BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi lain peningkatan ini juga sekaligus akan membawa efek negatif yang tidak diinginkan. Peningkatan jumlah kendaraan di Negara Eropa sebanding dengan peningkatan jumlah emisi yang dihasilkan yang merupakan ancaman bagi kesehatan manusia (Hickman, 1999). Kondisi ini dapat juga terjadi di Kota Makassar. Pencemaran udara sudah menjadi masalah yang serius di kota-kota besar di dunia. Pencemaran udara perkotaan yang berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan telah dikenal secara luas selama kurang lebih 50 tahun terakhir (Azmi et al., 2010; Gurjar et al., 2008; Ozden et al., 2008). Selain dampak terhadap kesehatan manusia, pencemaran udara juga dapat berdampak negatif terhadap ekosistem, material dan bangunan-bangunan, vegetasi dan visibilitas (Ilyas et al., 2009). Beberapa kajian menyebutkan bahwa menurunnya kualitas udara wilayah perkotaan dapat diduga dari tingginya konsumsi bahan bakar minyak untuk sektor transportasi, sekitar 53% (Lvovsky et al., 2000). Tingginya penggunaan bahan bakar minyak tersebut menyebabkan kontribusi sektor
I-1
transportasi terhadap penurunan kualitas udara di berbagai kota besar di dunia cukup besar yang rata-rata mencapai 70% (Tietenberg, 2003). Menurut Kementerian Keuangan dan Bank Dunia (2008), emisi tahunan Indonesia dari sektor energi mencapai 275 juta ton karbon dioksida ekuivalen atau sekitar 9% dari total emisi Indonesia. Diperkirakan dengan kebijakan pemerintah saat ini yang cenderung mendukung pengembangan bahan bakar fosil ditambah dengan besarnya hambatan pengembangan energi terbarukan, emisi dari sektor energi akan cenderung meningkat dengan tajam menjadi tiga kali lipat di tahun 2030. Dalam basis per kapita, emisi gas rumah kaca Indonesia telah tumbuh 173% sejak tahun 1980, atau 75% sejak tahun 1990 (WRI, 2008). Kota Makassar sebagai pusat pengembangan kawasan strategis di kawasan timur Indonesia, cenderung mengalami pertumbuhan yang pesat di berbagai bidang termasuk sektor transportasi sebagai penunjang aktivitas masyarakat yang sangat penting dirasakan saat ini. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan jumlah penduduk memberi dampak pertumbuhan sektor tranportasi yang meningkat sangat cepat. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah kendaraan di Kota Makassar, baik kendaraan umum maupun pribadi yang mencapai sekitar 856 ribu unit pada tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 20% pertahun (Sistem Administrasi Manunggal di bawah Satu Atap, 2012). Pertumbuhan kendaraan yang pesat di kota-kota besar mencerminkan kurang memadainya sistem transportasi kota. Masyarakat terdorong untuk menggunakan mobil pribadi dan sepeda motor karena ketiadaan transportasi umum yang nyaman, aman, murah dan tepat waktu. Pertumbuhan jumlah
I-2
kendaraan yang tidak sebanding dengan peningkatan volume jalan yang cenderung statis mengakibatkan terjadinya perlambatan hingga kemacetan di berbagai ruas jalan. Hal ini berakibat pada pemborosan konsumsi bahan bakar kendaraan dan juga terjadinya akumulasi jumlah emisi dan degradasi kualitas udara (WRI, 2008). Beberapa hasil kajian juga menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia. Sektor transportasi menyumbang 65% hingga 75% dari pencemar nitrogen oksida (NO2) dan 15% hingga 55% pencemar particulate matter (PM10) (Syahril et al., 2002; Suhadi dan Damantoro, 2005). Menurut JICA (2004), kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah perkotaan dan menyumbang 70% emisi NO, 52% emisi VOC dan 23% partikulat. Beberapa studi tentang pencemaran udara di Kota Makassar telah dilaporkan. Hasil riset yang dilakukan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) pada tahun 2006 hingga 2008 di 30 kota besar di Indonesia termasuk Kota Makassar menunjukkan peningkatkan nilai konsentrasi emisi sulfur dioksida (SO2) sebesar 23,10 hingga 45,29 μg/Nm3, dan nitrogen dioksida (NO2) sebesar 14,80 hingga 62,11 μNg/m3. Hasil pengukuran timah hitam (Pb) yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 di Jalan DR. Ratulangi sebesar 2,353 μg/Nm3 atau telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan berdasarkan SK Gubernur No. 69 Tahun 2010 sebesar 2 μg/Nm3. Sedangkan untuk konsentrasi
I-3
NO2 dan SO2 masih berada di bawah baku mutu udara ambien yaitu sebesar 64,18 dan 52,15 μg/Nm3. Menurut Mehta et al., (2011), setiap peningkatan 10 μg/Nm3 konsentrasi PM10 pada jangka panjang berhubungan dengan peningkatan 12% resiko kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Hasil studi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), dengan sampel Kota Makassar menemukan bahwa yang menyumbang andil kemacetan adalah kendaraan roda dua. Penyebabnya adalah pertumbuhan kepemilikan warga kota terhadap kendaraan roda dua sangat tinggi, mencapai 802.918 unit hingga tahun 2012 (Dishub Kota Makassar, 2013). Pertumbuhan kendaran roda dua yang paling dominan dibanding dengan angkutan umum dan kendaraan pribadi roda empat yaitu sebesar 13,59% per tahun. Sementara jumlah angkutan umum dalam kota hanya sekitar 8,4% dari jumlah total kendaraan yang ada di Kota Makassar. Hasil rinci dan detail uji emisi mengidentifikasi bahwa 90,9% angkutan kota dalam kondisi kritis karena seluruh parameter uji emisi tidak ideal, baik karena usia kendaraan, jenis mesin, maupun karena kurangnya perawatan kendaraan dan mesin (Mansyur, 2008). Pendekatan pengendalian pencemaran udara yang dilaksanakan saat ini oleh Pemerintah Daerah adalah pendekatan peraturan perundang-undangan berupa baku mutu, baik baku mutu emisi maupun baku mutu udara ambien melalui SK Gubernur Sulawesi Selatan No. 69 Tahun 2010. Dalam baku mutu udara ambien ditetapkan tingkat pencemaran tertinggi untuk waktu pemaparan tertentu. Berbagai upaya untuk menanggulangi pencemaran udara telah dilakukan baik dalam konteks pencegahan dan penanggulangan, dalam bentuk
