BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Setiap manajer keuangan di perusahaan akan menghadapi dua keputusan, yaitu keputusan pendanaan dan keputusan investasi. Keputusan pendanaan merupakan keputusan untuk memperoleh pendanaan untuk operasional perusahaan, yang akan berkaitan dengan keputusan investasi yang diambil. Brealey et al. (2010: 5) mengatakan bahwa keputusan investasi merupakan keputusan untuk melakukan investasi pada aset-aset berwujud atau tidak berwujud. Hal ini menjadikan keputusan pendanaan serta keputusan investasi sebagai keputusan penting yang akan menentukan arah kegiatan operasional perusahaan, serta akan menentukan kebijakan perusahaan. Salah satu dari kebijakan tersebut adalah kebijakan mengenai pembagian dividen. Hal ini juga diperkuat oleh Weston dan Copeland (1986: 3) yang menyatakan bahwa kunci utama fungsi keuangan adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen dalam suatu perusahaan. Keputusan mengenai kebijakan dividen perusahaan telah menjadi pembahasan penting oleh analis, akademisi, dan peneliti sejak enam dekade lalu (Singhania dan Gupta, 2012). Hal ini dikarenakan kebijakan dividen akan menentukan nilai dari earnings (laba) yang akan diterima oleh setiap investor pada satu lembar saham yang dimilikinya. Kebijakan dividen juga akan 1
menentukan berapa laba yang dapat ditahan untuk kembali digunakan sebagai salah satu pendanaan di dalam struktur pendanaan perusahaan, yang mengacu pada keputusan pendanaan yang diambil perusahaan. Myers dan Majluf (1984) dalam pecking order hypothesis mengatakan bahwa dalam struktur pendanaan perusahaan, perusahaan akan memilih untuk menggunakan pendanaan internal, karena pendanaan internal memiliki biaya yang lebih murah dan tidak memberikan sinyal negatif yang dapat menurunkan harga saham perusahaan. Myers dan Maljuf (1984) juga mengatakan bahwa apabila pendanaan dari eksternal dibutuhkan, maka perusahan akan memilih pendanaan melalui hutang, dan penerbitan ekuitas dilakukan sebagai opsi terakhir apabila pendanaan melalui hutang sudah tidak lagi memungkinkan. Pecking order hypothesis secara tidak langsung berpendapat bahwa perusahaan akan memilih untuk memperbesar retained earnings (laba ditahan) sehingga dapat digunakan untuk pendanaan perusahaan. Brealey et al. (2010: 12) mengatakan bahwa tujuan keuangan perusahaan yang sebenarnya adalah memaksimalkan nilai kekayaan shareholders (pemegang saham). Nilai kekayaan pemegang saham dapat dimaksimalkan
melalui
beberapa
cara,
diantaranya
adalah
dengan
memaksimalkan nilai pasar dari investasi yang dilakukan oleh pemegang saham pada perusahaan. Agar perusahaan dapat meningkatkan nilai pasar investasi saat ini, diperlukan adanya keputusan investasi yang tepat dan struktur pendanaan yang optimal. Dengan keputusan investasi yang tepat dan 2
struktur pendanaan optimal, perusahaan dapat memiliki aliran kas di masa mendatang yang positif. Besarnya nilai aliran kas di masa mendatang perusahaan kemudian akan menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham, yang akan memberikan sinyal positif kepada pelaku pasar dan menaikkan nilai pasar dari saham perusahaan. Dengan nilai pasar yang meningkat, maka pemegang saham akan mendapatkan tambahan kekayaan melalui capital gain. Meningkatkan nilai kekayaan pemegang saham juga dapat dilakukan dengan cara memberikan dividen kepada pemegang saham. Frankfurter dan Wood (2003) dalam Singhania dan Gupta (2012) mendefinisikan dividen sebagai distribusi dari laba (baik itu masa lalu ataupun saat ini) kepada setiap pemegang saham di perusahaan sesuai proporsi terhadap kepemilikan saham mereka. Pemberian dividen disesuaikan dengan kebijakan pemberian dividen oleh perusahaan. Besaran pemberian dividen akan memengaruhi kepuasan dari pemegang saham atas kinerja operasional perusahaan, sehingga diperlukan kebijakan dividen yang tepat agar dapat memberikan sinyal positif kepada pemegang saham dan dapat meningkatkan nilai pasar. Dalam menentukan kebijakan dividen yang tepat, diperlukan parameter-parameter yang sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. Lintner (1956) menjelaskan bahwa kebijakan dividen memiliki dua parameter, yaitu target payout ratio, dan kecepatan penyesuaian dividen saat ini terhadap target yang telah ditentukan. Lintner (1956) mengembangkan teori ini berdasarkan dua hal penting, yaitu: perusahaan cenderung menetapkan rasio 3
