1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Proses pencapaian tujuan (goal) dari suatu organisasi tidak bisa lepas dari
kinerja sumber daya manusia (pegawai) organisasi tersebut. Kinerja pegawai yang sangat rendah akan mengakibatkan organisasi mengalami kerugian yang kemudian dapat berakhir dengan penutupan organisasi. Untuk itu, penting bagi setiap organisasi untuk menjaga dan meningkatkan kinerja para pegawainya sesuai dengan sasaran organisasi yang diinginkan. Dengan digulirkannya program reformasi birokrasi di pemerintahan, kinerja yang tinggi dalam setiap organisasi pemerintahan menjadi suatu kewajiban. Dengan sumber daya manusia yang tersedia tidak berubah, maka diperlukan suatu penanganan sumber daya manusia yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Sehingga tuntutan kinerja yang tinggi tidak menjadi sebuah beban dan tekanan bagi setiap pegawai. Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali sebagai salah satu instansi pemerintahan juga berkewajiban melaksanakan program pemerintah tersebut. Sehingga BPS Provinsi Bali berkomitmen untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan tetap menjaga kualitas data. Berbagai strategi diupayakan oleh Kepala BPS Provinsi/kabupaten/Kota seluruh Bali atas tuntutan akan keragaman data, ketepatan dalam penyajian data dan keakuratan data. Disamping itu dari sisi administrasi juga dituntut meningkatkan kapasitas SDM yang berintegritas, kompeten, professional, berkinerja tinggi dan sejahtera. (BPS 2015, 5-7).
2
Tentunya hal ini harus didukung oleh SDM yang memadai, baik dari kuantitas maupun kualitas. Tuntutan Pemerintah terhadap BPS dalam menyediakan data yang beragam,tepat waktu dan akurat merupakan tantangan. Dari tahun ke tahun jenis survei bertambah, batas waktu penyelesaian semakin jelas dan kualitas data terjaga. BPS Provinsi Bali pada tahun 2015 telah melaksanakan sebanyak 42 jenis survei, tahun 2014 sebanyak 29 jenis survei (Lampiran 8). Pelaksanaan survei tersebut terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahap
pengumpulan data,
pemeriksaan, pengawasan ke lapangan/daerah, pengolahan, analisis, penyajian hasil dan administrasi. Masing-masing tahapan tersebut dilakukan berjenjang dari tingkat kabupaten dan provinsi serta dibatasi oleh waktu penyelesaian. Dengan ketersediaan dan keterbatasan SDM, tahapan pekerjaan dibagi sesuai dengan pengalaman, ketrampilan dan kemampuan individu. Dari buku harian 10 pegawai dibidang teknis satuan kerja BPS Provinsi Bali dapat dilihat jenis tahapan kegiatan dan waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tuntutan pekerjaannya. Pada tabel 1.1 menunjukkan peningkatan waktu penyelesaian pekerja pada semua tahapan kegiatan. Sehingga rata-rata per orang tahun 2014 sebesar 1.256 jam/orang dalam setahun. Kemudian pada tahun 2015 meningkat menjadi 1.328 jam/orang. Berdasarkan Perka BKN nomor 12 tahun 2008 tentang Analisis Beban Kerja, jam kerja efektif bagi PNS dalam setahun 1.222 jam/orang. Dengan demikian pegawai BPS Provinsi Bali tersebut diatas menyelesaikan tugas melebihi dari jam kerja efektif.
3
Tabel 1.1 Jumlah Waktu Penyelesaian Kegiatan Statistik Tahun 2014 – 2015
1
Pengumpulan data
Jumlah waktu (jam) 2014 2015 628 664
2
Pemeriksaan
879
924
3
Pengawasan lapangan
628
660
4
Pengolahan
1,884
1,979
5
Analisis hasil pengolahan
2,889
3,034
6
Penyajian hasil Pengolahan
3,391
3,562
7
Administrasi
2,261
2,375
Jumlah
12,560
13,281
Rata-rata per orang
1,256
1,328
No
Kegiatan
Sumber : Lampiran 9 Kondisi diatas didukung oleh data hasil print out handkey di satuan kerja BPS Provinsi Bali diperoleh informasi rata-rata pegawai pulang menurut kelompok waktu. Tabel 1.2 Jumlah pegawai menurut waktu pulang per bulan Tahun 2015
Bulan
Dinas Luar
Januari 5 Pebruari 6 Maret 4 April 15 Mei 14 Juni 14 Juli 10 Agustus 5 September 7 Oktober 10 Nopember 8 Desember 9 Sumber : Olahan data absen
Rata-rata pegawai menurut jam pulang (orang) 16.00 - 16.30 16.30 - 18.00 18.00 Wita < Wita Wita 29 35 5 35 26 7 25 37 8 24 25 10 20 36 4 30 25 5 25 29 10 30 34 5 28 33 6 20 29 15 20 40 6 23 30 12
4
