BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masyarakat merupakan bagian dari kehidupan sosial. “Masyarakat
adalah
kelompok manusia yang sedikit banyak mempunya kesamaan yang tetap dan tersusun dalam aktivitas kolektif mereka dan mereka merasakan bahwa mereka adalah bersatu”.1 Di dalam masyarakat pasti terdapat interaksi antar idnividu sebagai bentuk dari timbal balik antar satu individu dengan individu lainnya. Interaksi merupakan hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu lain. Dalam interaksi pasti terdapat maksud tertentu yakni untuk dapat memenuhi kebutuhan baik sosialnya maupun kebutuhan lainnya. Interaksi antar manusia dapat berupa interaksi langsung maupun tidak langsung seperti komunikasi lewat telepon, surat, dan alat komunikasi lainnya. Namun demikian, interaksi langsung lah yang dianggap efektif sebagai pelengkap hidup bermasyarakat. Dalam masyarakat, interaksi yang terjadi dapat membentuk suatu kebudayaan dalam masyarakat, kebudayaan adalah salah satu hal yang mendorong keberhasilan proses interaksi antar manusia karena dengan kebudayaan kita dapat saling berkomunikasi baik formal maupun informal. Salah satu tempat yang umum digunakan sebagai ajang untuk berinteraksi adalah pasar, khususnya di pasar tradisional. Di dalam pasar tradisional juga mempunyai ciri khas yang secara tidak disadari menjadi suatu budaya di Indonesia yaitu tawar menawar. Di Indonesia sendiri tersebar banyak pasar tradisional baik yang masih dipertahankan 1
Ahmadi, H Abu Drs. KAMUS LENGKAP SOSIOLOGI. 1991. KAMUS LENGKAP SOSIOLOGI, Solo; CV Aneka
keasliannya juga yang sudah dimodifikasi menjadi tertata seperti pasar modern. Di dalam pasar tradisional sendiri biasanya terdapat berbagai macam pedagang untuk kehidupan sehari-hari. Mulai dari pedagang sayur hingga pedagang yang menjual keperluan sandang seperti baju atau kosmetik, ada pula pedagang yang menjual keperluan papan seperti penjual alat bahan bangunan dan lain-lain. Selain barang-barang tersebut di pasar tradisional mayoritas pedagangnya adalah pedagang bahan-bahan dasar yang biasa kita konsumsi sehari-hari yang biasa kita sebut Sembako (sembilan bahan pokok). Sementara itu, menjanjikan kualitas yang lebih baik dari pasar tradisional, ritelritel modern bermunculan seiring perkembangan zaman. Tidak mau tertinggal jauh, berbagai pasar tradisional sudah banyak yang berbenah diri agar para konsumen tidak beralih ke ritel modern. Selain para pengelola pasar yang berbenah, para pedagang sembako juga ikut berbenah agar para pembeli tidak beralih ke pasar modern. Salah satu daerah dengan jumlah pasar modern yang cukup banyak adalah Kota Serang, Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km’ dengan jumlah penduduk sekitar 523.384jiwa dan Batas wilayah. Sebelah Utara yaitu Teluk Bantery Sebelah Timur yaitu Kec. Pontang, Kec. Ciruas dan Kec. Kragilan Kab. Serang, Sebelah Selatan yaitu Kec. Cikeusal, Kec. Petir dan Kec. Baros Kab. Serang, serta Sebelah Barat yaitu Kec. Pabuaran, Kec. Waringin Kurung dan Kec. Kramatwatu Kab. Serang. Dari 6 (enam) kecamatan tersebut terdiri dari 20 Kelurahan dan46 Desa. Kota ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang disahkan pada 17 Juli2007
kemudian dimasukan dalam lembaran Negara Nomor 98 Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara Nomor 4748, tertanegal 10 Agustus 20072. Di Kota Serang sendiri yang terlihat, sedikitnya ada 4 ritel besar dengan jarak yang tidak terlalu jauh anatara satu sama lain. Sedangkan ritel-ritel yang masih terbilang kecil justru lebih ekstrim karena terkadang jarak antara satu ritel dengan ritel yang lain hanya berjarak kurang dari 1 Km. hal tersebut tentu membuat masyrakat didorong untuk memiliki budaya konsumsi yang lebih kuat. keberadaan pasar/ritel modern memang tidak harus berdampak negatif bagi masyarakat apabila dalam persebarannya diatur dengan tertib oleh pemerintah namun berbeda jika pemerintah sendiri dengan mudah member izin usaha bagi mereka yang memiliki modal besar karena hal tersebut secara tidak langsung telah menekan laju perekonomian masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah kebawah. Mengingat produk yang dijual di ritel