelaku kejahatan telah pernah diteliti oleh Susan Atika Sari dalam skripsinya, ”Faktor-faktor Yang Menyebabkan Wanita Melakukan Kriminalitas.” Skripsi itu berisikan uraian tentang perempuan di Lembaga Pemasyarakatan dan yang menyebabkan mereka melakukan tindak kejahatan tersebut. Dalam skripsi itu dijelaskan penyebab perempuan melakukan kejahatan adalah faktor ekonomi. 9
7
Arsip, Data Pembukuan Registrasi Lembaga Pemasyarakatan KelasIIA Muara Padang Ibid 9 Susan Atika Sari, “Faktor-faktor yang Menyebabkan Wanita Melakukan Tindakan Kriminalitas”. Skripsi (Padang: Fakultas ISIP, Universitas Andalas, 2002), hlm.1 8
4
Destiana Eliza skripsinya yang berjudul ” Persepsi Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang,” berisi tentang pendapat narapidana mengenai kehidupan di Lembaga Pemasyarakatan khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang. Dalam skripsi itu dikemukakan testimoni atau kesaksian narapidana tentang Lembaga Permasyarakatan. Kesaksian dari narapidana ini menjadi kajian mendasar dalam tulisan itu.10 Zulfikri dalam skripsi yang berjudul ”Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Dalam Proses Resosialisasi Narapidana”. Skripsi membahas tentang fungsi lembaga pemasyarakatan sebagai proses resosialisi terhadap narapidana. Skripsi itu juga merupakan salah satu studi relevan dalam penelitian ini yang mana dapat dipakai sebagai tolak ukur soal proses resosialisasi terhadap narapidana perempuan. 11 Skripsi yang membahas tentang perempuan juga ditulis oleh Ramayani pada skripsinya yang berjudul “Kekerasan Perempuan Dalam Rumah Tangga.” Skripsi itu mengemukakan tekanan yang terjadi pada perempuan seperti tindakan kekerasan ini menyebabkan munculnya tindakan kriminal yang dilakukan perempuan sehingga hal ini menjadi suatu studi relevan dalam penelitian ini.12 Adapun skripsi yang membahas mengenai kriminalitas perempuan juga pernah ditulis oleh Lidya fitri yang berjudul ”Perempuan Dalam Dunia Kriminalitas Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Biaro Bukittinggi” dalam skripsi itu lebih
10
Destiana Eliza.” Persepsi Narapidana Dilembaga Pemasyarakatan Klas IIA Padang.”Skripsi (Padang:Fakultas HUKUM, Universitas Andalas) 11 Zulfikri,”Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Dalam Proses Resosialisasi Narapidana”Skripsi. (Padang: Fakultas ISIP, Universitas Andalas,1989) 12 Ramayani, “Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Rumah Tangga”. Skripsi, (Padang: Fakultas ISIP, Universitas Andalas,2002)
5
banyak menulis mengenai faktor penyebab perempuan melakukan tindakan kriminalitas khususnya di daerah Bukittinggi dan sekitarnya.13 Berbeda dengan penulisan di atas, maka dalam penelitian ini dipelajari persoalan tentang dunia kriminalitas perempuan. Pembahasan diarahkan pada manajemen pembinaan narapidana perempuan di lembaga pemasyarakatan klas IIA Muaro Padang, lalu dipelajari pula bentuk tindak kejahatan di era reformasi agak berbeda dari zaman Orde Baru, serta pola kehidupan mereka di Lembaga Permasyarakatan Klas IIA Muara Padang. Penelitian ini menarik untuk ditinjau lebih jauh dalam bentuk penulisan skripsi, untuk itu penelitian ini diajukan dengan judul “Manajemen Pembinaan Narapidana Perempuan Lembaga Pemasyakatan Klas IIA Muara Padang Tahun 1998-2015” B. Rumusan dan Pembatasan masalah Penelitian ini menyoroti perempuan dalam Lembaga Pemasyarakata Klas IIA Muara Padang. Batasan dalam penelitian ini meliputi batasan spasial (tempat) dan batasan temporal (waktu). Adapun untuk batasan spasial penelitian ini adalah Kota Padang yaitu tempat narapidana perempuan melakukan aksi kriminalitas, menjalani proses pengadilan, dan proses hukuman. Batasan temporal penelitian ini meliputi rentang tahun 1998-2015. Batasan awal tahun 1998 diambil karena pada tahun itu terjadi reformasi di Indonesia termasuk di Kota Padang. Peristiwa ini memberikan dampak terhadap peningkatan
13
Lidya Fitri, “Perempuan dalam dunia kriminalitas”. Skripsi (Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2005)
6
kriminal yang ikut dilakukan oleh perempuan. Akibatnya sejak tahun 1998 jumlah Narapidana Kaum Perempuan meningkat pula di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Muara Padang. Batasan akhir Penelitian ini adalah tahun 2015 dengan pertimbangan bahwa pada tahun ini terjadi penurunan angka kejahatan yang dilakukan perempuan di kota Padang. Supaya penelitian ini lebih terfokus, maka perlu ditetapkan perumusan masalah yang dikemukakan melalui pertanyaan berikut: 1. Bagaimanakah gambaran umum
narapidana
perempuan di
lembaga
