BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan ekonomi dari masa ke masa terus mengalami perkembangan, yang dahulu ada kini tidak ada, atau sebaliknya. Dulu institusi pemodal seperti bank tidak dikenal dan sekarang ada. Maka persoalan baru dalam fiqh muamalah muncul ketika pengertian riba dihadapkan pada persoalan bank. Di satu pihak, bunga bank (interest bank) terperangkap dalam kriteria riba, di sisi lain, bank mempunyai fungsi sosial yang besar, bahkan dapat dikatakan tanpa bank suatu negara akan hancur.1 Dalam Ensiklopedia Indonesia, bahwa Bank (perbankan) ialah suatu lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasajasanya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang, dengan mengedarkan alat tukar baru dalam bentuk uang atau giral. Jadi kegiatannya bergerak dalam bidang keuangan serta kredit dan meliputi dua fungsi yang penting yaitu sebagai perantara pemberi kredit dan menciptakan uang.2 Sistem hubungan perekonomian dan keuangan zaman sekarang ini, baik dalam maupun luar negeri, adalah melalui saluran bank. Tidak ada suatu
1
Muhammad Zuhri, Riba dalam al-Qur’an dan Masalah Perbankan: Sebuah Tilikan Antisipatif, cet. I (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hlm. 4. 2 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyyah: Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan, (Jakarta: Raja Grafindo Husada, 1996), hlm. 75
1
negara mana pun yang tidak mempunyai perusahan bank, karena bank dapat melancarkan segala perhubungan dan lebih menjamin selamatnya pengiriman. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa tujuan dari suatu bank adalah mencari keuntungan dan keuntungan itu dicapai dengan berniaga kredit. Bank mendapat kredit dari orang luar dengan membayar bunga. Sebaliknya bank memberikan kredit dari kepada orang luar dengan memungut bunga yang lebih besar dari pada yang dibayarkannya. Jadi sedikit penjelasan di atas, maka yang disebut bunga bank adalah tambahan yang harus dibayarkan oleh orang yang berhutang kepada bank atau keuntungan yang diberikan pihak bank kepada orang yang menyimpan uang di bank dengan besar-kecil sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bank tersebut. Tetapi konsensus pendapatpendapat menganggap bahwa bunga bank merupakan tambahan tetap bagi modal, dikemukakan bahwa tambahan yang tetap ini merupakan biaya yang layak bagi proses produksi.3 Jadi selisih bunga itulah keuntungan bank. Sehingga bunga merupakan suatu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari perusahan bank dunia (umum). Mengenai kedudukan bank tersebut, Moh. Hatta mengatakan bahwa sampai saat ini berbagai ulama ada yang mengharamkan pemungutan bunga. Dengan larangan itu maka hilanglah sendi tempat bank berdiri. Kalau bunga tidak boleh dipungut, maka tidak dapat pula orang Islam untuk mendirikan bank. Lebih lanjut ia juga berpendapat, ada pula ulama yang 3
M. Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,alih bahasa Nastangin (Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997), hlm. 120
2
mengatakan, bahwa memungut rente itu merupakan perbuatan yang tidak terpuji, tetapi apabila masyarakat mengkehendakinya, rente itu dibolehkan juga. Hal seperti ini menimbulkan pemahaman masyarakat tentang sifat hukum dalam Islam mempertimbangkan buruk dengan baik. Jika lebih besar baiknya dari pada buruknya, hukumnya menjadi harus, pekerjaan seperti itu diperbolehkan.4 Sementara Mirza Nurul Huda sebagaimana dikutip oleh A. Chatib, memaparkan, bahwa satu segi kegiatan yang terpenting dari bank perdagangan adalah menerima titipan uang dari orang-orang dan meminjamkan dengan jangka pendek kepada orang lain guna menegakkan perdagangannya yang direncanakan. Oleh karena itu, maka bunga bank berdiri dan ada untuk mencari keuntungan. Apabila kita menghapus bunga—sebagaimana yang diwajibkan oleh negara Islam—maka bagaimana bank akan bekerja.5 Dalam Islam telah mengharamkan adanya riba. Masyarakat masa awal Islam belum mengenal sistem perbankan modern dalam arti praktis, sehingga dalam menanggapi fenomena ini, terjadi pebedaan pendapat. Beda pandangan dalam menilai permasalahan ini menimbulkan kesimpulan–kesimpulan hukum yang berbeda pula, dalam hal boleh atau tidaknya, halal haramnya umat Islam bermu’amalah dengan bank. Jika kembali kepada ajaran Islam di mana alQuran sendiri telah melarang bentuk mu’amalah yang mengandung unsur riba.