modern ataupun pasar tradisional sedikit banyak adalah barang keperluan sehari-hari termasuk sembako membuat leberadaan ritel modern cukup menganggu laju pertumbuhan pasar tradisional termasuk para pedagang sembako tradisional. Pasar tradisional memiliki sistem yang sederhana, dengan modal yang tak sebesar membuat ritel modern, masyarakat menengah dapat memulai usahanya dengan mudah. Beberapa produk yang menjadi mayoritas di pasar adalah sembako. Merupakan barang-barang yang tentu dibutuhkan sehari-hari membuat banyak masyarakat yang lebih memilih untuk berjualan sembako ketimbang barang yang lain. Sifatnya yang tidak mudah rusak seperti sayur atau buah membuat semakin banyak masyarakat yang tertarik 2 http://www.bantenprov.go.id/read/page-detail/peta-wilayah/8.html
februari 2013 jam 10.15
diakses
tanggal
10
untuk berjualan sembako. Dilihat dari lokasinya, di pasar tradisional sendiri harga yang ditawarkan para pedagang tentu lebih murah daripada yang ada di pasar modern membuat masyarakat lebih memilih untuk berbelanja di pasar tradisional. Namun seiring perkembangan zaman juga menjamurnya berbagai ritel modern yang sudah barang tentu menjual sembako sebagai salah satu komoditas dagangnya membuat para pedagang sembako di pasar tradisional mulai kekurangan konsumen. Semakin hari masyarakat semakin tertarik untuk berbelanja sembako di pasar modern dengan alasan kenyamanan juga potongan-potongan harga yang diberikan. Pasar tradisional mulai kehilangan pamor, seperti halnya di Kota Serang provinsi Banten yang pertumbuhan ritel-ritel modernnya sangat pesat. Ditambah lagi dengan kondisi pasar tradisional terbesar di serang yaitu pasar Rau yang notabene adalah tujuan utama para masyarakat untuk membeli berbagai macam kebutuhan sehari-hari kini kondisinya memprihatinkan. Di Pasar Rau sendiri memang telah mengalami modofikasi pada bangunan agar terlihat lebih rapi, namun itu hanya pada bagian penjualan kebutuhan sekunder seperti baju, alat kosmetik dan lain sebagainya, lain halnya dengan bagian bahan kebutuhan sehari-hari seperti sembako yang kondisinya memprihatinkan walaupun telah mendapatkan modifikasi pada bangunan tetap tidak membuat nyaman untuk para konsumen. Adapun kebijakan tentang keberadaan pasar tradisional/mdern sendiri tertuang dalam peraturan menteri perdagangan nomor 53/M-DAG/PER.12/2008 Bab 2 tentang pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern berisi tentang peraturan bahwa dalam mendirikan pasar/toko modern juga harus mengacu pada tata ruang
wilayah yang sudah ada. serta pendirian toko modern haru memperhatikan keberadaan pasar-pasar tradisional yang telah ada jauh sebelum ritel modern berdiri. Dalam kenyataannya, keberadaan ritel-ritel modern di Kota Serang sendiri hampir tidak bisa dikendalikan. Revitalisasi pada pasar Rau yang seharusnya membuat para pedagang juga pengunjung merasa nyaman berbelanja disana namun faktanya revitalisasi yang diberikan hanya pada bagian kebutuhan sekunder saja. Sedangan pada kebutuhan pokok (sembako) tidak terlalu diperhatikan sehingga para pedagang serta pengunjung masih merasa tidak nyaman untuk berbelanja disana terutama mereka yang memiliki status ekonomi menengah keatas sedangkan untuk mereka yang memiliki budget yang pas-pasan dengan terpaksa harus nyaman dengan kondisi yang ada sekarang walaupun sekarangpun hampir semua lapisan masyarakat mulai memilih berbelanja di ritel modern karena kenyaman yang ditawarkan serta harga yang tidak jauh berbeda dengan pasr tradisional. Keberadaan ritel modern sendiri sebenarnya tidak bermasalah apabila penyebarannya teratur sehingga tidak mengganggu pasar tradisional namun menjadi masalah ketika keberadaan ritel modern sudah nyaris tidak terlendali sehingga membuat para pelaku ekonomi di pasar tradisional harus memutar otak agar mereka tetap bisa bersaing dengan keberadaan ritel modern yang berkembang pesat. Pasar tradisional yang dulu merupakan tujuan utama masyarakat untuk melakukan jual beli terutama untuk kebutuhan sembako seiring perkembangan zaman kini mulai kehilangan pesonanya. Masyarakat kini justru lebih tertarik untuk berbelanja sembako di ritel-ritel modern karena kenyamanan yang ditawarkannya.
