1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (ICT), khususnya teknologi internet telah banyak dimanfaatkan dalam bidang pendidikan yang akan merubah model dan pola pembelajaran pada dunia pendidikan tersebut sehingga perkembangan yang sangat pesat ini dapat memberi dampak besar dalam dunia pendidikan. Bidang pendidikan memanfaatkan teknologi internet sebagai sarana penyampaian informasi dan membantu proses belajar mengajar (Doneva, Danev & Toktov, 2007). Selain itu kemajuan ICT dalam bidang pendidikan membuka cakrawala baru bagi pembukaan kesempatan (akses) dan peningkatan mutu pendidikan di semua jenjang, jalur, dan jenis pendidikan. Pendidikan dengan memanfaatkan sistem pembelajaran secara tatap muka tetap merupakan model utama pendidikan, tetapi model pembelajaran online juga sudah lama berkembang, terutama untuk pendidikan bagi orang dewasa dan mandiri. Mahasiswa dipandang memliki kedewasaan dan kemandirian dalam proses pembelajaran, sehingga akan mampu melaksanakan sistem pembelajaran secara online. Sebelum dibahas lebih dalam tentang e-learning, alangkah baiknya jika kita sedikit mengetahui terlebih dahulu apa itu e-learning. Menurut Noveandini dan Wulandari (2010) menjelaskan bahwa e-learning adalah sistem pembelajaran yang menggunakan aplikasi web yang dapat dijalankan di server dan dapat diakses dengan web browser tanpa dibatasi oleh ruang
1
2
dan waktu. Pembelajaran online yang dimaksudkan adalah berbasis pada ICT dengan menggunakan internet sebagai media utama. Tatap muka dilakukan hanya beberapa kali pada program residensial, selebihnya menggunakan program e-learning. Siahaan (2001) menjelaskan bahwa pembelajaran elektronik memiliki tiga fungsi utama yaitu fungsi suplemen yang sifatnya pilihan atau optional, fungsi pelengkap (complement), dan fungsi pengganti (subtitution) pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Dilihat dari karakteristik pembelajaran online diatas, pembelajaran dengan menggunakan e-learning termasuk kedalam kategori suplemen. Sehingga e-learning harus dikembangkan bukan hanya sekedar memasukkan bahan ajar, namun lebih bersifat komprehensif, dimana e-learning mampu mengakomodasi sistem pembelajaran yang mengatur peran dosen, mahasiswa, pemanfaatan sumber belajar, sistem evaluasi, dan monitoring pembelajaran. E-learning merupakan alternatif dari suatu pembelajaran modern yang dapat merubah paradigma pendidikan masa depan. Hal itu dilakukan dengan memadukan teknologi informasi sebagai gerbang pengetahuan dunia dengan kemandirian para mahasiswa serta pengajar yang lebih kreatif dalam menyediakan bahan ajar agar lebih menarik dan dapat diterima oleh mahasiswa tanpa mengurangi daya serap mereka terhadap materi yang diberikan pada saat tatap muka di kelas. Menurut Holley (2002) bahwa pembelajaran dengan online learning dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran dibandingkan dengan cara konvensional, dimana dengan menggunakan virtual lecturer dan media diskusi online dapat meningkatkan nilai mahasiswa.
3
Salah satu bagian dari e-learning dikenal dengan istilah Learning Management System (LMS) yang mendukung penerapan sistem e-learning. Sebagian besar metode pembelajaran dilakukan berupa kuliah konvensional, yaitu proses belajar mengajar yang mengandalkan tatap muka antara dosen dan mahasiswa (Holmes & Gardner, 2006). Hal ini menyebabkan terbatasnya metode belajar dan media pembelajaran yang diterima oleh mahasiswa sehingga mereka hanya bisa membayangkan bagaimana bentuk atau visualisasi dari materi tersebut secara abstrak. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan LMS pada proses pembelajaran Teori Graf. Salah satu materi yang dapat diterapkan dalam LMS disini adalah Teori Graf, dimana teori Graf ini merupakan salah satu dasar pembelajaran dalam kurikulum pendidikan ilmu komputer (Hazzan & Hadar, 2005) . Diharapkan dalam metode pembelajaran yang digunakan dapat membangun konsep berfikir mahasiswa terhadap pembelajaran Teori Graf. Seperti yang telah diketahui, Teori Graf merupakan salah satu matakuliah yang sebagian besar materi disajikan dalam bentuk gambar. Gambar-gambar tersebut berfungsi untuk memperjelas proses-proses yang terjadi pada setiap materi, gambar yang yang terdapat dalam buku biasanya tidak ditampilkan secara jelas dan hanya sedikit yang digambarkan sehingga tidak jarang mahasiswa kurang mendapatkan pemahaman bagaimana proses dari gambar tersebut. Hal itu akan sangat berbeda jika gambar-gambar tersebut ditampilkan dalam bentuk animasi, gambar bergerak, atau video dan contoh aplikasi. Mahasiswa dapat dengan mudah memahami maksud dari gambar tersebut karena proses dalam gambar tersebut dapat terlihat dengan
4
jelas. Selain penyampaian materi dalam bentuk animasi sederhana, cara pengiriman materi juga perlu dipertimbangkan. Minimal mahasiswa dapat mempelajari materi yang diberikan terlebih dahulu sebelum dimulai pembelajaran. Kemudian jika ada pertanyaan dari mahasiswa, dapat digunakan media forum untuk berdiskusi sesama mahasiswa atau dosen. Semua itu dapat dilakukan melalui media LMS. Salah satu LMS yang memenuhi kebutuhan pada proses pembelajaran Teori Graf adalah Modular Object-Oriented Dynamic Learning Environment (MOODLE) sebagai media yang mampu membahas materi secara utuh sehingga dapat membantu mahasiswa dalam mengingat dan memperdalam materi Teori Graf. Dari kebutuhan tersebut, diharapkan penelitian ini mampu memberikan gambaran mengenai dampak pada pembelajaran Teori Graf dengan menggunakan LMS di perguruan tinggi. Sehingga dapat dilihat bahwa penggunaan LMS dapat menghasilkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara konvensional dan mahasiswa mendapatkan konsep berfikir dari pembelajaran Teori Graf.
