BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial (Stuart& Sundeen, 1998). Hasil Studi Bank Dunia WHO pada tahun 1995 di beberapa negara menunjukkan bahwa beban yang ditimbulkan gangguan jiwa sangat besar, di mana terjadi global burden of disease akibat masalah kesehatan jiwa mencapai 8,1%. Angka ini lebih tinggi dari TBC (7,2%), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4%), dan malaria (2,6%). Tingginya masalah tersebut menunjukkan bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang besar dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya yang ada di masyarakat. Kondisi masalah kesehatan jiwa lebih besar angkanya dibandingkan dengan masalah kesehatan lainnya, pendekatan kesehatan masyarakat terutama keluarga dalam penanganan kesehatan mental memiliki peranan yang penting, pemahaman keluarga menjadi hal utama dalam mendukung kesembuhan penderita gangguan jiwa (Siswono, 2001). Keluarga merupakan institusi pedidikan utama bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakian, sikap dan prilaku. Keluarga dipandang
Universitas Sumatra Utara
sebagai satu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota keluarganya (Frisch & Frisch, 2002). Menurut Yip (2005) dalam penelitian yang dilakukannya di Cina terhadap keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa, diperoleh bahwa 90% keikutsertaan keluarga dalam pengobatan psikiatris dan rehabilitasi klien mampu mengembalikan kondisi klien ke keadaan normal. Berdasarkan survei pada beberapa orang dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa diperoleh bahwa ada beberapa hal yang menyebabkan keluarga tidak aktif dalam memberikan perhatian dan pengobatan pada penderita gangguan jiwa (Biegel et al., 1995 dikutip dari Stuart & Laraia, 2001). Ada beberapa masalah yang teridentifikasi yang dialami oleh keluarga yaitu meningkatnya
stres
dan
kecemasan
keluarga,
sesama
keluarga
saling
menyalahkan, kesulitan pemahaman (kurangnya pengetahuan keluarga) dalam menerima sakit yang diderita oleh anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa dan pengaturan sejumlah waktu dan energi keluarga dalam menjaga serta merawat penderita gangguan jiwa dan keuangan yang akan dihabiskan pada penderita gangguan jiwa. Berdasarkan survey diatas mengatakan keluarga mengalami peningkatan stres dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Stres adalah respon atau keadaan tegang yang dihasilkan oleh stressor atau tuntutan-tuntutan nyata yang belum ditangani. Stres adalah ketegangan atau tekanan di dalam diri seseorang atau sistem sosial (individu,keluarga,dll.) dan
Universitas Sumatra Utara
stress merupakan suatu reaksi terhadap situasi yang menghasilkan tekanan. Karena stres atau ketegangan dalam sebuah keluarga begitu sulit di ukur, maka para peneliti dan praktisi dan lain lain sering mengkaji stressor stressor besar atau stressor stressor yang tumpang tindih dalam sebuah keluarga yang memperoleh perkiraan stres untuk memperoleh perkiraan banyak stres yang sedang di alami oleh keluarga tersebut (Friedman M, 1998). Setiap orang mengalami sesuatu yang disebut stres sepanjang kehidupannya. Stres dapat memberi stimulus terhadap perubahan dan pertumbuhan, dan perlakuan. Namun demikian, terlalu banyak stres dapat mengakibatkan penyesuaian yang buruk, penyakit fisik, dan ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan adanya suatu hubungan antara peristiwa kehidupan yang menegangkan atau penuh stres dengan berbagai kelainan fisik dan psikiatrik (Yatkin & Labban, 1992). Stres adalah fenomena yang mempengaruhi semua dimensi dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam keluarga. Hasil wawancara peneliti pada studi pendahuluan tanggal 23 Mei 2013, dari 4 orang keluarga yang membawa pasien untuk berobat ke poliklinik Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan, semuanya mengalami stres dalam menghadapi keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Ketika peneliti bertanya tentang alasannya, 3 diantaranya mengakatakan khawatir dengan keadaan keluarga yang mengalami gangguan jiwa karena malu, membahayakan orang lain, selalu membuat kericuhan dan 1 keluarga lagi mengalami stress karena sudah capek,
Universitas Sumatra Utara
karena selalu bolak-balik ke RSJ untuk berobat jalan dan akan kambuh apabila putus obat. Berdasarkan hasil survey diatas menunjukkan bahwa keluarga mengalami stress dalam menghadapi keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Padahal keluarga sangat berperan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti gambaran stres pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah sakit Jiwa Provsu Medan tahun 2013. 2.
Tujuan Peneliti Peneliti ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat stres pada keluarga
dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan. 3.
Pertanyaan peneliti Bagaimana stres pada keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa. 4.
Manfaat Peneliti 1. Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan untuk perawat, sehingga dapat memahami stres yang dialami keluarga dengan keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 2. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan di bagian keperawatan jiwa
Universitas Sumatra Utara
dan keperawatan komunitas dalam hal pemberian asuhan keperawatan pada klien dan keluarga gangguan jiwa. 3. Penelitian keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, sehingga peneliti mendapatkan gambaran stres pada keluarga dengan keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Universitas Sumatra Utara