Dari uraian diatas, sangat menarik menelisik bagaimana strategi para pedagang sembako di pasar tradisional untuk mempertahankan eksistensinya ditengah gempuran pasar-pasar modern yang berada di Kota Serang dewasa ini. B. RUMUSAN MASALAH Dengan paparan diatas, untuk mendukung penelitian yang ada didapat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana pedagang sembako tradisional bersaing dengan ritel-ritel modern yang berkembang pesat?” C. TUJUAN PENELITIAN Untuk mendukung penelitian agar terarah dan jelas dibutuhkan tujuan penelitian yang diantaranya adalah: a. Untuk melihat para pedagang sembako yang tetap bertahan dalam persaingan dengan pertumbuhan pasar modern yang mulai tak terkendali. b. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan pasar modern terhadap eksistensi pedagang sembako tradisional. c. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam usaha mempertahankan eksistensi pasar tradisional khusunya pedagang smebako.
D. MANFAAT PENELITIAN Selain tujuan penelitian diatas, juga terdapat manfaat dari penelitian ini. Antara lain: a. Memberikan analisis serta gambaran tentang keadaan bagaimana para pedagang sembako tradisional masih mampu bertahan di era globalisasi ini. b. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengungkap tentang eksistensi pedagang di pasar tradisional khususnya pada pedagang sembako. c. Memberikan masukkan kepada pihak terkait agar dapat lebih memperhatikan nasib para pedagang di pasar tradisional agar keberadaannya tidak dipandang sebelah mata.
E. TINJAUAN PUSTAKA Sebagai Negara dengan jumlah penduduk yang mayoritas pada kelas menengah membuat perekonomian Indonesia menghandalkan sektor ekonomi informal sebagai penggerak roda perekonomiannnya. Berbagai pelaku sektor ekonomi informal sangat mudah ditemukan disekitar kita. Salah satu tempat dengan jumlah pelaku ekonomi informal adalah pasar tradisional. Di pasar tradisional sendiri kita dapat menemui berbagai macam pedagang baik itu pedagang kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Salah satu yang banyak kita temui di pasar tradisional adalah pedagang sembako. Sembako sendiri memang menjadi barang kebutuhan primer bagi masyarakat disegala kelas sehingga tak ayal sembako menjadi komoditi paling dominan di pasar baik itu tradisional maupun pasar modern.
Secara garis besar, penelitian yang saya lakukan ini membahas tentang bagaimana pengaruh dari keberadaan ritel-ritel modern juga bagaimana para pedagang sembako tradisional di Kota Serang dapat tetap bertahan ditengah persaingan dengan berbagai macam ritel modern yang semakin marak di Kota Serang. Selain penelitian yang saya lakukan, sudah terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan namun berbeda fokus. ada beberapa penelitian yang mengangkat bahasan tentang eksistensi pedagang pada pasar tradisional dan dampak dari keberadaan pasarpasar modern. Penelitian pertama tentang Pedagang Dan Revitalisasi Pasar Tradisional di Surabaya (Martinus Legowo, FX Sri Sadewo & M. Jacky, 2007) dan yang kedua jurnal tentang Strategi Rasional Pedagang Pasar Tradisional (Wahyu Dwi Sutami, 2005). Penelitian pertama yaitu tentang Revitalisasi Pasar Tradisional di Surabaya karya dari Martinus Legowo, FX Sri Sadewo dan M. Jacky berisi tentang bagaimana revitalisasi yang dilakukan di pasar tradisional di daerah Wonokromo membuat para pedagang justru mendapat masalah besar dalam kehidupan berniaganya. Masalah besar itu diantaranya: akses politik yang lemah, mudahnya mendapat stress dan masalah dalam hal modal. Bisa kita lihat bahwa para pedagang di pasar tradisional tentu memiliki modal yang tidak sebanyak seperti para pelaku ekonomi yang bergerak dalam pasar-pasar modern. Hal itu diperburuk dengan lemahnya akses politik bagi para pedagang tradisional membuat keberadaannya masih kurang diperhatikan oleh pemerintah yang cenderung lebih memihak keberadaan pasar modern karena memiliki biaya besar untuk membayar pajak. Desakan ekonomi seperti kecilnya modal juga lemahnya akses politik yang dimiliki para pedagang tradisional membuat para pedagang