Tabel 1.2 menunjukan rata-rata pegawai pulang kerja paling banyak antara pukul 16.30 – 18.00 Wita. Salah satu penyebab terlambat pulang kerja karena kekurangan waktu penyelesaian pekerjaan/tuntutan. Menurut Murtiasari, (2007) kondisi
ini
dapat
membuat
pegawai
merasa
kelelahan
yaitu
adanya
ketidakseimbangan, kesenjangan atau diskrepansi antara tuntutan dan sumber daya individu yang menimbulkan kondisi strain/ketegangan. Penelitian lain yang mendukung sehingga timbul rendahnya produktivitas, ketidakpuasan, komitmen yang rendah, absensi, dan perputaran karyawan dalam organisasi (Michael dan Petal, 2009, Zoharah binti Omar, 2014, Rose et al., 2002 dalam Haukeset 2003, Karimi et al., 2014, Wu et al., 2007). Ferdiansyah (2014) menyatakan bahwa tuntutan dalam pekerjan yang berupa tekanan peran (role stres) menunjukkan ekspektasi peran anggota organisasi menghadapi situasi, yang didalamnya mengandung tiga dimensi yaitu ketidakjelasan peran (role ambiguity), kelebihan beban kerja (work overload) dan pertentangan peran satu dengan yang lainnya (role conflict), yang mengakibatkan kelelahan (burnout) terhadap individu ditandai dengan gejala sakit kepala. Seiring dengan dua hasil penelitian diatas, Malik (2011) menyatakan bahwa peran kelebihan beban kerja (work overload), otoritas peran, konflik peran dan kurangnya dukungan kerja memberikan kontribusi terhadap stres kerja. Budaya organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan internal organisasi karena keragaman budaya yang ada dalam suatu organisasi sama banyaknya dengan jumlah individu yang ada di dalam organisasi. Umumnya suatu budaya sangat dipengaruhi lingkungan eksternal organisasi.
5
Setiap karyawan mempunyai ciri dan karakteristik budaya masing masing, sehingga tidak tertutup kemungkinan ada karyawan yang tidak menyukai, tetapi ada juga yang menyukainya, sehingga diperlukan penyatuan persepsi dari seluruh karyawan atas pernyataan budaya organisasi. Dari hasil penelitian Yuwono (2014) mengatakan bahwa ada hubungan signifikan antara budaya organisasi dengan stres kerja karyawan. Seiring dengan penelitian diatas Sahrani (2014) mengemukakan ada pengaruh negatif budaya organisasi terhadap stres kerja. Untuk mendapatkan indikasi awal adanya fenomena diatas, maka dilakukan wawancara langsung dengan lima orang pegawai BPS Kabupaten Badung, dua orang BPS Kabupaten Tabanan dan satu orang BPS Kab Gianyar dan 10 orang pegawai BPS Provinsi Bali mengenai beban kerja dan hal yang terkait dengan fenomena diatas, dan hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut : 1. Beberapa kegiatan besar mempunyai batas akhir penyelesaian pekerjaan hampir bersamaan, sehingga terjadi penumpukan pekerjaan dalam waktu tertentu, penyelesaiannya harus dikerjakan oleh jumlah pegawai yang ada. 2. Sering terjadi kebingungan dalam menyelesaiakan pekerjaan, karena minimalnya perintah dari atasan. 3. Budaya organisasi antar kabupaten/ kota/provinsi dalam menyelesaikan pekerjaan berbeda. 1.2
Rumusan Masalah Dengan melihat latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini
dirumuskan dalam pertanyaan penelitian, yaitu:
6
1. Apakah work overload berpengaruh terhadap stres kerja pegawai negeri sipil di BPS Provinsi Bali? 2. Apakah Ambiguitas peran berpengaruh terhadap stres kerja Pegawai Negeri Sipil di BPS Provinsi Bali 3. Apakah budaya organisasi berpengaruh terhadap stres kerja Pegawai Negeri Sipil di BPS Provinsi Bali 1.3
Tujuan Penelitian 1. Menganalisa pengaruh work overload terhadap stres kerja Pegawai Negeri Sipil di BPS Provinsi Bali? 2. Menganalisa pengaruh Ambiguitas peran terhadap stres kerja Pegawai Negeri Sipil di BPS Provinsi Bali 3. Menganalisa pengaruh budaya organisasi terhadap stres kerja Pegawai Negeri Sipil.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat secara Teoritis Melalui penelitian ini dapat dipahami teori yang digunakan sebagai perbandingan dari ilmu yang diperoleh dibangku kuliah dengan kenyataan yang ada dilapangan khususnya yang berkaitan dengan stres kerja. 1.4.2 Manfaat secara Praktik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi pengelola manajemen BPS Provinsi Bali tentang pentingnya menjaga work overload, Ambiguitas, budaya kerja dalam mengurangi stres kerja.