BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Adanya kebijakan desentralisasi yang memberi kewenangan kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa banyak terobosan bagi terciptanya kemajuan di setiap bidang. Salah satunya di wilayah media sebagai alat komunikasi dan informasi. Munculnya media-media lokal baik cetak maupun elektronik adalah salah satu bukti dari adanya otonomi daerah yang pada pelaksanaannya masih belum maksimal. Kemunculan dan perkembangan media-media lokal yang ada, salah satunya adalah televisi lokal menjadi fenomena tersendiri dalam industri pertelevisian Indonesia. Mantan Ketua Pansus Undang-Undang Penyiran tahun 2002, Paulus mengatakan sejarah penyiaran di Indonesia itu bermula dari TVTV lokal atau radio-radio lokal dan itu adalah salah satu basis landasan kenapa Undang-Undang Penyiaran ingin mengembalikan semangat TVTV lokal menjadi bagian penting dalam industri penyiaran nasional. (Wawancara dengan Paulus, 15 Desember 2011). Sehubungan
dengan
otonomi
daerah
yang
kemudian
ditindaklanjuti dengan munculnya Undang-Undang nomor 32 tahun 2002 pasal 31 (5) tentang penyiaran:
1
“Stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara Republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut.”
Keberadaan TV lokal pun seakan mendapatkan tempatnya. Hal ini diperkuat dengan UU No. 32 Pasal 14 (3), tentang lembaga penyiaran publik yang berbunyi:
“Di daerah provinsi, kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik lokal.”
TV lokal pun mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengemas sebuah acara dan menyajikannya dengan mengutamakan permasalahan lokal atau daerah. Selain itu, eksistensi televisi lokal semakin mendapat ruang ketika Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI) berdiri 26 Juli 2003 di Bali. ATVLI merupakan wadah bagi televisi-televisi lokal yang sama-sama menginginkan legitimasi politik bagi keberadaan mereka (Agus Sudibyo, 2004:102). Dalam konteks Jakarta, persoalan TV lokal lebih kompleks situasinya. “Televisi lokal” sebagai sebuah konsep sesungguhnya masih problematis. Sebuah terminologi yang bisa menjebak sekaligus menyesatkan, karena tidak merujuk pada satu entitas yang spesifik dan hanya punya satu interpretasi (Agus Sudibyo, 2004:102). Sebagai
2
Ibukota, Jakarta yang menjadi basis dari stasiun-stasiun TV nasional, tenyata terdapat pula stasiun-stasiun TV lokal. Dalam perjalanannya, stasiun-stasiun TV lokal yang berbasis di Jakarta ini ternyata harus bersaing dengan stasiun-stasiun TV nasional dalam merebut pasar audiens. Untuk menghadapi persaingan tersebut, TV lokal di Jakarta tentu harus memiliki cara-cara tertentu untuk dapat bertahan hidup dalam hal meramu konten dan merebut audiens lewat rating yang diperoleh. Dari pemaparan singkat di atas, penulis sangat tertarik untuk menelaah bagaimana manajemen strategis konten, terutama pada program berita yang dilakukan stasiun TV lokal. Dalam penelitian ini, penulis memilih stasiun TV lokal Jakarta, JAK-TV, pada program berita Jakarta Petang. Pemilihan JAK-TV dengan program berita Jakarta Petang dalam penelitian ini bukanlah tanpa dasar. Bermula sejak melakukan program magang pada bagian Divisi Program Director di JAK-TV pada Juli 2010, penulis mengamati adanya perubahan dalam program news Jakarta Petang. Memasuki pertengahan tahun 2010, bulan Juni-Juli ternyata merupakan titik awal perubahan manajemen redaksi yang mengakibatkan adanya perubahan kebijakan dalam menggarap dan menentukan keseluruhan isi konten berita dalam Program Jakarta Petang. Sebagai TV lokal, isu berita yang dibahas dalam program berita ini seharusnya seputar lokal Jakarta. Tetapi setelah perubahan
3
manajemen redaksi yang baru hampir keseluruhan isi konten berita dalam program ini mengangkat masalah-masalah dengan isu-isu seputar permasalahan nasional seperti masalah pemerintahan dan korupsi. Artinya, JAK-TV dalam program Jakarta Petang mengubah konten beritanya dari lokal menjadi nasional. JAK-TV yang merupakan TV lokal yang bertempat di wilayah Ibukota memang menjadi salah satu fenomena unik. Melihat dari wilayah coverage-nya, perusahaan TV lokal ini dalam posisi yang dilematis. Satu sisi stasiun TV ini berorientasi dengan lingkup isu-isu dan peristiwaperistiwa lokal Jakarta, seperti masalah banjir, kriminalitas, kemacetan, dan pemerintahan provinsi. Tetapi, di sisi lain karena wilayahnya yang terletak di Ibukota, JAK-TV juga dihadapkan dengan ragam isu dan peristiwa nasional seperti masalah politik, hukum, dan ekonomi.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimana penerapan manajemen strategis dalam hal positioning yang dilakukan JAK-TV pada pembuatan konten program berita Jakarta Petang sehubungan dengan adanya perubahan manajemen redaksi?
4
1.3 Tujuan Penelitian Ingin mengetahui manajemen strategis JAK-TV dalam menentukan positioning program Jakarta Petang sehubungan dengan adanya perubahan manajemen redaksi
1.4 Manfaat Penelitian Dari segi akademik, penelitian ini nantinya akan menjadi suatu bentuk sumbangan khusus bagi dunia akademik terutama pada bidang kajian manajemen media yang masih jarang dilakukan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya tentang manajemen strategis media. Dari segi praktis, diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi JAK-TV dan TV lokal yang lainnya tentang kajian manajemen strategis dalam konten.
1.5 Metode dan Sistematika Penulisan Penulis menyajikan hasil penelitian dalam sebuah karya tulis yang sistematika penyajiannya sebagai berikut. Pada BAB I, yaitu pendahuluan, penulis memaparkan mengenai latar belakang masalah yang sesuai dengan tema di atas, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian.
5
Pada BAB II, penulis memaparkan mengenai kajian pustaka dan teori yang bersangkutan terlebih dalam pembahasannya dengan televisi dan komunikasi massa. Pada BAB III, menjelaskan metodologi penelitian yang terdiri dari jenis penelitan dan teknik pengumpulan data. Pada BAB IV, penulis akan memaparkan mengenai hasil analisis telah diteliti oleh penulis. Pada BAB V, yaitu penutup dan kesimpulan sesuai analisis di atas. Pada bab terakhir yang berisi saran dan simpulan ini, penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran yang dianggap berguna oleh penulis bagi mereka yang membutuhkan.
6