4
Fuad M Fahruddin, Riba dalam Bank: Koprasi, Perseroan dan Asuransi, (Bandung: alMa’arif, 1985), hlm. 21 5 A. Chotib, Bank dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1962), hlm. 16
3
Dasar persoalan riba dapat diketahui dengan jelas dan tegas dalam 3 ( tiga ) tempat : 1. Dalam al-Quran Surat al-Ruum : 39, sewaktu Nabi masih di Makkah di hadapan orang Arab Musyrikin. 2. Dalam al-Quran Surat Ali Imran : 130-132, sewaktu Nabi sudah pindah ke Madinah. 3. Dalam al-Quran Surat al-Baqarah : 275-280 Fenomena yang menarik kaitannya dengan ini adalah adanya respon beberapa organisasi besar Islam Indonesia dalam menyikapi masalah bunga bank tersebut, yaitu di antaranya Nahdlatul Ulama melalui Bahsul Masail-nya. Salah satu keputusan hukum tentang bunga bank yang selama ini telah beredar dalam kalangan umat Islam di antaranya adalah keputusan Mu’tamar NU XII di Malang pada tanggal 12 Rabi’ah as-Sani 1356 H atau 25 Maret 1937 No 204. Telah menjadi sebuah pertanyaan besar masalah bunga bank ini dalam mu’tamar
NU—terjadilah
pembahasan
yang
begitu
panjang
bagaimana hukum menitipkan uang dalam bank, hingga
tentang kemudian
pemerintah menetapkan pajak kerena alasan mendapatkan bunga. Halalkah bunga itu? Dan bagaimana hukumnya menitipkan uang dalam bank karena menjaga keamanan saja dan tidak menginginkan bunga? Jawaban dari pertanyaan tersebut diambil dengan merujuk pada keputusan Mu’tamar NU II di Surabaya pada tanggal 12 Rabi’ah as-Sani 1346 H atau 9 Oktober 1927 No. 28. yang memutuskan bahwa hukum bunga bank dan sehubunganya itu
4
sama dengan hukum gadai yang telah ditetapkan dalam mu’tamar tersebut. Di antara hasil keputusan Mu’tamar NU II di Surabaya, tentang gadai telah menghasilkan tiga pendapat yaitu : Haram, Halal, Syubhat (tidak tentu haram halalnya)6 Sebagai catatan penting dalam keputusan mu’tamar tersebut—bahwa untuk lebih berhati–hati ialah dengan mengambil pendapat pertama—yakni yang telah mengharamkannya. Adapun menitipkan uang dalam bank karena untuk keamanannya saja hukumnya makruh, dengan syarat apabila telah diyakini kalau uang tersebut akan digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Sementara keputusan Munas ‘Alim Ulama NU di Bandar Lampung tanggal 21-25 Januari 1992. Mengenai keputusan hukum bunga Bank ditempuh melalui prosedur yang lebih metodologis lagi, sebagai penyeimbang keputusan Muktamar NU XII di Malang. Adapun hasil keputusannya sebagai berikut : a. Haram, kerena bunga bank dipersamakan dengan riba secara mutlak. b. Boleh, kerena bunga bank tidak dipersamakan dengan riba. c. Subhat, kerena masih belum jelas. Dari diskripsi di atas nampak bahwa organisasi tersebut mempunyai konsep yang berbeda bahkan berseberangan dengan organisasi lainnya. Namun, mempunyai sisi kesamaan yaitu demi kemaslahatan umat manusia, 6
Abu Hamdan Abdul al-Jalil Hamid, Ahkam al-Fuqaha’ fi al-Muqarrarat Mu’tamarat Nahdlatul al-ulama’, (Semarang: Toha Putra, t.t.), I:22. sebagai perbandingan Lihat Abu Hamdan Abdu al-Jalil Hamid, Ahkam al-Fuqaha, fi al-Muqarrarat Mu’tamarat Nahdlatul al-Ulama’, (Semarang: Toha Putra, t.t.), II: 71.
