BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Ibadah
haji
termasuk
dalam
Rukun
Islam
kelima
yang
dilaksanakan bagi umat muslim yang mampu dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi. Kegiatan yang dilakukan diantaranya melaksanakan Tawaf di Masjidil Haram, bermalam di Mina, wukuf di Arafah, jumrah Aqabah yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali kemudian Tawaf Haji, melaksanakan jumrah sambungan di tugu pertama, kedua dan ketiga lalu melaksanakan Thawaf Wada` (thawaf perpisahan).1 Pelaksanaan ibadah haji jatuh pada bulan Zulhijah dan dilakukan sekali seumur hidup sehingga perlu persiapan baik itu material, mental, maupun fisik. Setiap bulan Zulhijah beberapa tempat di Arab Saudi seperti di Mekkah, Arafah, Mina, Muzdalifah dan Madinah ramai didatangi umat muslim dari berbagai negara untuk digunakan beribadah. Dalam
menciptakan
suasana
yang
nyaman
bagi
jemaah,
Pemerintah Arab Saudi berupaya meningkatkan pelayanan haji di beberapa tempat yang menjadi tujuan beribadah. Terbukti dengan melakukan renovasi dan perluasan bangunan di beberapa tempat agar dapat menampung lebih banyak jemaah. Seperti pada Masjidil Haram 1
Iwan Ampel, “Dasar Ibadah Haji”, http://www.haji.kemenag.go.id/v2/blog/ahmadikhwanuddin/dasar-ibadah-haji, diunduh pada 17 April 2016; 16.51 WIB.
1
2
yang diperluas hingga 400 ribu meter persegi.2 Selain Masjidil Haram, pembangunan juga dilakukan di Mina, Muzdalifah dan Arafah. Tempattempat tersebut ditata ulang agar mampu menampung lebih banyak jemaah haji. Untuk memudahkan jemaah, juga dibangun kereta bawah tanah (subway) yang akan menghubungkan antara Masjidil Haram hingga Arafah.3 Sejumlah upaya yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi dalam meningkatkan pelayanan haji dirangkum dalam tabel berikut; Tabel 1.1 Peningkatan Pelayanan Haji oleh Pemerintah Arab Saudi
Perluasan Masjidil Haram
Perluasan Masjidil Haram untuk mengakomodasi tambahan jemaah agar dapat menampung 1,6 juta anggota jemaah Perluasan bagian lantai dasar untuk areal tawaf sehingga bisa menampung 330.000 anggota jemaah Dibangun lima terowongan pejalan kaki yang terhubung langsung ke Masjidil Haram
Tempat melempar jumrah di Mina
Pembangunan tempat melempar jumrah yang terdiri atas tujuh lantai. Di setiap lantai disediakan pendingin udara
Perbaikan sistem transportasi
Pembangunan jalur kereta api cepat MekkahMadinah untuk mengangkut jemaah haji dan umrah, diperkirakan selesai tahun 2016
(Dikutip dari sumber: Kompas edisi 28 September 2015)
2
Kompasiana, “Kuota Haji Bertambah, Jokowi Girang, Lukman Meriang”, http://www.kompasiana.com/www.ambocraft.co.id/kuota-haji-bertambah-jokowi-girang-lukmanmeriang_55f640345193735105807137, diunduh pada 4 November 2015; 20.15 WIB. 3
Bambang, “Mega Proyek Renovasi Masjidil Haram”, http://www.antaranews.com/berita/224177/mega-proyek-renovasi-masjidil-haram, diunduh pada Rabu 4 November 2015; 20.17 WIB.
3
Selama pembangunan di beberapa lokasi pemerintah Arab Saudi membuat kebijakan dengan mengurangi sejumlah 20 persen kuota jemaah dari semua negara. Kebijakan memotong kuota haji dari negara-negara pengirim jemaah diberlakukan Pemerintah Arab Saudi sejak 2013. Kebijakan tersebut dibuat menyusul pembangunan Masjidil Haram yang diperkirakan selesai kisaran tahun 2016.4 Hal ini dilakukan agar pembangunan cepat selesai dan tidak mengganggu proses renovasi dan perluasan sehingga nantinya dapat digunakan beribadah. Pembangunan renovasi dan perluasan bangunan yang dilakukan pemerintah Arab Saudi selain untuk meningkatkan pelayanan dalam beribadah
haji
juga
meminimalisir
peristiwa
pada
tahun-tahun
sebelumnya, dimana banyak peristiwa yang mengakibatkan jemaah haji meninggal karena terhimpit atau terinjak dan berdesak-desakan dengan jemaah lain. Cuaca yang panas dan banyaknya jemaah yang ingin segera melaksanakan dan menyelesaikan ketentuan saat beribadah haji menjadi faktor peristiwa tersebut terjadi. Peristiwa yang terjadi dari tahun sebelumnya dalam pelaksanakan ibadah haji tersebut dapat dilihat pada tabel berikut;
4 Diaz, “Pemotongan Kuota Haji Masih Berjalan”, http://haji.kemenag.go.id/v2/content/pemotongan-kuota-haji-masih-berjalan, diunduh pada 20 November 2015, 8.12 WIB.
4
Tabel 1.2 Peristiwa Ibadah Haji Tahun 1975-2015 No
1
2
3
4
5
Waktu Kejadian Desember 1975
31 Juli 1987
2 Juli 1990
Peristiwa Pipa gas meledak membakar 10 tenda dekat Mekah, 200 orang meninggal 402 jemaah meninggal, setelah jemaah Iran yang berunjuk rasa mendapat perlawanan fisik dari keamanan Arab Saudi 1426 jemaah kebanyakan dari Asia meninggal akibat terperangkap di dalam terowongan Mina
24 Mei 1994
270 jemaah meninggal akibat saling dorong dan injak di Mina
12 Januari 2006
345 jemaah meninggal di Jamarat selama pelaksanaan lontar jumrah
No
Waktu Kejadian
Peristiwa
1 Februari 2004
251 jemaah meninggal karena berdesakan saat lontar jumrah
9 April 1998
118 jemaah meninggal karena berdesakan saat pelaksanaan lontar jumrah
8
15 April 1997
343 jemaah meninggal dan 1500 lainnya terluka akibat tenda di Mina terbakar
9
11 September 2015
Mesin derek di Masjidil Haram roboh. 111 jemaah meninggal dan 331 lainnya luka-luka
10
24 September 2015
769 jemaah meninggal dan 863 luka-luka akibat terinjak di Mina
6
7
(Dikutip dari sumber: Kompas edisi 28 September 2015) Dari sekian banyak musibah yang terjadi, peristiwa selama September 2015 menjadi musibah teranyar yang pernah terjadi dan menjadi perbincangan di media massa. Jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekkah memakan korban hingga ratusan jiwa disebabkan adanya angin
5
kencang yang membuat crane jatuh dan mengenai jemaah dibawahnya. Menurut Solopos, edisi 13 September 2015, dalam pemberitaannya mengenai jatuhnya crane di Masjidil Haram, Mekkah menyebutkan bahwa ada 15 tiang crane yang berdiri mengitari sekitar Masjidil Haram. Selama musim ibadah haji proyek pembangunan diberhentikan sementara untuk kelancaran jemaah dalam menunaikan ibadah haji. Namun karena kelalaian pihak pengembang yang membiarkan crane tetap berdiri dan tidak ada antisipasi dengan angin kencang yang terjadi di sekitaran masjid menyebabkan crane jatuh dan menelan korban jiwa. Korban akibat jatuhnya crane ini adalah 107 orang calon haji yang meninggal dan 238 orang mengalami cedera. Diantara 107 orang yang meninggal terdapat 7 orang warga Indonesia dalam insiden tersebut dan telah dimakamkan di Mekkah dan 41 orang warga Indonesia mengalami cedera.5 Selain itu peristiwa yang terjadi di Mina juga menelan banyak korban jiwa. Kejadian ini bermula saat jemaah akan melempar jumrah. Banyaknya jemaah yang berebut agar dapat melempar jumrah dan juga aksi dorong-dorongan membuat jemaah lain terhimpit dan terinjak oleh jemaah lainnya. Peristiwa ini terjadi di Jalan Arab 204. Peristiwa yang terjadi di Mina menelan banyak korban, sekitar 717 haji meninggal dalam insiden tersebut. Sebelumnya telah terjadi kebakaran Hotel di Mekkah, yang disebabkan arus pendek listrik sehingga harus mengevakuasi jemaah
5
Evi Handayani, “Musibah Haji, Saudi Dikritik”, Solopos, No. 362, 13 September 2015, hal. 1; Nugroho Nurcahyo, “Tragedi Mekah Akibat Kelalaian ”, Solopos, 19 September 2015, hal. E.
