BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Olahraga adalah sebentuk hiburan yang memikat karena hakikat uniknya. Berbicara mengenai olahraga, terdapat hal yang menarik mengenai hakikatnya. Daya pikat olahraga bersandar pada ketidakpastian hasil pertandingan. Karakteristik
peristiwa
olahraga
merupakan
pengalaman
dan
sumber
pembangkitan emosi hedonis, seperti rasa takut, harapan, kebahagiaan, dan kemarahan. Konsumsi hedonis merujuk pada aspek-aspek konsumsi multisensorik dan emotif. Konsumsi multisensorik meliputi pemberian citra-citra seperti penglihatan, suara, dan tradisi menghadiri sebuah peristiwa olahraga secara langsung atau menyaksikan melalui televisi. Holbrook menyatakan bahwa pencarian akan pembangkitan emosional adalah motivasi utama bagi konsumsi peristiwa olahraga. Di dalam kerangka kerja hedonis ini, interaksi yang dinamis antara pemain dan penonton penting karena audiens dapat mempengaruhi kinerja pemain. Penggemar olahraga berusaha mengembangkan persepsi bahwa mereka terlibat dalam sebuah permainan.1 Olahraga merupakan kegiatan yang terbuka bagi semua orang sesuai usia dengan kemampuan, kesenangan, dan kesempatan tanpa membedakan hak, status sosial, serta derajat di masyarakat. Kini masyarakat telah menginsyafi akan perlunya melakukan olahraga. Ini terbukti dari banyaknya 1
L.J. Shrum. Psikologi Media Entertainment, Yogyakarta : Jalasutra. 2010. Hal. 420-421
1
anggota masyarakat yang melakukan olahraga pada hari-hari libur di lapangan atau ditempat-tempat tertentu yang memungkinkan. Pada umumnya mereka berolahraga dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan. Namun, saat ini peristiwa olahraga telah menjelma manjadi komoditas hiburan bagi masyarakat. Kegiatan olahraga melibatkan antara alat atau fasilitas yang disebut barang (goods) dan guru/pelatih/instruktur yang disebut jasa (service). Kedua produk barang dan jasa ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam proses belajar mengajar, seperti pendidikan olahraga dan kepelatihan. Penjelmaan olahraga menjadi komoditas hiburan, memancing lahirnya klub-klub olahraga baru di berbagai cabang olahraga, sebut saja olahraga baseball softball. Selanjutnya peneliti akan menggunakan Baso untuk mewakili baseball softball. Saat ini tercatat ada lebih dari 12 klub olahraga Baso yang bernaung dibawah Pemda DKI Jakarta. Klub-klub tersebut antara lain Prambors Softball Baseball League (PSBL), Cheetah, Garuda, Blue Jays, Bumi Asri, Giants, Pejabat, Gorgeous, Rajawali, Teladan, dan sebagainya. Semakin banyak lahirnya klub atau organisasi olahraga, semakin ketat pula persaingan untuk mendapatkan atlet baru. Oleh karenanya, perlu dilakukannya suatu strategi untuk meningkatkan minat target sasaran terhadap klub Baso sehingga dapat memotivasi mereka untuk turut bargabung di klubnya. Pesatnya perkembangan di bidang olahraga, merupakan pembuktian semakin banyak masyarakat yang ingin hidup sehat dan membuka kesempatan bagi setiap klub untuk bersaing membidik calon atlet baru. Persaingan ini tentu saja mendorong sebuah klub untuk menampilkan keunggulan dan kualitas
2
klubnya masing-masing. Langkah-langkah untuk menarik minat calon atlet dapat melalui
berbagai
strategi,
bisa
melalui
promosi,
sosialisasi,
kegiatan