5
meskipun implimentasinya juga berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya sudut pandang yang mempengaruhinya dalam menetapkan hukum tersebut. Oleh karena itu penyusun tertarik untuk mencoba meneliti dan menelusuri kembali permasalahan-permasalahan hukum bunga bank tersebut menurut pendapat Nahdlatul Ulama melalui Bahsul Masail-nya dengan titik tekan pada permasalahan dasar yang melatarbelakangi bunga bank adalah melalui metode pengambilan keputasan hukumnya yang diambil dari segi kajian fiqhnya,
B. Pokok Masalah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun perlu membatasi rumusan pokok masalah yang diteliti agar mengfokus dan tidak meluas, sehingga menjadi jelas. Adapun pokok masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana alasan penjatuhan putusan Nahdlatul Ulama (NU) mengenai hukum bunga bank dilihat dari segi hujjahnya? 2.
Metode Istinbat hukum apakah yang digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam memandang hukum bunga bank?
C. Tujuan Dan Kegunaan. Adapun tujuan dan kegunaan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :
6
1. Tujuan penelitian . a. Untuk menggambarkan atau menjelaskan bagaimana alasan penjatuhan putusan Nahdlatul Ulama (NU) mengenai hukum bunga bank dilihat dari segi hujjahnya b. Untuk menjelaskan metode istinbat apakah yang dipakai oleh Nahdlatul Ulama (NU) dalam memandang hukum bunga bank 2. Kegunaan dari penelitian adalah: a. Bagi kehidupan secara umum, yaitu memberikan atau membangkitkan pengertian dan kesadaran bagi kebanyakan masyarakat yang masih beranggapan bahwa sistem perbankkan yang belaku sekarang ini masih belum tepat atau mengena dengan ketentuan-ketentuan agama yang telah diyakini karena hukum bunga bank masih menjadi perselisihan pendapat dan juga agar mereka memiliki landasan yang kuat dalam menjalani aktifitas perekonomian. b. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu syariah, yaitu memberikan pemahamam yang kokoh bagi pemikiran hukum Islam sebagai upaya untuk menetapkan hukum terhadap masalah-masalah kontemporer yang dihadapi umat Islam, khususnya masalah hukum bunga bank.
D. Telaah Pustaka Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, menuntut para ulama untuk melakukan restrukturisasi terhadap hazanah keislaman ke arah
7
yang lebih inovatif. Termasuk di dalamnya melakukan ijtihad di bidang fiqh (hukum Islam) secara benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Mengingat kedudukan dan fungsi ijtihad dalam yurisprudensi, maka kajian tentang fiqh yang kontemporer akan selalu menjadi aktual. Studi tentang NU banyak dilakukan baik dari kalangan NU sendiri maupun dari luar serta telah dikodifikasikan.7 Seperti halnya Kacung Maridjan, dosen Fisip Unair, ia mengungkapkan bahwa dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial yang begitu cepat, NU tidak menutup kemungkinan akan melakukan pembaharuan (tajdid) bahkan islah pemikiran, dengan catatan bahwa pembaharuan tersebut tetap berakar pada kaidah-kaidah yang telah dianutnya. Hal ini pernah dilakukan dalam Munas ‘Alim Ulama di Cilacap. Meskipun buku tersebut tidak berorientasi terhadap tema pokok karya ini. Namun, Kacung Maridjan banyak memaparkan mengenai hukum bunga bank menurut NU dalam beberapa kali mu’tamar.8 Kajian yang lain dilakukan oleh Sugiri. Dalam skripsinya, dia meneliti NU sebagai organisasi kerakyatan—meminjam bahasa Dawam Raharja—dari segi penetapan hukum secara umum. Dia juga membahas istinbat hukum. Dalam NU, kalimat istinbat tidak populer, apalagi dengan diartikan ijtihad.