6
calon haji. Walaupun tidak ada korban jiwa tapi beberapa jemaah calon haji ada yang terluka akibat kebakaran tersebut.6 Kabar selama peristiwa ibadah haji tidak terlepas dari media massa yang gencar memberitakan setiap perkembangan musibah yang tengah terjadi. Media massa menjadi saluran publik yang menyajikan berita-berita maupun peristiwa penting saat ini. Kejadian-kejadian yang terjadi selama ibadah haji menggemparkan dunia dengan banyaknya korban jiwa yang berjatuhan. Banyak media massa yang memberitakan seputar insiden selama ibadah haji. Salah satunya adalah media Kompas yang mengupas tuntas mengenai kejadian-kejadian selama musim haji 2015. Media menjadi wadah informasi bagi khalayak untuk mengetahui lebih mendalam mengenai peristiwa yang terjadi terutama selama ibadah haji. Media massa, terutama media surat kabar, melalui teks-teks beritanya menceritakan setiap kejadian melalui bahasanya. Bahasa menjadi alat untuk menggambarkan sebuah realitas yang menentukan makna dalam setiap teksnya. Media massa mengkonstruksi realitas melalui kata-kata dan mengembangkan makna dalam setiap teks berita yang dibuat. Media Kompas merupakan salah satu media yang menyajikan berita dengan menceritakan setiap kejadian melalui teks-teks berita yang dibuat. Salah satu contoh judul berita terkait dua peristiwa ibadah haji tersebut adalah “Perbaiki Manajemen Haji”, edisi 28 September 2015,
6
Rahmat Masooq, “Tragedi Mina, 717 Meninggal”, Solopos, No.6, 25 September 2015, hal. 1
7
“Jakarta, Kompas – Musibah di Mina, Arab Saudi, dengan 769 korban pekan lalu, hendaknya menjadi momen untuk memperbaiki manajemen penyelenggaraan haji. Selama mencegah peristiwa serupa terulang, pembenahan perlu untuk menjamin jemaah dapat beribadah dengan khusyuk dan aman.” (Kompas, 28 September 2015) Berdasarkan bahasa yang digunakan jurnalis Kompas ingin menunjukkan pada pembacanya bahwa perlu adanya perbaikan dalam manajemen atau pengelolaan ibadah haji. Seperti pembenahan dalam mengatur arus jemaah yang akan melempar jumrah, menegaskan jadwal kegiatan pada masing-masing kloter dan sebagainya. Pembenahan perlu ditingkatkan agar peristiwa serupa tidak terulang. Kompas sebagai media nasional menyajikan berita-berita nasional saat ini. Dalam mottonya, “Amanat Hati Nurani Rakyat” menggambarkan visi dan misi Kompas dalam menyuarakan hati nurani rakyat. Tujuannya berkembang sebagai institusi pers yang mengedepankan keterbukaan, meninggalkan pengkotaan, latar belakang suku, agama, ras dan golongan serta berupaya mencerdaskan bangsa. Kompas juga menerapkan prinsip humanisme transedental agar bisa diterima semua pihak dan kalangan.7 Dalam menyajikan berita Kompas menggunakan bahasa dengan lebih rapi, jelas dan dapat dipahami. Berita yang dimuat merupakan hasil olahan redaktur yang dikemas sedemikian rupa sehingga dapat memberikan informasi kepada khalayak. Sehingga dalam penelitian ini mengambil 7
Ardiansyah Indra Kumala. 2015. Konstruksi Media Tentang Mitigasi Bencana Tanah Longsor Banjarnegara (Studi Analisis Framing Tentang Pemberitaan Bencana Tanah Longsor Banjarnegara di Surat Kabar Kompas dan Jawa Pos Edisi 1-23 Desember 2014). Skripsi. Fakultas Ilmu Soial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hlm. 61-66.
8
permasalahan tentang fenomena yang sedang hangat diperbincangkan yaitu pemberitaan oleh media Kompas mengenai insiden yang terjadi di Mina dan jatuhnya crane di Mekkah yang menewaskan banyak korban jiwa.
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana konstruksi realitas yang dibentuk dalam teks berita seputar kejadian insiden di Mina dan jatuhnya crane di Mekkah pada media surat kabar Harian Kompas periode September-Oktober 2015?”
C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konstruksi realitas yang dibentuk dalam teks berita insiden di Mina dan jatuhnya crane di Mekkah pada media surat kabar Harian Kompas periode SeptemberOktober 2015.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pemikiran dan acuan untuk penelitian mengenai media secara lebih
9
mendalam dan dapat digunakan sebagai bahan acuan teori-teori komunikasi dan menjadi referensi penelitian lain yang sejenis. 2. Manfaat Praktis Memberikan data-data yang konkret pada penulis, khalayak dan juga pada institusi media yang membutuhkan untuk melakukan evaluasi dan pengambilan kebijakan atas materi yang disajikan.
E. KAJIAN TEORI 1. Komunikasi Massa Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik).8 Komunikasi massa merupakan studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya, dan efeknya terhadap mereka.9 Beberapa ahli memberikan definisi komunikasi massa yang berbeda-beda, seperti Janowitz yang mendefinisikan komunikasi massa terdiri atas lembaga dan teknik dimana kelompok-kelompok terlatih menggunakan teknologi untuk menyebarluaskan simbol-simbol kepada audien yang tersebar luas dan heterogen.10 Menurut Bittner komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media
8
Nuruddin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2013) hlm. 3-4.
9
Ibid, hlm. 2.
10
Morissan, M.A, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010) hlm. 7.
10
massa pada sejumlah besar orang.11 Sedangkan menurut Elvinaro komunikasi massa adalah bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) yang menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu.12 Berdasarkan pengertian-pengertian komunikasi massa dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa merupakan proses pengiriman pesan melalui media massa kepada audien yang sifatnya luas dan heterogen. Dari pengertian-pengertian yang telah dipaparkan
dapat
diidentifikasi
beberapa
elemen
atau
unsur
komunikasi adalah:13 a. Sumber Orang yang menyampaikan gagasan lewat simbol yang bermakna. b. Pesan Merupakan stimulus yang disampaikan sumber kepada penerima. Pesan merupakan gagasan yang diwujudkan (disandi/encode) dalam bentuk simbol-simbol.
11
Jalaluddin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi (Bandung: CV Remadja Karya, 1985) hlm. 176. 12
Elvinaro Ardianto, M.Si, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2007) hlm. 3. 13
Mursito BM, Penulisan Jurnalistik Konsep dan Teknik Penulisan Berita (Solo: SPIKOM, 1999) hlm. 7-8.
11
c. Makna Makna adalah referensi-referensi seperti gagasan, citra dan pikiran yang dinyatakan dalam simbol-simbol. Makna termuat dalam pesan berupa kata-kata. d. Saluran Saluran adalah alat dimana suatu pesan mengalir dari sumber kepada penerima. Terdapat dua bentuk saluran, yaitu saluran media massa (surat kabar, majalah, radio, televisi
dan
sebagainya)
dan
saluran
antarpersona
(pertukaran tatap muka antara sumber dan penerima). e. Penerima Orang yang menerima pesan dari sumber, dalam arti, menangkap dan menafsirkan simbol-simbol pesan yang disampaikan sumber. f. Efek Perubahan dalam perilaku penerima, yang terjadi akibat dari penyampaian pesan oleh sumber. Komunikasi yang efektif merupakan komunikasi yang menghasilkan efek pada penerima sebagaimana yang dikehendaki sumber. g. Umpan balik (feedback) Respon oleh penerima terhadap pesan dari sumber. Umpan balik membuat komunikasi menjadi dinamis, dialogis dan demokratis.
12
h. Penyandian (encoding) Kegiatan internal seseorang untuk mengubah ide, pikiran, perasaan menjadi simbol-simbol (verbal/non-verbal) yang memungkinkan ide atau perasaan dapat “dikirimkan”. Simbol tersebut merupakan pesan yang memuat informasi. i. Penyandian ulang (decoding) Kegiatan internal seseorang untuk mempersepsi suatu pesan, pemberian makna terhadap pesan-pesan sumber, mengubah simbol-simbol menjadi suatu bentuk yang dapat dipahami dan dimengerti. Pentingnya peran media massa dalam proses komunikasi disebabkan oleh efisiennya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio dan televisi misalnya, merupakan media yang efisien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak dan efisien dalam menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya. 14 Proses terjadinya komunikasi massa dikemukakan oleh Harold D. Lasswell yang menggambarkan komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu:15
14
Onong Uchjana Effendy, M.A, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm. 17. 15
Elvinaro Ardianto, M.Si, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009) hlm. 29.
13
1. Who (siapa): komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis kontrol (control analysis) yaitu analisis yang merupakan subdivisi dari riset lapangan. 2. Says What (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan. 3. In which channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan komunikasi. 4. To whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerima pesan. 5. With what effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju. Berkaitan dengan efek ini diperlukan adanya analisis efek. Berdasarkan proses komunikasi dari Lasswell, pesan menjadi salah satu hal penting dalam proses komunikasi. Pada penelitian ini unsur paling utama yang dibahas adalah pesan yang dibentuk dari
14
seorang wartawan. Proses pengiriman pesan melalui teks berita pada media surat kabar dilakukan agar khalayak memperoleh informasi aktual saat ini. Pembaca surat kabar diarahkan untuk mengikuti informasi yang ada pada surat kabar. Informasi tersebut disajikan dengan bahasa jurnalistik yang singkat, padat, jelas dan dapat dipahami khalayak. Komunikasi dalam wacana selalu berkaitan dengan bahasa. Bahasa menggambarkan seseorang untuk mengatur realitas dunia yang dilihat. Dengan bahasa yang disampaikan oleh wartawan tercipta bahasa jurnalistik dalam setiap beritanya. Pengalaman seseorang yang berbeda menggambarkan bagaimana seorang wartawan membahasakan suatu peristiwa yang berbeda. Hal ini disampaikan oleh Fowler dkk, bahwa menganalisis pengalaman dan politik yang berbeda dapat dilihat dari
bahasa
yang
dipakai,
yang
menggambarkan
bagaimana
pertarungan sosial terjadi.16 Dengan menggunakan bahasa yang berbeda menghasilkan bahasa yang berbeda pula ketika diterima khalayak. Melalui teks (berupa kalimat, kata dan proposisi) mencerminkan ideologi tertentu, misalnya pemilihan kata “meninggal” yang memiliki kata lain tewas, gugur, mati dan sebagainya. Pemakaian kata yang berbeda pada setiap berita yang dibuat akan dimaknai berbeda pula oleh pembaca.