kemasyarakatan, penyelenggaraan event atau turnamen, atau kegiatan serupa lainnya yang berkaitan dengan peningkatan minat. Berbicara mengenai peningkatan minat, pada tahun 1980-an, muncul konsep-konsep pemasaran yang lebih khusus dan lebih spesifik cakupannya. Konsep-konsep tersebut tidak lagi hanya memfokuskan orientasi penjualannya kepada segi “what” dari kuantitas penjualan produknya demi menjaga kepentingan pihak produsen untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang setinggi-tingginya2. Tetapi konsep-konsep tersebut mulai melihat segi “how” mengenai pemasaran yang berorientasi kepada kepuasaan pihak konsumen atau pelanggannya. Hal tersebut diwujudkan dengan upaya memberikan kualitas pelayanan yang prima, mulai dari kiat dan teknik promosi penjualan produk yang memadukan kekuatan publisiting, yaitu suatu bentuk pengembangan kegiatan publikasi
Public
Relations
dengan
pendekatan
jurnalistik
dalam
menginformasikan produk yang akan dipasarkan, teknik publisiting tersebut sering direalisasikan dalam bentuk press release, press events, house journal, dan sebagainya. Adalah Philip Kotler yang pertama kali memunculkan konsep Mega Marketing yang merupakan perpaduan antara kekuatan Public Relations dan Marketing Mix. Kemudian muncul lagi istilah Marketing Public Relations (MPR), sebagai
2
pengembangan
tahap
berikutnya
dari
konsep
sebelumnya
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Edisi Revisi. Hal.244
3
(Megamarketing) yang dipopulerkan oleh Thomas L. Harris (1991). Secara umum pengertian Marketing Public Relations merupakan suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang dapat merangsang pembelian dan kepuasan konsumen melalui pengkomunikasian informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan yang positif yang ditimbulkan dan berkaitan dengan identitas perusahaan atau produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan bagi para konsumennya 3. Pengertian konsep MPR, secara garis besarnya terdapat tiga taktik (Three Ways Strategy) untuk melaksanakan program dalam mencapai tujuan (goals), yaitu pertama bahwa Public Relations merupakan potensi untuk menyandang suatu taktik pull strategy (menarik), sedangkan kedua adalah power (kekuatan) sebagai penyandang, push strategy (untuk mendorong) dalam hal pemasaran. Dan taktik ketiga, pass strategy sebagai upaya mempengaruhi atau menciptakan opini publik yang menguntungkan. Pengertian pemasaran tidak lagi dalam pengertian sempit, tetapi berkaitan dengan aspek-aspek perluasan pengaruh, informatif, persuasif dan edukatif, baik segi perluasan pemasaran (makes a marketing) atas suatu produk barang atau jasa yang diluncurkan, maupun yang berkaitan dengan perluasan suatu pengaruh tertentu (makes an influence) dari suatu kekuatan (power) lembaga atau terkait dengan citra dan identitas suatu perusahaan (Corporate image and identity)4. Berkaitan dengan peningkatan minat, three ways strategy dapat diimplementasikan dalam upaya merangsang calon atlet agar bergabung ke dalam klub olahraga. 3 4
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Edisi Revisi. Hal.246 Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Edisi Revisi. Hal.246
4
Bentuk pelaksanaan push strategy dalam klub olahraga sangat beragam, antara lain melalui pembekalan informasi, visualisasi secara langsung, demonstrasi, dan pemberian jasa kepada individu, instansi atau lembaga lainnya. Dapat dikatakan bahwa olahraga merupakan kebutuhan bagi setiap insan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, serta ajang aktualisasi diri. Sudah sepantasnya sebuah klub olahraga beradaptasi terhadap lingkungannya secara kreatif dan menguntungkan untuk mendapatkan perhatian masyarakat demi kaderisasi atletnya, karena keberhasilan suatu bisnis olahraga bukan ditentukan oleh pihak internal saja, melainkan oleh calon atletnya (eksternal), semakin banyak calon atlet tertarik untuk bergabung ke dalam klub olahraga, maka klub tersebut dapat dikatakan berhasil dalam menjalankan strategi marketingnya. Di Indonesia, Baso merupakan salah satu cabang olahraga favorit yang memiliki kelas tersendiri dalam meraih penggemarnya. Olahraga ini memiliki daya pikat tersendiri, sehingga menjadi industri yang atraktif sebagaimana yang terjadi di negara-negara maju. Untuk memikat para calon atletnya, sebuah klub Baso dapat menyampaikan kesan-kesan positif dengan menggunakan “sinergi” peranan pull strategy, yang kemudian diikuti dengan taktik pass strategy untuk mendukung demi mencapai tujuan dari Marketing Public Relations. Pelaksanaan sinergi tersebut dapat dilakukan klub Baso melalui beberapa teknik penyampaian agar target sasaran kaya informasi, tertarik, dan action. Marketing Public relations dalam ranah pemasaran olahraga dapat disampaikan melalui berbagai cara, seperti pemberian jasa kepelatihana, penyelenggaraan event olahraga, press conference,
5
sosialisasi, pemberitaan diberbagai media, dan lain-lain. Selanjutnya penulis akan menggunakan singkatan MPR untuk mewakili Marketing Public Relations. Pada dasarnya kegiatan untuk memperkenalkan suatu klub olahraga, sama seperti memperkenalkan suatu produk/jasa/event, yaitu harus melalui tahap pemasaran, semakin agresif kegiatan pemasaran yang dilakukan, semakin besar juga kesempatan produk/jasa/event dibicarakan atau dikenal masyarakat. Bagi sebuah organisasi/klub olahraga diperlukan beberapa manuver agar semakin dikenal masyarakat, salah satunya memaksimalkan fungsi MPR. MPR memiliki posisi yang sangat penting dalam sebuah organisasi, terutama bila organisasi tersebut ingin lebih dikenal oleh masyarakat dan media. MPR sangat menentukan perwajahan organisasi di mata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan, karena MPR merupakan salah satu front liner penting dalam berkomunikasi dengan masyarakat dan media massa, terutama target sasaran. MPR dapat berfungsi sebagai pembangun minat kategori tertentu dan mempengaruhi kelompok sasaran tertentu. Pesan komunikasi yang disampaikan harus harmonis dengan tujuan klub/organisasi tersebut. Respon masyarakat akan mewakili bagaimana organisasi bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat. Untuk itu, di dalam sebuah strategi MPR, sangat penting untuk bisa mengelola mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi. Dengan kata lain, MPR dapat berfungsi sebagai jembatan antara target sasaran dan media. MPR merupakan suatu pendekatan yang sangat strategis,
yang
menggunakan konsep-konsep komunikasi. Dengan menggunakan teknik-teknik komunikasi yang sesuai, praktisi MPR akan menjadi tenaga yang sangat penting
6
bagi pemasaran olahraga. Strategi meliputi cara-cara membangun kepribadian organisasi. Dengan kata lain seorang praktisi MPR harus bisa mentransfer pribadinya timbal balik dengan organisasinya. Praktisi MPR melakukan komunikasi dengan cara membujuk (persuasive). Oleh karena itu sering disebut secara sepihak bahwa profesi marketing public relations adalah profesi pembujuk (persuaders). MPR meliputi pengelolaan komunikasi antara perusahaan dan target sasaran (calon atlet) dan menunjukkan adanya lalu lintas informasi dua arah mengenai produk dan atau organisasi. Lebih dari menyampaikan informasi, MPR mengkomunikasikan segenap konsep dan gagasan organisasi sehingga dalam benak publik berkembang motivasi untuk melakukan pembelian atau minat. Dalam kaitannya dengan penelitian ini, MPR sekaligus berfungsi sebagai motivator bagi calon atlet untuk bergabung dalam klub olahraga. Apalagi saat ini perkembangan bidang olahraga sangatlah pesat, sehingga menimbulkan