BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian dalam arti luas, usaha peningkatan produksi peternakan juga termasuk di dalamnya (Mubyarto, 1997). Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sub-sektor peternakan di Indonesia adalah upaya mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada gilirannya upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa. Produksi susu lebih diutamakan dari ternak sapi, dalam hal ini adalah sapi perah. Konsumsi susu pun selalu meningkat sehingga untuk mencukupi permintaan masih perlu impor (Undang, 1997). Agribisnis sapi di Indonesia mempunyai prospek yang sangat besar, karena permintaan produk daging, susu maupun kulit terus meningkat, seirama dengan pertambahan penduduk dan perkembangan perekonomian nasional. Namun sangat disayangkan karena dalam beberapa dasawarsa terakhir ini impor ketiga produk tersebut cenderung terus meningkat, walaupun terjadi fluktuasi sebagai
akibat
adanya perubahan global maupun dinamika nasional. Usaha ternak sapi perah di Indonesia baru dimulai pada abad 17 bersamaan dengan masuknya Belanda ke Indonesia. Pada waktu itu bangsa sapi tipe perah yang didatangkan adalah Fries Holland (FH) dari negeri Belanda. Oleh karena itu,
Universitas Sumatera Utara
tidaklah mengherankan kalau sampai saat ini populasi tipe sapi perah di Indonesia terbesar adalah Fries Holland (FH) (AAK,1995). Produksi susu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup berarti. Pada awal Pelita V, produksi air susu telah mampu menekan jumlah impor susu dari luar negeri sehingga imbangan antara produksi susu dalam negeri dengan susu impor yang pada awal Pelita III sebesar 1:20 dapat ditekan menjadi 1:1,7 pada awal Pelita V. Namun sayangnya keberhasilan produksi susu dalam negeri ini belum diikuti dengan keberhasilan meningkatkan kesejahteraan peternaknya. Hal ini dikarenakan harga susu dalam negeri masih sangat rendah, terutama susu segar yang harus dijual kepada koperasi untuk diteruskan penjualannya ke industri pengolahan susu. Harga jual susu tersebut sangat terikat antar GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia) dan IPS (Industri Pengolahan Susu), baik harga susu per liternya maupun persyaratan kualitas susu yang dapat diterima dengan segala peraturan yang telah disepakati bersama (Usman, 2006). Upaya peningkatan produksi susu sapi sangat berkaitan erat dengan aspek-aspek pemasaran, karena usaha ternak susu sapi pada umumnya adalah usaha tani komersial yang sebagian besar hasil produksinya adalah untuk dijual ke pasar. Menurut Abu Haerah (1979), produksi dan pemasaran mempunyai hubungan ketergantungan yang sangat erat. Produksi yang meningkat tanpa didukung oleh sistem pemasaran yang dapat menampung hasil dengan tingkat harga yang layak tidak akan berlangsung lama, malah pada waktunya ia akan menurun karena pertimbangan untung rugi usaha tani.
Universitas Sumatera Utara
Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran relatif besar, dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga di konsumen, sehingga produsen dan konsumen dirugikan (Ginting, 2006). Ternak sapi didapati di daerah-daerah yang padat penduduknya, daerah pertanian yang kurang perairan dan daerah persawahan dekat pantai. Ternak sapi banyak terdapat di Jawa, Madura, Bali, Lombok dan Sumatera. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang cocok untuk pengembangan ternak sapi perah. Salah satu daerah yang berpotensi untuk perkembangan ternak sapi perah adalah Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kecamatan Percut Sei Tuan, dimana Kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu sentra produksi sapi perah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Populasi Ternak Sapi Perah (ekor) dan Produksi Susu (Liter) di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kecamatan Gunung Meriah STM Hulu Kutalimbaru Sibolangit Pancur Batu Namo Rambe Biru-biru STM Hilir Bangun Purba Galang Tanjong Morawa Patumbak Deli Tua Sunggal Hamparan Perak Labuhan Deli Percut Sei Tuan Batang Kuis Pantai Labu Beringin Lubuk Pakam Pagar Merbau TOTAL
Populasi Sapi Perah (ekor) 40 24 71 80 94 81 70 125 281 374 84 14 1338
Produksi susu (Liter) 36.332 19.283 61.205 66.343 82.139 68.442 63.298 11.284 254.713 332.558 73.697 11.583 1.080.877
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Deli Serdang, 2008 Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa kecamatan Percut Sei Tuan adalah daerah sentra produksi untuk ternak sapi perah di kabupeten Deli Serdang pada tahun 2007 dengan jumlah populasi ternak sebanyak 374 ekor. Dalam hal produksi susu untuk daerah kecamatan Percut Sei Tuan mencapai 332.558 Liter atau 30,76 % dari produksi susu di Kabupaten Deli Serdang.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Identifikasi Masalah Beberapa permasalahan sehubungan dengan topik yang perlu diteliti adalah : 1) Bagaimana saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian? 2) Fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh masing-masing saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian? 3) Bagaimana biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread, dan share margin pada masing-masing saluran pemasaran di daerah penelitian? 4) Bagaimana tingkat efisiensi dan kelancaran pemasaran pada masingmasing saluran pemasaran? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian. 2) Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh masing-masing saluran pemasaran susu sapi di daerah penelitian. 3) Untuk mengetahui biaya pemasaran, margin pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran pemasaran. 4) Untuk mengetahui tingkat efisiensi dan kelancaran pemasaran pada masing-masing saluran pemasaran.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1) Sebagai bahan masukan bagi peternak sapi perah dan pemasar susu sapi dalam mengembangkan usahanya. 2) Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait terhadap pengembangan komoditi sapi perah dan pemasaran susu sapi, baik untuk pertimbangan akademis maupun ekonomis. 3) Sebagai
bahan
informasi
dan
referensi
bagi
pihak-pihak
yang
membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara