BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keselamatan (safety) telah menjadi issue global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima (5) issue penting yang terkait dengan keselamatan (safety) rumah sakit, yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Kelima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di setiap rumah sakit. Keselamatan bukan hanya milik pasien semata, melainkan petugas kesehatan sebagai pelaku kesehatan juga memerlukan perlindungan keselamatan terutama dalam hal selama melakukan perawatan kepada pasien (Iswanto 2013)
Rumah sakit merupakan suatu tempat yang berisiko terjadinya cedera. Hal ini disebabkan karena berbagai kegiatan dirumah sakit sangat berhubungan dengan penyakit-penyakit berbahaya, prosedur kritis dengan alat/ benda tajam. WHO (1995) memperkirakan 10% petugas kesehatan mengalami injury benda tajam. Berdasarkan data laporan pajanan di RSUP Sanglah pada tahun 2012 dari bulan Januari sampai Desember 37 insiden pajanan jarum sedangkan pada tahun 2013 dari bulan Januari sampai dengan bulan September terdapat 38 insiden. permasalahan utama muncul saat ini adalah mengenai prosedur pajanan jarum yang sering diabaikan apabila terjadi insiden.
1
2
Pedoman Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya tentang Perlindungan Petugas Kesehatan menyebutkan bahwa Petugas atau orang yang terpapar pajanan harus mendapat penanganan lebih lanjut untuk mencegah dan atau mengobati dari resiko penularan infeksi dari pasien dalam waktu 4 jam paska pajanan (Kemenkes RI ,2011). Kemudian Paska pajanan wajib dilaporkan ke Tim Patient Safety, akan tetapi pemberian profilaksis setelah 72 jam tidak dianjurkan.
Upaya untuk mengurangi kecelakaan akibat bekerja perlu mendapatkan perhatian. Dalam tindakan menyuntik misalnya
petugas kesehatan perlu dibekali pengetahuan, sikap dan
ketrampilan tentang standar operasional presedur yang berlaku di rumah sakit dan prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan suatu tindakan dalam menyuntik yang aman karena tindakan sekecil apapun yang berhubungan dengan nyawa manusia dapat menimbulkan resiko terhadap petugas kesehatan dan pasien (Potter dan Perry, 2006).
Luka jarum suntik sering terjadi pada lingkungan pelayanan kesehatan yang melibatkan jarum sebagai alat kerjanya. Peristiwa ini menjadi perhatian bagi pelayanan rumah sakit karena risiko untuk menularkan penyakit melalui darah, seperti virus Hepatitis B (HBV), virus Hepatitis C (HCV), dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Kemenkes RI ,2011).
Keamanan Kerja dan Pelayanan Kesehatan (Occupational Safety and Health Administation, OSHA), pada tahun 1991 mengeluarkan sebuah mandat tindakan kewaspadaan yang disebut kewaspadaan standar (Standart Precaution) yang menyatakan bahwa institusi harus
3 menyediakan alat pelindung untuk pegawai guna mencegah penularan pathogen yang ditularkan melalui darah, karena rute pajanan penyakit yang ditularkan melalui darah paling sering berasal dari jarum suntik (Bohony,1993). Dewasa ini banyak institusi menyuplai “Spuit pengaman (safety Syringes) untuk perawat yang digunakan ketika memberi injeksi (Potter & Perry, 2006).
Pencegahan universal berprinsip, setiap pasien berpotensi menularkan virus hepatitis B, hepatitis C dan HIV (Human Immunodeficiency Virus)melalui darah dan cairan tubuhnya. Pencegahan tersebut penting sebab selama ini di rumah sakit petugas kesehatan kerap mengalami kecelakaan tertusuk jarum bekas pakai. Kecelakaan tertusuk jarum dapat terjadi, misalnya ketika petugas kesehatan menyuntik pasien yang tiba tiba bergerak spontan saat ujung jarum menusuk kulitnya. Selain itu yang juga rawan adalah saat petugas kesehatan melakukan recapping (memasukan dengan tangan jarum suntik bekas pakai pada tutupnya sebelum dibuang). Cedera akibat tusukan jarum pada petugas kesehatan merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan kesehatan dewasa ini maka diharapkan petugas kesehatan
memahami
prosedur penatalaksanaan needle stick injury. Saat ini Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Sanglah Denpasar telah memantau kejadian tertusuk jarum dan memiliki prosedur tetap penanganan tertusuk jarum. Hal ini dilakukan di RSUP Sanglah sebab hal ini sangat penting dilakukan untuk mengurangi dampak pajanan yang mungkin terjadi. Terkadang paparan terhadap darah yang disebabkan oleh tertusuk jarum meningkatkan risiko infeksi virus yang ditularkan melalui darah seperti virus Hepatitis B (HBV) dengan risiko 5-40%, virus Hepatitis C (HCV) dengan risiko 3-10% dan human immunodeficiency virus (HIV) dengan risiko 0,2 – 0,5% " (WHO, 2013).