tersebut rentan akan stress yang disebabkan pula dengan sewa di pasar tersebut yang dirasa mahal bagi para pedagang dengan modal rendah seperti mereka yang tentu saja pada akhirnya membuat kinerja kerja mereka menurun yang tentu berakibat pada kesejahteraan yang menurun pula. Perlu dketahui bahwa dalam penelitian ini juga terdapat perbandingan antara dua pasar tradisional yakni pasar Wonkromo dan pasar Tambah Rejo. Di satu sisi para pedagang di pasar Tambah Rejo lebih pasif disbanding para pedagang di pasar Wonokromo. Para pedagang di pasar Wonokromo tetap melakukan perlawanan untuk mempertahankan eksistensinya yaitu dengan bantuan dari organisasi pedagang. Meski dengan keterbatasan yang ada, para pedagang di pasar tradisional masih memiliki kekuatan untuk melawan kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro terhadap pedagang di pasar tradisional. Dari penelitian ini dilihat bahwa ditengah keterbatasan yang ada, para pedagang di pasar tradisional masih memiliki kekuatan untuk bertahan ditengah desakan yang ada. Penelitian kedua tentang Strategi Rasional Pedagang Pasar Tradisional yang disusun oleh Wahyu Dwi Sutami. Penelitian ini mengambil lokasi di Pasar Kapasan Baru, mengambil fokus tentang strategi rasional para pedagang, peneliti mengambil fokus pada pedagang sayuran, buah dan sembako. Dalam penelitian ini terlihat bagaimana tindakan rasional para pedagang di pasar Kapasan Baru agar mereka tetap dapat berdagang di kawasan tersebut. Mendapat keuntungan kecil namun tetap dipercaya pembeli menjadi pilihan mereka untuk tetap berjualan. Namun begitu banyak hambatan yang dialami oleh para pedagang di pasar tradisional, diantaranya adalah kondisi lingkungan yang kurang nyaman sehingga membuat pembeli enggan untuk
berkunjung, kepercayaan serta pelayanan juga menjadi penghambat para pedagang untuk berjualan. Diatmbah lagi dengan kondisi cuaca yang ikut andil dalam berjalannya roda perekonomian, selain itu, keadaan bangunan juga berpengaruh terhadap penarik masyarakat untuk berkunjung. Dari kedua penelitian diatas terlihat bagaimana para pedagang di pasar tradisional mempertahankan eksistensinya walaupun dengan berbagai kendala yang ada. Pemerintah sendiri belum terbukti membantu mempertahankan eksistensi para pedagang di pasar tradisional. Terbukti dengan belum disentuhnya pasar tradisional agar lebih terlihat layak sehingga dapat menarik pengunjung. Walau dalam penelitian pertama dilihat peran pemerintah untuk revitalisasi pasar tradisional namun itu dirasa belum memihak para pedagang di pasar tradisional karena tarif kios yang besar sehingga membuat pedagang kesulitan menyewa. Para pedagang tradisional yang hanya memiliki modal kecil tentu akan kesulitan ikut serta dalam revitalisasi itu, ditambah dengan tidak adanya aset sebagai penjamin pinjaman ke bank membuat para pedagang semakin sulit untuk menyewa kios. Pada penelitian kedua, berisi tentang tindakan rasional para pedagang tradisional untuk tetap bertahan berdagang yaitu dengan berbagai cara yang mereka lakukan. Daru dua penelitian tersebut diatas dilihat sama-sama membahas tentang bagaimana para pedagang di pasar tradisional tersebut. Dari kedua penelitian diatas, dapat dilihat persamaaan dan perbedan antara kedua penelitian tersebut dengan penelitian ynag saya lakukan. Persamaan anatara kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang saya lakukan adalah sama-sama membahas bagaimana pedagang di pasar tradisional mempertahankan eksistensinya. Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang saya lakukan
adalah terletak pada fokus kajiannya. Apabila pada penelitian terdahulu berfokus hanya pada para pedagang di pasar tradisional secara umum sedangkan penelitian yang saya lakukan memiliki fokus lebih spesifik yaitu kepada para pedagang sembako di pasar tradisional tentang bagaimana mereka mempertahankan eksistensinya beserta faktor apa yang mendorong mereka untuk tetap berdagang di pasar tradisional. Selain itu dalam penelitian yang saya lakukan adalah melihat bagaimana globalisasi berkontribusi terhadap eksistensi para pedagang sembako tradisional. F. KERANGKA KONSEPTUAL Perkembangan
teknologi
dan
ekonomi
seharusnya
diimbangi
dengan
pengetahuan masyarakat yang semakin luas untuk menghadapi persaingan yang ada. Terutama dalam bidang ekonomi yang sekarang sudah jauh lebih modern membuat masyarakat harus pandai besaing agar tidak terlindas oleh modernitas yang ada. salah satu yang harus bersaing dengan modernisasi yang ada adalah para pedagang sembako tradisional. Sebagai pedagang yang menjual bahan makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat tentu harus memutar otak agar keberadaan mereka tidak tenggelam diantara menjamurnya ritel-ritel modern. Keberadaan pusat perbelanjaan modern tentu membuat keberadaan pasar tradisional semakin tersingkirkan. Meski masih banyak masyarakat yang masih berminat untuk berbelanja di pasar tradisional namun hal tersebut tidak membantu banyak. persaingan harga dan jam operasional pasar tradisional yang terbatas menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat tidak sepenuhnya mengandalkan pasar tradisional