target dividen terhadap laba untuk jangka panjang berdasarkan pada besaran Net Present Value (NPV) positif yang didapatkan dari proyek yang tersedia ; dan peningkatan pada laba tidak selalu stabil sehingga kebijakan dividen tidak akan diubah hingga manajer dapat melihat bahwa tingkat laba yang baru sudah stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Singhania dan Gupta (2012) kemudian menjelaskan lebih dalam mengenai Lintner’s model yang dikembangkan oleh Lintner. Pada Lintner’s model dijelaskan bahwa dividen bergantung kepada laba perusahaan saat ini dan dividen pada tahun sebelumnya, yang mana dividen pada tahun sebelumnya juga bergantung pada laba perusahaan ditahun tersebut dan dividen di satu tahun sebelumnya. Crutchley dan Hansen (1989) dalam penelitiannya untuk mencari hubungan antara kepemilikan perusahaan, leverage, dan kebijakan dividen, menemukan bahwa volatilitas laba yang tinggi akan menyebabkan leverage yang lebih rendah. Penelitian ini juga menemukan bahwa volatilitas yang tinggi pada laba perusahaan diasosiasikan dengan kepemilikan manajerial dan dividen yang lebih besar. Singhania dan Gupta (2012) kemudian mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan memiliki obligasi yang tetap sehingga akan memiliki risiko kebangkrutan yang lebih besar, dan karena itu tingkat leverage yang lebih besar akan menghasilkan tingkat pembayaran dividen yang lebih rendah. Penelitian Crutchley dan Hansen (1989) juga menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar tidak hanya menggunakan leverage yang lebih besar, tetapi mereka juga akan membayarkan dividen yang lebih besar. Hasil 4
penelitian tersebut juga menemukan bahwa ukuran perusahaan turut memengaruhi pengambilan keputusan dari kebijakan dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Zhou et al. (2008) dalam Idawati dan Sudiartha (2014) memperkuat hasil penelitian Crutchley dan Hansen (1989) bahwa ukuran perusahaan memengaruhi kebijakan dividen dengan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan variabel ukuran berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap kebijakan dividen. Selain itu, terdapat banyak teori dan penemuan lain yang membahas mengenai faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan dari kebijakan dividen. Signalling Hypothesis (Ross, 1977) menyatakan bahwa pengumuman mengenai kenaikan dividen oleh perusahaan dinilai oleh investor sebagai sinyal positif terhadap laba masa depan perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai pasar dari saham perusahaan, dan berlaku sebaliknya. Holder et al. (1998) dalam Singhania dan Gupta (2012) menemukan bahwa dividen adalah faktor kunci dalam menguragi masalah keagenan antara pemegang saham dan manajer. Lebih lanjut, Singhania dan Gupta (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa masalah keagenan akan berdampak pada struktur kepemilikan perusahaan, dan akan memengaruhi pengambilan keputusan dalam kebijakan dividen. Hingga saat ini, telah banyak studi empiris yang dilakukan untuk menemukan faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan pada kebijakan dividen. Akan tetapi, studi empiris yang dilakukan tersebut lebih banyak terkonsentrasi pada negara-negara maju dikarenakan kurangnya data 5
yang handal untuk penelitian di negara-negara berkembang (Singhania dan Gupta, 2012). Oleh karena itu, diperlukan studi empiris lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan kebijakan dividen dinegara-negara berkembang, dalam hal ini peneliti memilih Indonesia sebagai subjek penelitian. Indonesia saat ini memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga menyebabkan semakin banyak investor domestik serta investor lokal yang melakukan investasi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia (Setiawan, 2014). Pertumbuhan perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia juga terus meningkat. Pada tahun 2012 Bursa Efek Indonesia merilis daftar perusahaan tercatat dengan jumlah perusahaan yang tercatat adalah sebanyak 472 perusahaan, dan pada akhir tahun 2014 meningkat menjadi sebanyak 510 perusahaan. Hal ini menandakan bahwa pasar modal Indonesia berkembang dengan pesat. Studi empiris terhadap faktor – faktor yang memengaruhi kebijakan dividen ini akan dilakukan pada perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia. Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia merupakan indeks yang terdiri dari 45 saham perusahaan dengan tingkat likuidasi yang paling tinggi dan memiliki kapitalisasi pasar yang besar. Beck et al. (1999) mendefinisikan kapitalisasi pasar sebagai nilai total saham yang beredar dari perusahaan publik, yaitu harga saham dikalikan dengan jumlah saham yang beredar.