7
Studi tentang NU telah banyak dilakukan oleh banyak tokoh. Misalnya, M. Masyhur Amin menulis tentang sejarah berdirinya NU dan pasang surut perjalanan organisasi tersebut. Baca M. Masyhur Amin, NU dan Ijtihad Politik Kenegaraan, cet. I (Yogyakarta: al-Amin Press, 1996), hlm. 55 dst. Topik ini juga dibahas dalam desertasi yang telah diterbitkan dalam sebuah buku. Lihat M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fiqh dalam Politik, cet. II (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm. 38-45 8 Kacung Maridjan, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926 (Jakarta: Erlangga, 1992). Hlm. 194 dst
8
Hal ini sulit dilakukan, karena adanya keterbatasan yang disadari oleh jami’iyyah.9 Salah satu buku yang dikeluarkan PBNU, Ahkam al-Fuqaha’ fi alMuqarrarat Mu’tamarat Nahdatu al-Ulama’. Merupakan buku yang memuat banyak tentang hasil-hasil keputusan mu’tamar yang dilakukan oleh Nahdlatul Ulama dalam merespon berbagai masalah-masalah kontemporer mengenai hukum Islam. Di antaranya adalah tentang hukum bunga bank dan sehubungannya itu sama dengan hukum gadai yang telah ditetapkan dalam mu’tamar tersebut, di antara hasil keputusan Mu’tamar NU II di Surabaya, tentang gadai telah menghasilkan tiga pendapat yaitu: a. Haram: sebab termasuk hutang yang dipungut manfaatnya (rente). b.
Halal: sebab tidak ada syarat sewaktu akad, menurut ahli hukum yang terkenal bahwa adat yang berlaku itu termasuk menjadi syarat
c.
Syubhat (tidak tentu haram halalnya: sebab para ahli hukum masih terjadi selisih pendapat.10 Salah satu jurnal yang dimiliki Fakultas Syariah IAIN Walisongo,
Justia, juga banyak menyoroti tentang Bahsul Masail NU. Dalam sebuah edisi, M. Sholekhan Al-Jalily menjelaskan kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam BM ketika mengambil keputusan hukum NU, diantaranya, keterikatan BM terhadap kitab-kitab Klasik, ortodok, terlalu tinggi dominasinya sehingga 9
Sugiri, Studi Perbandingan Pelaksanaan Tata Cara Penetapan Hukum antara Majlis Tarjih Muhammadiyah dan Syuriah NU, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1998 10 Abu Hamdan Abdu al-Jalil Hamid, Ahkam al-Fuqaha’ fi al-Muqarrarat Mu’tamarat Nahdatu al-Ulama’, (Semarang: Toha Putra, t.t.).
9
dapat berpengaruh terhadap efektifitas bahkan fleksibilitas BM dalam menghadapi setiap perubahan sosial.11 Sementara A. Wahid Zaini, pengarang buku dan kolomnis produktif, dalam bukunya Dunia Pemikiran Kaum Santri secara jelas dan detail menjelaskan hukum tentang bunga bank yang telah diputuskan oleh Munas ‘Alim Ulama di Bandar Lampung, dan Majlis Tarjih Muhammadiyah di Sidoarjo. Dengan harapan agar forum kajian atau musyawarah yang diikuti oleh ulama dan ahli-ahli perbankan agar kajiannya lebih komprehensip dan hasilnya diharapkan lebih mendekati bahkan sesuai dengan realita yang ada.12 Adapun penelitian ini tentunya berbeda dengan beberapa penelitian dan buku yang tersebut di atas. Dalam penelitian ini, lebih difokuskan terhadap penulusuran kajian tentang hasil dan keputusan mu’tamar Nahdlatul Ulama (NU) tentang bunga bank, dalam kapasitas sebagai representasi pemberlakuan
hukum Islam yang merupakan organsisi Islam terbesar di
Indonesia.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penulisan sekripsi ini digunakan jenis penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang menjadikan bahan kepustakaan
11
M. Solekhan Al-Jalily,” Tradisi Bahtsul Masail NU: Harus Mampu Menjawab Problem Kemanusiaan”, Justisia, (Edisi 24 Tahun XI 2003), hlm. 69-79 12 A. Wahid Zaini, Dunia Pemikiran Kaum Santri (Yogayakarta: LKPSM: 1994).