sebagai tempat untuk membeli barang-barang kebutuhan hidup terutama sembako yang menjadi bahan kebutuhan pokok. Pilihan para pedagang sembako tradisional untuk tetap bertahan ditengah persaingan dengan pasar modern Dalam sebuah persaingan usaha tentu dibutuhkan strategi agar dapat bersaing dengan sehat. Begitu pula pada pedagang sembako tradisional di Pasar Rau, Serang. Persaingannya dengan para pengelola ritel modern tentu bukan merupakan hal yang mudah. Banyak kelemahan dari pasar tradisional yang tidak dimiliki oleh pasar modern. Hal tersebut tentu menjadi hambatan parapedagang sembako traduisional untuk bertahan apabila tidak memiliki strategi yang kuat. dalam persaingan dengan para pengelola ritel modern, sebenarnya para pedagang sembako tradisional memiliki pilihan untuk tidak ikut dalam persaingan karena berbagai hambatan yang ada. namun kenyataannya pedagang sembako tetap bertahan ditengah persaingan ketat dengan para pengelola ritel modern. Dengan pilihan para pedagang sembako di Pasar Rau yang memilih bertahan ditengah persaingan dengan menjamurnya ritel-ritel modern di Kota Serang terlihat bagaimana rasionalitas mereka berjalan. Dalam rasionalitas pedagang sembako ini terdapat teori yang cocok untuk menjelaskan fenomena ini yaitu Teori Pilihan Rasional. “Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor didorong sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan itu. Actor pun dipandang mempunyai (atau nilai, keperluan). Teori pilihan rasional tak
menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Meski teori pilihan rasional berawal dari tujuan atau maksud aktor, namun teori ini memperhatikan sekurang-kurangnya dua pemaksa utama tindakan. Pertama adalah keterbatasan sumber. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar, pencapaian tujuan mungkin relatif mudah. Tetapi, bagi aktor yang mempunyai sumber daya sedikit, pencapaian tujuan mungkin sukar atau mustahil sama sekali.”3 Teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor dimana aktor dipandang sebagai menusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakan tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan tersebut, aktor pun dipandang mempunyai pilihan atau nilai serta keperluan. Teori pilihan rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Selain Weber, dalam teori pilihan rasional juga ada tokoh lain yaitu James S. Coleman. Coleman menyatakan memang tidak dapat dipungkiri nilai merupakan salah satu unsur penting bagi suatu tindakan yang diambil oleh seseorang. Dimana nilai mengatur seseorang untuk bertindak meski tanpa mengetahui apa maksud dibalik tindakan tersebut. Nilai menjadi pengontrol masyarakat dalam melakukan segala perilaku mereka. Seseorang melakukan tindakan secara purposive menuju pada tujuan, nilailah yang membentuk tujuan tersebut. 3
Ritzer, George & Douglas J Goodman, TEORI SOSIOLOGI MODERN, Jakarta; Kencana, 2008.
Globalisasi membentuk sebuah nilai baru, dimana nilai ini berawal dan berkiblat dari gagasan atau ideologi barat. Pasar bebas merupakan salah satu bentuk nilai baru tersebut. Pasar bebas memiliki sebuah makna besar bagi kehidupan masyarakat di seluruh
dunia.
Masyarakat
dituntut
untuk
bersaing
mengeluarkan
seluruh
kemampuannya dalam bertindak yang ini semua menentukan bertahan tidaknya masyarakat dalam seleksi alam. “Teori pilihan rasional Coleman tampak jelas terlihat melalui gagasan dasarnya bahwa tindakan perseorangan mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu ditentukan oleh nilai. Nilai menjadi pedoman bagi seseorang dalam melakukan tindakannya. Coleman juga menyatakan bahwa untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlukan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi dimana memilih tindakan yang dapat memaksimalkan kegunaan atau yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.”4 Sama halnya dengan yang terjadi pada masa sekarang, ketika masyarakat melakukan sebuah tindakan, mereka memiliki tujuan agar apa yang ia lakukan itu menghasilkan keuntungan (tujuan) yang maksimal namun dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Ini sama dengan rumusan teori ekonomi, dengan beban yang minimal dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Ini terjadi ketika masyarakat global mulai berpikir untuk bersaing secara terbuka, namun mereka berusaha melakukan segala sesuatunya tetap mengedepankan konsep beban dan keuntungan. Begitu pula dengan pedagang sembako tradisional di Pasar Rau, mereka tetap bertahan dengan nilai yang ada untuk tetap bertahan dengan menjamurnya ritel-ritel modern yang ada di Kota 4
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi; dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Teori Sosial Postmodern, Yogyakarta; Kreasi Wacana, 2009.