6
Perusahaan yang telah terdaftar di Indeks LQ45 telah melewati serangkaian kriteria yang ditentukan oleh Bursa Efek Indonesia, yaitu: (1) termasuk dalam 60 (enam puluh) perusahaan dengan kapitalisasi pasar tertinggi dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan terakhir ; (2) termasuk dalam 60 (enam puluh) perusahaan dengan nilai transaksi tertinggi di pasar regular dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan terakhir ; (3) terdaftar di Bursa Efek Indonesia sekurang-kurangnya tiga bulan ; (4) memiliki kondisi keuangan baik, prospek untuk bertumbuh, dan memiliki frekuensi dan nilai transaksi yang tinggi. Bursa Efek Indonesia juga melakukan review terhadap Indeks LQ45 yang diadakan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk menjamin bahwa Indeks LQ45 ditempati oleh perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah telah ditentukan. Hal ini menjadikan Indeks LQ45 sebagai indikator likuidatas saham terbaik di Indonesia (Azhara, 2013). Indeks LQ45 dipilih sebagai sampel penelitian karena LQ45 adalah indikator penilaian yang seringkali digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi pada Bursa Efek Indonesia, dan perusahaan yang terdaftar di LQ45 seringkali menjadi benchmark bagi perusahaan-perusahaan lainnya dalam mengambil berbagai kebijakan perusahaan, dalam hal ini adalah kebijakan dividen. Penelitian ini merupakan adaptasi dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Singhania dan Gupta (2012) “Determinants of Corporate Dividend Policy: A Tobit Model Approach” yang bertujuan untuk menemukan validitas dari perbedaan pandangan mengenai faktor penentu kebijakan 7
dividen di dalam perspektif India dan secara empiris membuktikan signifikansi dari berbagai faktor tersebut dengan menggunakan cencored regression model, yang dinamakan Tobit Regression. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel penelitian serta metode yang telah digunakan oleh Singhania dan Gupta (2012) dan mengubah perspektif yang digunakan menjadi perspektif di Indonesia mengingat belum adanya penelitian secara komprehensif yang dilakukan untuk menemukan faktor penentu dari pengambilan keputusan kebijakan dividen di Indonesia dengan pendekatan tobit model. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ45 pada tahun 2004 hingga 2013. 1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya, diketahui bahwa terdapat berbagai teori dan penelitian yang telah dilakukan untuk menemukan faktor-faktor penentu dari pengambilan keputusan dari kebijakan dividen. Teori dan hasil penelitian tersebut juga menjadi dasar bagi pengembangan penelitian-penelitian selanjutya. Teori dan penelitian tersebut antara lain adalah teori Lintner’s model pada tahun 1956, yang menyatakan bahwa kebijakan dividen dipengaruhi oleh laba perusahaan pada tahun tersebut dan dividen pada tahun sebelumnya. Selain
itu,
terdapat
teori
phase
of
development
yang
merupakan
pengembangan dari teori Lintner’s model, mengatakan bahwa tingkat
8
maturitas atau usia perusahaan memiliki pengaruh dengan pemberian dividen (Singhania dan Gupta, 2012). Teori leverage menyatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage tinggi akan memberikan dividen yang lebih rendah, yang diperkuat oleh hasil dari penelitian Crutchley dan Hansen (1989). Signalling hypothesis (Ross, 1977) mengatakan bahwa kenaikan pembayaran dividen akan memberikan sinyal positif kepada investor, dan penurunan pembayaran dividen akan memberikan sinyal sebaliknya, sehingga potensi yang ditimbulkan dengan adanya sinyal tersebut memengaruhi keputusan kebijakan dividen oleh perusahaan. Pecking Order hypothesis menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk melakukan laba ditahan dibandingkan dengan pembagian dividen, sebagai pendanaan internal untuk investasi yang akan dilakukan. Agency cost theory menyatakan bahwa terdapat konflik antara principals, dalam hal ini adalah pemegang saham, dengan agents (manajer), sehingga struktur kepemilikan perusahaan akan memengaruhi kebijakan dividen. MM dividend irrelevance theory yang dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1961) menyatakan bahwa ketika tidak ada pajak atau kos yang ditimbulkan dari kebangkrutan, maka kebijakan dividen adalah irrelevant terhadap struktur pendanaan perusahaan atau pada nilai pasar saham perusahaan. Teori bird-in-hand yang dikemukakan oleh Gordon (1963) dan Lintner (1962) kemudian bertentangan dengan teori MM dividend irrelevance, yang mengatakan bahwa investor cenderung akan memilih dividen 9