persaingan antara klub satu dengan yang lainnya. Persaingan membuat para organisasi-organisasi olahraga secara drastis mengubah strategi usaha dan pemasarannya untuk lebih dekat dengan target sasaran dan memperkuat keunggulan bersaingnya. Persaingan inilah yang melatarbelakangi salah satu klub Baso bernama Prambors Softball baseball League (PSBL) ingin meningkatkan value dirinya didepan mata khalayak melalui kegiatan MPR. Dewasa ini terdapat beberapa alasan mengapa bagi sebuah klub olahraga seperti PSBL perlu melakukan segenap strategi MPR, karena MPR dinilai mampu meningkatkan minat target sasaran. Konsep MPR sifatnya
7
membantu memasarkan suatu brand/produk, melalui pemberian informasi, pelatihan dan upaya peningkatan pengertian melalui penambahan pengetahuan mengenai suatu merek produk, jasa, sehingga perusahaan atau organisasi akan lebih kuat dampaknya, dan lebih lama diingat oleh masyarakat. Dengan tingkat komunikasi yang lebih intensif dan komprehensif bila dibandingkan dengan iklan, maka MPR merupakan suatu konsep yang lebih tinggi dari iklan yang biasa. Seperti yang dilakukan klub Baso PSBL, PSBL secara intensif melakukan berbagai pengenalan terhadap masyarakat, serangkaian pengenalan tersebut dilakukan semata-mata untuk meningkatkan kesadaran target sasaran terhadap PSBL. PSBL merupakan klub olahraga Baso tertua di Indonesia. Butuh kekompakan khusus demi mempertahankan sebuah klub Baso seperti PSBL. Klub PSBL telah resmi menjadi anggota dari induk organisasi Persatuan Baseball Softball Seluruh Indonesia (PERBASASI) Provinsi DKI Jakarta sejak tanggal 2 November 1974. Bagi sebuah klub Baso, kaderisasi atlet adalah hal yang utama demi kelangsungan hidup organisasi. Sebagai penunjang hal tersebut dibutuhkan strategi khusus untuk terus optimis dalam upaya meningkatkan minat target sasaran dengan menggunakan strategi MPR. Ada banyak hal yang menjadi indikasi mudahnya proses kaderisasi atlet Baso di Jakarta, antara lain adanya kepentingan perusahaan yang memanfaatkan peristiwa olahraga untuk tujuan promosi, ajang gengsi para orang tua, maraknya peran “Bapak Angkat”, atau kesadaran individual untuk berkompetisi dalam bidang olahraga.
Berdasarkan
asumsi dan alasan diatas, peneliti melihat permasalahan ini penting untuk
8
dilakukannya suatu penelitian dan pengkajian secara mendalam mengenai strategi MPR PSBL dalam meningkatkan minat target sasarannya untuk turut bergabung ke dalam klub. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam skripsi ini adalah “bagaimana strategi Marketing Public Relations (MPR) klub Prambors Softball Baseball League (PSBL) dalam meningkatkan minat pelajar untuk bergabung di PSBL?” 1.3 Tujuan Tujuan penulisan skripsi ini, yaitu untuk mengetahui strategi Marketing Public Relations (MPR) klub Prambors Softball Baseball League (PSBL) dalam meningkatkan minat pelajar untuk bergabung ke dalam klub. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas informasi bagi khalayak akademis dalam memperkenalkan suatu produk/jasa/event/organisasi melalui peristiwa olahraga, diharapkan pula melalui analisis marketing public relations dapat dibentuk suatu pijakan baru untuk melakukan kegiatan promosi atau pemasaran melalui kegiatan olahraga. 1.4.2
Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi referensi bagi PSBL atau
organisasi olahraga baseball dan softball lainnya dalam menjalankan strategi
9
MPR, khususnya untuk menarik minat calon atlet. Disamping itu diharapkan juga hasil penelitian ini dapat memotivasi khalayak aktivitas yang dapat memberikan sarana untuk mengaktualisasikan bakat dan prestasi.
10