pemasyarakatan klas IIA Muaro Padang? 2. Bagaimanakah bentuk penanganan dan pembinaan narapidana perempuan? 3. Bagaimanakah pola dan perbandingan pembinaan narapidana perempuan di Sumbar? C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat penulisan Adapun tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menjelaskan gambaran umum tentang narapidana perempuan di lembaga pemasyarakatan klas IIA Muaro Padang. 2. Menjelaskan managemen penanganan dan pembinaan narapidana perempuan, 3. Menjelaskan pola perbandingan pembinaan narapidana perempuan di Sumbar. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan gambaran utuh tentang kondisi Lembaga pemasyarakatan Muaro Padang dalam pembinaan narapidana perempuan. Gambaran itu diharapkan menambah khasanah pengetahuan baik di
7
lingkungan akademis tentang tindak kriminalitas yang dilakukan oleh kaum perempuan dan bermanfaat bagi masyarakat secara umum. D. Kerangka Analisis Penelitian ini merupakan suatu studi tentang sejarah kriminalitas perempuan dan termasuk kategori sejarah komtemporer. Studi sejarah adalah studi tentang masa lalu yang dibatasi oleh waktu tertentu dan memiliki makna sosial. Kriminalitas menurut J.E Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh hukum publik dan diberi sanksi berupa pidana oleh negara. Sanksi tersebut diberikan karena pelaku dianggap melanggar norma-norma sosial . 14 W.A Bonger mengatakan kejahatan adalah perbuatan yang sangat anti sosial , yang memperoleh tantangan dengan sadar berupa pemberian penderitaan. Selanjutnya Bonger juga menyatakan kejahatan merupakan sebagian dari perbuatan immoral, oleh sebab itu perbuatan immoral adalah perbuatan anti sosial. 15 Selain itu pengertian kejahatan dapat dilihat dari berbagai aspek di antaranya kriminalitas ditinjau dari aspek sosial ialah jika seseorang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat sehingga perbuatannya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat yang bersangkutan. Kriminalitas ditinjau dari aspek yuridis adalah jika seseorang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan ia dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta diberi hukuman. Dalam hal ini jika seseorang belum
14 15
Abdul Syani, Sosiologi Kriminalitas. (Bandung: Remadja Karya CV, 1987), hlm.13 Ibid, hlm.12
8
dijatuhi hukuman, berarti orang tersebut belum dianggap sebagai penjahat. Perilaku tersebut merupakan semua perbutan manusia yang dikenakan pasal-pasal dalam KUHP. Melihat dari pendapat dan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kejahatan merupakan tindakan yang sangat ditentang oleh negara dan setiap yang melakukan tindakan ini akan diberi sanksi, siapapun pelakunya baik laki-laki , perempuan, tua ataupun muda. Sesuai dengan pengertian di atas dapat diringkaskan bahwa tindak kejahatan ini sangatlah merugikan baik pelaku maupun masyarakat sekitarnya. Untuk itu harus ada suatu peraturan atau usaha-usaha untuk menanggulangi keadaan seperti menindak pelaku dalam kejahatan tersebut, serta harus pula diberikan ganjarannya. Di antara Faktor-faktor yang menyebabkan tindakan kejahatan adalah Pertama, yaitu bersumber dari dalam diri individu seperti daya emosional atau rendahnya mental sehingga mudah melakukan kejahatan. Kedua adalah faktor umum yaitu dalam perkembangan dan pertumbuhan manusia terdapat perubahan baik jasmani maupun rohani yang bisa mendorong seseorang melakukan pembunuhan, perampokan, perjudian, penipuan dan kejahatan lainnya. berbuat kejahatan.16 Selain itu, faktor pendidikan individu juga dapat mempengaruhi keadaan jiwa, tingkah laku seseorang. Kondisi ekonomi juga bisa mendorong seseorang melakukan kejahatan. Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan 16
Ibid, hlm.44-51
9
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula pengaturan atau pengurusan. Banyak orang yang
mengartikan
manajemen
sebagai
pengaturan,
pengelolaan,
dan
pengadministrasian, dan memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.17 Sedangkan konsep pembinaan dalam artian lembaga permasyarakatan adalah proses atau cara menyempurnakan perbuatan atau tindakan ke arah yang lebih baik dengan menjalankan ketentuan hukum yang berlaku dalam kurungan untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Usaha atau tindakan ini dilakukan secara bertahap, efesien, efektif dan bergantung pada jangka waktu yang telah ditentukan. 18 Tindak kejahatan perempuan di Padang diperkirakan disebabkan oleh faktor utama yaitu masalah ekonomi. Sebagian besar pelaku kejahatan tidak memiliki pekerjaan tetap dan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Bentuk kejahatan yang mereka lakukan adalah pencurian, penipuan dan penadahan. Penelitian ini membahas soal manajemen pembinaan dan penanganan narapidana perempuan di lembaga pemasyarakatan klas IIA Muaro Padang.