4 Berdasarkan data PPI RSUP Sanglah tahun 2012, tercatat bahwa hanya 15 orang (dari 37 kasus) insiden pajanan yang melaksanakan prosedur penanganan yang tepat dan benar. Dari studi pendahuluan yang dilaksanakan oleh peneliti terhadap 5 orang staf RS (dokter dan perawat) yang mengalami pajanan selama tahun 2012 dan tidak melaksanakan prosedur penanganan yang benar, berdasaran hasil wawancara secara retrospetif tercatat bahwa alasan mereka tidak melaksanakan prosedur penatalaksanaan needle stick injury dengan baik, karena mereka tidak mengetahui bahwa ada prosedur penatalaksanaan needle stick injury, tidak memahami bahwa pajanan jarum dapat mengakibatkan penularan penyakit, tidak mendapat informasi yang cukup tentang cara melaporkan insiden pajanan tersebut dan enggan melaksanakan prosedur penanganan pasca pajanan dan alur pemeriksaan laboratorium, sebab mereka harus meninggalkan pekerjaan mereka.
Mokuolu dan Olawumi (2011) dalam penelitiannya menunjukkan dari 150 kuesioner yang diberikan 129 (86%) perawat menanggapi kuesioner tersebut. Dari jumlah tersebut 80 (62,0%) responden melaporkan tertusuk jarum, 48 (37,2%) melaporkan tidak ada tertusuk jarum . Alasan yang diberikan untuk luka jarum suntik adalah : rekap jarum 40 (58,8%) ; pasien non kooperatif 8 (11,8 %) ; kebetulan saat penarikan obat 12 (17,6 %), manajemen yang tidak tepat dari jarum bekas dan teknik yang tidak tepat saat melakukan injeksi 8 (11,8 %) .
Berdasarkan studi literatur di atas tentang kejadian dan penatalaksanaan needle stick injury di Rumah Sakit maka sangat diperlukan suatu terobosan baru untuk mengatasi kejadian needle stick injury. Strategi untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dalam kewaspadaan
5 Universal adalah dengan memberikan edukasi dan pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas kesehatan tentang presedur penatalaksanaan needle stik injury.
Berdasarkan kondisi diatas maka peneliti tertarik mengidentifikasi lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan petugas kesehatan tentang prosedur penatalaksanaan needle stick injury Di RSUP Sanglah Denpasar. Untuk itu peneliti akan melanjutkan penelitian secara retrospectif dengan mencari lebih lanjut apakah memang benar tingkat pengetahuan petugas kesehatan berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan pajanan yang sesuai dengan standar.
B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk : “Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan dengan tindakan penatalaksanaan needle stick injury di RSUP Sanglah Denpasar .
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan petugas kesehatan dengan prosedur penatalaksanaan needle stick injury di RSUP Sanglah Denpasar. 2.
Tujuan khusus
a.
Mengidentifikasi pengetahuan petugas kesehatan yang mengalami needle stick injury tentang penatalaksanaan needle stick injury Di RSUP Sanglah Denpasar.
6 b.
Mengidentifikasi tindakan petugas kesehatan yang mengalami needle stick injury dalam melakukan penatalaksanaan needle stick injury d RSUP Sanglah Denpasar.
c.
Menganalisis
hubungan
antara
pengetahuan
petugas
kesehatan
dengan
tindakan
penatalaksanaan needle stick injury di RSUP Sanglah Denpasar. D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Secara Teoritis
a.
Dapat digunakan sebagai tambahan referensi dalam pelaksanaan Infection Prevention Control Nurse (IPCN) di RSUP Sanglah Denpasar .
b.
Dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam memberikan pembinaan dan himbauan bagi petugas kesehatan mengenai prosedur penatalaksanaan needle stick injury.
c.
Dapat digunakan sebagai referensi dalam membuat penelitian lanjutan yang lebih spesifik mengenai faktor risiko incident needle stick injury yang sering terjadi di pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit bagi peneliti selanjutnya.
2.
Manfaat Secara Praktis
a.
Sebagai bahan edukasi yang mendukung dalam hal menjaga keselamatan kerja untuk mencegah terjadinya needle stick injury serta dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai prinsip penatalaksanaan pajanan agar tidak membahayakan petugas dan pasien di kemudian hari.
b.
Dengan mengetahui hubungan pengetahuan dan tindakan penatalaksanaan needle stick injury maka akan dapat direncanakan intervensi mengenai peningkatan kapasistas petugas kesehatan untuk lebih memahami prosedur penatalaksanaan needle stick injury, apabila memang benar hal tersebut disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan petugas kesehatan tersebut.
7 E. Penelitian Terdahulu Penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya, berdasarkan studi literatur yang dilakukan peneliti adapun penelitian yang berhubungan adalah sebagai berikut : Bawelle (2013) Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survey analitik dengan rancangan cross sectional. Pemilihan sampel dengan purposive sampling sebanyak 65 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan program komputerisasi dengan menggunakan uji chi-square (x2), pada tingkat kemaknaaan 95%. Analisis statistik menunjukan hasil bahwa ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, Manado, Sulawesi Utara tahun 2013 (p=0,014). Ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna (p=0,000). Saran bagi rumah sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berkaitan dengan keselamatan pasien (patient safety) sesuai dengan panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variable terikat yang diteliti yaitu sikap, sedangkan pada penelitian ini adalah variable tindakan.