16
Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana Teori, Metode, dan Penerapannya pada Wacana Media (Jakarta: Prenada Media Group, 2012) hlm. 54.
15
Komunikasi dalam analisis wacana didasari oleh beberapa ahli yang membicarakan bahasa dan pesan dalam membentuk wacana. Ibnu Hamad menyebutkan hal tersebut, diantaranya:17 a. Retorika merupakan teknik komunikasi yang ampuh untuk mempengaruhi orang lain. Dalam menyampaikan pesan, perlu mengembangkan pesan terlebih dahulu. Membangun wacana, mengolah bahasa serta memilih fakta untuk dilontarkan pada saat dan tempat yang tepat. b. Statement of event adalah produk komunikator dalam merespon suatu peristiwa (event). Statement of event dirumuskan oleh George Gerbner, menyatakan bahwa pernyataan tentang peristiwa merupakan aspek yang sangat penting dalam komunikasi. Pernyataan peristiwa dari orang satu dengan lainnya berbeda sehingga terjadi perbedaan dalam penggunaan bahasa, pemilihan fakta dan pengaturan waktu dan tempat. c. Opini publik, Walter Lippmann, opini publik terbentuk sebagai hasil konstruksi realitas dalam hal ini merupakan hasil pekerjaan para jurnalis. Opini publik adalah gambaran yang ada di benak wartawan tentang dunia luar. Gambaran mengenai dunia luar akan berbeda jika terdapat perbedaan
17
Ibid, hlm. 80.
16
dalam pemakaian bahasa, pemilihan fakta dan pengaturan pemublikasian.
2. Berita Berita berasal dari bahasa Sangsekerta, yaitu Vrit yang dalam bahasa Inggris disebut Write, arti sebenarnya adalah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut dengan Vritta, artinya “kejadian” atau “yang telah terjadi”. Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi Berita atau Warta.18 Tom Clarke mengemukakan asal kata berita. Menurutnya cerita kata NEWS (berita) berasal dari suatu singkatan (akronim) dari North (Utara), East (Timur), West (Barat), South (Selatan). Clarke menggambarkan betapa berita sebagai suatu hal yang dapat memenuhi kebutuhan naluri keingintahuan manusia dengan memberi kabar dari segala penjuru dunia, juga menegaskan betapa luasnya lapangan pemberitaan dalam dunia jurnalisme.19 Bila menurut Kamus Bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwodarminta, berita berarti kabar atau warta, sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, arti berita diperjelas menjadi laporan mengenai kejadian atau
18
Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) hlm. 45. 19
Sedia Willing Barus, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 25.
17
peristiwa yang hangat. Jadi berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi.20 Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang.21 Berita juga merupakan segala laporan mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, fakta yang menarik perhatian dan penting untuk disampaikan atau dimuat dalam media massa agar diketahui atau menjadi kesadaran umum. Bila diamati dari seluruh definisi dari beberapa ahli, berita mengandung unsur antara lain:22 a. Suatu peristiwa, kejadian, gagasan, pikiran, fakta yang aktual. b. Menarik perhatian karena ada faktor yang luar biasa (extraordinary) di dalamnya. c. Penting. d. Dilaporkan, diumumkan, atau dibuat untuk menjadi kesadaran umum supaya menjadi pengetahuan bagi orang banyak (massa). e. Laporan itu dimuat di media tertentu. Sedangkan unsur-unsur berita yang dikemukakan oleh Sedia Willing Barus dalam bukunya Jurnalistik adalah:23 20
Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) hlm. 46. 21
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 40. 22
Sedia Willing Barus, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 27. 23
Ibid, hlm. 31.
18
a. Penting (significance): mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan orang banyak atau kejadiannya mempunyai akibat atau dampak yang luas terhadap kehidupan khalayak pembaca. b. Besaran (magnitute): sesuatu yang besar dari segi jumlah, nilai, atau angka yang besar hitungannya sehingga pasti menjadi sesuatu yang berarti dan menarik untuk diketahui oleh orang banyak. c. Kebaruan (timeliness): memuat peristiwa yang baru saja terjadi. Karena kejadiannya belum lama, hal ini menjadi aktual atau masih hangat dibicarakan umum. Aktual (terkini) berkaitan dengan tenggat waktu bahwa kejadian tersebut bukan berita basi atau terlambat memenuhi waktu pemuatan yang sudah ditetapkan pemimpin redaksi. d. Kedekatan (proximity): memiliki kedekatan jarak (geografis) ataupun emosional dengan pembaca. Termasuk kedekatan karena profesi, minat, bakat, hobi dan perhatian pembaca. e. Ketermukaan (prominence): hal-hal yang mencuat dari diri seseorang atau sesuatu benda, tempat atau kejadian. Suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang dikenal masyarakat menjadi berita penting untuk diketahui oleh pembaca. Cuatan ini adalah hal-hal yang menonjol dari
19
„sesuatu‟ atau „seseorang‟ itu menjadi dikenal oleh orang banyak, populer, sangat disukai, atau justru sangat dibenci. f. Sentuhan manusiawi (human interest): sesuatu yang menyentuh rasa kemanusiaan, menggugah hati dan minat. Dalam membuat berita agar dapat dipahami secara umum oleh khalayak perlu mengetahui dalam pembuatan berita. Syarat-syarat dalam pembuatan berita tersebut dijelaskan oleh Curtis D. MacDougall
dalam bukunya
“Interpretative
Reporting”
yang
menyebutkan lima syarat berita, yaitu:24 a. Kebaruan (timeliness) Sebuah berita sangat terikat oleh waktu. Waktu sangat memengaruhi aktualitas sebuah berita sebab berita haruslah menyangkut hal yang baru terjadi dan aktual. Karena terikat oleh waktu sehingga penulis berita harus pintarpintar dalam mengolah kata dan kalimat, juga pandai menggali fakta baru. b. Jarak (proximity) Faktor jauh dekatnya jarak antara tempat terjadinya peristiwa dengan penikmat berita memengaruhi daya tarik atau nilai sebuah berita. Jarak bukan hanya berarti geografis, tetapi dapat pula dalam hal minat, bakat maupun profesi. Seperti berita kemenangan club sepak bola favorit. 24
Sedia Willing Barus, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 33-35.
20
c. Cuatan (prominence) Nilai sebuah berita sangat ditentukan oleh cuatan atau hal yang menarik pada diri seseorang, benda, tempat serta peristiwa. Suatu peristiwa yang dikenal oleh masyarakat atau menyangkut benda maupun orang terkenal merupakan berita untuk diketahui pembaca. Contohnya kegiatan keseharian Agnes Monica sebelum konser. d. Daya tarik kemanusiaan (human interest) Berita
yang
menyangkut
hal
yang
memiliki
nilai
kemanusiaan atau sentuhan manusiawi memiliki nilai berita. Sesuatu yang menyentuh dan sangat menggugah rasa kemanusiaan seseorang menambah nilai sebuah berita. Nilai berita akan bertambah tinggi jika unsur human interest dikelola dengan tepat. e. Akibat (consequence) Nilai berita juga banyak ditentukan oleh pengaruh, akibat dan dampak yang mungkin dapat ditimbulkannya terhadap masyarakat luas. Dampaknya terhadap kehidupan politik, sosial
dan
ekonomi
merupakan
hal
yang
patut
diperhitungkan oleh setiap wartawan dalam memperoleh sebuah berita. Berita mengenai penyalahgunaan jabatan, korupsi, pemilihan ketua partai, berita parlemen atau
21
kenaikan gaji PNS mempunyai dampak langsung bagi kehidupan seluruh warga di suatu negara. Penulis harus objektif dalam membuat berita. Penulis hanya menyiarkan berita apa adanya. Penulis tidak memberikan kesimpulan atau pernyataannya atas berita yang dibuat. Dalam membuat berita, penulis harus dapat membedakan fakta, interpretasi dan opini. Fakta adalah kenyataan yang berlangsung di lapangan.25 Contohnya dalam berita kecelakaan saat ibadah haji tahun 2015. Terjadi kecelakaan jatuhnya tiang penyangga bangunan di Masjidil Haram, Mekkah yang menewaskan jemaah haji dibawahnya (fakta). Kecelakaan tersebut terjadi karena kelalaian pekerja yang tidak memindahkan tiang penyangga selama ibadah haji berlangsung (interpretasi). Pemerintah Arab Saudi dituntut untuk bertanggung jawab atas kecelakaan ini (opini). Dalam menggali sumber berita, penulis berita perlu mengenal informasi untuk menuntun ke mana dan bagaimana memperoleh fakta yang diperlukan. Informasi yang diperlukan tersebut ditentukan oleh jenis berita sebab hanya dengan mengetahui jenis berita, dapat mengetahui sumber beritanya. Macam-macam atau jenis berita tersebut adalah:26
25
Totok Djuroto, M.Si, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002) hlm. 48. 26
Sedia Willing Barus, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 39.
