BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, dan memperluas wawasan. Kemampuan berbahasa dalam pelaksanaannya dibagi menjadi dua bagian, yaitu kemampuan produktif dan kemampuan reseptif. Kemampuan produktif meliputi kemampuan berbicara dan menulis, sedangkan kemampuan reseptif mencakup kemampuan menyimak dan membaca. Keterampilan menulis yang merupakan kegiatan produktif diartikan sebagai kegiatan menuntun seseorang untuk menghasilkan sebuah karya pikir agar dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Tidak hanya itu, keterampilan menulis dirasakan paling sukar karena dalam penerapannya, seseorang dituntut untuk dapat mengoordinasikan ketiga aspek keterampilan lainnya, yaitu menyimak, berbicara, dan membaca secara maksimal. Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung merupakan suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis. Menulis selain dipengaruhi oleh ketiga aspek keterampilan berbahasa lainnya juga dipengaruhi oleh kemampuan dalam pemahaman kosakata, gramatika, kohesi antarkalimat, dan antarparagraf, penulisan ejaan, dan penggunaan tanda baca. Tarigan (1994) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, artinya 1
2
tidak secara tatap muka dengan orang lain. Untuk menjadi penulis yang terampil, seseorang harus mampu menggunakan bahasa sesuai dengan struktur bahasa dan kosakata dengan tepat. Di samping itu, juga melakukan latihan secara rutin dan teratur Lebih lanjut, Tarigan (1994) memaparkan hakikat pembelajaran menulis yaitu untuk membantu siswa dalam memahami ekspresi-ekspresi yang diciptakan dalam situasi-situasi di kelas, mendorong siswa dalam mengekspresikan diri secara bebas dalam tulisan, mengajarkan mereka dalam menggunakan ekspresi tersebut secara tepat dan serasi, penuh percaya diri dan keyakinan sehingga siswa merasa bebas. Menulis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menulis dalam bentuk karangan deskripsi. Keraf (1981) menjelaskan bahwa karangan deskripsi sebagai kegiatan menggambarkan atau menceritakan bagaimana bentuk atau wujud suatu barang atau objek atau mendeskripsikan cita rasa suatu benda, hal, atau bunyi. Dalam kaitannya dengan pengajaran, menulis bukanlah tentang bagaimana memberikan penugasan kepada siswa agar menghasilkan karangan yang terdiri atas beberapa paragraf. Pengajaran menulis perlu diawali dengan pembekalan berupa
pengertian
kepada
siswa
bahwa
menulis
merupakan
upaya
mengembangkan gagasan secara bertahap. Tahapan-tahapan tersebut meliputi menyusun kalimat, menyusun paragraf, dan menyusun wacana. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat pengajaran menulis adalah membantu siswa memahami cara mengekspresikan gagasan dalam tulisan, mendorong siswa dalam mengekspresikan diri secara
3
bebas dalam tulisan, dan mengajarkan siswa untuk menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi tulis. Kemampuan mengembangkan gagasan melalui bahasa tulis sangat memengaruhi keterampilan siswa dalam menulis karangan. Untuk menjadikan siswa terampil dalam menulis, perlu dilakukan banyak latihan dan revisi. Akan tetapi, pada praktiknya di lapangan, guru sebagai fasilitator dan pengarah dalam pembelajaran menulis hanya memberikan siswa tugas menulis dan mengharuskan mereka menghasilkan tulisan yang baik dan benar, sehingga terlihat bahwa hasil tulisan yang menjadi penekanan guru kepada siswa. Guru sering mengabaikan bagaimana proses menulis tersebut dilakukan dan bagaiman cara siswa menghasilkan tulisan. Oleh sebab itu, seringkali siswa mengalami kesulitan dalam menghasilkan tulisan yang diinginkan guru, yaitu tulisan yang baik dan benar. Selain itu, pengalaman-pengalaman yang dialami oleh siswa tersebut juga memengaruhi motivasi dan minat belajar siswa, khususnya dalam pembelajaran menulis sehingga kurang produktif dalam melakukan kegiatan menulis. Hal tersebut selaras dengan pendapat Harefa (2003:3) bahwa suatu alat yang sangat ampuh dalam belajar menulis yang dengan sendirinya memainkan peranan yang sangat penting adalah motivasi. Rendahnya motivasi dan keinginan untuk berlatih menulis juga dialami oleh siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar sehingga menyebabkan sulitnya siswa mendapat ide dalam menulis karangan. Gagasangagasan yang telah dimiliki harus ditunjang dengan ide-ide kreatif dan imajinatif untuk menghasilkan sebuah tulisan. Sulitnya memperoleh gagasan pada saat
4