10
ini dijadikan sebagai sumber (data) utama, baik data primer maupun sekunder. 2. Sifat Penelitian. Sifat dari penelitian ini adalah Descriptiv,13 analitik dan komparatif. Penelitian ini berusaha memaparkan tentang hukum bunga bank secara umum sebelum akhirnya akan mendeskripsikan kerangka pemikiran yang diteliti NU lewat Bahsul Masail-nya. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan analisis interpretasi tentang bagaimana metode pengambilan keputusan hukum yang dilakukan oleh organisasi tersebut dalam membangun korelasi yang dianggap signifikan. Kemudian membandingkan antara pendapat para ulama dengan buku-buku atau kitab fiqh lainnya sehingga dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang lengkap 3. Pengumpulan Data Karena penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka pengumpulan data adalah dengan mengumpulkan karya-karya dari organisasi tersebut. Adapun data primer, dalam NU adalah diambil dari hasil Keputusan Munas Alim Ulama tanggal 21 – 25 januari 1992 di Bandar lampung. Sementara data sekunder diambil dari buku-buku yang dikarang oleh tokoh-tokoh lain yang dapat mendukung pendalaman dan ketajaman dalam analisis penelitian ini. 13
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet. XIII (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 6
11
4. Analisis Data Dalam menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah terkumpul, penulis menggunakan analisis data yaitu dengan Descriptive Analysis, yaitu suatu usaha untuk menjelaskan tentang keharaman dan kebolehan mengambil bunga di bank, dengan melihat metode pengambilan keputusan hukum NU dilihat dari sisi hukum Islam (fiqh). Artinya, penelitian ini dilihat baik dari kaidah ushuliyah maupun fiqhiyyah. Hal ini penting, karena masalah bunga bank merupakan satu bagian dari kajian Islam (fiqh) dan merupakan salah satu persoalan kotemporer dari sekian banyak persoalan baru.
F. Sistematika Penulisan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pokok-pokok bahasan secara sistematis yang terdiri dari lima bab dan pada tiap-tiap bab terdiri
dari
sub-sub
sebagai
perinciannya.
Adapun
sistematika
pembahasannya adalah sebagai berikut : Bab satu (I) merupakan pendahuluan yang berisi: pertama, latar belakang masalah yang memuat alasan-alasan pemunculan masalah yang diteliti. Kedua,
pokok masalah merupakan penegasan terhadap apa yang
terkandung dalam latar belakang masalah. Ketiga, tujuan yang akan dicapai dan kegunaan (manfaat) yang diharapkan tercapainya penelitian ini. Keempat, telaah pustaka sebagai penelusuran terhadap literatur yang telah ada sebelumnya dan kaitannya dengan objek penelitian. Kelima, metode penelitian
12
berupa
penjelasan
langkah-langkah
yang
akan
ditempuh
dalam
mengumpulkan dan menganalisis data. Keenam, sistematika penulisan sebagai upaya yang mensistematiskan penyusunan. Selanjutnya, tahap kedua yaitu isi, terdiri dari tiga bab, yakni bab II, III, dan IV. Bab kedua mengulas tentang gambaran umum masalah bunga bank. Hal ini diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keberadaan dan praktek bunga bank saat ini. Bab ini terbagi atas enam sub, pertama, membahas sejarah bunga bank. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kapan bunga bank itu ada (dari masa pra-Islam hingga datangnya Islam). Kedua, bagaimana Islam menilik pengertian dan landasan hukum bunga bank. Ketiga, menjelaskan betapa pentingnya fungsi bank dalam kegiatan transaksi ekonomi dan kehidupan modern ini. Keempat, menerangkan sejauhmana perbedaan bank konvensional dan bank Islam dan, Kelima, mengupas mengenai riba, bunga bank dan masyarakat Indonesia. Pemaparan ini perlu untuk memahami akibat hukum yang timbul dari dilaksanakannya praktek bunga bank dalam masyarakat Indonesia sekarang. Sedangkan bab ketiga membahas tentang gambaran umum tentang Bashul Masail Nahdlatul Ulama tahun 1992 di Bandar Lampung mengenai hukum bunga bank. Hal ini diperlukan karena pada dasarnya penelitian ini terfokus pada praktek bunga bank tersebut. Bab ini terbagi menjadi menjadi tiga sub,