22
1. Berdasarkan sifat kejadian, menurut Dja‟far H. Assegaff, berita dibagi menjadi dua hal pokok, yaitu; a. Berita yang dapat diduga, adalah peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan sebelumnya, seperti perayaan HUT RI. b. Berita yang tidak dapat diduga, adalah peristiwa atau kejadian
yang
memang
sulit
dan
tidak
dapat
diperkirakan kapan terjadinya, seperti bencana alam. 2. Berdasarkan jarak geografis; a. Berita lokal, adalah berita mengenai peristiwa yang terjadi di sekitar tempat publikasinya. b. Berita regional. Adalah berita dari satu wilayah atau kawasan tertentu dari suatu negara di mana surat kabar diterbitkan. c. Berita nasional, adalah berita-berita yang mencakup kejadian yang memiliki dampak cukup luas pada suatu negara di mana surat kabar diterbitkan. d. Berita internasional, adalah berita-berita yang cakupan wilayahnya melampaui batas-batas negara atau beritaberita yang kejadiannya meliputi seluruh dunia. 3. Berdasarkan persoalan, merupakan berita yang didasarkan topik-topik masalah mencakup berbagai bidang yang sangat
23
komplek. Topik tersebut seperti berita politik, ekonomi, sosial budaya, iptek, kecelakaan, hukum, olahraga, militer, kriminal, dan lain sebagainya. Berita lainnya yang tidak kalah menarik seperti berita kesehatan, pendidikan, gaya hidup, seks, lingkungan hidup, pariwisata, pertanian, wanita, iklim, infotainment. Bahasa berita merupakan bahasa yang lugas, komunikatif, ringkas, padat dan mudah dipahami. Bahasa jurnalis lebih hemat dalam kata-kata, namun mengungkapkan banyak hal. Dalam pekerjaan jurnalistik ada unsur ketergesa-gesaan, dimana wartawan diharuskan memiliki jiwa kebutuhan akan kecepatan. Oleh sebab itu teknik penulisan surat kabar yang mengacu pada unsur kecepatan ini bentuknya singkat, padat dan ringkas. Dalam membuat cara-cara penulisan berita, gaya penulisan berita piramida terbalik merupakan gaya yang sering digunakan. Gaya piramida terbalik merupakan pengembangan dari formula 5W+1H (who, where, what, when, why, how) berikut susunannya;27
27
Sedia Willing Barus, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm. 87.
24
Gambar 1.1 Piramida Terbalik
Judul Berita Teras (Lead) Tubuh Berita Akhir Berita
Judul berita mencerminkan isi berita tersebut. Judul berita memberikan gambaran awal pada pembaca mengenai informasi yang diberitakan. Kemudian pada awal penulisan berita dimulai dengan ringkasan cerita dari berita atau klimaks dalam alinea pembuka, kemudian dilanjutkan dengan memberikan rincian berita atau mengembangkan cerita dari awal alinea. Alinea-alinea yang memuat rincian atau pengembangan cerita disebut tubuh berita sedang kalimat pembuka yang memuat ringkasan cerita disebut teras berita atau lead. Lead merupakan bagian inti berita. Pada lead biasanya memuat unsur 5W+1H (what, who, when, which, why, how). Peringkasan berita membantu jurnalis dalam membuat berita di waktu yang terburu-buru. Hal ini akan lebih cepat membantu jurnalis dalam membuat berita. Pada tubuh berita adalah bagian pengembangan dari lead yang menggambarkan isi berita. Tubuh berita lebih bercerita secara rinci
25
terhadap informasi penting yang menjadi bahan berita. Kemudian ditutup dengan bagian akhir berita. Menurut Prof. John Hohenberg penulisan berita yang baik mengikuti patokan berikut;28 a. Teliti, ringkas, jelas dan mudah dimengerti. b. Kalimat yang relatif singkat, sederhana dan satu paragraf cukup terdiri atas satu hingga tiga kalimat. c. Satu gagasan sama dengan satu kalimat. d. Prioritaskan kata-kata yang pendek. e. Kata kerja yang kuat dan berhemat dalam menggunakan kata sifat. f. Spesifik dalam penulisan (seperti dalam menyebutkan tinggi, berat, jarak dan lain-lain). g. Jalin kedekatan dengan pembaca sehingga menjadi lebih menarik, baik secara fisik maupun secara emosional h. Kaitkan statistik dengan sesuatu yang dapat dipahami. i. Cermati penulisan berita dengan pola piramida terbalik. j. Menjelaskan asal atau sumber berita. k. Sebutkan sumber, baik dari sebuah pidato, wawancara maupun keterangan umum lainnya. l. Menggunakan kutipan yang mengandung arti secara parsial m. Wartawan bebas memberi penafsiran selama pewarta dalam posisi mengetahuinya.
28
Ibid, hlm. 92.
26
Di sisi lain Djafar H. Assegaf mengutarakan petunjuk dalam menulis berita sebagai berikut;29 a. Bersifat menyeluruh (comprehensiveness). b. Tertib dan teratur mengikuti gaya penulisan berita. c. Perhatikan ekonomi bahasa tanpa menyalahi tata bahasa. d. Tepat dalam menggunakan bahasa. e. Usahakan gaya menulis senantiasa hidup, mempunyai makna dan berdaya imajinasi tinggi. Berdasarkan uraian petunjuk dalam menulis berita dari beberapa ahli dimaksudkan untuk memperoleh suatu naskah berita yang murni bahasanya. Dalam artian bahasa yang dapat dimengerti dan dipahami oleh pembaca, tidak menimbulkan salah tafsir, dan pembaca tidak meraba-raba arti dari bahasa berita yang dibuat.
3. Surat Kabar Surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan usaha. Kemunculan surat kabar awalnya ditandai dengan wujud yang tetap; bersifat komersial (dijual secara bebas); bertujuan memberi informasi, mencatat, hiburan dan desas-desus; bersifat umum dan terbuka.30
29
Ibid, hlm. 93.
30
Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Jakarta: Erlangga, 1996) hlm. 9.
27
Surat kabar atau koran berasal dari bahasa Belanda yaitu “Krant”, dari bahasa Perancis “Courant”. Koran atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminalitas, olahraga, tajuk
rencana,
ataupun
cuaca.
Surat
kabar
juga
biasa
berisi karikatur yang biasanya dijadikan bahan sindiran lewat gambar berkenaan
dengan
masalah-masalah
tertentu
misalnya,
komik, TTS dan hiburan lainnya. Ada juga surat kabar yang dikembangkan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya berita untuk politik, property, industri tertentu, penggemar olahraga tertentu, penggemar seni atau partisipan kegiatan tertentu. Jenis surat kabar umum biasanya diterbitkan setiap hari, kecuali pada hari-hari libur. Selain itu, juga terdapat surat kabar mingguan yang biasanya lebih kecil dan kurang prestisius dibandingkan dengan surat kabar harian dan isinya biasanya lebih bersifat hiburan. Kebanyakan negara mempunyai setidaknya satu surat kabar nasional yang terbit di seluruh bagian negara. Di Indonesia contohnya adalah Kompas. Pemilik surat kabar adalah pihak penanggung jawab dalam kaitannya dengan keberlangsungan medianya. Redaktur adalah beberapa jurnalis yang bertanggung jawab atas rubrik tertentu. Sedang yang bertanggung jawab terhadap isi surat kabar disebut editor. Di samping kemutlakan
28
adanya peran wartawan, pewarta atau jurnalis yang memburu berita atas instruksi dari redaktur atau pemimpin redaksi.31 Surat kabar merupakan salah satu ragam dari ruang lingkup jurnalisme cetak. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca.32 Surat kabar terdiri dari dua kata “surat dan kabar”. Pengertian surat adalah kertas yang ditulis yang mempunyai isi tertentu serta ditujukan kepada pihak tertentu dan kata kabar diketahui berasal dari bahasa Arab “khabar” yang berarti berita.33 Sedangkan Chusaeri memberi pengertian surat kabar adalah pemberitaan tercetak yang diterbitkan dan dijual secara tetap.34 Teguh Meinanda dalam bukunya berjudul, Pengantar Ilmu Komunikasi, mengemukakan lima fungsi surat kabar:35 a. Publishing The News Merupakan fungsi utama dari surat kabar. Disini berita harus dilaporkan secara lengkap dan benar untuk memberi kepuasan 31
Wikipedia, Koran, https://id.wikipedia.org/wiki/Koran, diunduh pada Sabtu 16 Januari 2016: 10.45 WIB. 32
Effendy, dalam Dila, Pengertian Surat Kabar, https://tulisandila.wordpress.com/2013/02/16/pengertian-surat-kabar/, diunduh pada Rabu 13 Januari 2015; 20.35 WIB. 33
Drs. Yanuar Abdullah, Dasar-dasar Kewartawanan, Teori dan Praktek (Padang: Angkasa Raya, 1992) hlm. 12. 34
Chusaeri, Riwayat Persuratkabaran (Jakarta: Mutiara, 1979) hlm. 4.
35
Teguh Meinanda, Pengantar Ilmu Komunikasi (Bandung: Armico, 1981) hlm. 44.
29
kepada para pembacanya. Namun demikian ada surat kabar yang menyiarkan hanya sebahagian dari beritanya. Hal ini karena policy dari staf redaksinya, mungkin untuk menghindari adanya hal-hal yang tidak diinginkan. Karena itu, suatu pemberitaan harus dilaporkan secara teliti dan disiarkan dengan fair. b. Commenting On The News Disini si pembaca mungkin menemukan maksud dari suatu berita untuk memberikan komentarnya. Misalnya melalui editorial, tajuk rencana, dan lain-lain. c. Entertaining Readers Banyak hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa artikelartikel dalam surat kabar mempunyai audience yang cukup banyak, karena artikel-artikel ini dapat memberikan hiburan kepada para pembacanya. Dengan demikian fungsi surat kabar disini adalah memberikan hiburan kepada para pembacanya. d. Helping Readers Fungsi ini dapat membantu si pembaca untuk mengetahui tentang sesuatu. Misalnya mengenai resep makanan. e. Publishing Advertising Melalui fungsi ini dapat dipertemukan antara penawar dengan si pembeli suatu barang atau jasa. Selain itu merupakan support bagi penerbitan surat kabar. Untuk itu disini harus diciptakan
30
pedoman AIDDA, yaitu: Attention, Interest, Desire, Decision dan Action. Bentuk surat kabar menurut Prof. Albert F. Henning membagi surat kabar menjadi empat bentuk yaitu :36 a. Surat kabar umum Meliputi surat kabar yang terbit tiap hari dan biasanya menurut berita-berita yang bermanfaat dari kejadian-kejadian yang terjadi di tempat atau daerah dimana surat kabar itu terbit, dan penyajiannya dipandang aktual, penting, menarik bagi pembaca daerah tersebut. b. Surat kabar yang memuat berita khusus Surat kabar ini ditujukan kepada publik tertentu atau publik khusus. Misalnya tentang berita ekonomi, agama dan lain-lain. c. Surat kabar yang terbit satu kali seminggu, dua kali seminggu dan seterusnya Surat kabar semacam ini biasanya hanya memuat berita-berita/ penerangan-penerangan seperti kebudayaan, mode dan lainlain. d. Surat kabar kecil (Tabloides) Biasanya bersifat sensasional, berita-berita yang dimuatnya bersifat emosional dan menghebohkan.