menulis disebabkan karena lemahnya kemampuan kosakata siswa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, akan membuat mereka lebih mudah dalam mencurahkan gagasan dalam sebuah karangan. Menurut Nunan (1991), penguasaan kosakata merupakan faktor penting dalam menguasai bahasa kedua. Tanpa penguasaan kosakata yang cukup, seseorang tidak dapat menggunakan struktur dan fungsi bahasa dalam berkomunikasi secara komprehensif. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Tarigan (1986) yang menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas berbahasa seseorang bergantung pada kualitas kosakata yang dimiliki. Makin kaya kosakata yang dimiliki oleh penutur, maka makin besar pula kemungkinan untuk terampil berbahasa. Berdasarkan hasil pengamatan awal dan wawancara kepada guru bidang studi bahasa Inggris kelas X, diketahui bahwa sebagian siswanya tidak menyukai pelajaran bahasa Inggris, terutama kegiatan
menulis. Umumnya siswa
beranggapan bahwa menulis merupakan kegiatan yang membosankan sehingga mengakibatkan kemampuan mereka dalam menulis karangan sangat rendah. Rendahnya kemampuan siswa ini umumnya dialami oleh siswa kelas X UPW II berdasarkan kalkulasi nilai rata-rata hasil tugas dan ulangan harian mendapatkan nilai terendah dari delapan kelas yang ada pada kelas X. Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa dan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, disimpulkan bahwa rendahnya kemampuan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) kurangnya minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran menulis bahasa Inggris, (2) redahnya kemampuan kosakata siswa yang
menyebabkan
ketidakmampuan
mereka
dalam
menuangkan
dan
5
mengembangkan ide dan gagasan dalam tulisan, (3) ketidakmampuan siswa dalam menggunakan struktur gramatika dalam tulisan (seperti kekeliruan dalam menggunakan sistem kala tobe, artikel, kata penghubung, pronomina, preposisi, konjungsi, penggunaan tanda baca dan huruf kapital,
dan (4) rendahnya
kemampuan siswa dalam mengorganisasikan tulisan sesuai dengan struktur generik karangan. Temuan lain juga terlihat dari nilai ulang harian siswa yang sebagian besar memperoleh nilai rendah dan belum mencapai nilai kriteri ketuntasan minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah, yaitu ≥75 . Nilai ratarata ulangan harian siswa hanya sebesar sebesar 53,85 yang termasuk dalam kriteria sangat rendah. Berdasarkan uraian masalah tersebut di atas, dibutuhkan teknik mengajar yang tidak hanya menekankan pada hasil belajar, tetapi juga menekankan pada proses belajar, sehingga pada saat siswa mengalami kesulitan dalam proses menulis, guru dapat memberikan arahan dan bimbingan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan percaya diri siswa. Temuan dalam beberapa penelitian tentang pengajaran menulis yang menyebabkan bergesernya teknik guru yang awalnya menekankan pada hasil menjadi penekanan pada proses dan cara siswa menghasilkan tulisan. Peran pengajar dalam pembelajaran menulis berdasarkan pendekatan proses tidak hanya memberikan tugas menulis dan menilai tulisan siswa, tetapi juga membimbing mereka dalam proses menulis (Tompkins, 1990:69). Pemilihan teknik mengajar merupakan langkah yang paling penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan, khususnya di dalam
6
menentukan topik dan judul karangan serta mengembangkan ide dan gagasan ke dalam tulisan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa teknik menulis merupakan salah satu kunci yang harus diperhatikan oleh guru pada saat memberikan tugas menulis kepada siswanya. Selain itu, guru juga harus menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran menulis kepada siswa. Dari beberapa masalah yang dihadapi oleh siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar di atas, peneliti mengajukan dua teknik pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, yaitu dengan menggunakan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think-pair-share dan mind mapping. Merupakan teknik pembelajaran yang dapat digunakan untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam belajar bahasa Inggris, terutama dalam kegiatan menulis. Teknik pembelajaran kooperatif think pair share (berpikir-berpasangan-berbagi)
dan
mind
mapping
merupakan
teknik
pembelajaran yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan digunakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran menulis. Dengan menggunakan kombinasi teknik think-pair-share dan mind mapping ini, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Think-pair-share merupakan salah satu teknik pembelajaran dari metode pembelajaran kooperatif yang memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk menyelesaikan tugas secara individu pada tahap kegiatan think. Kemudian, siswa melakukan koreksi dan revisi hasil pekerjaan mereka bersama rekan satu kelompok, selanjutnya hasil revisi tersebut dipresentasikan di depan kelas.