pertama,
mengulas tentang sejarah dan latarbelakang lahirnya
Nahdlatul Ulama ditinjau dari segi sosial-kemasyarakatannya. Kedua, menjelaskan pokok-pokok pikiran Nahdlatul Ulama. Ketiga, mengupas hasil
13
Bashul Masail tahun 1992 di Bandar Lampung tentang bunga bank. Hal ini dimaksudkan untuk memahami secara utuh atau mnyeluruh terhadap pandangan organisasi tersebut dalam merespon praktek pembungaan dalam bank konvensional. Selanjutnya, bab keempat, memuat hasil analisis terhadap Bashul Masail NU tahun 1992 di Bandar Lampung tentang bunga bank ditinjau dari segi ketentuan hukum dan metode yang digunakan (istinbatnya). Sehingga dari ulasan ini diharapkan akan ada kejelasan bagaimana hukum Islam memandang keberadaan bunga bank. Bab kelima (V) sebagai bab terakhir dari keseluruhan rangkaian pembahasan, memaparkan kesimpulan dan pembahasan bab-bab sebelumnya sehingga memperjelas jawaban terhadap persolan yang dikaji serta saran-saran dari penulis berkenaan dengan pengembangan keilmuan agar dapat mencapai hal-hal yang lebih baik dan lebih maju.
14
DAFTAR PUSTAKA Abdu al-Jalil Hamid, Abu Hamdan, Ahkam al-Fuqaha’ fi al-Muqarrarat Mu’tamarat Nahdatu al-Ulama’, Semarang: Toha Putra, t.t. A. Malik Madaniy, Pola Penetapan Hukum Islam Nahdlatul Ulama (Antara Fakta dan Cita), diedit oleh M. Masyhur Amin dan Ismail S. Ahamad, Dialog Pemikiran Islam dan Realitas Empirik, Yogyakarta: LPKSM, 1993. Chotib, A., Bank dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1962 Fahruddin, M. Fuad, Riba dalam Bank: Koprasi, Perseroan dan Asuransi, Bandung: al-Ma’arif, 1985 Hasan, M. Ali, Masail Fiqhiyyah: Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Husada, 1996 Manan, M. Abdul, Teori dan Praktek Ekonomi Islam,alih bahasa Nastangin, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1997 Maridjan, Kacung, Quo Vadis NU Setelah Kembali ke Khittah 1926, Jakarta: Erlangga, 1992 Moleong, J. Lexy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, cet. XIII, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000 Sugiri, Studi Perbandingan Pelaksanaan Tata Cara Penetapan Hukum antara Majlis Tarjih Muhammadiyah dan Syuriah NU, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1998. Zaini, A. Wahid, Dunia Pemikiran Kaum Santri, Yogayakarta: LKPSM: 1994 Zainudin, Djejen dan Suparta, Fiqh, Semarang: Toha Putra, 1996 Zuhri, Muhammad, Riba dalam al-Qur’an dan Masalah Perbankan: Sebuah Tilikan Antisipatif, cet. I, Jakarta: Raja Grafindo, 1996
15
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BUNGA BANK (STUDI ANALISIS HASIL BASHUL MASAIL NU TAHUN 1992 DI BANDAR LAMPUNG TENTANG HUKUM BUNGA BANK)
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
M. Agung Bahtiar 2100203
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2004
16
Hal: Pengajuan Proposal Skripsi Kepada Yth Kepala Jurusan Muamalah Fakultas Syari’ah Di Semarang. Assalamu’alaikum Wr. Wb Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: M. Agung Bahtiar
NIM
: 2100203
Fakultas/ Jurusan
: Syari’ah/Muamalah
Alamat
: Kajen, Margoyoso, Pati
Dengan ini bermaksud mengajukan proposal skripsi dengan judul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP BUNGA BANK” (Studi Analisis Hasil Bashul Masail NU Tahun 1992 Di Bandar Lampung Tentang Hukum Bunga Bank) Demikian pengajuan ini saya buat, atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Semarang, 23 Agustus 2004 Yang mengajukan
M. Agung Bahtiar NIM. 2100203
17