36
Ibid, hlm. 49.
31
Surat kabar dipergunakan dalam kegiatan jurnalistik yang berpengaruh pada komponen proses komunikasi. Gaya jurnalistik pada surat kabar berbeda dengan media lainnya. Ciri surat kabar adalah sebagai berikut:37 a. Publisitas Pengertian publisitas adalah bahwa surat kabar diperuntukkan umum, karenanya berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut kepentingan umum. Mungkin saja ada instansi atau organisasi, misalnya sebuah universitas yang menerbitkannya secara berkala dalam bentuk dan dengan kualitas kertas seperti harian umum, tetapi penerbitan tersebut tidak berpredikat surat kabar atau pers sebab diperuntukkan khusus bagi civitas akademika universitas tersebut. b. Universalitas Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Untuk memenuhi ciri-ciri inilah maka surat kabar besar melengkapi dirinya dengan wartawanwartawan khusus mengenai bidang tertentu, menempatkan koresponden di kota-kota penting, baik di dalam negeri untuk meliput berita-berita nasional maupun diluar negeri guna 37
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, MA., Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remadja Rosda Karya, 1993) hlm. 154-155.
32
meliput berita-berita internasional. Untuk itu ada wartawan olahraga, wartawan politik, wartawan ekonomi, wartawan kriminalitas, wartawan perang dan lain-lain. c. Aktualitas Yang dimaksud dengan aktualitas ialah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Aktualitas adalah terjemahan dari bahasa Belanda, actualiteit. Bagi surat kabar, aktualitas ini merupakan faktor yang amat penting karena menyangkut persaingan dengan surat kabar lain dan berhubungan dengan nama baik surat kabar yang bersangkutan. d. Periodisitas Yang berarti suatu penerbitan disebut surat kabar jika terbitnya secara periodik, teratur. Tidak menjadi soal apakah terbitnya itu sehari sekali, seminggu sekali, sehari dua kali atau tiga kali seperti di negara-negara yang sudah maju, syaratnya ialah harus teratur. Dalam penulisan berita terdapat struktur berita yang berbeda dengan struktur tulisan lain. Beberapa struktur berita surat kabar dapat diuraikan sebagai berikut:38
38
Dr. Aris Badara, M.Hum, Analisis Wacana, Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) hlm. 23.
33
a. Piramida terbalik Struktur piramida terbalik urutannya adalah: Kalimat 1: berisi inti/topik berita, satu tema dan satu pengertian. Kalimat 2: berisi hal-hal yang sangat dekat hubungannya dengan kalimat 1 dan kalimat 2. Kalimat 3: berisi hal-hal yang mendukung kalimat 2. Kalimat 4: berisi hal-hal yang mendukung kalimat 3. Kalimat 5: berisi hal-hal lain yang relevan terhadap isi berita. Dari kalimat 1-5, isi kalimatnya semakin kurang penting dan harus mengandung 6 unsur pokok berita yaitu 5W+1H; who, what, why, when, where dan how. Biasanya berita yang berstruktur piramida terbalik adalah berita yang bernilai tinggi. b. Piramida Berita yang berstruktur piramida, diawali dengan pembahasan yang kurang penting menuju ke yang paling penting. Penyajiannya tidak terikat waktu dan memiliki nilai aktualitas karena masih terikat dengan peristiwa pokok. Berita berstruktur piramida merupakan berita ringan dan human interest yang tidak memiliki nilai berita yang tinggi namun menarik. c. Kronologis Berita berstruktur kronologis tidak berdasarkan hal penting atau kurang penting, karena nilainya sama. Pembukaan, uraian
34
dan penutup, bahkan sering dibolak-balik, memiliki bobot yang sama. Yang termasuk berita kronologis adalah news magazine seperti feature/laporan pendek, berita ringan atau human interest, tidak terikat waktu. Bahasa berita pada surat kabar, menurut M. Romli merupakan bagian dari bahasa jurnalistik. Ditinjau dari sifatnya, bahasa jurnalistik dibagi menjadi; komunikatif artinya langsung menjamah materi atau pokok persoalan, tidak berbunga-bunga, tidak bertele-tele dan tanpa basa-basi; spesifik artinya mempunyai gaya penulisan tersendiri, yakni sederhana, kalimatnya pendek-pendek, kata-katanya jelas dan mudah dimengerti oleh kalangan awam (massa).39
4. Konstruksi Realitas Media Realitas merupakan hasil ciptaan imajinasi manusia atas suatu peristiwa yang dilihatnya. Berbagai peristiwa dan kejadian diberitakan oleh wartawan yang telah dikonstruksi realitas sedemikian rupa. Setiap upaya mendeskripsikan konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan, atau benda merupakan suatu usaha mengkonstruksi realitas.40 Berita merupakan hasil konstruksi realitas wartawan. Istilah konstruksi atas realitas sosial diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Konstruksi atas realitas sosial
39
Ibid, hlm. 24.
40
Ibid, hlm. 8.
35
digambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif.41 Berbagai kejadian, peristiwa, opini orang direkam, dicatat dan di observasi oleh wartawan. Rekaman berupa fakta-fakta kejadian tersebut dipersepsi dan di observasi yang menghasilkan rekaman peristiwa berupa realitas yang kemudian ditulis menjadi sebuah berita. Peter L. Berger mendefinisikan realitas atau “kenyataan” sebagai “suatu kualitas yang terdapat dalam fenomenafenomena yang kita akui memiliki kebenaran”.42 Realitas adalah keadaan dimana manusia berada pada situasi nyata. Realitas dalam berita adalah realitas yang dibangun berdasarkan kaidah-kaidah, nilainilai dan etika jurnalisme. Dengan kata lain, media mengkonstruksi realitas
dalam
rangka
mengungkapkan
kebenaran
dari
suatu
peristiwa.43 Wartawanlah yang bertugas menemukan kebenaran atas suatu peristiwa. Realitas media dipengaruhi budaya. Realitas merupakan
konstruksi
simbolis
(bahasa,
kebudayaan,
cara
pengungkapan, gerak-gerik) dari suatu obyek. Misalnya realitas pada media massa dan internet diketahui oleh masyarakat informasi sedangkan kentongan diketahui masyarakat tradisional.44
41
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) hlm. 13.
42
Mursito BM, Jurnalisme Komprehensif; Konsep, Kaidah dan Teknik Penulisan Berita, Feature, Artikel (Jakarta: Literate, 2013) hlm. 71 43
Ibid, hlm. 72.
44
Ibid, hlm. 77.
36
Dalam mengonstruksi peristiwa menjadi berita, fakta-fakta dalam peristiwa perlu tercakup dalam berita sehingga publik mengetahui apa yang terjadi, memahami duduk masalahnya. Proses konstruksi realitas pada media cetak seperti surat kabar dimulai dengan peristiwa yang telah dipersepsi oleh reporter untuk ditulis dalam naskah berita. Naskah berita ini kemudian diserahkan kepada redaktur untuk disunting, biasanya mengenai struktur berita, angle dan bahasanya. Naskah berita yang telah diedit redaktur akan diserahkan kepada redaktur pelaksana. Peran dan tugas redaktur pelaksana adalah menyeleksi, apakah naskah berita yang telah diedit itu layak atau tidak layak dicetak untuk disiarkan kepada publik pembaca. Sedangkan pemimpin redaksi adalah pintu terakhir bagi seleksi naskah berita dan penanggungjawab atas akibat yang mungkin timbul dari penyiaran berita.45 Berita yang baik adalah berita yang obyektif, netral, benar dan representatif. Obyektifitas perlu ada dalam berita, karena obyektifitas berupa
kalimat-kalimat
yang
telah
diformat
sebagai
berita.
Obyektifitas terdapat pada berita yang berdasarkan kaidah-kaidah jurnalisme
obyektifitas
dan
aspek-aspek
epistimologis
yang
menyertainya. Jadi, disamping sebagai metode, obyektifitas adalah kaidah, yang dalam jurnalisme untuk mengkonstruksi realitas. Kaidah
45
Ibid, hlm. 78.
37
ini berperan sebagai pemandu dan pengendali wartawan dalam kerja jurnalistiknya, kerja mengkonstruksi realitas sosial.46 Bahasa merupakan bagian dari obyektifitas yang penting. Bahasa merupakan unsur utama dalam mengonstruksi realitas. Melalui bahasa terbentuk kalimat-kalimat yang mengandung makna dalam berita. Dalam media surat kabar, keberadaan bahasa menggambarkan realitas dan menentukan makna citra suatu realitas yang muncul dalam pikiran khalayak. Pemilihan kata dan penyajian tulisan menentukan bentuk konstruksi realitas dan makna yang terbentuk. Bahasa menjadi alat bagi wartawan dalam menggambarkan suatu peristiwa untuk dikonstruksikan dalam berita. Netralitas. Berita yang netral adalah berita yang tidak memihak. Berita yang netral sama dengan berita yang berimbang dan berorientasi pada fakta. Berita yang netral adalah berita yang mengungkapkan peristiwa dengan fakta-fakta yang lengkap, tidak ada penambahan
atau
pengurangan.