I-4
perbaikan kualitas bahan bakar, mengefektifkan manajemen lalu lintas, pengetatan standar emisi serta penegakan hukum, namun belum semuanya terlaksana secara optimal sehingga tingkat kemacetan dan polusi udara masih tetap meningkat. Untuk menganalisis pencemaran udara pada ruas Jalan di Kota Makassar, diperlukan informasi yang mendasar mengenai karakteristik beban polutan dan pencemaran udara akibat kegiatan transportasi saat ini. Informasi tersebut berupa karakteristik jumlah dan jenis polutan pencemar udara, kondisi meteorologis yang mempengaruhi pencemaran, dan konsentrasi pencemar yang terjadi di wilayah Kota Makassar. Berdasarkan latar belakang ini, penulis mengangkat Tugas Akhir dengan judul “Analisis Tingkat Polutan pada Beberapa Ruas Jalan Utama di Kota Makassar.”
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang pada uraian di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan, yaitu: 1. Jenis polutan dan gas buang apa saja yang diemisikan oleh kendaraan bermotor pada Ruas Jalan Utama di Kota Makassar? 2. Berapa besar konsentrasi polutan yang diemisikan oleh kendaraan bermotor pada Ruas Jalan Utama di Kota Makassar?
I-5
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui tingkat polutan pada Ruas Jalan Utama di Kota Makassar.
1.3.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu: 1. Mengetahui jenis polutan dan gas buang yang diemisikan oleh kendaraan bermotor pada Ruas Jalan Utama di Kota Makassar. 2. Menganalisis besarnya konsentrasi polutan yang diemisikan oleh kendaraan bermotor pada Ruas Jalan Utama di Kota Makassar.
1.4. Batasan Masalah Batasan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1. Wilayah studi penelitian dilakukan di 34 Ruas Jalan Utama di Kota Makassar. Jalan utama yang dimaksud adalah klasifikasi jalan menurut fungsinya, yaitu jalan arteri, kolektor, dan lokal. 2. Polutan yang dianalisis adalah NOx, CO, dan CO2 di Ruas Jalan Utama Kota Makassar serta tidak mempertimbangkan pereduksian polutan. 3. Moda transportasi yang dianalisis berupa kendaraan ringan, kendaraan berat, dan sepeda motor.
I-6
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan: Sebagai referensi dalam melakukan kajian ilmiah tentang polutan kendaraan bermotor. 2. Bagi Program Studi Teknik Lingkungan: Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dalam bidang pencemaran udara khususnya dari emisi gas buang kendaraan bermotor di Kota Makassar. 3. Bagi Pemerintah: a. Sebagai pedoman dalam penentuan titik pemantauan kualitas udara di Kota Makassar. b. Sebagai pedoman perencanaan tata ruang kota berdasarkan distribusi spasial polutan. c. Sebagai alternatif penyusunan kebijakan untuk mengatasi pencemaran emisi kendaraan bermotor di Kota Makassar. 4. Bagi Masyarakat: Sebagai masukan untuk mengetahui pengawasan terhadap perubahan kualitas udara yang disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor.
I-7
1.6. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini, yaitu: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini merupakan bingkai studi atau rancangan yang akan dilakukan meliputi
latar belakang
masalah yang mendasari
pengangkatan tema Tugas Akhir, identifikasi permasalahan yang hendak dipecahkan oleh penulis, maksud dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah untuk mempersempit ruang lingkup, manfaat penelitian yang diharapkan, serta sistematika penulisan laporan yang dipakai dalam tugas akhir ini sehingga bisa dipahami secara sistematis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan laporan Tugas Akhir agar dapat memberikan gambaran model dan metode analisis yang akan digunakan dalam menganalisis masalah. Tinjauan pustaka dilakukan pada buku-buku literatur, jurnal, internet, dan berbagai sumber lain yang dapat mendukung penyusunan laporan Tugas Akhir.
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan metode pelaksanaan penelitian yang berisi tentang bagan alir metode penelitian, jenis penelitian, populasi dan
I-8
sampel, waktu dan tempat penelitian, peralatan penelitian, teknik pengumpulan data, metode penyajian data dan analisis data, serta gambaran umum lokasi penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil dari penelitian dan menganalisis permasalahan,
evaluasi,
serta
perhitungan
terhadap
masalah
penelitian mengenai polutan di ruas jalan utama Kota Makassar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil analisis dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Terdapat juga saran yang direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya atau untuk penerapan hasil penelitian di lapangan.
I-9