17
Helius Sjamsuddin. “Metodologi Sejarah”, (Yogyakarta, Ombak, 2007) hlm. 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia 1.2 versi offline mengacu pada KBBI Daring edisi III) hak Cipta Pusat bahasa 2010-2011
18
10
E. Metode Penelitian dan Bahan Sumber Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode sejarah yang di dalamnya terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. 19 Pada tahap pengumpulan sumber (heuristik), dilakukan dengan dua cara yaitu penelitian kepustakaan dan wawancara. Penelitian kepustakaan dilakukan Perpustakaan Universitas Andalas, Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Lapas Klas IIA Muara Padang. Tahap ke dua adalah wawancara, dalam hal ini yang akan diwawancarai adalah Kalapas, sipir, narapidana perempuan serta mantan narapidana perempuan yang telah melewati masa hukumannya. Langkah kedua dari metode sejarah setelah pengumpulan sumber adalah kritik terhadap sumber. Tahap ini merupakan tahap penilaian atau tahap pengujian terhadap sumber-sumber sejarah yang berhasil ditemukan dari sudut pandang nilai kebenarannya. Kritik sumber adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan data yang tingkat kebenarannya atau kredibilitasnya tinggi dengan melalui seleksi data yang terkumpul. Proses ini dimaksudkan untuk mendapatkan kebenaran dari sumbersumber yang telah ada, sehingga melahirkan suatu fakta. Kritik ini terdiri dari dua bentuk yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik ekstern ditujukan untuk melihat atau meneliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapan kata-katanya, huruf dan semua penampilan luarnya. Sedangkan kritik intern ditujukan untuk melihat kredibilitas dari isi sumber tersebut. 19
Louis Golschlmk, Mengerti Sejarah,Terjemahan Nugroho Notosusanto. (Jakarta: UI Press,1985) hlm.32
11
Kemudian langkah ketiga yaitu Interpretasi. interpretasi adalah usaha untuk menghubung-hubungkan dan mengkaitkan fakta satu sama lain sedemikian rupa sehingga fakta yang satu dengan yang lainnya kelihatan sebagai satu rangkaian yang masuk akal menunjukkan kecocokan satu sama lain. Fakta sejarah dalam proses ini tidak semua dapat dimasukkan, tetapi harus dipilih mana yang relevan dan mana yang tidak relevan dengan gambaran cerita yang akan disusun berupa penafsiranpenafsiran yang merujuk pada fakta-fakta yang dihasilkan. Pada tahap ini dilanjutkan dengan penafsiran data yang telah dikumpulkan dan dikritik. Dilanjutkan dengan tahapan terakhir dari metode penelitian sejarah yaitu penulisan atau historiografi. Pada tahap ini fakta-fakta yang ditemukan akan dideskripsikan dalam bentuk penulisan yang sistematis. F. Sistematika Penulisan Penulisan ini skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bagian pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka analisis, metode penelitian dan bahan sumber, sistematika penulisan. Bab II tentang lembaga pemasyarakatan dan narapidana perempuan. Di bagian bab ini lebih menerangkan kepemimpinan, personalia serta kondisi infrastruktur fisik bangunan di lembaga pemasyarakatan dan pembagian kamar atau blok narapidana di lembaga pemasyarakatan Klas IIA Muaro Padang. Bab III merupakan bagian manajemen pembinaan narapidana hubungan antar narapidana, sipir dan kalapas aspek pembinaan terutama terkait dengan pembinaan 12
terhadap narapidana perempuan. Pada bagian ini merupakan lebih membahas inti dari penelitian ini. Bab VI tentang kesimpulan berisikan kesimpulan akhir tentang penulisan ini dan mendapat hasil akhir penelitian tentang Narapidana Perempuan Lembaga Pemasyarakatan .
13