7
Penerapan teknik pembelajaran think-pair-share dapat mendorong partisipasi siswa dalam bekerja dan dapat diterapkan di seluruh tingkat satuan pendidikan. Dengan menggunakan teknik pembelajaran ini, pertama-tama siswa diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan secara individu, artinya pada tahap ini, siswa memiliki waktu untuk meningkatkan dan mengembangkan gagasan sebelum masuk ke tahap kedua. Kemudian, pada tahap kedua siswa memiliki kesempatan untuk bertukar gagasan dengan teman satu kelompok. Pada tahap ini siswa dapat mengolaborasikan gagasan sebelum masuk ke tahap ketiga. Pada tahap terakhir, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mengutarakan ide/gagasan yang sudah dikerjakan. Seperti yang diungkapkan oleh Pimm (1987) bahwa “Think-pair-share technique can increase the kinds of personal communications that are necessary for students to internally process, organize, and retain ideas”. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Cobb et al. (2003) bahwa “in sharing their ideas, students take ownership of their learning and negotiate meaning rather than rely solely on the teacher’s authority”. Manfaat lain dijelaskan oleh Lyman (1981) bahwa “think-pair-share technique includes the positive changes in students’ self-esteem that occur when they listen to one another and respect others’ ideas”. Artinya, siswa memiliki kesempatan untuk belajar berpikir secara intensif dari rekan mereka sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya pada saat memaparkan ide di depan rekanrekan mereka. Sedangkan,
teknik
pembelajaran
mind
mapping
pertama
kali
diperkenalkan oleh Buzan pada tahun 1973-an. Menurut Buzan, teknik ini
8
merupakan teknik pembelajaran intruksional yang mewajibkan pembelajar menempatkan konsep supraordinat di atas kertas kemudian menghubungkan konsep subordinat yang sesuai. Teknik pembelajaran ini dipandang sebagai alat yang ampuh untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan ide dan pikiran mereka. Menurut McGriff (2000), mind mapping merupakan cara yang sangat baik untuk membantu para siswa dalam mengorganisasikan ide atau pikiran, memahami inti konsep materi, dan prinsip pelajaran, tulisan, atau materi pembelajaran lainnya. Sementara itu, Buzan (1993) menjelaskan bahwa mind mapping sebagai representatif dari kognitif dan pemahaman di dalam diri siswa. Di samping itu, juga merupakan cara yang sangat baik untuk membantu mereka dalam mengekspresikan gagasan, baik dalam bentuk verbal maupun visual, bahkan di dalam peta pikiran, siswa mungkin menggunakan grafik representatif tersebut untuk membantu dalam proses brainstorming. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan teknik pembelajaran think-pair-share dikombinasikan dengan teknik pembelajaran mind mapping untuk menyelesaikan permasalahan di kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar. Melalui kombinasi teknik pembelajaran ini, pembelajaran menulis dapat dilakukan dengan suasana menyenangkan. Di samping itu, siswa dapat termotivasi untuk mengembangkan dan mengeksplorasikan ide serta gagasan cemerlang mereka dalam tulisan.
9
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar berlakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut. 1) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam menulis karangan deskripsi sebelum penerapan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think-pair-share dan mind mapping? 2) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam menulis karangan deskripsi setelah penerapan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think-pair-share dan mind mapping di kelas? 3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam menulis karangan deskripsi sebelum dan sesudah penerapan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think-pair-share dan mind mapping di kelas? 4) Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui penerapan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think pair share dan mind mapping di kelas?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut ini dipaparkan kedua bagian tersebut.
10
1.3.1 Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami kesesuaian teknik pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai salah satu muatan kurikulum 2013. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap penelitian pembelajaran bahasa yang berkaitan dengan kesesuaian teknik pembelajaran kooperatif dengan materi dan bahan ajar yang disampaikan oleh guru di dalam kelas. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat membuka cakrawala berpikir bagi pembaca bahwa dalam setiap kegagalan pembelajaran pasti ada penyebab dan cara pemecahannya.
1.3.2 Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa aspek, sebagai berikut. 1) Kemampuan siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam menulis
karangan
deskripsi
sebelum
menerapkan
kombinasi
teknik
pembelajaran kooperatif think-pair-share dan mind mapping. 2) Kemampuan siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar dalam menulis karangan deskripsi setelah menerapkan teknik
pembelajaran
kooperatif think-pair-share dan mind mapping di kelas 3) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X UPW II SMK Pariwisata Harapan Denpasar sebelum dan sesudah menerapkan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think-pair-share dan mind mapping di kelas.
11
4) Mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui penerapan kombinasi teknik pembelajaran kooperatif think pair share dan mind mapping di kelas.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide, keilmuan, dan kepraktisan dalam dunia pendidikan. Berikut ini dipaparkan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini.
1.4.1 Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ide khususnya terhadap tenaga pengajar dalam bidang kebahasaan, penelitian, dan para pembelajar bahasa dalam kaitannya dengan pembelajaran yang menggunakan teknik-teknik pembelajaran yang inovaif. Oleh sebab itu, seorang pendidik dapat mempersiapkan hal-hal yang diperlukan sebelum memasuki kelas dan melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas. Di samping itu, diharapkan juga agar penelitian ini menjadi suatu pembangkit semangat para peneliti dan tenaga pengajar dalam bidang kebahasaan dan lainnya untuk lebih tertantang dalam memperkaya temuan-temuan kebahasaan guna mendukung proses belajar mengajar yang lebih baik di sekolah, baik formal maupun informal.
12
1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peserta didik dan pendidik, khususnya dalam memahami teknik-teknik pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat disesuaikan dengan media yang digunakan, alokasi waktu, sumber berlajar yang inovatif. Di samping itu, dapat menemukan kemungkinan-kemungkinan baru yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi yang baik dan benar. Manfaat lainnya adalah seorang pendidik juga diharapkan mampu berpikir kreatif dan selalu mengembangkan media yang imajinatif dalam pelaksanaan proses pembelajaran.