dibandingkan dengan capital gain yang dihasilkan dari laba ditahan, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai pasar saham perusahaan. Dari berbagai teori yang telah disebutkan, terdapat beberapa faktor yang diyakini memengaruhi kebijakan dividen pada perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah earnings (laba) perusahaan (mengacu pada Lintner’s model); usia perusahaan; ukuran perusahaan; Market Price to Book Value Ratio (MBR) perusahaan; serta tingkat leverage (Debt to Equity Ratio) perusahaan. Market Price to Book Value Ratio (MBR), rasio antara harga pasar saham dengan nilai buku saham, dapat mengukur kesempatan pertumbuhan perusahaan yang akan memengaruhi kebijakan dividen yang diambil perusahaan (mengacu pada pecking order hypothesis). Permasalahan dalam penelitian ini adalah tidak adanya keselarasan antara satu teori dengan teori lainnya sehingga akan sulit bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen bila hanya mengacu pada salah satu dari teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya. Hal ini dikarenakan teoriteori yang telah ada tidak mengarah pada suatu kesimpulan yang sama mengenai faktor penentu dari kebijakan dividen, sehingga perlu untuk dibuktikan signifikansi pengaplikasian teori tersebut di Indonesia. Permasalahan tersebut kemudian disusun dalam beberapa pertanyaan untuk dijawab dalam penelitian ini, yaitu: 1.
Apakah laba perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan?
10
2.
Apakah tingkat leverage perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan?
3.
Apakah usia perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan?
4.
Apakah ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan?
5.
Apakah Market Price to Book Value Ratio (MBR) dari saham perusahaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen perusahaan?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah diajukan dalam penelitian ini, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Menganalisis dan menemukan ada atau tidaknya pengaruh laba perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.
2.
Menganalisis dan menemukan ada atau tidaknya pengaruh tingkat leverage perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.
3.
Menganalisis dan menemukan ada atau tidaknya pengaruh usia perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.
11
4.
Menganalisis dan menemukan ada atau tidaknya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.
5.
Menganalisis dan menemukan ada atau tidaknya pengaruh Market Price to Book Value Ratio (MBR) perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan yang terdaftar di Indeks LQ 45 Bursa Efek Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Menjadi sumber bacaan atau referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya mengenai faktor determinan dalam kebijakan dividen perusahaan di Indonesia, sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan dalam ilmu ekonomika dan bisnis di Indonesia.
2.
Menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan agar dapat tercapai struktur pendanaan yang optimal dan tercapai tujuan utama keuangan perusahaan untuk meningkatkan nilai pasar dari perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemegang saham.
3.
Menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam menentukan investasi yang akan dilakukan sehingga dengan hasil ini investor dapat memilih perusahaan yang tepat yang dapat memaksimalkan kekayaan investor dengan keputusan kebijakan dividen yang dilakukannya.
12
1.5.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang dalam melakukan penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang dilakukan pada skripsi ini. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai tinjauan pustaka atau kajian teori yang terkait dengan penelitian, penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya, dan pengembangan hipotesis dari penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab
ini
menjelaskan
mengenai
variabel
penelitian,
definisi
operasional, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian, jenis data, sumber data, dan metode pengumpulan data, dan metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikembangkan sebelumnya. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai hasil dari analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan metode data yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, serta interpretasi hasil penelitian terhadap hipotesis yang telah dikembangkan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan dalam penelitian dan saran-saran yang sekiranya perlu dan bermanfaat bagi pengembangan penelitian selanjutnya. 13