Serang tentu memiliki tujuan tertentu juga memiliki nilai-nilai yang ada untuk mendukung mereka tetap bertahan meski keadaannya sangat berat dengan berbagai kekurangan yang ada.
Pembentukan jaringan oleh pedagang sembako tradisional di Pasar Rau Untuk mengimbangi persaingan yang ada, pedagang sembako tradisional memerlukan berbagai strategi diluar nilai-nilai yang mereka miliki untuk tetap bertahan. Salah satunya adalah pembentukan jaringan. Pembentukan jaringan dibutuhkan agar para pedagang sembako dapat bekerjasama dengan pedagang lainnya yang memiliki nasib yang sama yaitu terlibat dalam persaingan dengan para pengelola ritel modern yang sudah menjamur di Kota Serang. Untuk menjelaskan tentang bagaimana jaringan yang ada dapat mendukung eksistensi pedagang sembako tradisional di kota serang khususnya di Pasar Rau. Manusia adalah makhluk sosial. Tidak akan lepas dari hubungan bermasyarakat. Membentuk lembaga-lembaga sosial baik formal maupun informal. Membentuk lembaga sosial tentu dengan tujuan yang sama. Lembaga sosial bisa jadi hanya terdiri dari beberapa orang yang disebut keluarga atau dalam jumlah besar seperti paguyuban yang memiliki tujuan tertentu yang lebih luas. “Satu cirri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, actor mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan. Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih miskroskopik. Granoveter membedakan antara ikatan yang kuat, misalnya hubungan antara seseorang dan teman karibnya, dan ikatan
yang pemah misalnya hubungan antara seseorang dan kenalannya. Sosiolog cenderung memusatkan perhatian pada orang yang mempunyai ikatan yang kuat atau kelompok sosial. Mereka cenderung menganggap ikatan yang kuat itu penting, sedangkan ikatan yang lemah itu tidak penting untuk dijadikan sasaran sosiologi. Granoveter menjelaskan bahwa ikatan yang lemah dapat dapat menjadi sangat penting. Contoh, ikatan lemah antara dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan yang lemah seperti itu, kedua kelompok mungkin terisolasi secara total.”5 Dari penjelasan singkat diatas, melihat bahwa teori pilihan rasional mengandung makna bahwa aktor melakukan suatu tindakan karena ada tujuan tertentu. Dari uraian kedua teori tersebut pedagang sembako tradisional sebagai individu yang dianggap lemah dan tidak memiliki pilihan dalam persaingan dengan keberadaan ritel modern yang semakin berkembang pesat tentu masih memiliki logika berfikir untuk mempertahankan keberadaannya salah satu yang bisa dilakukan oleh para pedagang sembako yaitu misalnya dengan membentuk paguyuban-paguyuban agar mereka lebih mudah berkoordinasi dalam proses distribusi sembako. Dalam kasus ini teori jaringan adalah hasil dari teori pilihan rasional yaitu pemikiran para pedagang sembako tradisional untuk bersaing dengan keberadaan pasar-pasar modern yang semakin berkembang tak terkendali. Dalam hal ini pedagang sembako sebagai aktor memegang kendali bagaimana mereka bersikap. Para pedagang sembako di pasar tradisional memiliki pilihan untuk apakah terus berusaha bertahan dan bersaing atau mundur dalam persaingan dengan para 5
Ritzer, George & Douglas. J Goodman, Teori sosiologi; dari teori sosiologi klasik sampai perkembangan teori sosial postmodern, Yogyakarta; reasi Wacana, 2009.