Berita
harus
menggambarkan
peristiwa dengan bahasa yang jelas. Penggunaan kata dan frasa, harus sesuai dengan fakta. Kebenaran. Kebenaran dalam berita melibatkan pelaku dan sumber berita. Penggambaran berita harus sesuai dengan peristiwa yang terjadi. Kebenaran dalam suatu berita memengaruhi hasil penggambaran berita yang akurat, jelas dan berimbang. Representasi. Berita merupakan hasil representasi dari kenyataan.
46
Mursito BM, Realitas Media (Solo: Smart Media, 2012) hlm. 12-13.
38
Melalui media khalayak dapat mengetahui setiap kejadian dan peristiwa dari penjuru dunia tanpa harus melihat langsung.47 Menurut Sujiman terdapat tiga tingkatan yang dilakukan pekerja media dalam mengkonstruksi realitas, yaitu:48 a. Pemilihan simbol (fungsi bahasa). Simbol yang dipilih akan memengaruhi makna yang muncul. Dijelaskan dalam teori semiotika, teks (berita) dipandang dengan penuh tanda, mulai dari pemakaian kata atau istilah, frasa, angka, foto dan gambar, bahkan cara mengemasnya pun adalah tanda. b. Pemilihan fakta yang akan disajikan (strategi framing). Framing memandang sebagai sebuah strategi penyusunan realitas, sehingga dihasilkan sebuah wacana. Pembentukan frame didasarkan atas berbagai kepentingan internal maupun eksternal media, baik itu teknis, ekonomis, politis maupun ideologis. c. Kesediaan memberi tempat (agenda setting). Menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah pemberitaan. Proses konstruksi realitas pada wacana adalah pesan berupa realitas yang telah dikonstruksikan dengan sistem tanda. Tanda dalam wacana berita dapat berupa tulisan-tulisan wartawan yang ditonjolkan. Seperti dibuat miring, digarisbawahi, dicetak tebal atau berwarna 47 48
Ibid, hlm. 16-17.
Dr. Aris Badara, M.Hum, Analisis Wacana, Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media (Jakarta: Prenada Media Grup, 2012) hlm. 10.
39
merah. Bentuk lain dari sistem tanda adalah adanya penambahan grafik seperti tabel, diagram, kurva agar pembaca mengetahui informasi secara lebih rinci dan jelas.
5. Analisis Wacana Pengertian wacana diperkenalkan oleh Michel Foucault dan Althusser. Foucault mengenalkan wacana sebagai praktik sosial. Dimana wacana berperan dalam mengontrol, menormalkan dan mendisiplinkan individu. Sedangkan Althusser menyatakan wacana berperan dalam mendefinisikan individu dan memposisikan seseorang dalam posisi tertentu. Wacana membentuk subyek dalam posisi-posisi tertentu dalam rangkaian hubungan dengan kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.49 Definisi kata wacana menurut Ismail Marahim adalah kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut uruturutan yang teratur dan semestinya dan komunikasi buah pikiran baik lisan maupun tulisan yang resmi dan teratur.50 Wacana merupakan sebuah tulisan, seperti pidato, teks berita pada surat kabar maupun televisi. Willig dalam jurnal Stephen menyebutkan definisi wacana adalah sebagai berikut,
49
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2012) hlm. 19. 50
Drs. Alex Sobur M.Si, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 10.
40
“It is more concerned with the analysis of texts and/or utterances within specific socio-cultural context and indicates a method of data analysis that can tell researchers about the discursive construction of a phenomenon”51 (Analisis wacana ini lebih peduli dengan analisis teks dan / atau ucapan-ucapan dalam konteks spesifik pada sosio-budaya dan menunjukkan metode analisis data yang dapat memberitahu peneliti tentang pembangunan diskursif dari fenomena).
Samsuri juga menyatakan wacana adalah rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi, biasanya terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian yang satu dengan yang lain. Komunikasi itu dapat menggunakan bahasa lisan dan dapat pula memakai bahasa tulisan.52 Heryanto menyebutkan bahwa teori wacana menjelaskan sebuah peristiwa terjadi seperti terbentuknya sebuah kalimat atau pernyataan.53 Kalimat tersebut dibentuk dan bermakna sesuai aturan kebahasaan. Aturan kebahasaan ini menggunakan struktur-struktur kalimat seperti subyek, predikat, obyek, kata kerja, kata benda dan lainnya. Dalam jurnalnya Thomas Huckin dkk menyebutkan bahwa, “CDA has profited from contemporary developments in linguistic pragmatics, social theory, psychology, discourse analysis, and textlinguistics, resulting in a multidimensional form of analysis. These features, in our view, make CDA a powerful new methodology for rhetoric and composition, leading to unusually
51
Stephen Baffour Adjei, Discourse Analysis: Examining Language Use in Context, Norwegian University of Science and Technology (NTNU), 2013, Vol. 18, hlm. 1. 52
Drs. Alex Sobur M.Si, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 10. 53
Ibid, hlm. 12.
41
rich and versatile research”54 (analisis wacana kritis atau CDA telah mendapat keuntungan dari perkembangan kontemporer pada pragmatik linguistik, teori sosial, psikologi, analisis wacana, dan linguistik teks, sehingga membentuk multidimensi analisis. Fiturfitur ini, dalam pandangan kami, membuat metodologi CDA baru yang kuat untuk retorika dan komposisi, yang mengarah ke penelitian yang luar biasa kaya dan serbaguna).
Dalam studi analisis tekstual, analisis wacana masuk dalam paradigma penelitian kritis, suatu paradigma berpikir yang melihat pesan sebagai pertarungan kekuasaan, sehingga teks berita dipandang sebagai bentuk dominasi dan hegemoni satu kelompok kepada kelompok lain.55 Bahasa merupakan alat penting dalam analisis wacana. Pada penelitian analisis wacana, bahasa (berupa kata, kalimat dan proposisi) menjadi bagian penting untuk diteliti. Manusia mengungkapkan pikirannya melalui bahasa. Melalui bahasa dapat diketahui sikap dan perilaku manusia. Dalam bahasa terdapat bunyi atau tanda grafis yang dimaknai oleh orang lain. Setiap makna tersebut dapat diartikan berbeda-beda oleh pembaca karena faktor budaya, pengalaman hidup, tingkat pendidikan, karakter seseorang dan sebagainya. Dalam filsafat bahasa dikatakan bahwa orang mencipta realitas dan menatanya lewat bahasa. Bahasa mengangkat ke permukaan hal yang tersembunyi sehingga menjadi kenyataan. Tetapi, bahasa yang 54
Thomas Huckin dkk, Critical Discourse Analysis and Rhetoric and Composition, National Council of Teachers of English, 2012, hlm. 110. 55
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2012) hlm. 18.
42
sama dapat dipakai menghancurkan realitas orang lain, begitulah ungkapan Lorens Bagus.56 Menurut Halliday, fungsi-fungsi bahasa adalah: a. Fungsi ideasional, untuk membentuk, mempertahankan dan memperjelas hubungan di antara anggota masyarakat. Bahasa mengungkapkan pengalaman mengenai proses, hubungan, keadaan sekitar. Bahasa berkaitan dengan peranan bahasa untuk pengungkapan isi, pengungkapan pengalaman penutur tentang dunia nyata, termasuk dunia dalam dari kesadarannya sendiri. b. Fungsi interpersonal, untuk menyampaikan informasi di antara anggota masyarakat. Bahasa berperan membangun dan memelihara hubungan sosial, untuk pengungkapan perananperanan sosial termasuk peranan komunikasi yang diciptakan bahasa sendiri. c. Fungsi
tekstual,
untuk
menyediakan
kerangka,
pengorganisasian diskursus (wacana) yang relevan dengan situasi. Pada fungsi tekstual, teks pada bahasa adalah seperangkat pilihan yang memungkinkan pembicara atau penulis menciptakan teks-teks untuk menggunakan bahasa dengan jalan yang relevan dengan konteksnya.
56
Drs. Alex Sobur M.Si, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 16.
43
Analisis wacana menjelaskan terjadinya sebuah peristiwa melalui sebuah kalimat atau pernyataan. Analisis wacana merupakan studi mengenai struktur pesan dalam komunikasi. Tanpa konteks, tanpa hubungan-hubungan wacana yang bersifat antarkalimat dan suprakalimat maka sukar berkomunikasi dengan tepat satu sama lain.57 Littlejohn menyatakan bahwa analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana.58 Dari segi analisisnya, Syamsudin mengungkapkan bahwa ciri dan sifat wacana adalah sebagai berikut:59 a. Analisis wacana membahas kaidah memakai bahasa di dalam masyarakat (rule of use – menurut Widdowson). b. Analisis wacana merupakan usaha memahami makna tuturan dalam konteks, teks dan situasi (Firth). c. Analisis wacana merupakan pemahaman rangkaian tuturan melalui interpretasi semantik (Beller). d. Analisis wacana berkaitan dengan pemahaman bahasa dalam tindak berbahasa (what is said from what is done – menurut Labov). 57
Ibid, hlm. 48.
58
Ibid.
59
Ibid, hlm. 49-50.