1.2. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Apakah metode pembelajaran dengan LMS cukup efektif untuk menyampaikan matakuliah Teori Graf di Jurusan Teknik Informatika pada salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta?
5
1.3. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas dari proses pembelajaran
Teori Graf
dengan
memanfaatkan
Learning
Management sistem di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Sehingga dapat digambarkan adanya hasil yang lebih baik dalam pemanfaatan LMS pada matakuliah tersebut. Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan LMS di perguruan tinggi tersebut. Data penelitian ini didukung dengan informasi demografi dari mahasiswa untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari sisi demografi terhadap pemanfaatan LMS tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pendalaman materi pada matakuliah Teori Graf dan pemanfaatan LMS ini untuk mengatasi kejenuhan. Selain dari sisi demografi, penelitian ini juga mempertimbangkan dari sisi Teknologi Informasi yang ada, yaitu dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Hal itu dikarenakan kecendrungan terjadinya End User Computing telah menimbulkan reaksi yang berbeda-beda dalam sikap dan perilaku pengguna (User) LMS. Perasaan menerima atau menolak muncul menjadi dimensi sikap terhadap penggunaan LMS. Dimana penelitian dengan TAM ini berisi tentang kajian perilaku pengguna terhadap penggunaan LMS pada matakuliah Teori Graf di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.
6
1.4. Keuntungan pembelajaran Keuntungan dari penelitian ini adalah : a) Peneliti dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai yang didapat mahasiswa dalam belajar Teori Graf antara proses pembelajaran dengan LMS atau pembelajaran dengan cara konvensional. b) Peneliti mendapatkan informasi bahwa penyampaian materi Teori Graf melalui bantuan LMS dikatakan lebih efektif, ditunjang dengan bentuk dari materi yang disampaikan yaitu dengan presentasi animasi. LMS ini juga berfungsi sebagai media pendalaman materi bagi mahasiswa pada pembelajaran Teori Graf. c) Dari sisi perguruan tinggi tersebut, dapat memberikan informasi bahwa proses pembelajaran Teori Graf menggunakan LMS lebih efektif dibandingkan dengan konvensional berdasarkan perbedaan hasil nilai yang didapat mahasiswa, sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut akan pemanfaatan LMS dalam dunia pendidikan. d) Dari
sisi
perguruan
tinggi
mendapatkan
visi
apakah
proses
pembelajaran Teori Graf berbantukan LMS dibutuhkan atau tidak dalam bagian dari proses belajar mengajar di perguruan tinggi tersebut dan sebagai titik awal penggunaan LMS pada pembelajaran berhitung atau Matematika.
7
1.5. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hasil yang lebih baik pada nilai matakuliah Teori Graf dalam pemanfaatan penggunaan LMS dan Konvensional pada proses pembelajaran Teori Graf di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.
1.6. Pembatasan masalah dan signifikansi Mengingat banyaknya hal yang terkait dalam identifikasi masalah dan karena keterbatasan yang ada, maka dalam penelitian ini permasalahan tersebut dibatasi pada : a) Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Teknik Informatika salah satu Perguruan Tinggi swasta di Jakarta semester III Tahun 2009/2010 yang mengikuti kelas Teori Graf. b) Prestasi belajar ditunjukkan dengan rata-rata nilai Teori Graf menurut standar Perguruan Tinggi yang bersangkutan. c) Penelitian ini dilakukan pada matakuliah Teori Graf dengan menggunakan LMS Moodle dan konvensional. Penelitian ini menganalisa perbedaan nilai yang terjadi pada kelas Teori Graf antara kelompok eksperimen dengan kelompok control. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang menggunakan LMS pada pembelajaran Teori Graf dengan presentasi animasi pada materi yang diberikan. Kemudian untuk kelompok kontrol hanya menggunakan pertemuan di kelas atau cara konvensional.
8
Untuk penerimaan sistem yang digunakan selama proses pembelajaran Teori Graf adalah dengan menggunakan Technology Acceptance Model (TAM). Dari model yang diperkenalkan oleh Davis (1989) ini, dapat diketahui sejauh mana pengguna dapat menerima sistem yang diberikan. Metode penerimaan ini dilihat dari sisi kemudahan atas penggunaan LMS Moodle, manfaat yang dapat diberikan, sikap menerima dan menolak akan sistem yang digunakan serta keinginan untuk terus menggunakan sistem tersebut. Materi perkuliahan dan perbedaan nilai disini berdasarkan hasil belajar Teori Graf menurut Satuan Acara Perkuliahan (SAP) yang telah ditentukan oleh Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Dalam SAP ini juga diatur mengenai aturan penilaian yang akan diberikan kepada mahasiswa, diantaranya mengenai nilai tugas dan nilai ujian. Nilai ini yang akan digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman mahasiswa atas materi yang diberikan.