pemilik modal besar seperti pengusaha-pengusaha ritel modern. Dalam hal ini, kaitannya dengan eksistensi pedagang sembako tradisional ditengah menjamurnya ritelritel modern, pedagang sembako tradisional tentu memiliki rasionalitas dan tujuan dibalik tindakannya yang tetap berusaha bertahan ditengah persaingan yang ketat pedagang sembako lain juga dengan pengelola ritel-ritel modern. Para pedagang sembako tradisional sebagai aktor yang bisa dikatakan lemah juga dapat menjadi penggerak dalam sistem perekonomian yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
G. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitin ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata atau lisan maupun tertulis dari objek yang diamati. Penelitian kualitatif yang saya lakukan adalah studi kasus. Studi kasus sendiri menurut Robert K Yin terbagi kedalam 3 tipe yaitu explalanatory, exploratory dan descriptive6. Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus deskriptif, yaitu dengan memberikan gambaran secara jelas dan memberikan penguraian mengenai eksistensi peagang sembako di Pasar Rau ditengah persaingan dengan menjamurnya ritel-ritel modern di Kota Serang-Banten. Studi kasus deskriptif sendiri dipilih agar peneliti lebih dapat memahami serta dapat menguraikan permasalahan yang menjadi objek penelitiannya. Di kota serang, yang mayoritas penduduknya bekerja diluar rumah membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk berbelanja keperluan sehari-hari. Hal 6
Yin, Robert K. 2009.Studi kasus: desain dan metode. Jakarta: rajawali press
tersebut membuat banyak ritel-ritel modern yang memberikan berbagai kemudahan bagi para konsumen dalam berbelanja keperluan sehari-hari termasuk sembako. Pada dasarnya, di Kota Serang sendiri banyak terdapat pasar-pasar tradisional yang tentu menjual sembako. Namun dikarenakan jam operasional pasar tradisional yang terbatas menyebabkan para konsumen banyak yang lebih memilih untuk berbelanja di supermarket untuk memenuhi kebutuhan sembako mereka. Selain terdapat banyak pasar tradisional kecil di Kota Serang juga ada 2 pasar tradisional besar yaitu Pasar Rau dan Pasar Lama yang menjual berbagai keperluan sehari-hari termasuk sembako. Kedua pasar tradisional tersebut telah lama berdiri dibanding dengan ritel-ritel modern yang ada di Kota Serang. Pasar Rau sendiri telah mendapat perbaikan di beberapa bagian dengan tujuan agar para pengunjung lebih nyaman untuk berbelanja serta untuk kenyamanan pedagang itu sendiri. Namun dalam kenyataannya, bagian pasar Rau yang mendapat perbaikan hanya pada bagian kebutuhan sekunder. Berbeda dengan pasar Rau yang telah mengalami perbaikan di beberapa bagian, Pasar Lama justru dibiarkan pada kondisi yang konvensional. 1.
Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis studi kasus dengan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif ialah penelitian yang menuturkan danmenafsirkan data yang diperoleh. Metode penelitian ini memfokuskan pada pemecahan masalah-masalah actual. “Data yang dikumpulkan terlebih dahulu disusun, dijelaskan,dan kemudian dianalisa. Sebuah deskripsi merupakan representasi obyektif terhadap fenomena yang
ditangkap.”7“Bentuk dari penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Penelitian ini merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterprestasi obyek sesuai dengan apa adanya .”8 Dalam penelitian ini, pendekatan deskriptif digunakan untuk menganalisisbagaimana para pedagang sembako tradisional mampu mempertahankan eksistensinya ditengah menjamurnya ritel-ritel modern di Kota Serang. 2. Unit analisis Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah aktor-aktor terlibat peran dalam kegiatan sehari-hari di Pasar Rau yang secara langsung terlibat dalam eksistensi para pedagang sembako tradisional. Diantaranya adalah para pedagang sembako tradisional, pengelola pasar serta para pengunjung itu sendiri sebagai actor yang perannya cukup besar dalam eksistensi para pedagang sembako tradisional. Tidak ketinggalan yaitu pemerintah setempat yang bertanggung jawab atas persebaran ritek modern sebagai pesaing kuat atas pedagang sembako tradisional. Untuk jumlah narasumber sendiri saya mengambil responden 7 orang pedagang sembako yang telah berdagang di pasar Rau sejak sebelum terjadi revitalisasi. 3. Lokasi penelitian Dalam penelitian ini, saya mengambil lokasi di Kota Serang, Banten. Kota Serang sendiri adalah ibukota Provinsi Banten yang tentu menjadi pusat dari kegiatan pemerintahan. Tak ayal banyak pendatang yang menetap di Kota Serang. Hal tersebut 7 8
Surakhmad, Winarno. 1989. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. . Aries, Erna. 2010. Design Action Research. Malang: Aditya Media Publishing.