44
e. Analisis wacana diarahkan kepada masalah memakai bahasa secara fungsional (functional use of language – menurut Coulthard). Pada penelitian analisis wacana, banyak model analisis yang digunakan untuk menganalisis wacana yang dikembangkan oleh para ahli. Berikut merupakan rincian model analisis wacana dari beberapa ahli:60 a. Analisis wacana Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress dan Tony Trew Pendekatan
yang
dilakukan
dikenal
sebagai
critical
linguistics, memandang bahasa sebagai praktik sosial. Peneliti analisis ini melihat bagaimana tata bahasa/grammar tertentu dan pilihan kosakata tertentu membawa implikasi dan ideologi tertentu. Fowler dkk meletakkan tata bahasa dan praktik pemakaiannya tersebut untuk mengetahui praktik ideologi. Bahasa menggambarkan bagaimana realitas dunia dilihat, memberi kemungkinan seseorang untuk mengontrol dan mengatur pengalaman pada realitas sosial. Namun sistem klasifikasi ini berbeda-beda antara seseorang atau satu kelompok dengan kelompok lain. Karena kelompok yang berbeda mempunyai pengalaman budaya, sosial, politik yang berbeda. Bahkan Fowler dkk melihat 60
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang, 2012) hlm. 133-326.
45
bagaimana pengalaman dan politik yang berbeda tersebut dapat dilihat dari bahasa yang dipakai. b. Analisis wacana Teun Van Leeuwen Model analisa yang diperkenalkan Teun Van Leeuwen adalah mendeteksi dan meneliti bagaimana suatu kelompok atau seseorang dimarjinalkan posisinya dalam suatu wacana. Terdapat
kaitan
antara
wacana
dengan
kekuasaan.
Kekuasaan bukan hanya beroperasi lewat jalur formal, hukum dan instansi negara, tetapi juga beroperasi lewat serangkaian wacana, untuk mendefinisikan sesuatu atau suatu kelompok sebagai tidak benar atau buruk. Analisis van Leeuwen secara umum menampilkan bagaimana pihakpihak dan aktor (seseorang atau kelompok) ditampilkan dalam pemberitaan. Terdapat dua pusat perhatian, yaitu proses pengeluaran (exclusion) dan proses pemasukan (inclusion). Proses pengeluaran mengubah pemahaman khalayak atas suatu isu dan melegitimasi posisi pemahaman tertentu. Proses pemasukan berhubungan dengan pertanyaan bagaimana masing-masing pihak atau kelompok ditampilkan lewat pemberitaan. Dengan menggunakan kata, kalimat, informasi atau susunan bentuk kalimat, cara bercerita pada masing-masing kelompok direpresentasikan dalam teks.
46
c. Analisis wacana Sara Mills Sara Mills lebih memusatkan perhatiannya pada wacana yang bertemakan feminisme, bagaimana seorang wanita ditampilkan di dalam teks. Titik perhatin dari perspektif wacana feminis adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Wanita cenderung ditampilkan dalam teks sebagai pihak yang salah, marjinal dibandingkan dengan pihak laki-laki. Walaupun analisisnya lebih dikenal merepresentasikan feminisme, namun pendekatan Sara Mills dapat diterapkan dalam bidang lain. Sara Mills melihat posisi aktor ditampilkan dalam teks. Posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subyek penceritaan dan siapa yang menjadi obyek penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan dalam teks secara keseluruhan. Selain itu Sara Mills juga melihat bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks. d. Analisis wacana Norman Fairclough Titik perhatian Fairclough adalah melihat bahasa sebagai praktik kekuasaan. Model yang dikenalkan oleh Norman Fairclough sering disebut model perubahan sosial (social change). Fairclough menggunakan wacana menunjuk pada pemakaian bahasa sebagai praktik sosial. Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi, yaitu teks,
47
discourse practice dan sociocultural practice. Berikut penjabarannya; 1) Teks Teks di sini dianalisis secara linguistik, dengan melihat kosakata, semantik dan tata kalimat, juga memasukkan koherensi dan kohesivitas, bagaimana antarkata atau kalimat
tersebut
digabung
sehingga
membentuk
pengertian. Elemen tersebut dipakai untuk melihat tiga masalah: ideasional (bagaimana sesuatu ditampilkan dalam teks yang bisa jadi membawa muatan ideologis tertentu), relasi (apakah teks disampaikan secara informal atau formal, terbuka atau tertutup), identitas (bagaimana
personal
dan
identitas
ini
hendak
ditampilkan). 2) Discourse pratice Merupakan dimensi yang berhubungan dengan proses produksi dan konsumsi teks. Teks berita diproduksi dalam cara yang spesifik dengan rutinitas dan pola kerja yang telah terstruktur di mana laporan wartawan di lapangan atau sumber berita yang akan ditulis oleh editor, dan sebagainya.
48
3) Sociocultural practice Dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Konteks ini berupa konteks situasi, lebih luas adalah konteks dari praktik institusi dari media sendiri dalam hubungannya dengan masyarakat atau budaya dan politik tertentu. e. Analisis wacana Teun A. Van Dijk Dari beberapa ahli, model analisis wacana dari Teun A. Van Dijk yang akan dipakai untuk meneliti wacana teks berita jatuhnya crane di Mekkah dan insiden yang terjadi di Mina. Model analisis dari Teun A. Van Dijk menggunakan elemenelemen wacana sehingga dapat diaplikasikan secara praktis. Pada analisis wacana yang diperkenalkan oleh van Dijk, melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat, dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. Wacana oleh van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi, yaitu;61 1) Teks; yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu.
61
Ibid, hlm. 224.
49
2) Kognisi sosial; dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. 3) Konteks sosial; mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van Dijk menghubungkan analisis tekstual yang memusatkan perhatian melalui teks ke arah analisis yang komprehensif, bagaimana teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan maupun dari masyarakat.62 Van Dijk melihat teks terdiri dari beberapa struktur atau tingkatan, yaitu;63 1) Struktur makro adalah makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa. 2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. 3) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase yang dipakai dan sebagainya.
62 63
Ibid, hlm. 224-225.
Drs. Alex Sobur M.Si, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 73-74.
50
Pemakaian kata, kalimat, proposisi dan sebagainya merupakan bagian strategi wartawan yang dipandang sebagai cara berkomunikasi, namun sebenarnya terdapat maksud tersembunyi dalam kata, kalimat, proposisi dan sebagainya tersebut. Struktur wacana menjadi cara efektif untuk mengetahui maksud yang disampaikan melalui pesan pada teks. Berikut merupakan elemen wacana dari van Dijk;
TABEL 1.3 ELEMEN WACANA VAN DIJK Struktur Wacana Struktur Makro
Hal yang Diamati
Tematik Tema/topik dikedepankan dalam suatu berita Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada satu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain Struktur Mikro Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih Struktur Mikro Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita
Elemen Topik
Skema
Latar, detil, maksud, praanggapan, nominalisasi
Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti Leksikon
51
Struktur Mikro Retoris Grafis, Bagaimana dan dengan cara metafora, penekanan dilakukan ekspresi (Sumber: Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2012, hlm. 228-229)
Berdasarkan tabel 1.3 dapat dijabarkan pengertian masingmasing elemen wacana sebagai berikut:64 1) Tematik Elemen ini menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks, dapat pula gagasan inti, ringkasan atau topik dari suatu teks. Topik merupakan gambaran yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik dalam teks akan didukung oleh beberapa subtopik.
Masing-masing
subtopik
mendukung,
memperkuat, bahkan membentuk topik utama. Van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu wacana. Dari topik dapat diketahui masalah dan
tindakan
yang
diambil
komunikator
dalam
wartawan
untuk
mengatasi suatu masalah. 2) Skematik Skematik
merupakan
strategi
mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan 64
Drs. Alex Sobur M.Si, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) hlm. 75-84; Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT. LkiS Printing Cemerlang, 2012) hlm. 229-259.
52
dengan
menyusun
bagian-bagian
dengan
urutan
tertentu. Skematik menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk umum tersebut disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup dan sebagainya. Skematik memberikan tekanan mana yang didahulukan dan bagian mana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan informasi penting, upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan di bagian akhir agar terkesan kurang menonjol. Menurut van Dijk berita mempunyai dua kategori skema besar. Pertama, summary yang ditandai dengan dua elemen yakni judul dan lead. Skema ini merupakan elemen paling penting. Judul dan lead menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi berita mempunyai dua ketegori yaitu situasi dan komentar. Situasi merupakan proses atau jalannya peristiwa, sedangkan komentar
53
merupakan penggambaran bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa. 3) Semantik Semantik dikategorikan sebagai makna lokal yakni makna yang muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Semantik bukan hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring ke arah sisi tertentu dari suatu peristiwa. Latar
merupakan
memengaruhi
bagian
semantik
(arti
berita kata)
yang yang
dapat ingin
ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke mana arah pandangan khalayak hendak dibawa. Latar biasanya ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang sebenarnya muncul dengan maksud memengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat beralasan. Latar teks merupakan elemen yang berguna karena dapat membongkar apa maksud yang ingin disampaikan oleh wartawan. Bentuk lain dari strategi semantik adalah detail pada wacana. Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan komunikator. Komunikator akan
54
menampilkan
secara
menguntungkan
berlebihan
dirinya
atau
informasi citra
yang
yang baik.
Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit (atau tidak disampaikan sama sekali) bila hal itu merugikan kedudukannya. Selain itu, elemen lainnya
yang
pengandaian
terkait dan
adalah
ilustrasi,
maksud,
penalaran.
Elemen
ilustrasi
berhubungan apakah informasi tersebut disertai contoh atau tidak. Elemen maksud melihat teks disampaikan secara
eksplisit
atau
tidak.
Informasi
yang
menguntungkan komunikator diuraikan secara eksplisit dan jelas, dan informasi yang merugikan komunikator diuraikan secara implisit, samar-samar dan tidak jelas. Elemen pengandaian adalah strategi lain yang dapat memberi citra tertentu ketika diterima khalayak. Elemen penalaran digunakan untuk memberi basis nasional, sehingga teks yang disajikan komunikator tampak benar dan meyakinkan. 4) Sintaksis Menurut Pateda, secara etimologis sintaksis adalah menempatkan
bersama-sama
kata-kata
menjadi
kelompok kata atau kalimat. Ramlan mengatakan bahwa sintaksis merupakan bagian atau cabang dari
55
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Pada sintaksis strategi yang digunakan adalah dengan pemakaian koherensi. Dalam analisis wacana, koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Dua buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan
dengan
memakai
koherensi,
sehingga fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
berhubungan
ketika
komunikator
menghubungkannya. Koherensi mudah diamati di antara kata hubung (dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun) yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Strategi lainnya adalah bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, kausalitas
yaitu
prisnsip
merupakan
kausalitas.
Logika
subyek
(yang
susunan
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Elemen lainnya adalah kata ganti, dimana elemen ini memanipulasi
bahasa
dengan
menciptakan
suatu
komunitas imajinatif. Dalam analisis wacana, kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Penggunaan
kata
ganti
“saya”
atau
“kami”
56
menggambarkan sikap resmi komunikator. Tetapi kata ganti “kita” merepresentasikan sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu. 5) Stilistik Stilistik menggunakan style (gaya bahasa) seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa mencakup diksi atau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas dan citran, pola rima, matra yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Misalnya kata “meninggal”, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir dan sebagainya. Pilihan kata-kata atau frase yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Peristiwa yang sama dapat digambarkan dengan pilihan kata yang berbeda-beda. 6) Retoris Strategi
dalam
level
retoris
adalah
gaya
yang
diungkapkan ketika seseorang berbicara atau menulis. Retoris mempunyai fungsi persuasif dan berhubungan erat dengan bagaimana pesan itu disampaikan kepada khalayak. Pemakaiannya dengan menggunakan gaya repetisi (pengulangan), aliterasi (pemakaian kata-kata
57
yang permulaannya sama bunyinya seperti sajak), sebagai suatu strategi untuk menarik perhatian atau untuk menekankan sisi-sisi tertentu agar diperhatikan khalayak. Bentuk gaya lain dari retoris adalah ironi (ejekan) dan metonomi. Tujuannya untuk melebihkan sesuatu yang positif mengenai diri sendiri dan melebihkan keburukan pihak lawan. Strategi
lainnya
adalah
ekspresi,
membantu
menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu dari teks yang disampaikan. Bentuk ekspresi berupa grafis, gambar, foto, tabel untuk mendukung gagasan yang tidak ingin ditonjolkan. Elemen retoris lainnya adalah visual image. Dalam teks, elemen ini ditampilkan dengan penggambaran detail berbagai hal yang ingin ditonjolkan.
F. KERANGKA PEMIKIRAN Pada dasarnya kerangka pemikiran bertujuan untuk mempermudah penulis dalam merinci langkah-langkah saat melakukan penelitian. Kerangka pemikiran ini bermula saat sedang gencarnya pemberitaan mengenai peristiwa yang sedang terjadi di Mina dan Mekkah. Insiden tersebut menyebabkan banyak korban jiwa yang berjatuhan. Insiden ini menjadi pemberitaan besar karena jumlah korban yang jatuh sangat
58
banyak, beberapa jemaah hilang dan masih dalam pencarian, juga peserta jemaah dari berbagai negara yang mengikuti ibadah haji. Media nasional Kompas merupakan media yang memberitakan peristiwa tersebut dan beberapa berita menjadi headline news. Berdasarkan hal tersebut, penulis mengambil penelitian berkaitan peristiwa jatuhnya crane di Mekkah dan insiden yang terjadi di Mina. Peristiwa tersebut berlangsung pada bulan September-Oktober 2015, pada saat musim haji. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan semua surat kabar Kompas berkaitan peristiwa tersebut. Kemudian penulis membaca dan mempelajari peristiwa tersebut. Bagaimana surat kabar Kompas mengonstruksi realitas peristiwa jatuhnya crane di Mekkah dan insiden saling desak di Mina? Dalam penelitian ini, konstruksi realitas yang penulis teliti ada pada setiap teks berita di surat kabar Kompas. Sehingga dalam melakukan penelitian, penulis menganalisa teks berita pada surat kabar Kompas menggunakan analisis wacana dengan metode yang diperkenalkan oleh van Dijk. Berikut merupakan hasil penggambaran kerangka pemikiran penulis mengenai penelitian yang penulis ambil, sebagai berikut:
59
Gambar 1.2 KERANGKA PEMIKIRAN
Pengumpulan data berupa surat kabar dari Harian Kompas selama September-Oktober 2015
Realitas Sosial: Jatuhnya tiang crane di Masjidil Haram dan Tragedi di Mina menyebabkan banyak korban meninggal
Konstruksi realitas media oleh surat kabar Harian Kompas
Realitas baru dari media Kompas berupa bahasa yang digunakan
Teks berita
Analisis wacana menggunakan metode analisis Teun A. van Dijk
Wacana yang muncul dari peristiwa tersebut
60
G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian
ini
menggunakan
jenis
penelitian
deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang menjabarkan atau menggambarkan peristiwa atau kejadian fakta yang ada di lingkungan sekitar kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori dan metode-metode yang sesuai dengan tipe penelitian untuk menghasilkan penelitian yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keseluruhan fakta yang ada dengan mengidentifikasi masalah secara langsung. Fakta tersebut merupakan hasil analisa yang telah dilakukan pada surat kabar Harian Kompas bulan SeptemberOktober 2015 seputar peristiwa jatuhnya crane di Mekkah dan insiden di Mina.
2. Obyek Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pemberitaan mengenai peristiwa jatuhnya crane di Mekkah dan insiden di Mina pada surat kabar Harian Kompas bulan September-Oktober 2015.
3. Sumber Berita Berdasarkan penelitian yang diambil penulis menggunakan sumber berita sebagai berikut:
61
a. Sumber data primer Sumber data primer dari penelitian adalah teks berita dari peristiwa jatuhnya crane di Mekkah dan insiden di Mina pada surat kabar Harian Kompas bulan September-Oktober 2015. b. Sumber data sekunder Sumber data sekunder dari penelitian ini penulis peroleh dari data-data kepustakaan, seperti buku, jurnal ilmiah, artikel maupun dari internet dan referensi lainnya yang menyangkut penelitian.
4. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive
sampling.
Teknik
ini
dipilih
berdasarkan
pertimbangan peneliti bahwa data yang dibutuhkan dapat diperoleh dari pendokumentasian pada surat kabar dan teks berita tertentu yang mampu memberikan informasi bagi penelitan. Kriterianya adalah teks berita pada halaman depan dan terdapat elemen van Dijk. Berita tersebut adalah: a. 7 Korban Meninggal, 31 Orang Dirawat pada 14 September 2015 b. Pemerintah Tindak Lanjuti pada 19 September 2015 c. Musibah Mina Terulang pada 25 September 2015 d. 225 Anggota Jemaah RI Masih Dicari pada 26 September 2015
62
e. Pencarian Jemaah Diintensifkan pada 27 September 2015 f. Perbaiki Manajemen Haji pada 28 September 2015 g. Pemerintah RI Juga Diminta Berbenah pada 29 September 2015 h. Perjalanan Spiritual yang Penuh Ujian pada 1 Oktober 2015
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pendokumentasian arsip-arsip berupa sumber dari website Kementerian Agama dan berita online, kemudian catatan-catatan yang penulis paparkan selama melakukan penelitian.
6. Validitas Data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis untuk menemukan kesimpulan. Untuk mendapatkan keabsahan data maka dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan intertekstualitas. Triangulasi metode merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data dimana peneliti menggali data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Pengumpulan data tersebut hasilnya dibandingan kemudian ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan pengumpulan berbeda dilakukan dengan analisis dokumen atau arsip.
63
Intertekstualitas merupakan hubungan teks dalam suatu teks atau hubungan teks dalam suatu ranah yang lebih besar yang membentuk teks. Intertekstualitas mengacu pada rangkaian kalimat yang berhubungan secara bentuk dan arti dengan rangkaian kalimat yang lain.65 Pengujian keabsahan data dengan intertekstualitas yaitu dengan membandingkan teks berita satu dengan teks berita lainnya yang diduga memiliki keterkaitan.
7. Teknik Analisis Data Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis wacana model Teun A. van Dijk. Dari sekian banyak model analisis wacana, model van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai karena model analisis van Dijk menganalisis suatu teks berita secara rinci dari paragraf, kalimat dan kata sehingga dapat ditemukan realitas yang diungkapkan oleh wartawan dari setiap paragraf, kalimat dan kata tersebut. Van Dijk melihat suatu teks terdiri dari beberapa struktur atau tingkatan yang saling mendukung. Berikut merupakan gambaran struktur teks van Dijk:
65
Hetty Catur Ellyawati, Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Terbongkarnya Perlakuan Istimewa Terhadap Terpidana Suap ArthalytaSuryani pada Media Online, The Messenger, 2011, Vol.III No 1, hlm. 21.
64
TABEL 1.4 STRUKTUR TEKS VAN DIJK Struktur Makro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik atau tema yang diangkat oleh suatu teks. Superstruktur Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Struktur Mikro Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. (sumber: Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, PT. LkiS Printing Cemerlang, Yogyakarta, 2012, hlm. 227)