tentu menjadi lahan bisnis yang menjanjikan bagi para pengusaha pusat perbelanjaan modern. Pertumbuhan pusat perbelanjaan modern di Kota Serang pun cukup pesat mulai dari yang berskala minimarket sampai hypermarket. Sebagai sampel pasar tradisional yang saya teliti adalah Pasar Rau yang menjadi salah satu pusat perbelanjaan tradisional yang banyak dikunjungi masyarakat yang juga telah mengalami modifikasi di beberapa bagian. Terdapat 2 pasar tradisional yang cukup besar di Kota Serang yaitu Pasar Lama dan Pasar Rau. Pasar Rau sendiri dipilih karena pasar trersebut telah mengalami revitalisasi di beberapa bagian. 4. Metode pengumpulan data -
Observasi
Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap suatu obyek penelitian dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan bersifat sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Teknik observasi ini dilakukan agar memperoleh gambaran lapangan dan untuk memperoleh data yang mempunyai tingkat validitas tinggi. Observasi menjadi alat untuk mengecek validitas dari data yang telah diperoleh sebelumnya dari individu-individu melalui wawancara mendalam.Dalam penelitian ini observasi saya perlukan untuk mengetahui kondisi lapangan serta mengetahui hal-hal yang dimungkinkan tidak bisa diperoleh dengan metode wawancara. Observasi yang lakukan adalah observasi pastisipan dengan terjun langsung ke lapangan agar dapt lebih dekat melihat fenomena yang terjadi sehingga data yang diperoleh memiliki validitas yang kuat. Dalam observasi ini terlihat bagaimana kondisi Pasar Rau sendiri sebagai lokasi penelitian, juga mengamati bagaimana para pedagang
sembako tradisional mengelola usahanya serta melihat bagaimana interaksi antara pedagang dan pembeli serta melihat bagaimana strategi para pedagang sembako tradisional untuk menarik pengunjung agar mau berbelanja di kios/tempat dagang mereka. Untuk mendukung observasi yang dilakukan, saya juga menggunakan alat bantu visual untuk memperkuat informasi yang saya dapat juga untuk menghindai kekeliruan yang mungkin terjadi pada saat wawancara. Observasi yang saya lakukan untuk mendukung penelitian ini saya langsungkan selama 2 minggu. Waktu 2 minggu dirasa cukup untuk menjadi gambaran dari realita yang terjadi di Pasar Rau dengan menjamur nya ritel modern di Kota Serang
-
Wawancara mendalam
Teknik ini merupakan teknik yang dipakai seorang peneliti dalam proses memperoleh informasi secara utuh dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Teknik wawancara mendalam digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data yang lengkap mengenai sikap, perilaku, pengalaman, dn latar belakang informan melalui pertanyaan yang diajukan kepada informan.”9 Teknik wawancara indepth interview (wawancara mendalam) diterapkan dalam penelitian ini untuk mendapat informasi yang lebih luas dan mendalam mengenai data yang mungkin tidak terjangkau oleh interview guide. Wawancara mendalam yang saya lakukan bersamaan dengan observasi partisipan yang saya lakukan yaitu dengan terlibat menjadi pengunjung sehingga para pedagang 9
Vredenbregt,J. 1978. Metode dan teknik penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.
sembako tradisional diharapkan dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan interview guide serta lebih fokus dalam bahasan yang diteliti. Adapun hambatan yang saya hadapi dalam proses penelitian pengumpulan data yaitu keterbatasan waktu karena jam operasional pasar tradisional sendiri hanya sampai pukul 17.00 WIB serta kesibukan para pedagang sembako tradisional yang memungkin kan mereka tidak mau diajak berkomunikasi agak lama. -
Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder adalah proses pengumpulan data selain dari observasi dan wawancara. Yaitu dengan mencari data dari sumber seperti buku, jurnal ilmiah atau artikel yang sumbernya dapat dipercaya. Pengumpulan data sekunder tidak dapat dilepaskan dari penelitian karena pengumpulan data sekunder berguna sebagai pelengkap apabila kita tidak mendapat informasi melalui wawancara dan observasi, seperti data mengenai jumlah pedagang sembako atau jumlah ritel modern yang ada di Kota Serang yang memerlukan data sekunder untuk mengetahuinya. Data sekunder untuk penelitian ini adalah berupa data deskripsi pasar Rau yang diperoleh dari pengelola serta data jumlah pusat perbelanjaan besar di Kota Serang serta jumlah minimarket di Kecamatan Serang dikarenakan sulitnya untuk memperoleh data dari DISPERINDAGKOP Kota Serang. 5. Analisis data
Setelah memperoleh data yang mencukupi, selanjutnya dilakukan analisis data. Proses analisis data dalam penelitian ini adalah memakai model Miles and Huberman. “Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.”10 Model Miles and Huberman ini terdiri dari tiga tahap yaitu: reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan catatan lapangan yang berupa kata-kata yang belum dapat difahami dengan jelas. Setelah mereduksi data selanjutnya dilakukan penyajian data. Penyajian data dilakukan dengan membuat uraian singkat dari hasil reduksi data serta tabel tentang deskripsi pasar juga jumlah ritel modern di Kota Serang. Penyajian data bisa berupa diagram, tabel atau sejenisnya. Setelah kedua tahap diatas, tahap selanjutnya adalah kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan hasil dari temuan yang baru dan bisa bersifat deskriptif atau gambaran suatu objek yang semula masih samarsamar. Dari ketiga tahapan diatas yang saling berkaitan. Dirasa cocok untuk menganalisis tentang bagaimana para pedagang sembako tradisional mampu mempertahankan eksistensinya ditengah persaingan dengan ritel modern yang telah menjamur di Kota Serang.
10
Sugiyono, prof. Dr. 2012. Metode peneliitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta